7.1.1 Ep 7 SK Identifikasi
7.1.1 Ep 7 SK Identifikasi
7.1.1 Ep 7 SK Identifikasi
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS RAWAT INAP CIRINTEN
Jl. Raya Parigi Km. 01 Desa Cirinten Kec. Cirinten
Kab. Lebak Prov. Banten Kode Pos : 42363
KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS RAWAT INAP CIRINTEN
NOMOR : VI/SK/…/II/2018
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di : Cirinten
pada tanggal :
MADNUR
LAMPIRAN : SURAT KEPUTUSAN
KEPALA UNIT PELAKSANA
TEKNIS PUSKESMAS
RAWAT INAP CIRINTEN
TANGGAL :
NOMOR :
TENGTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN
SISTEM IDENTIFIKASI
PASIEN DI PUSKESMAS
RAWAT INAP CIRINEN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselematan Pasien
Puskesmas pada Bab IV Sasaran Keselamatan Pasien Puskesmas pasal 8,
berbunyi ayat (1) Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran
Keselamatan pasien, ayat (2) Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :Ketepatan
identifikasi pasien, Peningkatan komunikasi yang efektif , Peningkatan keamanan
obat yang perlu diwaspadai, Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,tepat-pasien
operasi ,Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan Pengurangan
resiko pasien jatuh.
Maksud dan tujuan ketepatan identifikasi pasien adalah kesalahan karena keliru
dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hamper semua aspek/tahapan
diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bias terjadi pada pasien
yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar,
bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau
akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali
pengecekan yaitu; pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan
menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan
atau pengobatan terhadap individu tersebut
Maka rumah sakit perlu membuat kebijakan dan atau prosedur secara kolaboratif
dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses
untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah;
pengambilan specimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pemberian
pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan atau prosedur memerlukan
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien,
nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien. Nomor kamar pasien
atau lokasi tidak bias digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan atau prosedur
juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di
rumah sakit seperti di pelayanan rawat jalan, unit pelayanan gawat darurat atau
ruang operasi termasuk identifikasi pasien pada pasien koma tanpa identitas. Suatu
proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan atau prosedur
agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diindentifikasi.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselematan
Pasien Puskesmas
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
749a/MENKES/PER/XII/1989 tentang Rekam Medis/Medical Records
5. Surat Keputusan Dirjen Pelayanan Medis No. 78/Yan. Med/ RS UM/YMU/I/1991
tentang Penyelenggaraan Rekam Medis
6. Keputusan Dirjen Pelayanan Rekam Medis Nomor MK 0006/1400744 tentang
Pedoman Sistem Pencatatan Rumah Sakit
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya,sehingga
mempermudah dalam proses pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien
yanSg datang berobat dan mencegah kesalahan dan kekeliruan dalam proses
pemberian pelayanan ,pengobatan tindakan atau prosedur.
2. Tujuan Khusus
a. Mencegah Kesalahan atau kekeliruan pemberian pelayanan di unit rawat
jalan, rawat darurat, dan ruang operasi.
b. Mencegah Kesalahan atau kekeliruan sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah.
c. Mencegah Kesalahan atau kekeliruan sebelum mengambil darah dan
specimen lain untuk pemeriksaan klinik.
d. Mengarahkan pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada semua
situasi dan lokas.
D. SASARAN
E. RUANG LINGKUP
F. PENGERTIAN
BAB II
PELAKSANAAN SISTEM IDENTIFIKASI
c. Petunjuk Silang
Dengan penulisan nama pasien sesuai dengan KTP/SIM/PASPOR serta
diharapkan seorang pasien hanya memiliki satu nomor pasien. Apabila
ditemukan seorang pasien memiliki lebih dari satu nomor rekam medis maka
berkas medis tersebut harus digabungkan menjadi satu nomor dimana
berkas nomor tersebut juga digabung, biasanya nomor yang digunakan
adalah nomor rekam medis yang pertama. Tetapi terlebih dahulu harus
dicocokan antara tanggal lahir, alamat, serat identitas lainnya apakah benar-
benar sesuai anatar keduanya.
Nomor rekam medis perlu dipersiapkan dan diatur pendistribusiannya agar tidak
terjadi kerancuan atau penggandaan pemberian nomor, yang bertujuan untuk
mengetahui nomor rekam medis yang telah digunakan dan menghindari nomor
yang ganda.Adapun prosedur tetapnya adalah :
a. Nomor sudah disiapkan oleh petugas bank nomor.
b. Setiap pasien baru berkunjung petugas mencatat nomor pada buku bank
nomor.
c. Setelah pergantian shift dilaporkan sampai nomor berapa yang telah
terpakai.
Untuk Bayi baru lahir mempunyai nomor rekam medis tersendiri yang bertujuan
agar tidak terjadi kesalahan pada penomoran, ketentuannya adalah bayi baru
lahir mempunyai nomor rekam medis tersendiri tidak disamakan dengan nomor
rekam medis ibunya.
4. Indeks Penyakit
Yang dimaksud adalah indeks tentang jenis penyakit tertentu yang telah
ditetapkan diagnosis penyakitnya oleh dokter dan kode diagnosis penyakitnya
oleh rekam medis. Indeks penyakit di Puskesmas Rawat Inap Air
Naninganmenggunakan indeks penyakit rawat jalan dan rawat inap.
Indeks peyakit dibuat oleh petugas koding dan indeksing dengan ketetuan
penulisan :
Satu kartu untuk satu jenis penyakit
Setiap nama penyakit diikuti dengan penulisan kode ICD 10
5. Indeks Operasi
Disebut juga indeks tindakan atau indeks prosedur medis yaitu indeks tentang
tindakan medis tertentu sesuai dengan tindakan yang dilakukan dokter pada
pelayanan rawat jalan maupun rawat inap.
Indeks operasi yang ada di Puskesmas Rawat Inap Air Naninganhanya
menggunakan indeks operasi rawat inap, yang dibuat oleh petugas koding dan
indeksing dengan ketentuan penulisan :
Satu kartu untuk satu jenis operasi
Setiap nama operasi diikuti dengan penulisan Kode ICD 9.
6. Indeks Kematian
Adalah indeks tentang sebab kematian penyakit tertentu sebagai hasil
pelayanan pasien di rawat jalan, gawat darurat atau rawat inap. Indeks ini di
Puskesmas Rawat Inap Air Naningan digunakan dengan tidak dipisahkan antara
indeks kematian rawat jalan dan rawat inap.
Indeks kematian dibuat oleh petugas koding dan indeksing dengan ketentuan
penulisan :
Satu kartu untuk satu jenis operasi
Setiap sebab kematian diikuti dengan penulisankode ICD 10.
B. PEMBERIAN GELANG PADA PASIEN
Dalam penanganan identifikasi pada bayi baru lahir maka perlu dibuatkan prosedur
yang benar dengan tujuan memberi kejelasan,danmenerangkan langkah
identifikasi bayi baru lahir agar tidak terjadi bayi tertukar atau hilang dan kesalahan
dalam pemberian pelayanan. Adapun prosedur tetapnya sebagai berikut :
BAB III
Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka harus dirancang proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitoring dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan
untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Dengan cara membangun
komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di rumah
sakit.Dalam memonitoring system tersebut maka harus ada pelaporan dilaporkan
setiap bulannya tentang insiden kejadian tidak diharapkan (KTD), Kejadian Tidak
Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC).
PENUTUP
Telah disusun Pedoman Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien diPuskesmas Rawat Inap Air
Naningan yang dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi seluruh petugas identifikasi
dalam memberikan pelayanan,pengobatan dan tindakan, dengan tujuan mencegah kesalahan
pemberian penanganan pada pasien sehingga meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan
meningkatkan spesifik dalam keselamatan pasien.
Pedoman Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien ini masih perlu untuk disempurnakan, oleh
sebab itu diharapkan partisipasi dari berbagai pihak untuk ikut memberikan sumbang saran
demi perbaikan dan penyempurnaan system ini.
Harapan kami pedoman ini dapat menjadi alat bagi Puskesmas Rawat Inap Air Naningandalam
upaya meningkatkan keselamatan pasien. Semoga Allah Subhanahu wata’ala selalu meridhloi
dan memberi petunjuk pada setiap langkah kegiatan kita.
H.Madnur,S.Sos.MM
NIP.19650403 198803 1 018