0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
88 tayangan17 halaman

Bab I

[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang dan sejarah pembangunan Kota Sejong di Korea Selatan sebagai ibukota baru untuk mengatasi permasalahan kependudukan dan harga lahan yang tinggi di Seoul. Kota Sejong dirancang secara terencana dengan konsep "ring-shaped form" dan "Central Park" untuk mengoptimalkan ruang terbuka hijau dan mobilitas penduduk. Pembangunan Kota Sejong dilakukan secara bertahap sejak 2005-2012 sesu

Diunggah oleh

Ilham Akbar
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
88 tayangan17 halaman

Bab I

[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang dan sejarah pembangunan Kota Sejong di Korea Selatan sebagai ibukota baru untuk mengatasi permasalahan kependudukan dan harga lahan yang tinggi di Seoul. Kota Sejong dirancang secara terencana dengan konsep "ring-shaped form" dan "Central Park" untuk mengoptimalkan ruang terbuka hijau dan mobilitas penduduk. Pembangunan Kota Sejong dilakukan secara bertahap sejak 2005-2012 sesu

Diunggah oleh

Ilham Akbar
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pusat pemerintahan terletak di Sejong, kota yang berjarak 120 km di selatan ibukota
saat ini, Seoul. Korea selatan termasuk negara maju di dunia hal ini dibuktikan oleh
kebangkitan dari keterpurukan ekonomi dan melakukan pembangunan yang nyata.
Pembangunan yang bertujuan untuk mengatasi kependudukan, ekonomi, kemacetan lalu lintas
dan kebutuhan perumahan yang didasari olrh harga lahan yang tinggi.

Oleh karena itu, kota ini menarik untuk dianalisa karena Kota ini memiliki konsep yang
sudah dipikirkan hingga dibangun sesuai dengan yang diharapkan. Hal itulah yang menjadi
ketertarikan dari kelompok kami untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang perkembangan
dari permukiman kota Sejong.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah kota sejong ?

2. Bagaimana penyelesaain permasalahan pembangunan perumahan dan permukiman di


Kota Sejong?

3. Bagaimana best practice dari Kota Sejong ?

4. Bagaimana perancangan dari Kota Sejong?

5. Apa saja keberhasilan dari pembangunan kota Sejong ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah kota Sejong.

2. Untuk mengetahui bagaiman keadaan permukiman kota Sejong.

3. Untuk mengatahui penerapan best practice sari kota Sejong.

4. Untuk mengetahui cara penyelesaian permasalahan dari kota Sejong.

1
5. Untuk mengetahui perancangan dari kota Sejong.

6. Untuk mengtahui keberhasilan perancangan dari kota Sejong.

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi sub bab latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika
penulisan.

BAB II PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi sub bab yang menjelaskan mengenai kota berkelanjutan Sejong, Sejarah
Kota Sejong, permukiman kota Sejong, best practice kota Sejong, Penyelesaian permasalahan,
Perancangan dan Keberhasilan serta Dampak pembangunan kota Sejong.

BAB III KESIMPULAN

Pada bab ini berisi hasil analisa permukiman di kota Sejong, dan membuat kesimpulan dari
hasil pembahasan baik perancangan hingga keberhasilan dari rancangan kota Sejongini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kota Sejong

Sejong termasuk dalam Korean New Towns Development, sebuah kawasan yang
dikembangkan untuk untuk mengatasi kependudukan, ekonomi, kemacetan lalu lintas dan
kebutuhan perumahan yang didasari oleh harga lahan yang tinggi. Menurut Gallion (1994)
unsur yang membedakan kota baru adalah bahwa kota itu dirancang lebih dahulu, tidak hanya pemisahan
politis dari daerah perkotaan yang sudah mapan. Menurut pendapat ahli lain, Kota baru yang
sengaja dibangun untuk aktivitas pemerintahan, dirancang sebagai kota mandiri, dengan menyediakan
aktivitas (pekerjaan) bagi penduduknya agar kota baru dapat menjadi tempat bermukim yang
ideal para pendatang (Alonso, 1978).

3
Perencanaan penggantian Sejong sebagai ibukota telah dilakukan pada tahun 2002 dan
dimentahkan pada tahun 2004. Alasan lain untuk memindahkan Ibu kota yang jauh dari paralel
ke-38 tentu saja bersifat strategis, oleh Park Chung-hee, untuk memindahkan pusat daya dari
jangkauan rudal Korea Utara. Alur perencanaan yang dimulai dari pembebasan lahan (2005),
penyelesaian master-plan (2006), pembangunan fisik (2007), pembangunan gedung-gedung
pemerintah (2008), peresmian menara Milmaru (2009), rencana relokasi pemerintahan (2010),
penyelesaian Pusat Pemerintahan (2011), hingga permulaan relokasi kompleks pemerintahan
(2012), semuanya berjalan relatif sesuai rencana (buku profil MAC Sejong, 2011).

2.2 Best Practice

Dengan permasalahan kependudukan dan mahalnya harga lahan dalam pembangunan


perumahan dan permukiman maka Sejong memiliki strategi tersendiri untuk menangani
permasalahan tersebut. Sejong menerapkan pemanfaatan lahan yang lebih efisien,
pengurangan jumlah kendaraan bermotor tanpa mengurangi akses publik, perumahan rakyat
yang berkualitas dan linkungan yang nyaman. Konsep ring-shaped form yang melambnagkan
balance dan demokrasi Korea Selatan. Membangun Central Park sebagai pusat dominasi
ruang terbuka hijau yang dikelilingi lima fungsi utama, yaitu pusat pemerintahan, pusat
kebudayaan dan perdagangan internasional, pusat kemajuan univeritas dan riset unggulan,
pelayanan kesehatan modern dan pusat industri teknologi tingi.

4
Mengacu sebagai kota berkelanjutan, Sejong mengalokasikan RTH dan sistem
pengairan sebesar 50% dari luas kota.

2.3 Perencanaan

Kota sejong seluas 73 km2 yang dapat menampung sekitar 500.000 penduduk.
Letaknya strategis ditengah semenanjung Korea, menghubungkan Seoul di Utara, Busan di
Tenggara dan Gwangju di Selatan. Proses pembangunan dilakukan dengan periode proyek 6
tahun dan memiliki 6 tahapan, tahapan tahapan tersebut antara lain:

Gambar 2.3 Proses Pembangunan


Sumber: MOLIT (Ministry of Land, Infrastructure and Transport) and IUC (International
Urban Development Cooperation Center

Pembebasan lahan (2005), penyelesaian master-plan (2006), pembangunan fisik


(2007), pembangunan gedung-gedung pemerintah (2008), peresmian menara Milmaru (2009),
rencana relokasi pemerintahan (2010), penyelesaian Pusat Pemerintahan (2011), hingga
permulaan relokasi kompleks pemerintahan (2012), semuanya berjalan relatif sesuai rencana
(buku profil MAC Sejong, 2011).

1. Pemilihan Lokasi pembangunan (Selection of a site)


- Konsultasi tentang kelayakan proyek pembangunan
- Studi kelayakan investasi
- Pertimabangan pendapat warga
- Penunjukan daerah yang sudah diumumkan sebelumnya
2. Pembebasan Lahan (Land acquisition)
- Survei lahan untuk kompensasi
- Rencana kompensasi

5
- Penaksiran nilai tanah/lahan
- Negoisasi
- Kompensasi dan pemindahan pemukiman
3. Perencanaan Tapak (Site Design)
- Rencana pembangunan
- Skema rancangan
- Desain rinci
- Taksiran dampak
4. Konstruksi
- Perencanaan manajemen konstruksi
- Modifikasi rencanan pelaksanaan
- Konstruksi (lahan/tapak, utilitas, prumahan, kantor, dll)
- Pemeriksaan akhir dan penyelesaian pekerjaan
5. Pemasaran
- Planning and land supply
- Draw and tender
- Pemasaran dan penjualan tanah
- Transfer kepemilikan
6. Penyelesaian proyek
- Pemindahan warga dan pekerja
- Penyelesaian proyek
- Manajemen operasi

Visi kota sejong

6
Menerapkan konsep Citizen-friendly complex: “link city, flat city and zero city”

Untuk permukimannya sendiri, kota sejong merancang permukiman yang layak untuk semua
kalangan masyarakat, sehingga tidak aka nada lagi permukiman kumuh di kota Sejong ini, dan
untuk masyarakat menengah kebawah dibuat kebijakan yang memudahkan mereka
mendapatkan tempat tinggal demi terwujudnya kota yang bebas permukiman kumuh..

2.4 Konsep Master Plan

Kawasan
Industry Hi-tech

Pusat
Pemerintahan Pelayanan
Kesehatan

Pusat Kebudayaan &


Pusat Perdagangan
Internasional
Universitas &
Pemerintahan Pusat Penelitian
Daerah

Central Park 7
Kawasan permukiman berada disekitar 5 titik kawasan tersebut, permukiman yang
berpola terpusat menuju 5 titik kawasan yang berkonsep ring-shaped form. Terdapat jaringan
jalan yang memudahkan akses dari satu daerah ke daerah lain. Konsep desain Sejong adalah
bentuknya yang melingkar (ring-shaped form) yang mencerminkan keseimbangan dan
demokrasi di Korea Selatan. Di tengah-tengahnya dibangun Central Park sebagai pusat
dominasi ruang terbuka hijau yang dikelilingi 5 (lima) fungsi utamanya, yaitu pusat
pemerintahan, pusat kebudayaan dan perdagangan internasional, pusat kemajuan universitas
dan riset unggulan, pelayanan kesehatan moderen dan pusat industri teknologi tinggi. Sejalan
dengan prakarsa pembangunan kota baru yang dipimpin oleh sektor publik, maka pemerintah
Korea merencanakan akan memindahkan 36 lembaganya ke Sejong pada tahun 2014, termasuk
berbagai lembaga riset pemerintah.

“link city, flat city and zero city”


Melalui kompetisi desain internasional dipilih konsep rancang kota dan arsitektur pusat
pemerintah di Sejong, yaitu “link city, flat city and zero city” , dimana semua rakyat Korea dapat menikmati
ruang terbuka hijau yang luas dan nyaman di bagian atap bangunan (rooftop garden) yang saling
terhubung. Kompleks pemerintahan Korea di Sejong di desain sebagai “citizen friendly
complex” yaitu jauh dari kesan pemerintah yang angkuh di hadapan rakyatnya, yang biasanya ditampakkan
oleh bangunan menara yang menjulang tingi. Dengan demikian, arsitektur pusat pemerintahan di Sejong akan
menjadi media demokratisasi yang efektif.

8
Land Use Plan Sejong

Berikut tabel tata guna lahan Sejong;

Green Space

Sejong sebagai kawasan yang berkelanjutan, menerapkan 50% lahan kota sebagai RTH (Ruang
Terbuka Hijau). Hal ini menyumbang lingkungan yang sehat dan bebas polusi.

9
2.5 Sistem Regulasi dan Kelembagaan

10
Bisa disimpulkan bahwa salah satu keberhasilan Sejong dalam langkah awalnya adalah
penyiapan basis peraturan, sistem kelembagaan dan kapasitas tata-kelola yang baik untuk
sebuah pembangunan kota baru. Meskipun pada prakarsa awalnya sejak tahun 2000-an telah
terjadi tarik menarik kepentingan, sebagaimana diceritakan seorang profesor dari Cungnam
University, yang mendampingi ketika penulis berkesempatan melakukan studi banding pada
akhir Mei 2011. Namun dengan dilandasi semangat kebersamaan dan kemajuan yang sangat
kuat, akhirnya pada Maret 2005 Parlemen Korea Selatan berhasil meloloskan Undang-undang
MAC Sejong sebagai landasan pembangunan Sejong.

Landasan regulasi yang kokoh segera ditindaklanjuti dengan persiapan kelembagaan


yang mantap dengan melibatkan Korea Land and Housing Corporation (KLHC, semacam
Perumnas di Indonesia) sebagai sumber kapasitas kelembagaannya. Tidak sampai setahun,
hingga pada Januari tahun 2006, dengan dukungan pengalaman dan kapasitas dari KLHC,
maka didirikanlah MACCA (Multifunctional Administrative City Construction Agency)yang
menjadi otorita penuh dalam pembangunan dan pengelolaan Sejong. Keberadaan MACCA ini
menunjukkan adanya kepemimpinan sektor publik yang kuat dalam pembangunan Sejong.

Kepemimpinan sektor publik dalam pengelolaan sumberdaya kunci seperti lahan,


infrastruktur dan berbagai fasilitas yang digerakkan untuk pertumbuhan kota baru, memang
perlu diperkuat dengan berbagai perangkat kelembagaan. Pada bulan yang sama, yaitu pada
akhir Januari 2006 dibentuklah sebuah unit di MACCA yang dinamai Land Speculation Report
Center (LSRC) yang dilengkapi dengan sistem Land Speculation Countermeasures.

11
LH, nama singkat dari KLHC, sebagai manifestasi kepemimpinan sektor publik.

2.6 Sistem Pengelolaan Sampah

Korea Selatan membuat terobosan baru untuk mengendalikan sampah. Negeri Ginseng
memberlakukan sistem Pay as You Trash yang mengharuskan penduduk membayar sisa
makanan yang akan dibuang.

Asia Today melaporkan warga Korea diminta memisahkan sampah makanan dari sampah
mereka lainnya. Kemudian sampah makanan tersebut dibuang di sebuah tempat sampah
terpusat. Agar bisa menggunakan tempat sampahnya, mereka perlu membayar sesuai berat
sampah per kilogram.

Saat ini pemerintah Korea sudah memiliki 3 metode untuk mengenakan biaya membuang
sampah makanan pada warganya. Pertama melalui kartu RFID (Radio Frequency
Identification). Di sini warga bisa menggunakan kartu personal di tempat sampah khusus.
Tutup tempat sampah akan terbuka ketika kartu ditempelkan ke wadah pembuangan itu.

Nantinya sampah secara otomatis diukur dan terekam di akun milik pengguna. Mereka perlu
membayar tagihan ini tiap bulannya. Adapun harga tempat sampah RFID dijual seharga 1,7
juta won (Rp19,4 juta) dan bisa melayani sampai 60 rumah.

12
Metode pembayaran kedua menggunakan kantung sampah prabayar. Kantung yang didesain
khusus itu dihargai tergantung volume sampah. Contohnya di Seoul kantung sampah 10 liter
dihargai sekitar 190 won (Rp2.171).

Terdapat juga sistem manajemen bar code di Korea yang mana warga menyetorkan sampah
makanan langsung ke tempat sampah kompos. Mereka membayarnya dengan membeli
stiker bar code yang menempel pada tempat sampah.

Hampir semua kompleks pemukiman di Korea Selatan telah dilengkapi dengan salah satu dari
ketiga sistem pembayaran tersebut. Bahkan sebelum sistem pembayaran sesuai berat
diperkenalkan, warga setempat telah dikenai biaya untuk sampah makanan. Biayanya dibagi
rata diantara tenant dari tiap blok apartemen.

Sistem baru tidak hanya adil, tapi juga membuat konsumen sadar akan sampah yang berlebihan.
Apabila lebih banyak sampah mereka buang maka akan semakin besar mereka membayar.

Ternyata hal ini cukup efektif. Seperti yang dirasakan ibu rumah tangga di Seoul, Kwan, yang
sekarang melakukan metode inovatif untuk mencegah sampah makanan. Ia memastikan
menyaring semua cairan dari sisa makanan sebelum membuangnya.

Kwon juga memisahkan produk segar dan makanan lainnya jadi porsi kecil. Sehingga hanya
jumlah bahan yang dibutuhkan akan ia pakai saat membuat makanan. Ketika membuat sayuran,
misalnya, ia mencoba menggunakan sebanyak mungkin bagian yang dapat dikonsumsi untuk
meminimalkan sampah.

Sementara itu, restoran dan bisnis berbasis makanan juga secara aktif mencoba mengurangi
biaya pembuangannya. Ada yang menggunakan prosesor sampah makanan sendiri yang mana
mesin bisa mengubah sisa makanan jadi bubuk kering untuk pupuk. Terdapat pula restoran
yang aktif mengurangi jumlah sampah makanan dengan mendonasikan sisa ke orang miskin
dan kelaparan.

2.7 Sistem listrik sejong

Korea Electric Power Corporation, lebih dikenal sebagai KEPCO, (한국전력공사: Hanguk

Jeollyeok Gongsa NYSE: KEP, KRX: 015760) adalah utilitas listrik terbesar di Korea Selatan,
bertanggung jawab untuk pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik dan pengembangan
proyek tenaga listrik termasuk di tenaga nuklir, tenaga angin dan batubara. KEPCO

13
bertanggung jawab atas 93% dari pembangkit listrik Korea. Pemerintah Korea Selatan
memiliki pangsa 51% dari KEPCO. Bersama dengan afiliasi dan anak perusahaan, KEPCO
memiliki kapasitas terpasang 65.383 MW.

2.8 Sistem Transportasi Modern

Korea Selatan sudah memiliki transportasi umum yang modern dan canggih. Sistem
transportasi yang terpadu terhubung dari satu tempat ke tempat lain dengan nyaman. Beberapa
transportasi umu di Sejong misalnya bus umum dan BRT.

a. Transportasi Bus

Stasiun bus ini berada di bawah tanah hanya diperbolehkan untuk 2 jalur bus. Ruang tunggu
bus sangat nyaman selagi menunggu bus datang. Selain waktu kedatangan, mereka memiliki
peta interaktif, rute bus, fungsi kamera dan informasi tentang daerah tersebut.

14
b. BRT (Bus Rapid Transit)

Sejong, meluncurkan sistem Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Korea. Sistem baru
yang dikembangkan di dalam negeri menghubungkan Stasiun Kereta Osong KTX di
Chungcheongbuk-do (Provinsi Chungcheong Utara), Kota Sejong, dan Daejeon .

Disebut "kereta bawah tanah" untuk sistem jalur khusus, mirip dengan rel dan
terowongan khusus sistem kereta bawah tanah konvensional, yang memungkinkan
ketepatan waktu dan kecepatan, BRT diadopsi oleh Kota Sejong untuk menyediakan
transportasi inovatif dan hemat biaya kepada penghuninya yang baru. Pembangunan
jaringan sepanjang 31,2 kilometer, yang memungkinkan perjalanan dengan kecepatan
tinggi di jalur bus-hanya di atas dan di bawah tanah, dimulai pada Agustus 2008.
Mobilnya memiliki 29 kursi, dan bisa mengangkut 93 penumpang sekaligus.

15
2.9 Keberhasilan

Keberhasilan yang diraih oleh Sejong yakni;

- Memberi ruang baru untuk perumahan dan permukiman bagi penduduk


- Sistem kelembagaan dan tata kelola yang baik, sehingga keberhasilan pembagunan
kota serta permukiman tepat pada waktunya
- Membangun ruang terbuka hijau dan sistem pengairan sebesar 50% dari luas kota
- Mengurangi kendaraan bermotor tanpa mengurangi akses publik
- Menyediakan perumahan rakyat yang berkualitas
- Membangun lingkunngan yang nyaman

16
BAB II

PENUTUP

KESIMPULAN :

17

Anda mungkin juga menyukai