Dasar Teori Pewarnaan Kapsula Bakteri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan :

a. Untuk memperoleh ketrampilan melakukan pewarnaan kapsula bakteri.


b. Untuk mengetahui ada atau tidaknya adanya kapsula bakteri.

Dasar Teori :

Bakteri merupakan golongan prokariot yang paling penting dan mudah dipelajari,
mudah tumbuh dan memerlukan media yang sederhana, hasilnya mudah dan cepat diketahui.
Salah satu karakteristik utama bakteri adalah morfologi dan struktur bakteri yang umumnya
terdiri atas: Sitoplasma dan bahan inti sel, dinding luar terdiri dari 3 lapis dari luar ke dalam
berturut-turut yaitu: lapisan lendir, dinding sel dan membran sitoplasma (Dwidjoseputro,
1978). Sebagian besar sel bakteri memiliki lapisan pembungkus sel, berupa membrane
plasma, dinding sel yang mengandung protein dan polisakarida.

Kebanyakan bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan selnya terutama yang hidup di
lingkungan alami, lapisan lendir (gelatinous) itu disebut kapsul dan slime. Sebagian besar
bakteri mensekresikan suatu lapisan berlendir yang mengakumulasi mengelilingi permukaan
luar sel dan menyelubungi dinding sel (Fadilah,2011). Sebagian ahli berpendapat lapisan
lendir merupakan modifikasi dinding sel terluar yang berasal dari penggembungan dan
gelatinisasi konstituennya. Sebagian lagi berpendapat bahwa lapisan lendir adalah produk
sekretori yang mempunyai komposisi kimia berbeda dengan dinding sel. Clifton menyatakan
bahwa lapisan lendir ini disusun oleh karbohidrat yang disimpan di sekeliling dinding sel.
Bila lapisan ini cukup tebal dan mempunyai bentuk yang jelas, disebut dengan kapsul
(Fadilah,2011). Adanya kapsul yang tebal pada berbagai bakteri patogen merupakan indikasi
umum tingginya virulensi mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena kapsul mampu
melindungi bakteri pathogen dari fagositosis oleh makrofag dan leukosit polimorfonuklear
hewan tingkat tinggi (Fadilah, 2011).
Jika lapisan lendir cukup tebal dan kompak, maka disebut dengan kapsula. Pada
beberapa jenis bakteri, adanya kapsula menunjukkan sifat virulen. Menurut Hadioetomo
(1993), kapsul atau lapisan lendir bagi bakteri merupakan pelindung, cadangan makanan,
dan pada bakteri-bakteri penyebab penyakit menambah kemampuan bakteri trsebut untuk
menginfeksi. Bila bakteri kehilangan kapsulnya maka bakteri tersebut dapat kehilangan
virulensinya. Ukuran kapsul sangat dipengaruhi oleh medium tempat ditumbuhkannya
bakteri. Menurut Darkuni (2001) kapsul bukan organ yang penting untuk kehidupan sel, dan
sel yang tidak mampu untuk membentuk kapsul masih dapat tumbuh secara normal dalam
medium. Akan tetapi kapsul berperan dalam penyesuaian terhadap lingkungan hidupnya.
Misalnya kapsul berperan dalam mencegah terhadap kekeringan, menghambat terjadinya
pencantelan baketriofag, bersifat antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen bagi
bakteri, atau kapsul dapat juga berfungsi untuk alat mencantelkan diri pada permukaaan
seperti yang di lakukan oleh Streptococcus mutans. Kapsula dapat ditemukan pada
kelompok bakteri berbentuk basil dan kokus. Bakteri berbentuk spiral tidak memiliki
kapsula. Kapsula berfungsi seperti buffer antara sel dan lingkungan eksternal. Kapsula
mengandung banyak air, sehingga dapat mencegah bakteri dari kekeringan Pada tubuh,
kapsula juga berperan dalam terjadinya penyakit karena sel darah putih tidak dapat
memfagosit bakteri yang berkapsula (Alcamo,1994). Kebanyakan kapsula disusun oleh
polikasarida.
Kapsula merupakan struktur yang sulit untuk divisualisasikan karena kapsula bakteri
tidak berwarna, sehingga perlu dilakukan pewarnaan khusus agar dapat diamati di bawah
mikroskop cahaya dengan jelas (Hastuti, 2008). Sehingga membutuhkan teknik tertentu
untuk melihat keberadaan kapsul bakteri dengan memvisualisasikannya. Salah satu teknik
yang dilakukan adalah dengan pewarnaan khusus. Menurut Hastuti (2008) ada 2 jenis
pewarnaan bakteri yaitu :

1. Pewarnaan langsung adalah pewarnaan yang dilakukan dengan memfiksasi bakteri


yang diamati. Pada pewarnaan ini ada dua zat warna yang digunakan yaitu kristal
violet yang berfungsi untuk mewarnai sel vegetatif bakteri dan CuSO4 5H2O
berfungsi untuk mendeteksi adanya kapsula. Apabila disekeliling sel bakteri
berwarna biru atau ungu terdapat bayangan biru muda berarti sel bakteri tersebut
mempunyai kapsula.
2. Pewarnaan tak langsung adalah pewarnaan yang dilakukan dengan tidak memfiksasi
terlebih dahulu terhadap koloni bakteri yang diamati. Pada pewarnaan ini digunakan
zat warna yaitu tinta cina. Apabila mikroorganisme kelihatan transparan (tembus
pandang) dan nampak jelas diantara medan yang gelap berarti sel bakteri tersebut
tidak mengandung kapsula.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion
karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna.
Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Pewarna asam dapat tejadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi
pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna
asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna.
Pewarna asam ini disebut pewarna negatif. Contoh pewarna asam misalnya : tinta cina,
larutan Nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain. Pewarnaan basa bisa terjadi bila senyawa
pewarna bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri jadi
terwarna dan terlihat. Contoh dari pewarnaan basa misalnya metilin biru, kristal violet,
safranin dan lain-lain (Rizki, 2008).
BAB II

PEMBAHASAN

Pada kegiatan praktikum, dilakukan pewarnaan secara langsung dan pewarnaan tak langsung.
Pewarnaan langsung dilakukan dengan menggunakan kristal violet dan CuSO45H2O. Menurut
Hastuti (2012) Hasil positif dari pengamatan, sel bakteri akan memunculkan warna ungu.
Apabila di sekeliling sel yang berwarna biru tua tersebut ada bayangan berwarna biru muda,
maka sel bakteri tersebut mempunyai kapsul. Pewarnaan ini menggunakan kristal violet,
merupakan larutan yang yang mempunyai kromophore atau butir pembawa warna yang
bermuatan positif sedangkan muatan yang berada di sekeliling bakteri bermuatan negatif,
sehingga terjadi adanya tarik menarik antara kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
bakteri berwarna ungu serta terbentuknya warna biru muda pada kapsula disebabkan karena
kapsula menyerap CuSO4.5H2O.

Berdasarkan data pengamatan diketahui bahwa setelah dilakukan pewarnaan secara langsung
pada koloni bakteri 1 dan 2 tidak berkapsul. Hal ini ditandai dengan tidak adanya warna biru
muda yang menyelubungi sel bakteri yang memiliki warna sel vegetative berwarna ungu. Tidak
adanya warna yang terbentuk diakibatkan tidak ada yang menyerap CuSO4.5H2O, dimana seperti
pernyataan sebelumnya bahwa CuSO4.5H2O dapat diserap oleh kapsul. Menurut Tarigan (1988),
fungsi kapsul yaitu melindungi tubuh bakteri dari kekeringan sementara dengan cara mengikat
molekul air, dapat memblok perlekatan bakteriofag dan sebagai anti fagositosik. Sedangkan jika
bakteri memiliki kapsula berarti bakteri tersebut bersifat virulen, hal ini disampaikan oleh
Hastuti (2008). Menurut Kusnadi (2003) menjelaskan bahwa tidak adanya kapsula tidak
mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri sehingga tidak semua bakteri memiliki kapsula, ada
juga yang tidak memiliki kapsula.
Selanjutnya adalah pewarnaan bakteri secara tak langsung atau dapat pula disebut juga
dengan pewarnaan secara negatif. Pada data pengamatan dapat dilihat bahwa pada bakteri koloni
1 maupun koloni 2 sama-sama menunjukkan hasil yang sama. Pada koloni 1 warna sel vegetatif
pada bakteri tidak berwarna (transparan) dan tidak terdapat warna kapsula, sedangkan
disekitarnya (background) berwarna coklat. Hal ini juga ditemukan pada koloni 2 dimana warna
sel vegetatif pada bakteri juga tidak berwarna (transparan) dan tidak terdapat warna kapsula,
serta disekitarnya (background) berwarna coklat. Menurut Tarigan (1988) tujuan dari pewarnaan
ini adalah untuk mewarnai background dari sel bakteri yang terlihat di bawah mikroskop dan
bukan untuk mewarnai sel-sel bakteri yang akan diperiksa. Tinta cina merupakan larutan yang
mempunyai kromophore atau butir pembawa warna yang bermuatan negatif (memiliki anion),
sedangkan muatan yang ada di sekeliling bakteri juga bermuatan negatif (memiliki anion),
sehingga terjadi adanya tolak menolak antara kedua ion tersebut. Pada penelitian ini sesuai
dengan pernyataan Tarigan (1988) dimana hal yang menyebabkan bakteri berwarna transparan
dan nampak hanya warna latar belakangnnya (background) yaitu coklat kehitaman.
Terbentuknya warna transparan ini dikarenakan sel bakteri tidak mampu menyerap warna. Tanpa
adanya pewarnaan, kapsul bakteri sangat sukar diamati dengan mikroskop cahaya biasa karena
tidak berwarna (Hastuti, 2008).
DAFTAR RUJUKAN

Hastuti, Sri Utami. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang : UM.

Hastuti, Sri Utami. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press.

Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bandung : JICA IMSTEP.

Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: DIRJEN DIKTI Proyek Pengembangan


LPTK.
DAFTAR PUSTAKA

- Alcamo, I Edward.1994. Fundamentals of Microbiology 4th edition. USA:


Benjamin Cummings
- Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
- Dwijoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT. Djambatan.
- Fadilah, Muhyiatul. 2011. Deteksi Kapsul dan Slime Pada Bakteri Patogen yang
Diisolasi dari Benih Lele Dumbo. Jurnal Saintek Vol.III, No.2, pp. 124 – 128.
- Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalan Praktek. Jakarta:
PT.Gramedia
- Hastuti, Sri Utami. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang : UM
- Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bandung : JICA IMSTEP.
- Rizki. 2008. Pewarnaan, (Online), (http://materikuliahpewarnaan.html, diakses
tanggal 24 September 2012).
- Tarigan, Jeneng. 1988. PengantarMikrobiologi. Jakarta: DIRJEN DIKTI Proyek
Pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai