Bab I Ta

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

RANCANG MESIN AMPELAS “BELT SANDER” SEBAGAI

PENGHALUS MATERIAL

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai


gelar Ahli Madya pada jenjang Diploma III
Jurusan Teknik Mesin

Oleh :

BUDI SULAIMAN : 1501009


RIDHO DWI HARSONO : 1501025

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam dunia Industri sebuah proses Manufacturing diharapkan menghasilkan produk
dengan kualitas tinggi, karena semakin tinggi teknologi yang digunakan, maka semakin tinggi
pula tuntutan terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas tersebut salah satunya adalah
akurasi dan kepresisian yang tinggi suatu produk atau part. Salah satunya yang berperan adalah
penggunaan ampelas pada Manufacturing untuk mendapatkan permukaan yang halus serta
mempunyai tingkat kepresisian tinggi. Integrasi dari perakitan merupakan hal yang perlu
diperhatikan, sehingga tidak perlu terjadi kesalahan komunikasi pada proses Assembling yang
mengakibatkan kerugian terhadap material, waktu kerja, dan biaya.
Pada kesempatan kali ini akan dibahas bagian penggunaan ampelas, apa saja jenis-jenis
ampelas yang sering digunakan dalam proses Manufacturing dan kelebihan apa saja yang
didapatkan dalam proses pengampelasan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam proposal penelitian tugas akhir yang akan dibahas adalah cara
membuat mesin Belt Sander sebagai mesin penghalus material, maka penulis membuat
RANCANG MESIN AMPELAS “BELT SANDER” SEBAGAI PENGHALUSAN
MATERIAL, perancangan yang sederhana untuk menghasilkan permukaan material yang
halus.

1.3 Batasan Masalah


Pada penyusunan tugas akhir mesin penghalus material “Belt Sander” masalah dibatasi
pada:
1. Prinsip kerja mesin penghalus material “Belt Sander”.
2. Mengkaji pemanfaatan dan cara kerja mesin penghalus material “Belt Sander”.
3. Perhitungan putaran motor listrik yang akan digunakan dalam mesin penghalus
material “Belt Sander”.
1.4 Tujuan PenelitianTujuan penelitian pembuatan mesin “Belt Sander” adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui cara kerja pada pembuatan mesin penghalus material “Belt
Sander”.
2. Memberikan kemudahan bagi masyarakat atau perusahaan dalam menggunakan
mesin penghalus material “Belt Sander”.
3. Memahami berbagai jenis ampelas.
4. Memahami cara mengampelas yang baik dan benar.
5. Memahami kegunaan ampelas.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang pemanfaatan mesin penghalus
material bagi penulis.
2. Mengetahui proses dan urutan pembuatan mesin penghalus material dari awal
pengerjaan hingga akhir pengerjaan.
3. Dapat melakukan pengembangan dibidang Manufacturing khususnya di Teknik
Mesin.
4. Mengefisienkan waktu penghalusan agar lebih cepat dan mudah.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang permasalahan, rumusan


masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan
laporan.

BAB II : Landasan teori, menjelaskan tentang teori dasar pembuatan mesin penghalus
material.

BAB III : Metodologi penelitian, berisi tentang langkah - langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini dan prosedur pengujiannya.

BAB IV : Hasil dan pembahasan, berisi tentang data- data yang didapatkan setelah
melakukan pengujian dan pembahasan data yang di dapat.

BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Dimensi Kualitas Pada Produk


Menurut Davis (Yamit, 2001) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan. Berdasarkan perspektif kualitas, Garvin (Yamit, 2001) mengembangkan kualitas
ke dalam delapan dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategis
terutama bagi perusahaan atau manufaktur yang menghasilkan barang. Kedelapan dimensi
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Performance (kinerja), yaitu karakteristik pokok dari suatu produk inti.
b. Features, yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan.
c. Reliability (kehandalan), yaitu memungkinkan tingkat kegagalan pemakaian.
d. Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi
memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
e. Durability (daya tahan), yaitu berapa lama produk dapat terus digunakan.
f. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan dalam
pemeliharaan dan penanganan keluhan yang memuaskan.
g. Estetika, yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk.

2.2 Perancangan dan Pengembangan Produk


Perancangan produk atau dalam bahasa keilmuan disebut juga Desain Produk Industri,
adalah sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan bentuk / form dari sebuah
produk manufaktur, mengolah bentuk tersebut agar sesuai dengan pemakainya dan sesuai
dengan kemampuan proses produksinya pada industri. Sedangkan pengembangan produk
merupakan serangkaian aktifitas yang dimulai dari perencanaan kemudian diakhiri dengan
tahap produksi yang mengacu pada penawaran pasar.
Proses pengembangan produk secara umum terbagi menjadi beberapa tahap. Proses
diawali dengan suatu tahap perencanaan, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
pengembangan teknologi dan penelitian tingkat lanjut. Output tahap perencanaan adalah
pernyataan misi proyek, yang merupakan input yang dibutuhkan untuk memulai tahap
pengembangan konsep. Kemudian masuk pada tahap perancangan tingkatan sistem dan
detail produk. Penyelesaian dari proses pengembangan produk adalah peluncuran produk, di
mana produk sudah dilakukan pengujian dan perbaikan pada tahap sebelumnya.
Untuk mengembangkan suatu rencana produk mengusulkan lima tahapan proses yaitu
mengidentifikasi peluang, mengevaluasi dan memprioritaskan proyek, mengalokasikan
sumber daya dan rencana waktu, melengkapi perencanaan pendahuluan proyek,
merefleksikan kembali hasil dan proses.
Pada tahap pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternative
konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih
untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Konsep adalah uraian dari bentuk, fungsi,
dan tampilan suatu produk dan biasanya di ikuti dengan sekumpulan spesifikasi, analisis
produk-produk pesaing serta pertimbangan ekonomis proyek.
Tahap perancangan tingkatan sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian
produk menjadi sub sitem-sistem serta komponen-komponen. Gambaran perakitan akhir
untuk sistem produksi biasanya didefinisikan selama tahap ini. Output pada tahap ini biasanya
mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap sub sistem produk,
serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses perakitan akhir.Tahap perancangan
detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh
komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari
pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang
dibuat dalam sistem produksi. Output dari tahap ini adalah pencatatan pengendalian untuk
produk: gambar pada file komputer tentang bentuk tiap komponen dan peralatan produksinya,
spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta rencana proses untuk pabrikasi dan
perakitan produk.
Tahap pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-
macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) biasanya dibuat dengan
menggunakan komponen - komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi
sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan
yang dilakukan pada produksi sesungguhnya. Prototype (alpha) diuji untuk menentukan
apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang direncanakan dan apakah produk memenuhi
kebutuhan kepuasan konsumen utama. Prototype berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan
komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan
menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya. Prototype beta
dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara
langsung. Sasaran dari Prototype beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai
kinerja dan keandalan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan
secara teknik untuk produk akhir.
Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang
sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah sebagai wujud tridarma perguruan
tinggi salah satunya pengabdian kepada masyarakat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Flow Chart


MULAI

Kajian Literatur

Design

Proses Fabrikasi

Proses Machining

Assembly

Pengujian

Pengolahan Data Dan Hasil


Analisa Pengujian

Selesai

Anda mungkin juga menyukai