Pra Proposal Pantai Solop
Pra Proposal Pantai Solop
Pra Proposal Pantai Solop
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT hingga penulis telah mampu menyusun
rancangan penelitian ini yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Magister Ilmu Lingkungan pada Program Pascasarjana Universitas
Riau.
Penulis menyadari bahwa rancangan ini belum sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk
penyempurnaan rancangan ini sehingga dapat menjadi pedoman penelitian
selanjutnya.
HARYONO KARIM
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................... 4
1.5. Kerangka Pemikiran .................................................................... 5
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
berupa bentang alam pantai, perairan pantai dan hutan mangrove. Pemanfaatan
yang selama ini dilakukan adalah mengeksploitasi fisik dan secara langsung
secara ekologi karena adanya limbah dari aktivitas wisata ataupun kerusakan
kualitas perairan. Dalam hal ini, pemanfaatan wilayah pesisir sebagai objek wisata
Cawan Kabupaten Indragiri Hilir terdapat Pantai Solop yang telah berkembang
menjadi destinasi wisata. Kawasan pantai ini sangat dikenal masyarakat Riau
karena memiliki daya tarik tersendiri dan saat ini mulai berbenah untuk
Pantai Solop diantaranya jalan jerambah beton, jalan jerambah kayu, air bersih
pembangkit listrik tenaga surya, jalan setapak, jalur lintasan mangrove (track),
sekitar 19.600 wisatawan lokal telah berkunjung dan berwisata di Pantai Solop.
Akan tetapi, belum adanya kriteria jumlah kunjungan pada objek wisata
Pantai Solop dapat mempengaruhi kapasitas daya dukung lingkungan kawasan ini.
Selama ini promosi yang dilakukan adalah untuk menarik minat wisata sebanyak-
menjadi acuan suatu kawasan wisata agar keberadaannya dapat tetap terus terjaga
potensi ekologis kawasan yang berarti kegiatan wisata tidak berpengaruh buruh
Pantai Solop ini sangat perlu dilakukan untuk menunjang pengelolaan kawasan
Berdasarkan latar belakang dan kondisi yang telah diuraikan tersebut maka
kawasan wisata pesisir dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
sebagai berikut:
penelitian-penelitian berikutnya.
Kabupaten Indragiri Hilir berupa bentang alam pantai, perairan pantai dan hutan
wisata dengan memanfaatkan potensi yang ada ini mesti memiliki kesesuaian
pariwisata berkelanjutan.
Kesesuaian ekologis dapat diukur dari indeks kesesuaian wisata dan daya
Fungsi dan
Manfaat
Pantai Solop
(Indragiri Hilir)
Kelestarian Wisata
Analisis SOAR
mempunyai kekayaan habitat yang beragam, di darat dan di laut, serta saling
dan ekologi. Dalam pembangunan wilayah pesisir, aspek ekonomi yang paling
sifat fisik yang khas sebagai suatu individualitas tertentu dan dapat dibedakan
dengan suatu wilayah lain di sekitarnya. Bentang alam ini terbentuk secara
Pantai adalah perbatasan daratan dengan laut atau bagian yang terpengaruh
air laut dengan daerah pasang tertinggi dan surut terendah (Poerwadarmina dalam
pantai adalah daerah yang mendukung keberadaan pantai berupa topografi tanah
terbentuk sehingga menjadikan kawasan pantai sebagai potensi alam yang layak
dengan karakteristik yang khas dijadikan objek wisata yang mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi wilayah. Bentang alam pantai dapat dijadikan tempat untuk
satu objek wisata yang memiliki potensi daya tarik bagi wisatawan karena wujud
dan suasana yang variatif dari suatu objek tersebut. Senoaji (2009) menyatakan
bahwa untuk tujuan wisata pantai, objek tersebut berpotensi dimanfaatkan mulai
dari kegiatan pasif (berupa menikmati pemandangan) hingga aktif (seperti jogging
jangkauan kegiatan penangkapan ikan dipengaruhi oleh jenis dan alat tangkap
serta armada yang rendah. Pemanfaatan ini merupakan pemanfaatan yang secara
memanfaatkan bentang alam daratan pantai sebagai objek wisata terkadang tidak
terlepas dari pemanfaatan wilayah perairan pantai untuk kegiatan wisata seperti
berenang, berperahu dan olah raga air. Hal ini tergantung dari potensi perairan
yang sesuai atau tidak untuk kegiatan wisata yang dikembangkan tersebut
2.1.3. Mangrove
merupakan tumbuhan berkayu yang tumbuh di kawasan antara darat dan laut di
daerah tropis dan sub-tropis. Tumbuhan ini berasosiasi dengan mikroba, jamur,
tumbuhan dan hewan yang dinamakan komunitas hutan mangrove atau dikenal
dengan nama lain sebagai mangal. Mangal dan asosiasi abiotiknya dinamakan
ekosistem mangrove.
berfungsi secara ekonomi dan sosial (Haikal, 2008). Mangrove memiliki nilai
yang lebih luas. Hutan ini juga menyediakan jasa ekosistem yang berharga
termasuk stabilisasi tanah pesisir dan perlindungan dari badai (Walters et al.,
2008). Mangrove merupakan kawasan yang memiliki sumber nutrien yang besar
seperti kepiting, udang dan ikan serta memberikan dukungan besar terhadap
pemanfaatan dari kayu mangrove itu sendiri untuk berbagai kepentingan manusia
seperti arang bakau, kayu cerocok dan kayu bakar. Tingkat pemanfaatan ini telah
mangrove memiliki potensi jasa lingkungan yang besar pula. Dengan potensi ini
untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Irma dan Susilowati, 2004).
Menurut Wahab (2003), pariwisata dapat terbentuk apabila ada pelaku wisata
yang didukung dengan sistem promosi dan pemasaran yang baik serta pelayanan
potensi wisata adalah semua objek (alam, budaya, buatan) yang memerlukan
banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan.
12
potensial untuk tujuan wisata. Potensi jasa lingkungan yang cukup besar telah
yang terencana secara menyeluruh sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal
daerah memiliki banyak pengaruh, baik dalam aspek ekologi, sosial dan ekonomi
berhubungan positif terhadap industri wisata, bahkan melebihi ambang batas daya
positif antar keduanya baik lingkungan maupun pariwisata. Hal ini akan terkait
(Sunaryo, 2013).
seperti pengelolaan sampah, daya dukung yang tidak sesuai maupun kesesuaian
wisata dapat berkembang baik karena dapat menjadi kegiatan atau atraksi
tersebut (Gunawan et al., 2016). Pada aspek ini, persepsi dan penerimaan
kepariwisataan dan lingkungan sekitar yang ada di suatu destinasi wisata akan
memberikan dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan dan begitu pula
dampak negatif diantara kedua faktor tersebut baik salah satu maupun keduanya.
berkelanjutan secara lingkungan, (2) dapat diterima oleh lingkungan sosial dan
budaya setempat, (3) layak dan menguntungkan secara ekonomi, dan (4)
tersebut.
16
positif terhadap kondisi lingkungan sebagai objek wisata. Kesesuaian wisata dan
daya dukung kawasan sebagai objek wisata terkait dengan tingginya aktivitas
kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan diperhatikan menjadi bagian penting
bersifat mass tourism, mudah rusak, dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas
berhubungan positif terhadap industri wisata, bahkan melebihi ambang batas daya
potensi sumberdaya alam dan peruntukkannya terhadap kegiatan wisata yang akan
berhati-hati serta manajemen yang komperhensif menjadi isu yang kritis terutama
dalam kaitannya dengan dampak yang dapat ditimbulkan dari tersebut. Wisatawan
yang datang ke suatu daerah membawa serta budaya dan perilaku ke dalam
masyarakat. Di samping itu, daya dukung sosial juga dapat menjadi ukuran
persepsi masyarakat terhadap objek dan aktivitas wisata sehingga pada akhirnya
satu obyek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi dan perilaku persepsi individu itu.
sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan
oleh beberapa faktor. Menurut Kalebos (2016) kualitas pelayanan, kualitas produk
wisata, serta obyek dan daya tarik wisata alam secara simultan berpengaruh
dampak ekonomi pada tingkat makro saja, tetapi juga pada tingkat mikro atau
dampak.
19
dan yang paling sering mendapat perhatian adalah dampak ekonomi, sosial, dan
ekonomi merupakan salah satu dampak yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan
wisata yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu dampak langsung
(direct impact), dampak tidak langsung (indrect impact), dan dampak lanjutan
kawasan wisata. Dampak ekonomi langsung adalah nilai yang diperoleh dari
transaksi wisatawan dengan unit usaha yang terdapat di kawasan wisata seperti
Menurut META (dalam Muhlisa, 2015), salah satu metode yang dapat
mesti diperhatikan, yaitu: (1) sumberdaya alam dan budaya, (2) organisasi
bahwa dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat terdapat dua makna yaitu: (1)
yang powefull pada kelompok yang powerless, dan (2) suatu proses untuk
memotivasi masyarakat yang tengah tidak berdaya agar memiliki kekuatan untuk
Dalam konteks ini terdapat dua kategori yakni kelompok yang sangat
pariwisata di suatu tempat dapat dikelola dengan baik dan berkelanjutan maka hal
memaksimalkan nilai manfaat sosial dan ekonomi dari kegiatan pariwisata untuk
dapat diperoleh dan dinikmati oleh masyarakat tempatan sebagai bagian dari
pariwisata tidak menjadi ancaman dan gangguan bagi keberlanjutan tatanan nilai-
ditawarkan oleh Stavros et al. (2003) sebagai alternatif terhadap analisis SWOT.
faktor-faktor aspirasi (aspirations) yang dimiliki dan hasil (results) terukur yang
ingin dicapai. Dalam pandangan ini, analisis SOAR hanya memperhatikan faktor-
faktor positif dari faktor yang membentuknya baik faktor eksternal maupun
internal.
22
Gambar 2. Kerangka Kerja Analisis SOAR (Sumber: Stavros dan Hinrichs, 2009)
Stavros dan Hinrichs (2009) menjelaskan bahwa dalam fase ini, pandangan
dari setiap orang dihargai. Penyelidikan dilakukan guna memahami secara utuh
nilai-nilai yang dimiliki setiap orang serta hal-hal terbaik yang pernah terjadi di
masa lalu. Kemudian setiap orang dibawa masuk ke dalam fase imajinasi,
diharapkan. Dalam fase ini, nilai-nilai diperkuat, visi dan misi diciptakan, Sasaran
jangka pendek, rencana taktikal dan fungsional, program, sistem, dan struktur
yang terintegrasi untuk mencapai tujuan masa depan yang diharapkan. Saksono
(2012) menyatakan bahwa guna tercapainya hasil terbaik yang terukur, setiap
orang yang terlibat harus diberikan inspirasi melalui sistem pengakuan dan
penghargaan.
internal yang dimiliki dan faktor-faktor strategi eksternal yang dihadapi. Diagram
terhadap faktor kekuatan dan peluang, menghimpun aspirasi dari para stakeholder
dan merumuskan hasil yang terukur dari ketiga faktor sebelumnya yang
daya dukung wisata pesisir Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa.
bahwa secara umum kualitas lingkungan perairan Pantai Tanjung Pasir dan
Pulau Untung Jawa masih sesuai untuk kegiatan wisata pantai, mangrove,
dan snorkeling. Daya dukung kawasan Pantai Tanjung Pasir sebanyak 162
langsung (direct effect) dihitung dari pendapatan bersih unit usaha yang
Multiplier adalah sebesar 1,7. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan II
strategi yang dihasilkan dirumuskan dari faktor kekuatan (S), peluang (O)
dan aspirasi (A). Alternatif strategi yang dihasilkan merupakan hasil (R)
yang terukur, yaitu (1) meningkatkan kualitas telur ayam ras yang aman
independen meliputi atraksi wisata (X1), fasilitas wisata (X2) dan kualitas
secara positif dan signifikan antara variabel atraksi wisata, fasilitas wisata
usaha.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan selama bulan Juli hingga September 2017.
Indragiri Hilir Provinsi Riau. Peta lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1.
Alat penelitian berupa alat-alat tulis, tali, meteran, kamera, kompas, GPS,
Secchi Disk, Current Drouge, Stopwatch dan buku identifikasi mangrove serta
3.3. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan teknik
untuk membentuk hasil dari parameter yang disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik yang selanjutnya dibahas secara deskriptif (Muflih et al., 2015). Analisis
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
langsung. Untuk data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang mendukung
penelitian ini. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini sebagaimana Tabel 1.
28
pantai yang meliputi: tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kemiringan
pantai, penutupan lahan dan ketersediaan air tawar. Pengukuran parameter bofisik
sisi kanan-kiri sepanjang jalur lintasan mangrove yang ada. Transek plot
biota yang diamati meliputi: ikan, crustacea, molusca, reptil, dan burung.
berlumpur.
diukur jarak antara vegetasi terakhir yang ada di pantai dengan batas
pasang tertinggi.
sudut pantai dalam satuan derajad persen (%). Kriteria kemiringan pantai
pelabuhan.
tawar dilakukan dengan cara mengukur jarak antara pusat lokasi kawasan
wisata rekreasi pantai dengan lokasi dimana sumber air tawar tersedia.
3.5.2. Wawancara/kuisioner
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dan
responden dengan alat bantu kuisioner. Teknik wawancara yang dilakukan adalah
wawancara terstruktur. Dalam teknik wawancara ini, selain kuisioner yang telah
pengunjung, masyarakat sekitar, pelaku usaha wisata kawasan objek wisata Pantai
Solop serta pemerintah daerah melalui kuisioner yang telah disusun dan
wisata wisatawan, tingkat persepsi masyarakat dan pendapatan usaha wisata dari
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi (N) adalah pengelola wisata,
pengunjung, masyarakat sekitar, pelaku usaha wisata kawasan objek wisata Pantai
Solop serta pemerintah daerah. Sampel (n) atau responden penelitian mewakili dari
𝐍
𝐧 = ..................................................................................................... (01)
𝟏+𝐍.𝐞𝟐
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kesalahan yang ditetapkan (10%)
1 = angka konstan
penduduk Desa Pulau Cawan Tahun 2015 untuk karakteristik usia 15 tahun atau
lebih (BPS Kabupaten Indragiri Hilir, 2016) yaitu sebanyak 530 jiwa dan
20.130
n =
1 + 20.130(0,1)2
20.130
n =
202,3
meliputi tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan
Desa Pulau Cawan. Responden pengunjung berdasarkan kategori umur ≥15 tahun.
34
pada daerah tersebut (Muflih et al., 2015). Rumus yang digunakan untuk
(2010), yaitu:
𝑁𝑖
𝐼𝐾𝑊 = ∑ ( ) 𝑥 100% .............................................................. (2)
𝑁𝑚𝑎𝑥
Keterangan:
IKW : Indeks Kesesuaian Wisata (rekreasi)
Ni : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor)
Nmaks : Nilai maksimum dari kategori wisata
kelas, meliputi: Sesuai (77,78 - 100%), Sesuai Bersyarat (55,56 - <77,78%) dan
Tidak Sesuai (<55,56%). Kategori parameter meliputi Sangat Layak (S1), Layak
(S2) dan Tidak Layak (S3). Parameter yang diamati sesuai dengan kategori
secara fisik dapat ditampung di kawasan yang tersedia pada waktu tertentu tanpa
menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Rumus yang digunakan dalam
𝐿𝑝 𝑊𝑡
𝐷𝐷𝐾 = 𝐾 𝑥 𝑥 ........................................................................... (3)
𝐿𝑡 𝑊𝑝
Keterangan:
DDK : Daya Dukung Kawasan (orang)
K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang)
Lp : Luas area (m2) atau panjang area (m) yang dapat dimanfaatkan
Lt : Unit area untuk kategori tertentu (m2 atau m)
Wt : Waktu yang disediakan untuk kegiatan dalam satu hari (jam)
Wp : Waktu yang dihabiskan pengunjung untuk setiap kegiatan (jam)
Potensi ekologis pengunjung per satuan area, luas dan waktu untuk
∑ Waktu Waktu
Unit Area
Jenis Kegiatan Pengunjung Pengunjung Wisata Keterangan
(Lt)
(K) (orang) (Wt) (Wp)
1. Wisata mangrove 1 50 m 1 9 panjang track
2. Rekreasi/berenang 1 50 m 2 9 panjang pantai
Sumber: Yulianda et al. (2010)
analisis terhadap daya dukung sosial ini meliputi tingkat kepuasan wisatawan
(Kalebos, 2016) dan persepsi masyarakat lokal (Irianto, 2011) terhadap objek
Jenjang Penilaian
No. Komponen
1 2 3 4
1. Kualitas pelayanan TP KP P SP
2. Kualitas produk wisata TP KP P SP
3. Objek dan daya tarik wisata TP KP P SP
Keterangan: TP (Tidak Puas) KP (Kurang Puas) P (Puas) SP (Sangat Puas)
Sumber: Stevianus (2014)
Jenjang Penilaian
No. Komponen
1 2 3 4
1. Pengetahuan wisata TB KB B SB
2. Atraksi wisata TB KB B SB
3. Peran pemerintah TB KB B SB
Keterangan: TB (Tidak Baik) KB (Kurang Baik) B (Baik) SB (Sangat Baik)
Sumber: Latupapua (2011)
37
terhadap objek wisata Pantai Solop. Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif.
berupa dampak langsung (direct effect), dampak tidak langsung (indirect effect)
dan dampak lanjutan (induced effect). Dampak langsung dihitung dari pendapatan
bersih unit usaha yang diperoleh dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata.
Dampak tidak langsung dihitung dari pendapatan tenaga kerja di tingkat lokal.
Dampak lanjutan dihitung dari pengeluaran tenaga kerja di dalam kawasan wisata
(Vanhove, 2005). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis
dampak ekonomi adalah multiplier effect analysis yang dibagi menjadi dua aspek,
Kedua adalah ratio income multiplier yaitu nilai yang menunjukkan sebesar
pendapatan lokal. Metode ini diformulasikan seperti dibawah ini (META dalam
Muhlisa, 2015):
𝐷+𝑁+𝑈
Keynesian Income Multiplier = ......................................................... (4)
𝐸
𝐷+𝑁
Ratio Income Multiplier Tipe 1 = ............................................................ (5)
𝐷
𝐷+𝑁+𝑈
Ratio Income Multiplier Tipe 2 = ........................................................ (6)
𝐷
38
Keterangan:
E : Pengeluaran pengunjung (Rp)
D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp)
N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp)
U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp)
bahari khususnya yang terletak di pulau rentan terhadap kebocoran. Metode ini
wisatawan yang keluar dari perekonomian lokal atau tidak sampai ke masyarakat
lokal.
yang terukur. Dalam kerangka kerja analisis SOAR didasarkan pada integritas
1. Strength (S)
masa depan. Faktor kekuatan (S) terkait dengan kesesuaian ekologis, daya
2. Opportunities (O)
peluang terbaik yang dimiliki serta dapat. Hal ini mensyaratkan adanya
berubah dengan sangat cepat. Faktor peluang (O) terkait dengan kebijakan
3. Aspirations (A)
Para stakeholder berbagi aspirasi dan merancang kondisi masa depan yang
kawasan wisata. Hal ini sangat penting guna menciptakan visi, misi serta
pengelolaan wisata pesisir menuju masa depan. Faktor aspirasi (A) terkait
pengelolaan wisata.
4. Results (R)
dirumuskan dari faktor kekuatan (S), peluang (O) dan aspirasi (A) yang
Adi, A.B., A. Mustafa dan R. Ketjulan. 2013. Kajian potensi kawasan dan
kesesuaian ekowisata terumbu karang Pulau Laras untuk pengembangan
ekowisata bahari. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1 (1) : 49-60.
Ali, D. 2004. Pemanfaatan potensi sumberdaya pantai sebagai obyek wisata dan
tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi wisata (studi kasus di
kawasan Wisata Pantai Kartini Jepara). Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro. Semarang.
Badan Pusat Statistik [BPS] Kabupaten Indragiri Hilir. 2016. Kabupaten Indragiri
Hilir Dalam Angka 2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Indragiri Hilir.
Tembilahan.
Bungin, B. 2011. Metodologi penelitian kuantitatif. Edisi Kedua. Kencana.
Jakarta. 308 hal.
Cahyadinata, I. 2009. Kesesuaian pengembangan kawasan pesisir Pulau Enggano
untuk pariwisata dan perikanan tangkap. Jurnal Agrisep. 9 (2) : 168-182.
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 2008. Pengelolaan sumber daya
wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.
Damayanti, A dan R. Ayuningtyas. 2008. Karakteristik fisik dan pemanfaatan
pantai Karst Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Makara Teknologi. 12 (2) :
91-98.
Denzin, N, K dan S. L. Yvonna. 2009. Handbook of qualitative research.
(Terjemahan: Dariyatno). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
English S, Wilkinson C, Barker V. 1997. Survey manual for tropical marine
resources. Autralian Institute Marine Science.Townsville.
Fandeli, C.M. 2000. Pengusahaan pariwisata. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Gunawan, A. S., D. Hamid dan M.G.W. Endang. 2016. Analisis pengembangan
pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat (studi pada wisata religi
Gereja Puhsarang, Kediri). Jurnal Administrasi Bisnis. 32 (1) : 1-8.
Hadiwijoyo, S.S. 2012. Perencanaan pariwisata perdesaan berbasis masyarakat
(sebuah pendekatan konsep). Graha Ilmu. Yogyakarta.
Haikal, 2008. Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Kecamatan Nipah panjang
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi. Tesis. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
41
Hall, C.M. dan S.J. Page. 2006. The geography of tourism and recreation:
environment, place and space. 3rd Edition. Routledge. New York.
Handayawati, H. S., Budiono dan Soemarno. 2010. Potensi wisata alam pantai
bahari. PM PSLP PPSUB. Surabaya.
Hilmanto, R. 2010. Etnoekologi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Irianto. 2011. Dampak parwisata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat di Gili Trawangan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok
Utara. Jurnal Bisnis & Kewirausahaan. 7 (3) : 188-194.
Irma, A.S. dan I. Susilowati. 2004. Analisis permintaan objek wisata alam Curug
Sewu Kabupaten Kendal dengan pendekatan travel cost. Jurnal Dinamika
Pembangunan. 1 (2) : 153-165.
Irma, M.H., Y. Abdillah dan L. Hakim. 2015. Analisis pengembangan wisata
Pantai Indah Popoh sebagai daerah tujuan wisata Kabupaten Tulungagung.
Jurnal Administrasi Bisnis. 26 (2) : 1-7.
Ismayanti. 2010. Pengantar pariwisata. Grasindo. Jakarta.
Jurado, E.N., M.T. Tejada, F.A. García, J.C. González, R.C. Macías, J.D. Peña,
F.F. Gutiérrez, G.G. Fernández, M.L. Gallego, G.M. García, O.M.
Gutiérrez, F.N. Concha, F.L. de la Rúa, J.R. Sinoga dan F.S. Becerra.
2012. Carrying capacity assessment for tourist destinations: methodology
for the creation of synthetic indicators applied in a coastal area. Tourism
Management. 33 (6): 1337-1346.
Kalebos, F. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan wisatawan yang
berkunjung ke daerah wisata kepulauan. Jurnal Riset Bisnis dan
Manajemen. 4 (3) : 489-502.
Kartaharja, S., 2011. Potensi Ekowisata di Kawasan Ekosistem Hutan Mangrove
Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Program
Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau.
Pekanbaru.
Kathiresan K., and Bingham B.L., 2001. Biology of Mangrove and Mangrove
Ecosystem. Advances in Marine Biology, (40) : 81-251.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2002. Blue Print Pariwisata.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Jakarta.
Ketjulan, R. 2011. Daya dukung perairan Pulau Hari sebagai obyek ekowisata
bahari. Jurnal Aqua Hayati. 7 (3) : 183-188.
Kissoon, I. 2012. Mangrove restoration monitoring plan. Mangrove Action
Project (MAP). Guyana.
42
Latupapua, Y.T. 2011. Persepsi masyarakat terhadap potensi objek daya tarik
wisata pantai di Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal
Agroforestri. 6 (2) : 92-102.
Marpaung, H. 2000. Pengetahuan pariwisata. Alfabeta. Bandung.
Masydzulhak. 2007. Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir Kota Bengkulu.
Jurnal Pesisir dan Lautan. 8 (1) : 31-39.
Miswadi, 2015. Strategi Pengelolaan Pengembangan Kawasan Penyangga
Sebagai Hutan Cadangan Mangrove (Studi Kasus Ekosistem Mangrove
Sungai Liung Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis). Program Studi
Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Pekanbaru.
Muallisin, I. 2007. Model pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Kota
Yogyakarta. Jurnal Penelitian Bappeda Kota Yogyakarta. 2 : 15-23.
Muflih, A., A. Fahrudin dan Y. Wardiatno. 2015. Kesesuaian dan daya dukung
wisata pesisir Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 20 (2) : 141-149.
Muhlisa, Q. 2015. Dampak ekonomi dan daya dukung kawasan dalam
pengembangan wisata Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor.
Murdiyanto, E. 2011. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata
Karanggeneng, Purwobinangun, Pakem, Sleman. Jurnal SEVA. 7 (2) : 91-
101.
Nagelkerken I., S.J.M Blaber, S. Bouillon, P. Green, M. Haywood, L.G. Kirton,
J.-O Meynecke, J. Pawlik, H.M. Penrose, A. sasekumar, and P.J.
Somerfield, 2008. The Habitat Function of Mangrove for Terrestrial and
Marine Fauna: A. Review. Aquatic Botany. (89) : 155-185.
Noor, Y. R., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.
Pitana, I.G., 2009. Pengantar ilmu pariwisata. Andi. Yogyakarta.
Pitana, I.G. dan P.G. Gayatri. 2005. Sosiologi pariwisata. Andi. Yogyakarta.
Prianto, E., R. Jhonnerie, R. Firdaus, M. T. Hidayat dan Miswadi, 2006.
Keanekaragaman Hayati dan Struktur Ekologi Mangrove Dewasa di
Kawasan Pesisir Kota Dumai Provinsi Riau. Jurnal Biodiversitas, 7 (4) :
327-332.
Saksono, H. 2012. SWOT, RAID dan SOAR. Media BPP. 13 (1) : 28 – 32.
43
10 m
1
5m
10 m Jalur Lintasan (Track)
5m 2m
2m
10 m
2
5m
Jalur Lintasan (Track) 10 m
2m 5m
2m
10 m
3
Keterangan:
10 m
5m
Jalur Lintasan (Track) 1, 2, 3 adalah Plot
Luas plot 10 x 10 untuk pohon
Luas plot 5 x 5 untuk pancang
5m 2m
2m
Deskripsi Lokasi
Penebangan Ada Tidak Ada Baru Lama
Jenis pohon yang ditebang :
Saluran air (hidrologi) Ada Tidak Ada
Genangan air Ada Tidak Ada
Gundukan tanah Ada Tidak Ada
Jenis substrat :
Kondisi Pasang Surut
Kanopi, umumnya ditutupi oleh :
Lantai plot Akar Daun/serasah
Biota yang ditemukan
- Bivalva Jenis:
- Gastropoda Jenis:
- Crustacea Jenis:
- Ikan Jenis:
- Burung Jenis:
- Reptilia Jenis:
- Amphibia Jenis:
- Insecta Jenis:
- Jamur Jenis:
- Epifit Jenis:
- Lainnya Jenis:
Kriteria:
- Pohon 10 x 10 m GBH ≥ 20 cm
- Pancang 05 x 05 m 2 cm ≤ GBH < 20
- Anakan 02 x 02 m GBH < 2 cm; tinggi ≤ 1,5 m