Makalah Penangkal Petir

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Petir merupakan sebuah gejala alam yang biasa terjadi dimanapun ketika musim hujan tiba.
Yang dinamakan petir ialah kilatan cahaya putih yang menyilaukan, sementara suara
menggelegar yang datang sesudahnya disebut dengan guruh. Petir dan guruh datang
beriringan, namun terkadang jeda waktu antara kilatan dan juga suara gemuruh terbilang
sesaat. Perbedaan waktu datang ini disebabkan karena perbedaan antara kecepatan suara dan
juga kecepatan cahaya.
B. Proses terjadinya petir
Sebuah fenomena alam pasti terjadi karena adaya beberapa hal yang menyebabkannya terjadi.
Seperti halnya hujan yang terjadi karena adaya penguapan di planet Bumi yang naik ke atas,
petir pun juga terjadi karena sesuatu hal dan melalui serangkaian proses juga. Petir terjadi
karena adanya perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya.
Terjadinya petir juga melalui beberapa proses. Untuk melihat secara detail proses terjadinya
petir adalah sebagai berikut:

1. Proses terjadinya muatan pada awan ini karena awan terus bergerak secara teratur dan
terus menerus. Selama pergerakan ini awan akan berinteraksi dengan awan lainnya
sehingga muatan yang negatif akan berkumpul pada satu sisi saja dan sisi sebaliknya
akan berkumpul sisi positif.
2. Terjadi pembuangan muatan negatif, hal ini terjadi apabila perbedaan potensial antara
awan dan bumi cukup besar. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pembuangan
muatan negatif dari awan ke bumi untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses
pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron (muata negatif) adalah udara
3. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi
ledakan suara yang kita dengar sebagai suara yang menggelegar.

Petir lebih sering kita jumpai pada musim hujan karena pada saat musim hujan udara
mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya akan turun dan arus listrik
lebih mudah mengalir.
BAB II
PERLINDUNGAN TERHADAP PETIR
A. Dampak Terjadinya Petir
Petir mempunyai banyak dampak yang bisa terjadi karenanya. Beberapa dampak yang dapat
ditimbulkan akibat sambaran petir dapat dikelompokkan dalam beberapa efek. Beberapa efek
dari sambaran petir antara lain sebagai berikut:

1. Efek Listrik

Petir dapat menimbulkan efek listrik untuk manusia. Ketika arus petir melalui kabel
penyalur (konduktor) menuju resistansi elektroda bumi instalasi penangkal petir, akan
menimbulkan tegangan jatuh resistif. Arus petir juga akan menimbulkan tegangan yang
tinggi disekitar elektroda bumi yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup.

2. Efek Tegangan Tembus – Samping

Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan yang lebih tinggi
terhadap unsur logam didekatnya, sehingga hal ini dapat menimbulkan resiko tegangan
tembus dari sistem proteksi petir yang telah terpasang menuju struktur logam lainnya.
Efek tegangan tembus ini dapat menyebabkan resiko yang sangat berbahaya bagi isi dan
juga kerangka struktur perangkat bangunan.

3. Efek Thermal

Sambaran petir juga menyebabkan efek thermal. Efek thermal pelepasan muatan petir
terbatas pada kenaikan temperatur konduktor yang dilalui arus petir yang besar, waktunya
sangat singkat dan pengaruhnya pada sistem proteksi petir juga diabaikan.
B. Metode Penangkal Petir
Manusia selalu mencoba untuk menjinakkan keganasan alam , salah satunya
adalah Sambaran Petir. dan metode yang pernah dikembangkan:
1. Penangkal Petir Kovensional / Faraday / Frangklin

Kedua ilmuan diatas Faraday dan Frangklin mengketengahkan system yang


hampir sama , yakni system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara
bagian atas bangunan dan grounding . Sedangkan system perlindunga yang
dihasilkan ujung penerima / Splitzer adalah sama pada rentang 30 ~ 45 ‘ .
Perbedaannya adalah system yang dikembangkan oleh Faraday bahwa Kabel
penghantar terletak pada sisi luar bangunan dengan pertimbangan bahwa kabel
penghantar juga berfungsi sebagai penerima sambaran, Berupa sangkar elektris
atau biasa disebut sangkar Faraday.

2. Penangkal Petir RadioAktif


Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan dihasilkan kesimpulan
bahwa petir terjadi karena ada muatan listrik di awan yang dihasilkan oleh proses ionisasi,
maka penggagalan proses ionisasi di lakukan dengan cara memakai Zat berradiasi misl.
Radiun 226 dan Ameresium 241, karena 2 bahan ini mampu menghamburkan ion
radiasinya yang bisa menetralkan muatan listrik awan.

Sedang manfaat lain adalah hamburan ion radiasi akan menambah muatan pada Ujung
Finial/ Splitzer dan bila mana awan yang bermuatan besar yang tidak mampu di netralkan
zat radiasi kemuadian menyambar maka akan condong mengenai penangkal petir ini.
Keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang pemakaiannya, berdasarkan
kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi pemakaian zat beradiasi
dimasyarakat.
3. Penangkal Petir Elektrostatic

Penangkal Petir Electrostatic tidak terlarang, namun tetap kurang populer digunakan.
Prinsip kerjanya penangkal dianggap meniru sebagian dari metode dan sistem penangkal
petir Radioaktif , yaitu dengan menambah muatan pada bagian ujung finial atau splitzer
agar petir selalu menuju ujung komponen ini untuk disambar. Selanjutnya tetap
dibutuhkan komponen kondukor dan Gounding untuk mengubur muatan listrik.

Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik ada pada energi yang dipakai. Untuk
Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat berradiasi
sedangkan pada penangkal petir elektrostatik energi listrik dihasilkan dari Listrik Awan
yang menginduksi permukaan bumi

Selain ketiga jenis penangkal petir diatas, ada pula EF Lighting Protection System yang
mana memiliki prinsip menyaluran arus petir dengan menggunakan terminal receiver
serta kabel penghantar khusus yang mempunyai sifat isolasi tegangan tinggi.

Demikian pengenalan mengenai alat penangkal petir beserta metode kinerjanya. Semoga
bermanfaat dan Anda beserta gadget Anda terlindungi dari bahaya petir yang menyambar.
BAB III
PEMASANGAN PENANGKAL PETIR
A. Istalasi Penangkal Petir
Untuk mengantisipasi resiko bilamana petir berada dekat rumah kita, perlu membuat sistim
penangkal petir (grounding system) di rumah kita. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi
resiko kita dari sambaran petir dan juga barang barang elektronik dari arus lebih yang
diakibatkan oleh petir yang mengenai sekeliling rumah Tetapi dengan pembuatan penangkal
petir berarti bukan 100% membuat kita aman dari resiko petir tersebut.

Berikut uraian bagaimana membuat sistim instalasi penangkal petir konvensional yang bisa
diterapkan di bangunan rumah tinggal.
Secara umum bagian dan sistim pemasagan penangkal petir adalah sebagai berikut :

1. Batang Penangkal Petir, sering disebut Splitzen.


2. Pengkabelan (Konduktor). Adalah merupakan penghantar aliran dari penangkal petir ke
pembumian (pentanahan). Kable yang digunakan untuk yang jauh dari jangkauan
biasanya jenis kabel BC ( kabel tembaga terbuka) dan untuk yang mudah dalam
jangkauan menggunakan kabel BCC atau NYY (kabel tembaga terbungkus).
3. Terminal,
4. Pembumian/ Pentanahan. Adalah bagian yang meneruskan hantaran ke tanah.
Menggunakan sejenis pipa tembaga (cooper rod) diameter 1/2 inch panjang 3-4 m.

Dari gambaran tersebut diatas , dapat dijelaskan fungsi pembumian adalah :


 Menghantar muatan dari petir ke bumi.
 Bilamana ada arus lebih yang masuk dari jaringan listrik, dengan menggunakan alat bantu
arester yang sudah di integarsikan ke sistim pembumian maka tegangan lebih dapat di
hantarkan ke bumi, hal ini akan mengurangi kerusakan sitim dan peralatan elektronik didalam
rumah.
 Bilamana ada tegangan lebih yang masuk kedalam sistim jaringan listrik didalam rumah, alat
alat elektronik yang sudah diintegrasikan kedalam sistim pembumian sehingga tegangan lebih
akan dihantarkan ke bumi, hal ini akan mengurangi kerusakan barang barang elektronik di
dalam rumah. Kita dapat membuat sub – sub terminal didalam rumah tapi harus
memperhatikan faktor keamanan dan estetika.

B. Komponen Penangkal Petir


1. Splitzen/ Air Terminal
Dalam sistem proteksi petir konvensional di Indonesia Air Terminal juga disebut
sebagai splitzen dan untuk orang awam di Indonesia mengenalnya sebagai tombak
penangkal petir. Splitzen atau tombak ini di pasang vertikal diatas atap bangunan
dengan posisi ujung tombak yang runcing menghadap ke atas. Ada 2 bentuk Tombak
atau Splitzen yang pada umumnya dipasang dalam sistem proteksi petir konvensional
di bangunan rumah atau gedung, yang pertama berbentuk tombak lurus angunan
gedung dan rumah, yang kedua berbentuk trisula (dipercaya beberapa orang memiliki
radius penangkapan sambaran petir lebih luas dari yang berbentuk lurus)

2. Konduktor
Kabel Konduktor dalam sistem proteksi petir konvensional berfungsi
menghubungkan Air Terminal/tombak/splitzen ke komponen sistem proteksi petir
lainnya dan ke sistem grounding atau sistem pertanahan. Jika ada sambaran petir yang
tertangkap oleh air terminal/tombak/splitzen maka arus petir tersebut akan segera
disalurkan melalui kabel konduktor tersebut. Kabel Konduktor untuk sistem proteksi
petir umumnya berbahan tembaga tanpa bungkus atau dikenal dengan sebutan Kabel
BC (Bare Cooper). Kabel BC ini terdiri dari beberapa ukuran kabel yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, semakin besar ukuran kabelnya semakin baik
penyaluran arus petirnya.

DAFTAR PUSTAKA
- https://ilmugeografi.com/fenomena-alam/petir
- http://semeru-penangkalpetir.blogspot.co.id/2014/10/jenis-penangkal-petir-dan-
cara-kerjanya.html
- https://khedanta.wordpress.com/2011/04/21/sistim-penangkal-petir-grounding-
system-untuk-bangunan-rumah/
-

Anda mungkin juga menyukai