CPITN
CPITN
CPITN
X= -
0= 2
1= -
2= 8
3= -
4= -
*= -
Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) adalah indeks resmi yang
digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan akan
kebutuhan perawatannya dengan menggunakan WHO probe. Maksud dari pengukuran
tersebut adalah untuk mendapatkan data status periodontal masyarakat, untuk merencanakan
program kegiatan penyuluhan, dan untuk menentukan kebutuhan perawatan.
Mulut pasien dibagi menjadi enam sektan, yaitu sektan atas, sektan anterior atas, sektan kiri
atas, sektan kiri bawah, sektan anterior bawah, dan sektan kanan bawah. Suatu sektan dapat
diperiksa jika teradapat paling sedikit 2 gigi dan bukan merupakan indikasi untuk
pencabutan. Jika pada sektan tersebut hanya ada satu gigi, gigi tersebut dimasukkan dalam
sektan sebelahnya. Pada sektan yang tidak bergigi tidak diberi skor. Penilaian untuk satu
sektan adalah keadaan gigi yang terparah (skor tertinggi).
0 : periodonsium sehat
2 : terdapat kalkulus supra atau subgingiva atau timbunan plak di sekeliling margin gingiva,
tidak terdapat poket dengan kedalaman lebih dari 3mm.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, dapat diketahui bahwa pada gigi 17, 16, 11, 26, 27, 47,
46, dan 37 terdapat kalkulus supra atau subgingiva atau timbunan plak di sekeliling margin
gingiva. Sedangkan pada gigi 41dan 36 tidak ditemukan adanya kalkulus maupun poket
gingiva.
B 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2 2
RA
P 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
L 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
RB
B 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1
28
Skor CSI: 26 = 1,07
Kalkulus adalah material keras dari garam inorganik yang terdiri dari kalsium karbonat dan
fosfat yang bercampur dengan debris, mikroorganisme, dan sel epitel yang telah
terdeskuamasi. Kriteria perhitungan CSI ini adalah sebagai berikut:
Nilai 2, jika terdapat kalkulus supragingiva lebih dari sepertiga tetapi tidak lebih dari dua
pertiga permukaan gigi atau terdapat titik kalkulus subgingiva pada servikal gigi
Nilai 3, jika terdapat kalkulus supragingiva lebih dari dua pertiga permukaam gigi atau
terdapat kalkulus subgingiva disepanjang servikal gigi.
Pemeriksaan kalkulus dilakukan pada semua gigi, pada gigi 12, 13, 21, 22, 21, 24, 25, 36, 35,
34, 33, 32, 32, 32, dan 43 tidak ditemukan adanya kalkulus. Sedangkan pada gigi 17 dan 16
ditemukan adanya supragingiva pada sepertiga permukaan gigi pada bagian bukal. Pada gigi
15, 14, 11, 37, 41, 44, 46, dan 47 ditemukan adanya kalkulus pada sepertiga permukaan gigi
baik bagian bukal maupun palatal. Pada gigi 42 dan 45 ditemukan adanya kalkulus pada
sepertiga permukaan gigi bagian bukal saja. Pada gigi 26 dan 27 ditemukan adanya kalkulus
pada sepertiga permukaan gigi bagian palatal dan kalkulus supragingiva lebih dari sepertiga
tetapi tidak lebih dari dua pertiga permukaan gigi pada bagian bukal.
Berdasarkan penilaian skor CSI tersebut, kebersihan mulut pasien dapat digolongkan sedang
(fair).
Sumber: Putri MH., Herijulianti E., Nurjannah N. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan
Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Editor Lilian Juwono. Jakarta: EGC.
Topikal Aplikasi (TA) Dengan Larutan Fluor
Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini : 2 1
Pengertian aplikasi lokaladalah pengolesan langsung fluor yang pekat pada email.
Setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan dengan semprotan udara, maka permukaan gigi diolesi larutan
yang dibiarkan mengering (umumnya selama lima menit). Selama itu penderita selama satu jam tidak
boleh makan, minum atau berkumur.
Aplikasi larutan fluor pada gigi efektif dalam mengurangi frekuensi karies gigi,
kira-kira 40%, bergantung pada jumlah aplikasi, cara aplikasi, konsentrasi dan komposisi larutan dan lain-
lain.
Knutson dan pembantu-pembantunya telah menunjukkan bahwa :
a. Rangkaian dari empat kali perawatan dengan fluor akan mengurangi kerusakan gigi sebesar kira-kira
40%.
b. Lebih dari empat kali aplikasi tidak memberikan keefektifan yang lebih besar dibandingkan dengan
hanya empat kali aplikasi.
c. Satu persen larutan sodium fluoride sama efektifnya dengan larutan dua persen.
d. Kealpaan untuk membersihkan gigi sebelum aplikasi larutan fluor pada perawatan akan mengurangi
kira-kira setengah dari keefektifannya.
e. Jarak waktu diantara aplikasi-aplikasi dari tiga bulan sampai enam bulan sebagai pengganti interval yang
biasanya seminggu sekali akan menurunkan efek pencegahan karies.
f. Efek profilaksiskaries yang dicapai dengan empat kali aplikasi larutan sodium fluoride tidak
berkurang sesudah masa tiga tahun.
Knutson dan Scholz telah mencatat bahwa dalam grup dari 1032 anak yang gigi mereka dirawat dengan
sodium fluoride, pengurangan secara keseluruhan terhadap karies yang baru adalah 40,3% menjadi 42,3%
untuk gigi atas dan 37,4% untuk gigi bawah.
Cara dan Teknik Topikal Aplikasi menurut Knutson adalah sebagai berikut :
a. Gigi dibersihkan dengan pasta pumice dan rubber cup. Ini dilakukan untuk aplikasi yang pertama.
b. Gigi diisolasi dengan gulungan kapas. Untuk merawat gigi bawah digunakan alat pemegang (Tongue
Holder) gulungan kapas (Cotton Roll).
c. Gigi dikeringkan dengan semprotan udara, terutama daerah interproksimal.
d. Oleskan 2% larutan sodium fluoride pada gigi dengan kapas (Cotton Pellet) atau disemprotkan.
e. Biarkan kering selama 3 menit.
f. Aplikasi sodium fluoride diulangi dengan interval satu minggu hingga empat kali pemberian sebagai
tahap permulaan, kalau tidak, maka gigi yang telah dirawat tadi akan sia-sia saja sesudah perawatan
pertama.
Sesudah pemberian 4 kali aplikasi sodium fluoride pada gigi, maka efek pencegahan karies gigi diharapkan
bertahan sampai kira-kira 3 tahun.
Knutson menganjurkan bahwa pengulangan aplikasi dengan interval kira-kira 3 tahun untuk disesuaikan
dengan pola erupsi gigi anak-anak. Aplikasi yang pertama dapat dibuat pada umur 3 tahun untuk
melindungi gigi susu, kemudian pada umur 7 tahun untuk melindungi gigi insisivus dan molar, pada umur
10 tahun untuk melindungi gigi kaninus dan premolar dan terakhir pada umur 13 tahun untuk melindungi
molar kedua.
Perawatan dapat dimulai pada setiap umur, tetapi pemberian kembali harus pada umur-umur yang
memberikan perlindungan terhadap erupsi gigi yang baru.
Topikal aplikasi harus dihentikan seluruhnya setelah tahun ke tujuh dari fluoridasi.
Muhler dan Howell menganjurkan pemakaian stannous fluoride sebagai pengganti sodium fluorida untuk
topikal aplikasi dan ternyata memiliki derajat perlindungan yang lebih besar pada gigi.
Setelah dua tahun diperhatikan, terlihat bahwa pengurangan grup pemakaian stannous fluoride sebesar 58
dan 65% dibandingkan dengan grup pemakai sodium fluoride sebesar 36%.
(Rasinta Tarigan, 1992, Karies Gigi, Hipokrates, Jakarta).