Makalah Analisis Pasar Bersaing
Makalah Analisis Pasar Bersaing
Makalah Analisis Pasar Bersaing
OLEH: KELOMPOK 4
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita akan mulai dengan melihat bagaiman surplus produsen dan konsumen
dapat digunakan untuk mempelajari efek kesejahteraan (welfare effect) dari suatu
kebijakan pemerintah-dengan kata lain siapa yang untung dan siapa yang rugi
karena kebijakan tsb, dan berapa besarnya . Kita juga menggunakan surplus
prosdusen dan konsumen untuk menunjukkan efisiensi pasara bersaing- mengapa
harga dan jumlah equilibrium dalam suatu pasar bersaing memaksimalkan agregat
kesejahteraan ekonomis konsumen dan produsen.
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Keadaan ini digambarkan dalam contoh 9.7, Pmin adalah harga minimum
yang digariskan oleh pemerintah. Jumlah yang sekarang disuplai adalah Q 2 dan
kualitas permintaan adalahQ3, selisihnya menunjukan kelebihan suplai yang tidak
terjual. Kini mari kita lihat perubahan yang diakibatkan oleh surplus konsumen dan
surplus produsen.
DCS = -A – B
DPS = A – C – D
Contoh lain dari harga minimum yang ditetapkan pemerintah adalah undang-
undang tentang upah minimum. Hal ini digambarkan dalam gambar 9.8, yang
menunjukan penawaran tenaga kerja dan kebutuhan tenaga kerja. Upah ditetapkan
pada Wmin, suatu tingkat harga yang lebih tinggi dari upah ekuilibrium w 0.
Akibatnya, para pekerja yang dapat memperoleh pekerjaan akan memperoleh upah
yang lebih tinggi. Namun beber
apa orang yang ingin bekerja tidak dapat memperoleh pekerjaan. Kebijakan
tersebut mengakibatkan pengangguran, yang dalam gambar adalah L2 – L1.
CS = -A – B
PS = A + B + D
Pemerintah Tetapi ada juga biaya untuk pemerinyah (yang harus dibayar
dengan pajak yang pada akhirnya akan menjadi biaya bagi konsumen). Biaya
tersebut adalah (Q2 – Q1)Ps, yang harus dibayar oleh pemerintah untuk keluaran
yang dibelinya. Dalam gambar 9.10 hal ini dinyatakan oleh segiempat yang
bertanda titik-titik. Biaya ini bisa dikurangi apabila pemerintah dapat
melaksanakan “dumping” untuk sebagian produk yang dibelinya, yaitu menjual di
luar negeri dengan harga rendah. Tetapi hal itu mengganggu kemampuan produsen
domestik menjual di pasar luar negeri, dan keinginan utama pemerintah menolong
produsen domestik.
Seperti yang akan kita lihat dalam contoh 9.4, krugian kesejahteraan ini bisa
sangat besar. Tetapi yang terburuk dari kebijakann ini adalah bahwa sebenarnya
ada cara yang jauh lebih efisien untuk meningkatkan kemakmuran petani. Bila
tujuannya adalah memberi pendapatan tambahan kepada para petani setara A + B +
D, maka adalah jauh lebih hemat ongkosnya bagi masyarakat dengan langsung
memberi mereka uang daripada lewat dukungan harga. Karena dengan dukungan
harga konsumen kehilangan A + B, dengan membayar petani secara langsung,
masyarakat menghemat segiempat besar yang bertitik-titik, dikurang segitiga D.
lalu mengapa dalam meningkatkan kesejahteraan para petani pemerintah tidak
langsung memberi uang saja? Mungkin karena dukungan harga merupakan
pemberian yang tidak terlalu kentara dan secara politis lebih menarik.
Kuota Produksi
Ini adalah cara pemerintah kota mempertahankan tarif taksi yang tinggi.
Mereka membatasi penawaran total dengan masyarakat agar setiap taksi memiliki
medali pengenal dan membatasi jumlah medali tersebut. Akibatnya pada tahun
1990 sebuah medali dapat dijual dengan harga $199.000. jadi tidak mengherankan
jika perusahaan-perusahaan taksi selalu menentang penghapusan medali secara
bertahap untuk diganti dengan sistem terbuka, Washington DC memiliki sistem
terbuka seperti itu.
Contoh lain dari kebijakan seperti itu adalah kontrol terhadap lisensi
minuman keras oleh negara-negara bagian. Dengan mensyaratkan agar setiap bar
atau restoran yang menyajikan alkohol memiliki lisensi minuman keras dan
membatasi jumlah lisensi, pemasukan dari restoran-restoran baru yang
memungkinkan pemilik lisensi memperoleh harga dan margin keuntungan yang
lebih tinggi.
CS = - A – B
Petani sekarang menerima harga yang lebih tinggi untuk produksi Q 1, yang
sebanding dengan penambahan surplus dari segiempat A. Tetapi karena produksi
dikurangi dari Q0 ke Q1, terjadi kehilangan dalam surplus produsen sebesar segitiga
C. Akhirnya petani menerima uang dari pemerintah sebagai insentif untuk
mengurangi produksi. Maka perubahan total dalam surplus produsen sekarang
adalah :
PS = A – C + B + C +D = A + B + D
Ini adalah perubahan yang sama dalam surplus produsen dengan dukungan
harga yang dipertahankan oleh pemerintah dengan cara pembelian keluaran. (Lihat
kembali gambar 9.10). jadi para petani tidak perduli dengan kedua kebijakan
tersebut karena mereka akhirnya memperoleh jumlah uang yang sama.
Kesejahteraan = -A – B + A + B + D – B – C – D = -B – C
Jelas bahwa masyarakat akan lebih memilih untung dalam pengertian efisien
bila pemerintah hanya memberikan A +B + D kepada petani, tanpa mengutak-atik
harga dan keluaran pertanian. Petani akan memperoleh A +B + D, pemerintah akan
kehilangan A +B + D, dengan perubahan kesejahteraan sebesar nol, dari pada
kehilangan B + C. Namun, efisiensi ekonomi tidak selalu menjadi sasaran dari
kebijakan pemerintah.
Banyak Negara menggunakan kuota dan tariff impor untuk mempertahankan harga
domestic suatu produk di atas tingkat dunia yang memungkinkan industry
domestic menkmati keuntungan yang lebih tinggi daripada dalam peredagangan
bebas, seperti yang akan kita lihat, biaya untuk masyarakat karena adanya
perlindungan ini jadi tinggi, kerugian menjadi keuntungan besar bagi produsen
domestic.
Tanpa kuota atau tariff, tertentu duatu Negara akan mengimpor barang
apabila harga dunia berada dibawah harga pasar sekiranya tidak ada impor. S dan
D adalah kurva permintaan dan penawawaran domestik. Apabila tidak ada impor
maka harga dan jumlah domestic adalah Pw berada di bawah P0, sehingga
konsumen domestic terdorong untuk membeli dari luar negeri, yang akan mereka
lakukan bila impor tidak dilarang. Berapa banyak yang akan diimpor? Harga
domestic akan jatuh ke harga dunia Pw dan pada harga yang lebih rendah ini
produk domestic akan jatuh ke Qs dan konsumsi domestic akan naik ke Qd.
Dengan demikian impor adalah selisih antara konsumsi domestic dan produksi
domestic, Qd=Qs.
^CS = -A-B-C
^PS=A
Perubahan dalam surplus total, DCS + DPS, menjadi –B-C. lagi-lagi disini
terjadi suatu kerugian bobot mati-kerugian konsumen lebih banyak dari
keuntungan produsen.
Impor dapat juga dikurangi menjadi nol dengan menetapkan tariff yang
cukup tinggi. Tariff tersebut harus sama dengan atau lebih besar daripada selisih
anatara P0 dan Pw. Dengan tariff yang tinggi maka tidak aka nada impor dan
karenanya pemerintah tidak memperoleh penerimaan dan pungutan tariff sehingga
efeknya bagi konsumen dan produsen akan sama dengan adanya kuota.
dengan perdagangan bebas harga domestic akan sama dengan dunia Pw, dan impor
akan menjadi Qd. –Qs. Sekarang , misalkan tariff sebesar T dolar perunit
dikenakan terhadap impor. Maka harga domestic akan naik ke P* ( harga dunia
plus tarif); produksi domestic akan naik dan konsumsi domestic akan jatuh.
Dalam gambar 9.15, tariff ini mengakibatkan perubahan pada surplus
konsumen dengan
∆CS =-A-b-C-D
∆PS = A
Inilah yang terjadi dengan impor mobil dari jepang di tahun 1980-an .
pemerintah Reagan, karena tekanan produsen mobil domestic, melakukan
negoisasi pembatasan impor secara sukarela yang dengan pembatasan ini jepang
setuju membtasi pengiriman mobilnya ke Amerika Serikat. Dengan demikian
jepang dapat menjual mobil tersebut dengan harga yang lebih tinggi daripada harga
dunia dan memperoleh keuntungan lebih dari setiap kendaraannya. Akan lebih
menguntungkan bagi Amerika Serikat jika mengenakan tarif saja terhadap impor
ini.
2.6 Dampak Pajak atau Subsidi
Apa yang akan terjadi pada harga widget (piranti kecil) bila pemerintah
menetapkan |$1 untuk setiap widget yang terjual? Banyakb orang akan menajwab
bahwa harga akan naik $1, yaitu konsumen sekarang membayar $1 lebih per
widget dibandingkan bila mereka harus membayar tanpa pajak. Tetapi jawaban ini
salah.
ΔPS= -C-D
Subsidi dapat dianalisis dengan cara yang sama seperti halnya pajak- dalam
kenyataannya dapat memandang subsidi sebagai pajak negatif. Dengan subsidi,
harga penjual melampaui harga pembeli, dan selisih di antara dua jumlah itu adalah
subsidi. Seperti yang diperkirakan, efek dari subsidi pada jumlah yang diproduksi
dan dikonsumsi adalah kebalikan dari efek suatu pajak- jumlahnya akan naik.
1. QD = QD(Pb) 3. QD = QS
2. QS = QS(Ps) 4. Pb − Ps = s
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai manusia yang menjadi tempat salah dan khilaf, penulis sangat menyadari
bahwa tanpa disadari tentu saja banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak
disengaja dan menyadari pula bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini serta makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
http:/wikkiediaanalisispasarbersaing.co.id