Struktur Beton Bertulang Utk Bangunan Sederhana (Unknown)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 72

STRUKTUR BETON

BERTULANG UNTUK
BANGUNAN SEDERHANA
REFERENSI
• RSNI3-2002
• Desain Beton Bertulang (Chu Kia Wang, Charles G
Salmon diterjemahkan Binsar Hariandja)
• Struktur Beton Bertulang (Istimawan Dipohusodo)
• Reinforced Concrete Structures (R. Park and T. Paulay)
• Desain Struktur Beton Bertulang (Edward G Nawy,
diterjemahkan oleh Bambang Suryoatmodjo
• Desain Struktur Beton Bertulang, Seri 1 – 4 (Gideon
Kusuma dan kawan-kawan)
STRUKTUR BETON BERTULANG
• Tiga jenis bahan yang paling sering digunakan
dalam struktur adalah
– kayu,
– baja
– beton bertulang (termasuk beton prategang)
• Beton bertulang adalah unik karena
menggunakan dua jenis bahan yaitu beton dan
baja tulangan yang digunakan bersamaan,
sehingga prinsip-prinsip yang mengatur
perencanaan struktur beton bertulang dalam
beberapa hal berbeda dengan prinsip-prinsip
yang menyangkut satu bahan saja
• Banyak struktur dibuat dari beton bertulang
adalah jembatan, gedung, dinding penahan
tanah, terowongan, tangki dan lain-lain
• Secara umum yang dipelajari dari struktur beton
bertulang adalah prinsip-prinsip dasar dalam
perencanaan dan pemeriksaan unsur-unsur dari
beton bertulang yang dibebani dengan
– Gaya aksial (axial force)
– Momen lentur (bending moment)
– Geser (shear)
– Puntir (torsion)
– Gabungan dari gaya-gaya ini
• Prinsip-prinsip pokok tersebut pada dasarnya
berlaku di dalam struktur apa saja, selama
variasi gaya aksial, geser dan momen dan
sebagainya dalam siatu struktur diketahui.
• Dalam struktur beton bertulang, dikenal
– Analisa (menghitung kapasitas atau kekuatan sebuah
struktur yang sudah ada atau sudah jadi)
– Perencanaan (merencanakan dimensi suatu struktur
berdasarkan batasan-batasan yang sudah
ditentukan)
• Sekalipun analisa dan perencanaan dapat
diperlakukan tersendiri, namun dalam praktek
keduanya tidak dapat dipisahkan, terutama pada
beton bertulang yang umumnya statis tak tentu
• Beton bertulang terdiri dari
– Beton (yang memiliki kekuatan tekan tinggi tetapi
memiliki kekuatan tarik yang rendah)
– Baja tulangan (memiliki kekuatan tarik yang tinggi)
• Baja dan beton dapat bekerja bersama-sama
berdasarkan beberapa alasan
– Lekatan/bond (interaksi antara baja tulangan dengan
beton keras di sekelilingnya)
– Campuran beton yang memadai memberikan sifat
anti resap yang cukup dari beton untuk mencegah
karat pada baja
– Angka muai pada baja dan beton yang hampir sama
• 0,000010-0,000013°C pada beton
• 0,000012°C pada baja
BETON
• Unsur-unsur penyusun beton
– Semen
– Agregat halus (pasir)
– Agregat kasar (batu pecah)
– Air
– Bahan tambah yang lain
• Kekuatan beton setelah mengeras tergantung
dari banyak faktor
– Proporsi campuran
– Kondisi temperatur
– Kelembaban
KUAT TEKAN BETON
• Kuat tekan beton ditentukan oleh pengaturan
perbandingan semen, agregat kasar dan halus,
air dan berbagai jenis campuran
• Perbandingan air terhadap semen (f.a.s atau
faktor air semen) merupakan faktor utama
dalam menentukan kekuatan beton
• Semakin rendah f.a.s semakin tinggi kekuatan
tekan, namun kemudahan dalam pengerjaan
(workability) menjadi rendah
• Semakin tinggi f.a.s semakin rendah kuat tekan,
namun workability menjadi semakin tinngi
• Sejumlah tertentu air diperlukan untuk terjadinya
aksi kimia dalam pengerasan beton, dan
kelebihan air digunakan untuk kemudahan
pekerjaan
• Suatu ukuran pengerjaan campuran beton ini
didapatkan dengan pengujian slump
• Kuat tekan beton dinyatakan dalam f’c, yaitu
kekuatan beton dalam MPa dari hasil pengujian
benda uji berbentuk silinder dengan diameter
150 mm dan tinggi 300 mm pada hari ke 28
benda uji dibuat.
• Ada juga benda uji berbentuk kubus dengan
ukuran sisi 200 mm
• Kekuatan silinder tidak menunjukkan sifat yang
sama persis dengan benda uji berbentuk kubus
• Kekuatan silinder ( 150x300 mm) adalah 80%
kekuatan kubus 150 mm dan 83% kekuatan
kubus 200 mm
• Gambar kurva tegangan regangan beton
Kurva hubungan tegangan-regangan pada beton
• Dari gambar kurva tegangan regangan beton
tekan terlihat bahwa beton yang berkekuatan
lebih rendah mempunyai kemampuan deformasi
(daktilitas) yang lebih tinggi dari dari beton
berkekuatan tinggi
• Tegangan maksimum dicapai pada regangan
tekan di antara 0,002-0,0025
• Regangan ultimit pada saat hancurnya beton
berkisar 0,003-0,004 (SNI menetapkan 0,003)
• Dalam perencanaan beton bertulang secara
umum ditetapkan kekuatan beton 20-30 MPa
untuk struktur tanpa prategang dan 32 sampai
42 MPa untuk beton prategang
KUAT TARIK BETON
• Kuat tarik beton bisa ditentukan berdasarkan
pengujian pembebanan silinder (the split silinder)
• Kuat tarik beton lebih bervariasi dibandingkan
kuat tekannya, besarnya berkisar 10-15% kuat
tekan beton
• Kuat tari dalam lentur yang dikenal sebagai
modulus runtuh (modulus of rupture) penting
dalam menentukan retak dan lendutan balok
• Modulus runtuh fr , yang didapatkan dari rumus
f=Mc/I memberikan nilai kuat tarik yang lebih
tinggi daripada harga yang dihasilkan oleh
pengujian pembelahan silinder
MODULUS ELASTISITAS
• Modulus elastisitas beton berubah-ubah sesuai
kekuatan
• Modulus elastisitas tergantung dari
– Umur beton
– Sifat agregat dan semen
– Kecepatan pembebanan
– Jenis dan ukuran benda uji
• Karena beton memperlihatkan deformasi yang
permanen sekalipun dengan beban kecil, maka
ada beberapa definisi untuk modulus elatisitas
• Untuk nilai wc di antara 1500-2500 kg/m3, nilai
modulus elastisitas beton dapat diambil sebesar
(wc)1,50,0043 f’c
• Untuk beton normal Ec dapat diambil sebesar
4700 f’c (RSNI 2002 hal 53)
RANGKAK DAN SUSUT
• Rangkak (creep) dan susut (shrinkage) adalah deformasi
struktur yang tergantung dari waktu
• Rangkak adalah salah satu sifat dari beton di mana
beton mengalami deformasi menerus menurut waktu di
bawah beban yang dipikul pada satu satuan tegangan
dalam batas elastis yang diperbolehkan
• Faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak
– Konstituen, seperti komposisi dan kehalusan semen,
campuran, ukuran, penggolongan mutu dan isi
mineral dari agregat
– Perbandingan air, seperti perbandingan air dengan
semen
– Suhu pada pengerasan dan kebasahan
– Kelembaban nisbi selama waktu penggunaan beton
– Umur beton pada pembebanan
– Lamanya pembebanan
– Besarnya tegangan
– Perbandingan antara perbandingan dan isi dari unsur
– Slump
• Susut adalah perubahan volume yang tidak
berhubungan dengan pembebanan.
• Ada kemungkinan bagi beton untuk mengeras
secara terus menerus di dalam air dengan
volume bertambah, namun ada kemungkinan
volumenya berkurang
• Umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi
rangkak juga mempengaruhi susut, khususnya
faktor-faktor yang berhubungan dengan
hilangnya kelembaban
• Susut yang dihalangi secara simetris oleh
penulangan akan menimbulkan deformasi yang
umumnya menambah deformasi terhadap
rangkak
BAJA TULANGAN
• Baja tulangan dapat terdiri dari
– Batang tulangan (tulangan polos atau berulir/deform)
– Anyaman kawat yang dilas
• Tulangan berulir atau deform memiliki bentuk ulir yang
bermacam-macam seperti gambar berikut. Adapun
fungsi ulir adalah untuk menambah lekatan antara beton
dengan baja
• Baja mempunyai kuat karakteristik yang dinamakan
dengan tegangan leleh baja fy
• Gambar tegangan regangan baja

• Kawat anyam yang dilas digunakan untuk slab tipis, shell


tipis dan di tempat lain di mana tidak tersedia tempat
yang cukup untuk menempatkan tulangan dengan
penutup dan jarak bersih yang memenuhi syarat
• Kawat dalam bentuk kawat tunggal atau
kumpulan kawat yang membentuk strand
digunakan untuk beton prategang
• Modulus elastisitas untuk semua baja yang
bukan prategang dapat diambil sebesar
200.000MPa. Untuk baja prategang modulus
elastisitas sedikit lebih kecil dan bervariasi yaitu
kira-kira sebesar 186 MPa.
PUSAT BERAT PENAMPANG STRUKTUR
• Dalam menganalisis penampang struktur beton
dijumpai satu ketentuan mengenai pusat berat
penampang struktur.
• Dalam mata kuliah ini akan disinggung sedikit
tentang pusat-berat, yaitu tentang pusat berat
penampang struktur dan pusat berat susunan
tulangan yang terpasang pada suatu
penampang
b2
b2
h2 h2

h1 h1

b1
b1
b2
Pusat berat penampang struktur h2

b1.h1. 12 .h1  b 2 .h 2 .h1  12 .h 2 


x h1
b1.h1  b 2 .h 2
b1
8D….
4D…. 6D….

x x x
A B C
• Pusat berat tulangan penampang A
x = selimut beton +ø sengkang + ½. Ø tul. utama
• Pusat berat tulangan penampang B
x = selimut beton +ø sengkang + Ø tul. utama + ½. 25 mm
• Pusat berat tulangan penampang C
4(sel.btn+øsk+½.Øtul.ut) +2(sel.btn+øsk+Øtul.ut+25+ ½.Øtul.ut)
X=
4+2
(RSNI-2002 ketentuan 9.6 hal 38)
• Jarak vertikal antara tulangan sejajar dalam lapis yang
sama, tidak boleh kurang dari db ataupun 25 mm (lihat
juga ketentuan 5.3.2)
• Bila tulangan sejajar diletakkan dalam dua lapis atau
lebih, tulangan pada lapis atas diletakkan tepat di atas
tulangan di bawahnya, spasi bersih antar lapisan tidak
boleh kurang 25 mm
• Pada komponen struktur tekan yang diperkuat dengan
tulangan spiral atau sengkang pengikat, jarak bersih
antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari 1,5db
ataupun 40 mm
• Pada dinding dan plat lantai, selain konstruksi plat rusuk
tulangan lentur utama harus berjarak tidak lebih tiga kali
tebal dinding atau plat lantai atau 500 mm
BALOK PERSEGI
• Apabila suatu gelagar balok menahan beban yang mengakibatkan
timbulnya momen lentur, akan terjadi deformasi (regangan) lentur di
dalam balok
• Pada momen positif, regangan tekan terjadi di bagian atas dan
regangan tarik di bagian bawah penampang.
• Regangan-regangan tersebut akan menimbulkan tegangan-
tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di bagian
atas dan tegangan tarik di bagian bawah
• Balok sebagai sistem yang menahan lentur harus mampu menahan
tegangan-tegangan tersebut
• Untuk memperhitungkan kemampuan dan kapasitas dukung
komponen struktur beton terlentur, sifat beton yang kurang mampu
menahan tarik menjadi dasar pertimbangan, dengan cara
memberikan batang tulangan baja di mana tegangan tarik bekerja,
sehingga didapatkan struktur yang disebut BETON BERTULANG
METODE ANALISIS DAN PERENCANAAN
• Metode yang digunakan adalah metode kuat
ultimit
• Pada metode ini service loads diperbesar,
dikalikan dengan suatu faktor beban dengan
maksud untuk memperhitungkan terjadinya
beban pada saat keruntuhan sudah di ambang
pintu.
• Dengan menggunakan beban terfaktor tersebut,
struktur direncanakan sedemikian sehingga
didapat nilai kuat guna pada saat runtuh
besarnya kira-kira sedikit lebih kecil dari kuat
batas runtuh sesungguhnya.
• Kekuatan pada saat runtuh tersebut dinamakan
kuat ultimit, beban yang bekerja pada atau dekat
dengan runtuh dinamakan beban ultimit
• Untuk membahas metode kuat ultimit lebih lanjut
diberikan tinjauan tentang perilaku beton
bertulang bentang sederhana untuk memikul
beban berangsur meningkat mula-mula dari
beban kecil sampai pada tingkat pembebanan
yang menyebabkan hancurnya struktur
• Pada beban kecil, dengan menganggap bahwa
belum terjadi retak beton, beton dan baja
bekerja bersama-sama gaya-gaya di mana gaya
tekan ditahan oleh beton saja
• Pada beban sedang, kuat tarik beton dilampaui, beton
mengalami retak rambut. Karena beton tidak dapat
meneruskan gaya tarik melintasi daerah retak karena
terputus, baja tulangan mengambil alih memikul seluruh
gaya tarik yang timbul
• Keadaan yang demikian diperkirakan akan terjadi pada
nilai tegangan beton sampai ½.f’c
• Pada beban yang lebih besar lagi, nilai regangan dan tegangan
meningkat dan cenderung tidak lagi sebanding antar keduanya.
Tegangan beton membentuk kurva non linier
• Pada gambar berikut terlihat distribusi tegangan regangan yang
timbul pada atau dekat pembebanan ultimit. Apabila kapasitas batas
kekuatan beton terlampaui dan tulangan baja mencapai luluh, balok
akan hancur.
Pendekatan dan pengembangan metode kuat
ultimit didasarkan pada anggapan-anggapan
1. Bidang penampang rata sebelum terjadi lenturan, tetap rata
setelah terjadi lenturan dan berkedudukan tegak lurus pada
sumbu bujur balok. Oleh karena itu nilai regangan dalam
komponen struktur terdistribusi linier atau sebanding lurus
terhadap jarak ke garis netral.
2. Tegangan sebanding dengan regangan hanya sampai kira-kira
beban sedang. Apabila beban meningkat sampai beban ultimit,
tegangan yang timbul tidak sebanding lagi dengan regangannya
berarti distribusi tegangan tekan tidak lagi linier. Bentuk blok
tegangan tekan pada penampangnya berupa garis lengkung
dimulai dari garis netral dan berakhir pada serat tepi tekan terluar
3. Dalam memperhitungkan kapasitas momen ultimit komponen
struktur, kuat terik beton tidak diperhitungkan dan seluruh gaya
tarik dilimpahkan kepada tulangan baja tarik
KUAT LENTUR BALOK PERSEGI
• Pada suatu komposisi balok tertentu balok menahan beban
sedemikian hingga regangan tekan lentur beton mencapai
maksimum (’b maks) mencapai 0,003 sedangkan tegangan mencapai
tegangan tarik baja sudah mencapai tegangan luluh. Apabila hal
demikian terjadi, penampang dinamakan mencapai keseimbangan
regangan atau disebut penampang bertulangan seimbang
• Gambar
• Kuat lentur suatu balok beton tersedia karena
berlangsungnya mekanisme tegangan dalam yang
timbul di dalam balok yang dalam kondisi tertentu dapat
diwakili oleh gaya-gaya dalam
• ND atau Cc adalah resultante gaya tekan dalam,
merupakan resultante seluruh gaya tekan pada daerah
di atas garis netral
• NT atau Ts adalah resultante gaya tarik dalam,
merupakan resultante seluruh gaya tarik pada daerah di
bawah garis netral
• Kedua gaya ini, arah garis kerjanya sejajar, sama besar
tetapi berlawanan arah dan dipisahkan dengan jarak z
sehingga membentuk kopel momen tahanan dalam di
mana nilai maksimumnya disebut kuat lentur atau
momen tahanan penampang komponen struktur
terlentur
• Momen tahanan dalam memikul momen lentur
rencana aktual yang ditimbulkan oleh beban luar
• Dalam merencanakan balok pada kondisi
pembebanan tertentu harus disusun komposisi
dimensi balok beton dan jumlah serta besar
tulangan sedemikian rupa sehingga dapat
menimbulkan momen tahanan dalam paling
tidak sama dengan momen lentur maksimum
yang ditimbulkan oleh beban
• Kesulitan timbul pada saat menentukan
menghitung besarnya Cc tetapi juga dalam
menentukan letak Cc karena bentuk blok
tegangan tekan yang berupa garis lengkung
• Untuk tujuan penyederhanaan, Whitney
mengusulkan bentuk persegi panjang sebagai
distribusi tegangan tekan ekivalen.
• Berdasarkan bentuk empat persegi panjang, intensitas
tegangan beton tekan rata-rata ditentukan sebesar
0,85f’c dan dianggap bekerja pada daerah tekan dari
penampang balok selebar b dan sedalam a, dan
besarnya ditentukan rumus
a = 1.c
dengan c = jarak serat tekan terluar ke garis netral
1= konstanta yg merupakan fungsi kelas kuat beton
• SNI3-2002 ps 12.2 hal 69 menetapkan nilai 1
untuk f’c  30 MPa 1 = 0,85
untuk f’c  30 MPa 1 = 0,85 – 0,008(f’c – 30)
1  0,65
Dengan notasi sebagai berikut
b = lebar balok
d = tinggi dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik
As = luas tulangan tarik
c = tinggi serat tekan terluar ke garis netral
a = tinggi blok tegangan tekan ekivalen
fs = tegangan tarik baja
fc’ = Kuat tekan beton
c = regangan beton
s = regangan tarik baja
Cc = resultan gaya tekan beton
Ts = resultan gaya tarik baja tulangan
Es = modulus elastisitas baja = 2.105 MPa
PENAMPANG BALOK BERTULANGAN
SEIMBANG, KURANG LEBIH
• Suatu penampang dikatakan bertulangan seimbang
(balance) apabila jumlah tulangan baja tarik sedemikian
sehingga letak garis netral pada posisi di mana akan
terjadi secara bersamaan regangan luluh pada baja tarik
dan regangan tekan beton maksimum 0,003
c<0,003
c=0,003

c g.n penulangan kurang


Garis
d netral
g.n penulangan lebih

As
y
b s< y
• Bila penampang balok mengandung jumlah tulangan
tarik lebih banyak dari yang diperlukan untuk mencapai
keseimbangan regangan, penampang balok dikatakan
bertulangan lebih (overreinforced).
– Berlebihnya tulangan mengakibatkan garis netral bergeser ke
bawah, beton mencapai regangan maksimum 0,003 sebelum
baja tarik mencapai luluh
– Bila dibebani lebih besar lagi struktur akan mengalami
kehancuran tiba-tiba (hancur getas)

• Bila suatu penampang mengandung jumlah tulangan


tarik kurang dari yang diperlukan untuk mencapai
keseimbangan regangan, penampang disebut
bertulangan kurang (underreinforced)
– Letak garis netral naik sedikit dibandingkan kondisi seimbang,
baja tarik mencapai regangan luluh sebelum beton mencapai
regangan 0,003
– Bertambahnya beban mengakibatkan tulangan memanjang.
Keruntuhan struktur terjadi secara perlahan yang didahului oleh
terjadinya lendukan yang meningkat tajam (hancur daktail)
PEMBATASAN TULANGAN
• Untuk mengantisipasi terjadinya keruntuhan struktur
secara tiba-tiba maka diusahakan penampang tidak
berada dalam keadaan overreinforced
• Batas maksimum rasio penulangan
– maksimum = 0,75. b
– b = {(0,85.f’c.1)/fy}.{600/(600+fy)}
• SNI-2002 memberikan batas minimum rasio penulangan
– minimum = 1,4/fy
– Batas minimum diperlukan untuk menjamin tidak terjadinya
hancur secara tiba-tiba seperti yang terjadi pada balok tanpa
tulangan
• Rasio penulangan adalah perbandingan antara luas
penampang tulangan tarik (As) terhadap luas efektif
penampang (b x d)
–  = As/(bxd)
KEKUATAN DAN KEMAMPUAN LAYAN
• Penerapan faktor aman dalam struktur
bangunan bertujuan untuk
– Mengendalikan keruntuhan yang membahayakan
– Memperhitungkan faktor ekonomi bangunan
• Struktur bangunan dan komponennya
direncanakan untuk memikul beban lebih besar
dari beban yang diharapkan bekerja. Kapasitas
lebih tsb disediakan untuk memperhitungkan
– Kemungkinan terjadi beban kerja lebih besar dari
yang ditetapkan
– Kemungkinan terjadi penyimpangan kekuatan
komponen struktur akibat bahan dasar atau
pengerjaan yang tidak memenuhi syarat
• Kriteria dasar kuat rencana
Kekuatan tersedia ≥ kekuatan dibutuhkan
• Kekuatan setiap penampang struktur harus
diperhitungkan menggunakan kekuatan dasar
tersebut.
• Kekuatan yang dibutuhkan atau disebut kuat
perlu menurut RSNI3-2002 dapat diungkapkan
sebagai beban rencana ataupun momen, gaya
geser dan gaya-gaya lain yang berhubungan
dengan beban rencana. Beban rencana atau
beban terfaktor didapatkan dari mengalikan
beban kerja dengan faktor beban
• Kuat perlu (RSNI3-2002 ps 11.2 hal 58)
– U = 1,4D
– U = 1,2D + 1,6L + 0,5(A atau R)
– U = 1,2D + 1,0L + 1,6W +0,5(A atau R)
– U = 0,9D + 1,6W
– U = 1,2D + 1,0L ± 1,0E
– U = 0,9D ± 1,0E
– U = 0,75(1,2D + 1,2T ± 1,6L)
– U = 1,2(D + T)
• Merupakan konsep keamanan lapis kedua
dengan menggunakan faktor reduksi kekuatan 
dalam menentukan kuat rencananya
• Pemakaian faktor  dimaksudkan untuk
memperhitungkan kemungkinan penyimpangan
terhadap
– kekuatan bahan,
– pengerjaan,
– ketidaktepatan ukuran,
– pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
• Kuat rencana suatu komponen struktur adalah
hasil kali antara kuat nominal dengan faktor
reduksi kekuatan 
• Kuat rencana (RSNI3-2002 11.3 hal 60)
– Lentur tanpa beban aksial 0,80
– Beban aksial
• Aksial tarik, dan aksial tarik dengan lentur 0,80
• Aksial tekan, dan aksial tekan dengan lentur
Komp. struktur dng tulangan spiral 0,70
Komp. struktur lainnya 0,65
• Komp. struktur penahan gempa tanpa tul 0,50
transversal
– Geser dan torsi 0,75
• Geser pd komp str penahan gempa dng kuat geser nominal lbh
kecil dari gy geser yg timbul 0,55
• Geser pada diafragme tdk boleh melebihi faktor reduksi faktor
reduksi minimum utk geser yang digunakan pd komp vertikal sistem
pemikul beban lateral
• Geser pada hub balok-kolom, geser pada balok perangkai yang
diberi tul diagonal 0,80
– Tumpuan pada beton 0,65
– Daerah pengangkuran pasca tarik 0,85
SELIMUT BETON (SNI3-2002 ps 9.7 hal 40)
• Beton yang langsung dicor di atas tanah dan selalu
berhubungan dengan tanah 70 mm
• Beton yang berhubungan dengan tanah/cuaca
– D19 hingga D56 50 mm
– D16 jaring kawat polos atau kawat ulir
D16 dan yang lebih kecil 40 mm
• Beton tidak langsung berhubungan dengan cuaca/tanah
– Plat, dinding, plat berusuk
• D44 dan D56 40 mm
• D36 dan yg lebih kecil 20 mm
– Balok, kolom
• Tulangan utama, pengikat, sengkang, lilitan spiral 40 mm
– Komponen struktur cangkang, pelat lipat
• D19 dan yang lebih besar 20 mm
• D16 jaring kawat polos atau ulir
D16 dan yang lebih kecil 15 mm
BALOK TERLENTUR
• Jenis-jenis balok menurut cara analisa dan
desain
– Balok bertulangan tunggal
– Balok bertulangan ganda
– Balok T
– Jenis-jenis balok lain, misal balok segitiga
BALOK BERTULANGAN TUNGGAL
(BERTULANGAN TARIK SAJA)

c=0,003 0,85.f’c

½.a
a=1.c
c Cc=0,85.f’c.a.b
Garis
d netral
z
As
s Ts = As.fs

b
Analisa balok tulangan tunggal
1. Hitung luas tulangan dalam kondisi seimbang
0,85. f 'c .1 600
ρb 
fy 600  f y
Asb = b.b.d
2. Tentukan keadaan tulangan balok yang ditinjau
keadaan overreinforced bila As > Asb
keadaan underreinforced bila As  Asb
3. Bila keadaan underreinforced, kapasitas momen balok dihitung
As . f y
a
0,85. f 'c .b
Mn = As.fy.(d - ½.a)
atau
Mn = 0,85.f’c.a.b.(d - ½.a)
MR = .Mn
Bila keadaan overreinforced, kapasitas momen balok
As
ρ
b.d
E s .ε
m
0,85.β1. f 'c
2
 mρ  mρ
k u  mρ    
 2  2
c = ku.d
a = 1.c
 a
M n  0,85. f 'c .a.b. d  
 2
MR = .Mn
Desain balok tulangan tunggal
Ada dua keadaan untuk desain balok, yaitu
1. hanya mencari luas tulangan
2. mencari luas tulangan dan dimensi balok
1. Hanya mencari luas tulangan
Pada cara ini dimensi sudah diketahui dan hanya mencari luas
tulangan yang diperlukan untuk menahan momen
a. Hitung koefisien tahanan momen Mu
k
 .b.d 2
b. Hitung rasio tulangan 0,85.f'c  2k 

ρ 1 
f y  0,85.f'c 

c. Hitung luas tulangan As = .b.d

As
d. Hitung jumlah tulangan n
A tul
Jumlah ini dibulatkan ke atas kemudian di cek syarat-syarat
2. Mencari luas tulangan dan dimensi balok
a. Tentukan rasio dimensi
b
r
d
b. Tentukan rasio tulangan perkiraan
f 'c .1 600
  0,5 b  0,5
f y 600  f y
c. Hitung koefisien tahanan momen
 . f y 
R n   . f y 1  
 1,7. f 'c 
d. tentukan tinggi efektif balok
Mu
d3
r. .R n
BALOK BERTULANGAN RANGKAP
(BERTULANGAN TARIK DAN TEKAN)

c=0,003 0,85.f’c
Cs = As’.fs
½.a
As’ s’ a=1.c
c Cc=0,85.f’c.a.b
Garis
d netral
z
As
s Ts = As.fs

b
Dengan notasi sebagai berikut
b = lebar balok
d = tinggi dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik
d’ = tinggi dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tekan
As = luas tulangan tarik
As’ = luas tulangan tekan
c = tinggi serat tekan terluar ke garis netral
a = tinggi blok tegangan tekan ekivalen
fs = tegangan tarik baja
fs’ = tegangan tekan baja
fc’ = Kuat tekan beton
u = regangan beton
s = regangan tarik baja
s’ = regangan tekan baja
Cs = resultan gaya tekan baja tulangan
Cc = resultan gaya tekan beton
Ts = resultan gaya tarik baja tulangan
Es = modulus elastisitas baja
Masing-masing resultan gaya dalam yang terjadi pada
keadaan ultimit adalah sebagai berikut
a. Gaya tekan pada beton Cc = 0,85.f’c.a.b
b. Gaya pada tulangan tekan Cs = As’.fs’
c. Gaya tarik pada tulangan tarik Ts = As.fs
Pada desain balok maupun kolom maka tegangan baja diidealisasikan
dengan diagram bilinier untuk mempermudah perhitungan
fs fs

fy fy

y s y s
Diagram tegangan regangan aktual Diagram tegangan regangan yang
telah diidealisasi
Dengan adanya idealisasi di atas maka bila regangan baja (baik
tulangan tarik maupun tekan) sudah mencapai leleh yaitu s≥ y maka
tegangan baja menjadi fs=fy, sehingga resultan gaya pada tulangan
harus diubah menjadi
a. Gaya tekan pada tulangan tekan bila telah leleh Cs = As’.fy
b. Gaya tarik pada tulangan tarik bila telah leleh Ts = As.fy

Dengan adanya kondisi leleh dan tidak leleh dari tulangan tekan
maupun tulangan tarik, maka ada 4 kemungkinan terjadinya kondisi
ultimit pada balok dengan tulangan ganda, yaitu
1. Tulangan tarik dan tekan sudah leleh
2. Tulangan tarik leleh sedangkan tulangan tekan belum
3. Tulangan tarik maupun tulangan tekan belum leleh
4. Tulangan tarik belum leleh sedangkan tulangan tekan sudah lele
• Keadaan yang paling sering terjadi adalah keadaan 1 dan 2,
sedangkan keadaan 3 jarang terjadi dan keadaan 4 hampir
tidak pernah terjadi
• Untuk berbagai kondisi dari equilibrium gaya statis maka dapat
disusun Cc + C s = T
• Untuk perhitungan analisa balok tulangan ganda harus melalui
kondisi 1 dulu, baru setelah diperiksa kelelehan ternyata terjadi
kondisi yang lain, maka harus beralih ke kondisi yang baru itu
• Cara pemeriksaan kelelehan dilakukan sebagai berikut
– Untuk regangan tulangan tekan
c  d' a  β1
ε s '  0,003  0,003
c a
– Untuk regangan tulangan tarik
dc β1d'a
ε s  0,003  0,003
c a
• Tegangan pada tulangan dihitung dengan
– Untuk tegangan tulangan tekan
fs’ = s’.Es bila s’ < y  belum leleh
f s’ = f y bila s’ ≥ y sudah leleh
– Untuk tegangan tulangan tarik
fs = s.Es bila s < y  belum leleh
fs = fy bila s ≥ y  sudah leleh

• Cara perhitungan kapasitas momen/lentur balok


dari berbagai kondisi dapat dihitung sebagai
berikut.
KONDISI 1
• Tulangan tarik dan tulangan tekan sudah leleh, sehingga
persamaan kesetimbangan gaya statis menjadi
0,85.f’c.a.b + As’.fy = As.fy (A s  A s ' )f y
sehingga tinggi blok tekan menjadi a  0,85.f' .b
c
setelah dihitung blok tekan maka harus dicek dulu
kelelehannya
• Bila sudah leleh semua maka perhitungan dilanjutkan ke
perhitungan momen kapasitas balok nominal
Mn = 0,85.f’c.a.b.(d-½.a) + As’.fy.(d-d’)
• Bila salah satu atau keduanya ternyata belum, maka
harus perhitungan tinggi blok tekan harus diulangi
dengan kondisi yang sesuai
KONDISI 2
• Tulangan tarik sudah leleh sedangkan tulangan tekan belum leleh, sehingga
persamaan keseimbangan gaya statis menjadi
0,85.f’c.a.b + As’.fs’ = As.fy
• Sehingga tinggi blok tegangan tekan dihitung dengan
0,85.f’c.a.b + As’.fs’ = As.fy
a  β1.d'
0.85.f c '.a.b  A s '.0,003 .E s  A s .f y
a
– Karena Es = 2.105 MPa, maka
a  β1.d'
0.85.f c '.a.b  A s '.600.  A s .f y
a
– Kedua suku dikalikan dengan a, maka

0.85.f c '.a 2 .b  A s '600.(a  β1.d' )  A s .f y .a


– Disusun persamaan kuadrat dalam a menjadi

0.85.f c '.b.a 2  (A s '600  A s .f y ).a  β1.d'  0


• Maka nilai a dapat dihitung dengan rumus ABC dengan
memakai rumus plusnya saja 2
 B  B  4AC
a
• Dengan 2A
A = 0,85.f’c.b
B = As’.600 – As.fy
C = -As’.600.1.d’
• Bila asumsi kondisi 2 benar maka bisa dilanjutkan
dengan perhitungan berikut ini
Mn = 0,85.f’c.a.b(d - ½.a) + As’.fs’.(d - d’)
• Bila asumsi salah harus dilakukan asumsi ulang untuk
kondisi yang sesuai. Tetapi keadaan salah asumsi yang
kedua jarang sekali terjadi, jadi biasanya maksimal
kesalahan asumsi hanya terjadi satu kali
KONDISI 3
• Tulangan tarik belum leleh dan tulangan tekan juga belum leleh, sehingga
persamaan keseimbangan gaya statis menjadi
0,85.f’c.a.b + As’.fs’ = As.fs
• Sehingga tinggi blok tegangan tekan dihitung dengan
0,85.f’c.a.b + As’.fs’ = As.fs
a  β1.d' β .d  a
0.85.f c '.a.b  A s '.0,003 .E s  A s .0,003 1 .E s
a a
– Karena Es = 2.105 MPa, maka
a  β1.d' β1.d  a
0.85.f c '.a.b  A s '.600  A s .600.
a a
– Kedua suku dikalikan dengan a, maka

0.85.f c '.a 2 .b  A s '.600.(a  β1.d' )  A s .600.(β1.d'a)


– Disusun persamaan kuadrat dalam a menjadi
0.85.f c '.b.a 2  (A s '.600  A s .600).a  A s '.600.β1.d'  A s .600.β1.d  0
• Maka nilai a dapat dihitung dengan rumus ABC dengan
memakai rumus plusnya saja  B  B2  4AC
a
2A
• Dengan
A = 0,85.f’c.b
B = As’.600 – As.600
C = -600.1.(As’d’ + As.d)
• Bila asumsi kondisi 3 benar maka bisa dilanjutkan
dengan perhitungan berikut ini
Mn = 0,85.f’c.a.b(d - ½.a) + As’.fs’.(d - d’)
• Bila asumsi salah harus dilakukan asumsi ulang untuk
kondisi 4 yang merupakan kondisi terakhir (untuk
masuk ke kondisi 4 ini adalah hal yang jarang terjadi)
KONDISI 4
• Tulangan tarik belum leleh sedangkan tulangan tekan sudah leleh, sehingga
persamaan keseimbangan gaya statis menjadi
0,85.f’c.a.b + As’.fy = As.fs
• Sehingga tinggi blok tegangan tekan dihitung dengan
0,85.f’c.a.b + As’.fy = As.fs
β1.d  a
0.85.f c '.a.b  A s '.f y  A s .0,003 .E s
a
– Karena Es = 2.105 MPa, maka
β1.d  a
0.85.f c '.a.b  A s '.f y  A s .600.
a
– Kedua suku dikalikan dengan a, maka

0.85.f c '.a 2 .b  A s '.f y .a  A s .600.(β1.d  a)


– Disusun persamaan kuadrat dalam a menjadi

0.85.f c '.b.a 2  (A s '.f y  A s .600).a  A s .600.β1.d  0


• Maka nilai a dapat dihitung dengan rumus ABC dengan
memakai rumus plusnya saja  B  B2  4AC
a
2A
• Dengan
A = 0,85.f’c.b
B = As’.fy + As.600
C = -600.1.(As’d’ + As.d)
• Bila asumsi kondisi 4 benar maka bisa dilanjutkan
dengan perhitungan berikut ini
Mn = 0,85.f’c.a.b(d - ½.a) + As’.fy.(d - d’)
• Bila asumsi salah maka kemungkinan besar ada
kesalahan perhitungan pada kondisi-kondisi yang
ditinjau
• Bila sudah didapat momen kapasitas
sesuai dengan kondisi yang ada, maka
dapat dihitung momen tahanan atau
momen resistan

MR = .Mn
• Dengan  untuk lentur balok sebesar 0,80,
maka

MR = 0,8.Mn
Ada banyak sekali metode untuk perhitungan desain balok
tulangan ganda. Berikut ini beberapa cara yang dapat
dipergunakan

CARA 1
Selisih tulangan tarik dan tekan disamakan dengan 0,5b dari balok
tulangan tunggal
Prosedur yang dipakai adalah sebagai berikut
• Hitung selisih rasio tulangan tarik dan tekan dengan menyamakan
0,5b
 0,85.f'c .β1 600 
ρ  ρ'  0,5. 
 f 600  f 
 y y 
As – As’ = ( - ’).b.d
• Hitung tinggi blok tekan beton dengan menganggap tulangan tekan sudah
leleh
As  As '
a
0,85.f'c .b
• Hitung luas tulangan tekan
  a 
M u  0,8.(A s  A s ' ).f y . d    A s '.f y .(d  d' )
  2 
dari langkah di atas hanya As’ (luas tulangan tekan) yang tida.
diketahui, jadi bisa dicari
Setelah As’ maka As bisa dihitung dengan hasil yang diperoleh pada
langkah pertama
• Periksa kelelehan tulangan tekan
a
c
β1
 c  d' 
ε s '  0,003. 
 c 
f s  ε s .E s
bila fs>fy maka perhitungan dapat dulakukan pada langkah
selanjutnya
• Menghitung jumlah tulangan berdasarkan luas yang didapat
• Menghitung kapasitas momen
Bila dalam langkah keempat ternyata tulangan tekan belum leleh,
maka tulangan masih dapat dipakai dengansyarat kapasitas momen
harus lebih besar dari momen beban terfaktor
CARA 3
Pada peraturan disebutkan bahwa jumlah tulangan tekan paling tidak
setengah dari jumlah tulangan tarik. Prosedur yang dipakai sedemikian
sehingga menjadi setengah dari jumlah tulangan tarik adalah dengan
formula yang dihitung dengan menggunakan rumus ABC untuk
menghitung rasio tulangan dengan parameter sebagai berikut
2
2 bd 2 .f y
 B  B  4AC A
ρ 4.0,85.f'c
2A
B  bd.f y .(d'2d)
Mu
C
0,4
Rumus di atas dengan asumsi semua tulangan dalam keadaan leleh,
sehingga harus diperiksa daktilitas balok
CARA 2
Minimum compression steel adalah cara perhitungan yang menghasilkan
tulangan tekan

• Menyamakan syarat maksimum  0,85.f'c .β1 600 


tulangan tarik dengan rasio ρ  0,75.
 fy
.
600  f y
 ρ' 

 
tulangan tarik

• Kalikan dengan bd
As = I.bd + 0,75.As’

• Substitusikan ke formula berikut


(A s  A s ' ).f y I.bd  0,75A s 'A s '.f y
a 
0,85.f'c .b 0,85.f'c .b
• Substitusikan a ke dalam formula
  a 
M u  0,8.(A s  A s ' ).f y . d    A s '.f y .(d  d' )
  2 

• Semua variabel di atas sudah


diketahui kecuali As’sehingga As’
bisa dihitung

Anda mungkin juga menyukai