0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
168 tayangan

Bab Ii

Dokumen ini membahas sejarah dan penyelidikan geologi yang telah dilakukan di wilayah konsesi tambang batubara PT Baradinamika Mudasukses. Beberapa penyelidikan terdahulu telah menghasilkan peta geologi, data hasil pemboran, dan perkiraan cadangan batubara. Dokumen ini juga menjelaskan vegetasi, penggunaan lahan, demografi dan sosial ekonomi masyarakat lokal di sekitar wilayah konsesi.

Diunggah oleh

ijay
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
168 tayangan

Bab Ii

Dokumen ini membahas sejarah dan penyelidikan geologi yang telah dilakukan di wilayah konsesi tambang batubara PT Baradinamika Mudasukses. Beberapa penyelidikan terdahulu telah menghasilkan peta geologi, data hasil pemboran, dan perkiraan cadangan batubara. Dokumen ini juga menjelaskan vegetasi, penggunaan lahan, demografi dan sosial ekonomi masyarakat lokal di sekitar wilayah konsesi.

Diunggah oleh

ijay
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 17

BAB II

KEADAAN UMUM

2.1 Sejarah Umum PT Baradinamika Mudasukses

Baradinamika Mudah sukses telah mendapatkan daerah KP

Eksplorasi batubara di Daerah Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten

Malinau, Kalimantan Timur.

Tabel 2.1. : Daerah KP Eksplorasi Baradinamika Mudasukses

Status
Luas/Kode
Perusahaan Lokasi KP/Tahap Keterangan
Wilayah
Penyelidikan
Baradinamika Malinau 10.820 Ha KP Eksplorasi SK KP
Mudasukses Selatan, Kw 96 APP Eksplorasi tgl 22
Kab. 227 Juli 1998 s/d 22
Malinau KP Eksploitasi Juli 2001
, Kal-tim SK KP
Eksploitasi
Tgl ……..

Penyelidikan geologi di daerah ini dimaksudkan untuk

mengetahui penyebaran batubara, ketebalan, kualitas dan cadangan

batubara, sebagai data masukan untuk perencanaan tambang. Untuk

itu telah dilakukan penyelidikan geologi yang meliputi pemetaan geologi

permukaan, pemboran, pemetaan topografi dan analisa kualitas

batubara.

2-1
2.1.1 Penyelidikan Terdahulu

1. Tahun 1982

BRGM dan Direktorat Sumber Daya Mineral (DSDM), Departemen

Pertambangan dan Energi. Melakukan Pemetaan Geologi regional skala 1

: 250.000 di daerah Kalimantan Timur Laut, dimana didalamnya termasuk

daerah Malinau.

2. Tahun 1993 - 1994

Team Geologi PT. BDMS dan Direktorat Sumberdaya Mineral (DSDM),

Departemen Pertambangan dan Energi. Melakukan pemetaan geologi

dan topografi dengan skala 1 : 10.000, 1 : 5.000 dan 1 : 1.000 serta

pemboran sebanyak 34 titik dengan kedalaman total 1879,8 m di daerah

Kec. Malinau, Kab. Bulungan, Propinsi Kalimantan Timur. Luas daerah

yang diselidiki sekitar 5000 Ha. dan analisa kualitas sebanyak 50 sampel.

Dari laporan yang ada terdapat beberapa kesimpulan antara lain ;

- Tebal lapisan batubara di Formasi Langap berkisar 0,45 – 8,4 m.

- Cadangan terukur 14.273.671 ton, terunjuk 4.429.639 ton dan tereka

4.168.904 ton. Total cadangan 22.872.214 ton.

3. Tahun 1994

Team PT. Baradinamika Mudasukses melakukan studi kelayakan dalam

rangka rencana penambangan batubara di Kecamatan Malinau, Kab.

Bulungan, Propinsi Kalimantan Timur.

Dari laporan yang ada terdapat daerah potensial untuk ditambang antara

lain, daerah Todok, Loreh, Loreh-Betung dan S. Betung.

2-2
Ketebalan lapisan batubara secara umum berkisar antara 0,45 – 8,4m.

Hasil perhitungan diperoleh jumlah cadangan terukur untuk daerah

langap dan sekitarnya adalah 7.666.593 ton

4. Tahun 1996

Team Theopilus Matasak melakukan pemetaan geologi dan topografi

detail dengan skala 1 : 1000 dan pemboran di daerah Langap, Seturan

dan Tanjung Nanga, Kecamatan Malinau, Kabupaten Malinau, Propinsi

Kalimantan Timur.

5. Tahun 1999

Team PT. Mitrabara Adiperdana melakukan studi kelayakan di wilayah

KP. KW.97 PP 0138 yang terletak di desa Longrat, Nunuk Tanah Kibang

dan Langap, Kec. Malinau, Kab. Bulungan, Propinsi Kalimantan Timur.

Dari laporan yang didapat beberapa kesimpulan diantaranya ;

- Luas daerah yang diselidiki 3.471 Ha.

- Sumberdaya terukur 24.033.308 ton, cadangan mineable 11.495.810

ton.

6. Tahun 2000

Laporan lengkap eksplorasi KP. Eksplorasi KW 97 PP 0138, daerah

Langap, Kec Malinau, Kab.alinau, Propinsi Kalimantan Timur.

Dari laporan yang ada terdapat beberapa kesimpulan antara lain, dijumpai

12 lapisan batubara di daerah penyelidikan yang berkembang menjadi 19

2-3
lapisan karena adanya splitting, jumlah sumberdaya batubara adalah

25.811.195 ton (terukur dan terunjuk).

7. Tahun 2002 – Sekarang

Team eksplorasi BDMS melakukan penyelidikan khususnya pemetaan

topografi skala 1 : 1000, infill drilling dan analisa kualitas batubara,

terutama di Pit Benuang, Pit Sungai Tiga dan Pit Betung daerah KP. PT.

BDMS.

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara Administratif daerah penyelidikan terletak di Kecamatan

Malinau Selatan, Kabupaten Malinau Propinsi Kalimantan Timur yang

merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bulungan pada tahun 2000.

Meliputi beberapa desa yaitu Desa Long Loreh, Sengayan, Bila

Bekayuk, Pelancau, Langap, Nunuk Tanah Kibang, Long Rat, Laban

Nyarit, Seturan, Long Lakek, Punan Rian, Metut dan Desa Tanjung

Nanga. Banyaknya Desa yang masuk di dalam daerah penelitian

dikarenakan setiap suku mempunyai pemerintahan desa sendiri,

walaupun masih di lokasi yang sama, seperti halnya Long Loreh,

Sengayan, Bila Bekayuk dan Pelancau.

Daerah penelitian dapat dicapai dari Jakarta dengan pesawat

terbang melalui Balikpapan dan Tarakan. Dari Tarakan ke Malinau bisa

ditempuh dengan dua jalur angkutan yaitu melalui jalur laut dan sungai

yang dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam atau dapat ditempuh melalui

jalur udara dengan penerbangan berjadwal Dirgantara Air Services

2-4
(DAS) selama 30 menit. Seluruh perjalanan dapat ditempuh dalam satu

hari.

2.3 Vegetasi

Pada lokasi penambangan batubara terdapat jenis tumbuh- tumbuhan

tropis mulai dari rerunmput, semak-semak, pisang hingga pohon-pohon yang

berdiameter cukup besar seperti pohon duruian, pohon mangga, pohon

langsat dan beberapa tumbuhan kayu jenis lainnya yang tumbuh subur di

sekitar lokasi penambangan. Seperti pada gambar 2.1 adalah merupakan

tumbuhan yang tumbuh tumbuh disekitar lokasi pertambangan.

2-5
Gambar 2.1

Vegetasi Daerah Penyelidikan

2-6
Gambar 2.2

Peta Lokasi PT. Baradinamika Mudahsukses

2-7
2.4 Tataguna Lahan

Sebagian besar daerah penyelidikan merupakan daerah kawasan

hutan produksi yang dikelola oleh PT. Inhutani I dan PT. Inhutani II

sebagai Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN). Sebagian kecil

merupakan daerah perladangan dan perkampungan penduduk. Daerah

perkampungan pada umumnya terletak dipinggir sungai besar dan

perladangan tidak jauh dari perkampungan. Cara bercocok tanam

dilakukan dengan sistem ladang berpindah yang ditanami hanya untuk 1

musim yang kemudian ditinggal untuk ditanami lagi pada tahun keempat

atau kelima. Dengan adanya jalan angkutan kayu dan batubara

perladangan mulai menjauh dari kampung dan membuka ladang di sekitar

pinggir jalan produksi.

2.5 Keadaan Penduduk dan Sosial Ekonomi

Penduduk di daerah penyelidikan didominasi oleh rumpun dayak

dari suku Punan, Merap, Kenyah, dan sebagian kecil suku Bugis dan

Jawa sebagai pendatang. Mata pencaharian pada umumnya berladang,

berburu, mencari kayu gaharu dan sebagian kecil bekerja di

perusahaan.

Agama yang dianut oleh penduduk terdiri dari agama Kristen

Protestan yang merupakan kelompok penganut terbesar, kemudian

Katolik, dan sebagian kecil Islam yang pada umumnya dianut oleh

2-8
pendatang. Di semua desa terdapat gereja sedangkan mushala

terdapat di Desa Tanjung Nanga, Langap dan Sengayan.

Tingkat pendidikan pada umumnya tamatan SD, kemudian SMP

dan beberapa orang SMA dan perguruan tinggi. Fasilitas pendidikan

terdiri dari lima buah SD Negeri dan 1 (satu) buah SMP Negeri.

Fasilitas kesehatan yang terdapat di daerah penyelidikan terdiri

dari 1 buah Puskesmas yang berada di dea Long Loreh dan tenaga

medis perawat atau bidan dibeberapa desa.

2.6 Keadaan Geologi Penelitian

2.6.1 Morfologi

Secara umum daerah penelitian terdiri dari 2 satuan morfologi,

yaitu :

 Satuan morfologi perbukitan bergelombang

 Satuan morfologi dataran alluvial

a. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang

Satuan ini menempati lebih 80% luas daerah penelitian,

merupakan jajaran perbukitan memanjang dari utara ke timur

mulai dari Loreh, Benuang, Kitan, Todok, kemudian di bagian

selatan memanjang mulai dari Rian, Seturan, Tanjung Nanga,

sedangkan di bagian barat memanjang mulai dari Beringin,

Maritam, Langap, Betung sampai ke Sungai Loreh, dengan

perbukitan bergelombang di bagian timur relatif lebih terjal

2-9
dibanding perbukitan di bagian manapun di daerah penelitian.

Semua jajaran perbukitan ini membentuk suatu konfigurasi cekung

ke dalam, yang mencerminkan adanya suatu bentuk struktur

geologi sinklin, menunjam di ke dua ujungnya utara dan selatan,

dengan kemiringan lebih terjal di bagian timur yang membentuk

sinklin tidak simetris. Dibagian timur daerah penyelidikan, terdapat

Gunung Sidi yang mempunyai ketinggian 783 m di atas

permukaan laut, merupakan intrusi andesite yang menerobos

formasi batuan yang ada di daerah penyelidikan.

b. Satuan Morfologi Dataran Alluvial

Satuan ini menempati bagian tengah daerah penelitian di sisi kiri

dan kanan Sungai Malinau dan Sungai Seturan, pada umumnya di

tempati oleh satuan endapan alluvial kuarter. Daerah

perkampungan dan daerah pertanian sebagian besar menempati

daerah dataran ini.

c. Topografi

Pemetaan topografi telah dilakukan dalam skala 1:10.000 dan skala

1:1.000 pada sebagian besar daerah penyelidikan.Pada tahun 1993

DSDM melakukan pemetaan topografi di daerah Loreh, Benuang dan

Todok, sedangkan pada tahun 1996 Team Theopilus Matasak

melakukan pemetaan untuk daerah Seturan, Yarder dan Langap.

Pada Tahun 1998 Daerah Sungai Tiga dan Daerah betung dipetakan

oleh team survey perusahaan sendiri.

2-10
Pengukuran 8 titik kontrol geodetik dengan mempergunakan

metoda survey Differential GPS, telah dilakukan pada bulan Agustus

1996 oleh PT. Geoservices, mengacu ke titik ikat nasional milik

Bakosurtanal yang terletak di Bandara Malinau, di depan kantor

Missionary Aviation Fellowship (MAF), mempergunakan alat receiver

4000SST buatan Trimble Navigation. Hasil pengukurannya disajikan

dalam sistim WGS 84 dan ID 74 seperti yang terlihat dalam tabel 2

dan tabel 3 di bawah ini.

Untuk selanjutnya semua titik acuan yang dipakai di daerah-

daerah yang belum disurvey, akan mempergunakan titik acuan

tersebut di atas. Sedangkan untuk daerah yang sudah diukur, apabila

memungkinkan secara berangsur akan disesuaikan dengan titik

acuan yang sama.

Tabel 2.9 Koordinat Titik GPS Dalam Datum ID 1974


No Point Geodetic UTM Height

Latitude Longitude X Y
1 BM00-B. Sidi 03 08 34.3744 116 30 19.3696 445042.774 347399.370 783.877
2 AM01- Loreh 03 10 11.2628 116 28 13.5555 441161.066 350376.234 54.879
3 BM01-Loreh 03 09 55.2394 116 28 12.7192 441135.002 349884.248 54.791
4 BM02-Todok 03 07 14.9599 116 29 49.0019 444104.314 344961.403 117.870
5 BM03-Langap 03 07 36.2963 116 27 38.7619 440084.735 345618.531 61.025
6 AM04-Seturan 03 05 08.9926 116 28 20.6154 441374.299 341094.915 63.933
7 BM04-Seturan 03 05 06.4703 116 28 23.9919 441478.482 341017.417 64.103
8 BM05-Rian 03 05 29.1573 116 30 38.5274 445631.434 341712.034 144.348

2-11
2.6.2 Stratigrafi

Daerah penelitian secara regional termasuk ke dalam Cekungan

Tarakan, dengan formasi batuan terdiri dari Formasi Mentarang, Formasi

Long Bawan, Formasi Tenampak, Formasi Sebuku, Formasi Tempilon,

Formasi Malinau dan Formasi Langap yang diakhiri oleh intrusi batuan

beku dan satuan aluvial resen. Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian dari tua ke muda terdiri dari Formasi Malinau, Formasi Langap

dan satuan batuan alluvial.

a. Formasi Malinau

Formasi Malinau di daerah penelitian terdiri dari perselingan batuan

argilit dan batu lanau.Batuan argilit berwarna kelabu tua, sangat

keras, berlapis dengan ketebalan 0.5 m sampai 2 m, sedangkan

batulanau berwarna kelabu, keras sampai agak keras.Menurut

BRGM, 1982 formasi ini diendapkan dalam lingkungan laut dalam

sampai darat, diendapkan pada umur Eosen Awal. Diatasnya secara

tidak selaras diendapkan Formasi Langap. Formasi ini tersingkap di

Sungai Malinau, Sungai Ran, Sungai Rian dan Sungai Seturan.

b. Formasi Langap

Formasi Langap terdiri dari perselingan antara batupasir, batu lanau,

batu lempung dan sisipan batubara. Struktur sedimen yang

berkembang adalah paralel laminasi, perlapisan silang-siur, struktur

menghalus ke atas, perlapisan menjemari. Dengan adanya struktur

sedimen tersebut di atas serta kandungan belerang dari batubara

2-12
yang sangat rendah, maka lingkungan pengendapan Formasi

Langap berupa lingkungan lakustrin (BRGM, 1982). Sedangkan umur

dari batuan ini adalah Miosen akhir dan diendapkan secara tidak

selaras di atas Formasi Malinau.

Formasi Langap dibagi dalam 3 satuan batuan, yaitu dari tua ke

muda :

 Satuan konglomerat terdiri dari batuan konglomerat dan

batupasir dengan sisipan batulempung, menempati 10% dari

daerah penelitian.

Konglomerat memperlihatkan sifat fisik berwarna abu-abu tua,

dengan fragmen batuan beku andesit dengan matrik batupasir

dan tufa. Fragmen berukuran 2 mm sampai dengan 5 cm.

Batupasir berwarna abu-abu kecoklatan sampai abu-abu

berukuran pasir halus sampai kasar, membundar sampai

menyudut tanggung, tufaan.

 Satuan batuan batupasir terdiri dari batupasir tufaan,

batulempung, batulanau dan lensa-lensa batubara, mempunyai

kontak berangsur dengan satuan batuan di bawahnya,

penyebaran 20% di daerah penelitian.

Batupasir berwarna abu-abu tua sampai abu-abu terang,

mempunyai ukuran butir halus sampai kasar, dengan bentuk

butir membulat sampai menyudut, dengan komposisi mineral

terdiri dari mineral felsfar, tufa dan kwarsa. Struktur sedimen

2-13
yang berkembang adalah paralel laminasi dan menghalus ke

atas dan mengandung pita-pita dan lensa batubara.

Batulempung berwarna kelabu sampai coklat muda, lunak

dengan sisipan tipis batupasir tufaan. Batulanau, kelabu tua

sampai kelabu muda, keras. Mengandung lensa-lensa batupasir

dan nodul-nodul batulempung.

 Satuan Batulanau terdiri dari batulanau, batulempung, batupasir

dan batubara, kontak dengan batuan dibawahnya berubah

secara berangsur, menempati daerah seluas 35% dari seluruh

daerah penelitian.

Batulanau berwarna abu-abu, agak keras mempunyai sisipan

batulempung karbonan dan lensa-lensa batubara. Batupasir

berwarna abu-abu tua sampai abu-abu terang, besar butir

berukuran halus sampai kasar, porositas sedang, membundar

tanggung, komposisi mineral terdiri dari kuarsa, felsfar,

struktur sedimen paralel laminasi, perlapisan silang-siur dan

menghalus ke atas. Batulempung berwarna abu-abu, lunak

dan mengandung konkresi besi. Batubara berwarna hitam

kusam sampai mengkilap dengan cleat jarang sampai rapat

sekali, pada beberapa tempat mengandung resin, keras

sampai agak keras dengan ketebalan antara beberapa

centimeter sampai 9 meter. Lapisan batubara terdiri dari

beberapa lapisan dengan ketebalan bervariasi, menebal

2-14
dibeberapa tempat dan kemudian menipis, kadang-kadang

menghilang, spliting menjadi beberapa lapisan tipis. Pada

bagian atap dan lantai kadang-kadang dijumpai adanya

undulasi, tidak rata, sehingga terjadi adanya variasi di dalam

kemiringan.

2.6.3 Struktur Geologi

Pola struktur daerah penelitian dipengaruhi oleh tektonik regional

yang bekerja di Cekungan Tarakan. Secara regional daerah penelitian

terletak pada jalur subduksi yang berubah menjadi paparan ke arah timur,

dengan pola gaya berarah barat-timur. Komplek subduksi ini dicirikan oleh

adanya intrusi batuan beku andesit yang berumur lebih muda dari Miosen

Akhir (BRGM, 1982).

Gaya yang berarah barat-timur ini mengontrol struktur yang terjadi

di daerah penelitian, sehingga membentuk sumbu-sumbu perlipatan

dengan arah utara-selatan dan sesar-sesar mendatar yang membentuk

sudut terhadap sumbu perlipatan. Dengan adanya intrusi Gunung Sidi

mengintensifkan gaya yang telah ada sehingga membentuk sinklin

Malinau yang a-symetris dan menunjam di kedua ujungnya. Kemiringan

lapisan di bagian timur sayap sinklin mempunyai sudut kemiringan yang

lebih terjal 30 dibandingkan dengan kemiringan lapisan pada sayap

sinklin bagian barat dengan sudut kemiringan yang relatif landai di bawah

10. Setelah berkurangnya aktifitas Gunung Sidi dan gaya-gaya barat-

2-15
timur, maka terjadi keseimbangan gaya dengan terbentuk sesar-sesar

turun.

Tanda-tanda sesar di lapangan dapat dilihat dengan adanya pola

aliran sungai yang memanjang dan membelok tiba-tiba, indikasi struktur

berupa bidang-bidang sesar, bidang gores, breksi sesar sebagai akibat

gerusan, milonitisasi, zona hancuran batuan serta kedudukan kemiringan

batuan yang tidak beraturan. Dari data pemboran dicirikan dengan adanya

offset dari kontur struktur atau menghilangnya batubara.

2.6.3 Sejarah Geologi

Pada kala Eosen Awal, diendapkan Formasi Malinau dengan

lingkungan pengendapan laut dalam yang mengalami regressi, secara

berangsur menjadi lingkungan pengendapan darat, yang kemudian di

atasnya diendapkan secara tidak selaras batuan dari Formasi Langap

pada kala Miosen Akhir dengan lingkungan pengendapan lakustrin yang

membentuk lapisan-lapisan batubara. Pada masa setelah Miosen terjadi

proses subduksi yang mengakibatkan terjadinya perlipatan yang diakhiri

dengan intrusi Gunung Sidi.

2.6.4 Geologi Batubara

Formasi pembawa batubara (Coal Bearing Formation) di daerah

penelitian adalah Formasi Langap yang diendapkan dalam lingkungan

darat. Lapisan-lapisan batubara dibentuk dalam lingkungan darat, yaitu di

dalam daerah-daerah limpahan banjir, sehingga perkembangan

batubaranya tidak konsisten, cepat berubah dalam ketebalan pada jarak

2-16
yang dekat, menipis dan menebal dengan cepat, menghilang dan melensa

karena tererosi kembali oleh aliran sungai dan pindahnya daerah limpahan

banjir, ataupun membelah dan memisah menjadi beberapa lapisan tipis

(splitting).

Sebagai akibat adanya proses subduksi yang diikuti dengan intrusi

Gunung Sidi, maka terbentuk suatu struktur geologi yang komplek berupa

perlipatan dan pensesaran, yang membentuk sinklin menunjam yang tidak

simetris, terjal di sayap sinklin bagian timur dan landai di sayap bagian

barat.

Intrusi Gunung Sidi mengakibatkan adanya “up grading” atau

peningkatan kualitas dari batubara di sekitarnya sehingga mempunyai

kalori yang sangat tinggi di atas 7.000 Kcal/Kg, bahkan ada yang

mencapai 8.200 Kcal/Kg seperti di Seam E Blok VIII, sedangkan pada

bagian yang semakin jauh dengan Gunung Sidi, pengaruh intrusi semakin

lemah dan akhirnya menghilang. Kualitas batubara menurun sampai

sekitar 5.800 Kcal/Kg di daerah Yarder Selatan.

2-17

Anda mungkin juga menyukai