Laporan Slide Culture
Laporan Slide Culture
Laporan Slide Culture
Disusun oleh :
Dosen Asistensi:
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013
PEMBUATAN SLIDE CULTURE
I. TUJUAN
1. Untuk menumbuhkan biakan murni kapang diatas objek glass/ slide kultur
2. Untuk pengamatan mikroskopis dan mengidentifikasi biakan murni kapang yang
terdapat pada slide kultur dengan menggunakan mikroskop.
Gambar 2.1 Tahap pembuatan slide kultur : (A) Potongan agar yang diambil dari
medium PDA. (B) Cawan Petri berisi batang penahan dan gelas objek. (C)
Inokulasi fungi pada agar yang disimpan di atas gelas objek. (D) Agar yang telah
diinokulasi ditutup dengan kaca penutup. (Sumber : www.botany.utoronto.ca)
Disiapkan sebuah cawan Petri steril yang di dalamnya diberi kertas saring steril
yang dipotong bundar dan telah dilembabkan dengan menggunakan akuades steril untuk
menjaga kelembaban kultur dalam cawan Petri. Pada cawan Petri tersebut disimpan
batang penahan berbentuk segitiga, dan di atas batang penahan tersebut diletakkan
sebuah objek gelas steril beserta penutupnya seperti terlihat pada Gambar 2.1. Blok agar
steril kira-kira berikiran satu sentimeter kuadrat dipotong dari medium PDA dalam
cawan Petri steril lain (Gambar 2.1 A) dan diletakkan di atas gela objek dengan
menggunakan pisau atau alat pemotong steril. Kemudian, fungi diinkubasi pada
keempat blok agar (Gambar 2.1 C) dan ditutup oleh gelas penutup steril (Gambar 2.1 D).
Setelah beberapa hari diinkubasi dalam suhu kamar, sllide dapat diamati dengan
menggunakan mikroskop pada perbesaran rendah sampai tinggi, lalu diidentifikasi.
Aspergillus sp.
Domain : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Subfilum : Pezizomycotina
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus sp.
Genus cendawan ini memiliki konidiofor tegak lurus, sederhana dan pada
ujungnya berbentuk bulat (globose) atau clavate. Pada ujung konidiofor berbentuk fialid
yang merupakan tempat tumbuh konidia. Konidia berbentuk bulat dan dihasilkan secara
basipetal (gambar 3). Karakteristik ini sesuai dengan karakteristik Aspergillus sp yang
dikemukan oleh Barnet (1960). Karakteristik lain dari cendawan ini yang dikemukakan
oleh Domsch, Gams dan Anderson (1980) ialah adanya konidiofor yang kaku pada
bagian ujungnya biasanya ditutupi oleh lapisan palisade seperti selaput dari fialid yang
disebut sterigmata atau ditutupi oleh selaput sel-sel subtending (metule). Metula dan
fialid menghasilkan rantai konidia secara basipetal.
Penicillium sp.
Domain : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Subfilum : Pezizomycotina
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Penicillium
Spesies : Penicillium sp.
Genus cendawan ini memiliki konidiofor yang dibentuk pada miselium tunggal,
pembentukan konidia secara apparatus, diujung fialid terdapat konidia yang tersusun
seperti rantai, konidia hialin atau berwarna mengkilat, konidia
berbentuk globose atau ovoid dan dihasilkan secara basipetal. Karakteristik ini sesuai
dengan karakteristik Penicellium sp yang dikemukakan oleh Barnet (1960).
Karakteristik lain dari cendawan ini menurut Domsch, Gams dan Anderson (1980),
yaitu konidiofornya berbentuk penicilliate, percabangan utamanya merupakan fialid
berbentuk verticilliate yang sering disebut sterigmata dan fialid menghasilkan rantai
konidia secara basipetal.
Trichoderma sp.
Domain : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Subfilum : Pezizomycotina
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Hypocreaceae
Genus : Trichoderma
Spesies : Trichoderma sp.
hijau keabu-
Top-side hitam hijau tua
Warna abuan
Koloni kuning/coklat
Reverse-side tidak berwarna tidak berwarna
kekuningan
Makroskopis
Spesies Mikroskopis
Top-side Reverse-side
Aspergillus
sp.
Penicillium
sp.
Trichoderma
sp.
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menumbuhkan biakan murni kapang di
atas obyek glass dan untuk melakukan pengamatan mikroskopis dan mengidentifikasi
biakan murni kapang yang terdapat pada slide kultur.
Untuk membuat slide kultur pertama-tama melakukan sterilisasi alat-alat yang
akan digunakan seperti cawan petri, obyek glass, cover glass, logam penyangga bentuk
U, pipet volume, scapel, pinset, dan beaker glass. Selanjutnya pembuatan dan sterilisasi
media PDA. Media yang telah dingin di tuang sebagian ke dalam 2 cawan petri steril,
satu cawan untuk pengamatan makroskopis dan satu lagi untuk stock media padat yang
akan dipotong kecil bentuk dadu. Setelah media memadat, panaskan jarum ose hingga
merah berpendar kemudian ambil biakan murni kapang pada agar miring (NA) di
tabung kemudian menanamnya ke dalam cawan petri untuk pengamatan makroskopis.
Media pada cawan petri yang lain jika sudah memadat dipotong menggunakan scapel
steril hingga berukuran dadu, kecil sekitar 0,3-0,5 mm. Ambil cawan petri steril yang
didalamnya sudah berisi logam penyangga, obyek glass dan cover glass. Pasang
sedemikian rupa dengan pinset steril hingga obyek glass berada di atas logam
penyangga. Mengambil media PDA yang masih cair dan dingin dengan pipet volume
steril, meneteskan sebanyak satu tetes ke atas obyek glass. Kemudian didiamkan hingga
memadat. Selanjutnya media yang telah dipotong kecil berukuran dadu diletakkan di
obyek glass yang sama. Jika media yang ada pada obyek glass sudah memadat
selanjutnya biakan murni kapang ditanam. Setelah itu, tuang sedikit aquades steril ke
dalam cawan petri namun permukaan air tidak sampai menyentuh obyek glass.
Selanjutnya inkubasi selama 7 hari dalam suhu kamar.
Setelah masa inkubasi melakukan pengamatan ketiga spesies kapang yaitu
Aspergillus sp. ; Penicillium sp. ; dan Trichoderma sp. Pengamatan makroskopis
dilakukan secara langsung dengan mengamati koloni yang tumbuh pada cawan petri
sedangkan pengamatan mikroskopis dilakukan dengan mengambil slide kultur yang ada
dalam cawan petri kemudian diamati di bawah mikroskop.
Pada pengamatan makroskopis nampak koloni Aspergillus sp. memiliki tekstur
granular, warna koloni hitam pada top-side dan tak berwarna pada bagian reverse-side,
tidak ada tetes eksudat, radial furrow dan zonasi. Sedangkan pada Penicillium sp.
memiliki tekstur beludru, warna koloni hijau keabu-abuan pada top-side dan kuning
atau coklat kekuningan pada bagian reverse-side, tidak ada tetes eksudat, radial furrow
dan zonasi. Trichoderma sp. memiliki tekstur beludru, warna koloni hijau tua pada top-
side dan tak berwarna pada bagian reverse-side, tidak muncul radial furrow, ada tetes
eksudat dan zonasi.
Pada pengamatan mikroskopis struktur tubuh Aspergillus sp. biseriat (terdapat
struktur metula) sedangkan Penicillium sp. dan Trichoderma sp. uniseriat (tidak ada
struktur metula, pada konidiofor langsung muncul fialid). Hifa ketiga spesies kapang
berseptat dan bercabang. Struktur vesikel hanya ada pada Aspergillus sp. dan konidiofor
tidak bercabang sedangkan pada Penicillium sp. dan Trichoderma sp. konidiofor
bercabang-cabang langsung muncul fialid. Konidiofor pada Aspergillus sp. berwarna
coklat atau hialin sedangkan pada Penicillium sp. dan Trichoderma sp. hialin.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamtan dapat disimpulkan bahwa:
1. Slide kultur merupakan metode khusus untuk menumbuhkan kapang, dan
digunakan untuk pengamatan kapang secara mikroskopis. Metode ini
menggunakan obyek glass, logam penyangga, cover glass steril, aquades steril,
dan media PDA yang diteteskan pada obyek glass juga potongan dadu media.
Gandjar, Indrawati, dkk, 2000. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: IKAPI DKI.
Gandjar, Indrawati, dkk. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: IKAPI DKI.
Gambar Keterangan