Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Pusat pemerintahan terletak di Sejong, kota yang berjarak 120 km di selatan ibukota
saat ini, Seoul. Korea selatan termasuk negara maju di dunia hal ini dibuktikan oleh
kebangkitan dari keterpurukan ekonomi dan melakukan pembangunan yang nyata.
Pembangunan yang bertujuan untuk mengatasi kependudukan, ekonomi, kemacetan lalu lintas
dan kebutuhan perumahan yang didasari olrh harga lahan yang tinggi.
Oleh karena itu, kota ini menarik untuk dianalisa karena Kota ini memiliki konsep yang
sudah dipikirkan hingga dibangun sesuai dengan yang diharapkan. Hal itulah yang menjadi
ketertarikan dari kelompok kami untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang perkembangan
dari permukiman kota Sejong.
1.3 Tujuan
1
5. Untuk mengetahui perancangan dari kota Sejong.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi sub bab latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi sub bab yang menjelaskan mengenai kota berkelanjutan Sejong, Sejarah
Kota Sejong, permukiman kota Sejong, best practice kota Sejong, Penyelesaian permasalahan,
Perancangan dan Keberhasilan serta Dampak pembangunan kota Sejong.
Pada bab ini berisi hasil analisa permukiman di kota Sejong, dan membuat kesimpulan dari
hasil pembahasan baik perancangan hingga keberhasilan dari rancangan kota Sejongini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sejong termasuk dalam Korean New Towns Development, sebuah kawasan yang
dikembangkan untuk untuk mengatasi kependudukan, ekonomi, kemacetan lalu lintas dan
kebutuhan perumahan yang didasari oleh harga lahan yang tinggi. Menurut Gallion (1994)
unsur yang membedakan kota baru adalah bahwa kota itu dirancang lebih dahulu, tidak hanya pemisahan
politis dari daerah perkotaan yang sudah mapan. Menurut pendapat ahli lain, Kota baru yang
sengaja dibangun untuk aktivitas pemerintahan, dirancang sebagai kota mandiri, dengan menyediakan
aktivitas (pekerjaan) bagi penduduknya agar kota baru dapat menjadi tempat bermukim yang
ideal para pendatang (Alonso, 1978).
3
Perencanaan penggantian Sejong sebagai ibukota telah dilakukan pada tahun 2002 dan
dimentahkan pada tahun 2004. Alasan lain untuk memindahkan Ibu kota yang jauh dari paralel
ke-38 tentu saja bersifat strategis, oleh Park Chung-hee, untuk memindahkan pusat daya dari
jangkauan rudal Korea Utara. Alur perencanaan yang dimulai dari pembebasan lahan (2005),
penyelesaian master-plan (2006), pembangunan fisik (2007), pembangunan gedung-gedung
pemerintah (2008), peresmian menara Milmaru (2009), rencana relokasi pemerintahan (2010),
penyelesaian Pusat Pemerintahan (2011), hingga permulaan relokasi kompleks pemerintahan
(2012), semuanya berjalan relatif sesuai rencana (buku profil MAC Sejong, 2011).
4
Mengacu sebagai kota berkelanjutan, Sejong mengalokasikan RTH dan sistem
pengairan sebesar 50% dari luas kota.
2.3 Perencanaan
Kota sejong seluas 73 km2 yang dapat menampung sekitar 500.000 penduduk.
Letaknya strategis ditengah semenanjung Korea, menghubungkan Seoul di Utara, Busan di
Tenggara dan Gwangju di Selatan. Proses pembangunan dilakukan dengan periode proyek 6
tahun dan memiliki 6 tahapan, tahapan tahapan tersebut antara lain:
5
- Penaksiran nilai tanah/lahan
- Negoisasi
- Kompensasi dan pemindahan pemukiman
3. Perencanaan Tapak (Site Design)
- Rencana pembangunan
- Skema rancangan
- Desain rinci
- Taksiran dampak
4. Konstruksi
- Perencanaan manajemen konstruksi
- Modifikasi rencanan pelaksanaan
- Konstruksi (lahan/tapak, utilitas, prumahan, kantor, dll)
- Pemeriksaan akhir dan penyelesaian pekerjaan
5. Pemasaran
- Planning and land supply
- Draw and tender
- Pemasaran dan penjualan tanah
- Transfer kepemilikan
6. Penyelesaian proyek
- Pemindahan warga dan pekerja
- Penyelesaian proyek
- Manajemen operasi
6
Menerapkan konsep Citizen-friendly complex: “link city, flat city and zero city”
Untuk permukimannya sendiri, kota sejong merancang permukiman yang layak untuk semua
kalangan masyarakat, sehingga tidak aka nada lagi permukiman kumuh di kota Sejong ini, dan
untuk masyarakat menengah kebawah dibuat kebijakan yang memudahkan mereka
mendapatkan tempat tinggal demi terwujudnya kota yang bebas permukiman kumuh..
Kawasan
Industry Hi-tech
Pusat
Pemerintahan Pelayanan
Kesehatan
Central Park 7
Kawasan permukiman berada disekitar 5 titik kawasan tersebut, permukiman yang
berpola terpusat menuju 5 titik kawasan yang berkonsep ring-shaped form. Terdapat jaringan
jalan yang memudahkan akses dari satu daerah ke daerah lain. Konsep desain Sejong adalah
bentuknya yang melingkar (ring-shaped form) yang mencerminkan keseimbangan dan
demokrasi di Korea Selatan. Di tengah-tengahnya dibangun Central Park sebagai pusat
dominasi ruang terbuka hijau yang dikelilingi 5 (lima) fungsi utamanya, yaitu pusat
pemerintahan, pusat kebudayaan dan perdagangan internasional, pusat kemajuan universitas
dan riset unggulan, pelayanan kesehatan moderen dan pusat industri teknologi tinggi. Sejalan
dengan prakarsa pembangunan kota baru yang dipimpin oleh sektor publik, maka pemerintah
Korea merencanakan akan memindahkan 36 lembaganya ke Sejong pada tahun 2014, termasuk
berbagai lembaga riset pemerintah.
8
Land Use Plan Sejong
Green Space
Sejong sebagai kawasan yang berkelanjutan, menerapkan 50% lahan kota sebagai RTH (Ruang
Terbuka Hijau). Hal ini menyumbang lingkungan yang sehat dan bebas polusi.
9
2.5 Sistem Regulasi dan Kelembagaan
10
Bisa disimpulkan bahwa salah satu keberhasilan Sejong dalam langkah awalnya adalah
penyiapan basis peraturan, sistem kelembagaan dan kapasitas tata-kelola yang baik untuk
sebuah pembangunan kota baru. Meskipun pada prakarsa awalnya sejak tahun 2000-an telah
terjadi tarik menarik kepentingan, sebagaimana diceritakan seorang profesor dari Cungnam
University, yang mendampingi ketika penulis berkesempatan melakukan studi banding pada
akhir Mei 2011. Namun dengan dilandasi semangat kebersamaan dan kemajuan yang sangat
kuat, akhirnya pada Maret 2005 Parlemen Korea Selatan berhasil meloloskan Undang-undang
MAC Sejong sebagai landasan pembangunan Sejong.
11
LH, nama singkat dari KLHC, sebagai manifestasi kepemimpinan sektor publik.
Korea Selatan membuat terobosan baru untuk mengendalikan sampah. Negeri Ginseng
memberlakukan sistem Pay as You Trash yang mengharuskan penduduk membayar sisa
makanan yang akan dibuang.
Asia Today melaporkan warga Korea diminta memisahkan sampah makanan dari sampah
mereka lainnya. Kemudian sampah makanan tersebut dibuang di sebuah tempat sampah
terpusat. Agar bisa menggunakan tempat sampahnya, mereka perlu membayar sesuai berat
sampah per kilogram.
Saat ini pemerintah Korea sudah memiliki 3 metode untuk mengenakan biaya membuang
sampah makanan pada warganya. Pertama melalui kartu RFID (Radio Frequency
Identification). Di sini warga bisa menggunakan kartu personal di tempat sampah khusus.
Tutup tempat sampah akan terbuka ketika kartu ditempelkan ke wadah pembuangan itu.
Nantinya sampah secara otomatis diukur dan terekam di akun milik pengguna. Mereka perlu
membayar tagihan ini tiap bulannya. Adapun harga tempat sampah RFID dijual seharga 1,7
juta won (Rp19,4 juta) dan bisa melayani sampai 60 rumah.
12
Metode pembayaran kedua menggunakan kantung sampah prabayar. Kantung yang didesain
khusus itu dihargai tergantung volume sampah. Contohnya di Seoul kantung sampah 10 liter
dihargai sekitar 190 won (Rp2.171).
Terdapat juga sistem manajemen bar code di Korea yang mana warga menyetorkan sampah
makanan langsung ke tempat sampah kompos. Mereka membayarnya dengan membeli
stiker bar code yang menempel pada tempat sampah.
Hampir semua kompleks pemukiman di Korea Selatan telah dilengkapi dengan salah satu dari
ketiga sistem pembayaran tersebut. Bahkan sebelum sistem pembayaran sesuai berat
diperkenalkan, warga setempat telah dikenai biaya untuk sampah makanan. Biayanya dibagi
rata diantara tenant dari tiap blok apartemen.
Sistem baru tidak hanya adil, tapi juga membuat konsumen sadar akan sampah yang berlebihan.
Apabila lebih banyak sampah mereka buang maka akan semakin besar mereka membayar.
Ternyata hal ini cukup efektif. Seperti yang dirasakan ibu rumah tangga di Seoul, Kwan, yang
sekarang melakukan metode inovatif untuk mencegah sampah makanan. Ia memastikan
menyaring semua cairan dari sisa makanan sebelum membuangnya.
Kwon juga memisahkan produk segar dan makanan lainnya jadi porsi kecil. Sehingga hanya
jumlah bahan yang dibutuhkan akan ia pakai saat membuat makanan. Ketika membuat sayuran,
misalnya, ia mencoba menggunakan sebanyak mungkin bagian yang dapat dikonsumsi untuk
meminimalkan sampah.
Sementara itu, restoran dan bisnis berbasis makanan juga secara aktif mencoba mengurangi
biaya pembuangannya. Ada yang menggunakan prosesor sampah makanan sendiri yang mana
mesin bisa mengubah sisa makanan jadi bubuk kering untuk pupuk. Terdapat pula restoran
yang aktif mengurangi jumlah sampah makanan dengan mendonasikan sisa ke orang miskin
dan kelaparan.
Korea Electric Power Corporation, lebih dikenal sebagai KEPCO, (한국전력공사: Hanguk
Jeollyeok Gongsa NYSE: KEP, KRX: 015760) adalah utilitas listrik terbesar di Korea Selatan,
bertanggung jawab untuk pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik dan pengembangan
proyek tenaga listrik termasuk di tenaga nuklir, tenaga angin dan batubara. KEPCO
13
bertanggung jawab atas 93% dari pembangkit listrik Korea. Pemerintah Korea Selatan
memiliki pangsa 51% dari KEPCO. Bersama dengan afiliasi dan anak perusahaan, KEPCO
memiliki kapasitas terpasang 65.383 MW.
Korea Selatan sudah memiliki transportasi umum yang modern dan canggih. Sistem
transportasi yang terpadu terhubung dari satu tempat ke tempat lain dengan nyaman. Beberapa
transportasi umu di Sejong misalnya bus umum dan BRT.
a. Transportasi Bus
Stasiun bus ini berada di bawah tanah hanya diperbolehkan untuk 2 jalur bus. Ruang tunggu
bus sangat nyaman selagi menunggu bus datang. Selain waktu kedatangan, mereka memiliki
peta interaktif, rute bus, fungsi kamera dan informasi tentang daerah tersebut.
14
b. BRT (Bus Rapid Transit)
Sejong, meluncurkan sistem Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Korea. Sistem baru
yang dikembangkan di dalam negeri menghubungkan Stasiun Kereta Osong KTX di
Chungcheongbuk-do (Provinsi Chungcheong Utara), Kota Sejong, dan Daejeon .
Disebut "kereta bawah tanah" untuk sistem jalur khusus, mirip dengan rel dan
terowongan khusus sistem kereta bawah tanah konvensional, yang memungkinkan
ketepatan waktu dan kecepatan, BRT diadopsi oleh Kota Sejong untuk menyediakan
transportasi inovatif dan hemat biaya kepada penghuninya yang baru. Pembangunan
jaringan sepanjang 31,2 kilometer, yang memungkinkan perjalanan dengan kecepatan
tinggi di jalur bus-hanya di atas dan di bawah tanah, dimulai pada Agustus 2008.
Mobilnya memiliki 29 kursi, dan bisa mengangkut 93 penumpang sekaligus.
15
2.9 Keberhasilan
16
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN :
17