Fraktur Radius Ulna

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

1.

Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer, 2000).

Fraktur tertutup adalah fraktur tidak meluas melewati kulit, dan fraktur terbuka adalah

fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi.

Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontiniutas tulang radius ulna, gambaran klinis

fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering

berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang (Manjoer Arif et all, 2000).

Fraktur antebrachii merupakan suatu perpatahan pada lengan bawah yaitu pada tulang

radius dan ulna dimana kedua tulang tersebut mengalami perpatahan. Dibagi atas tiga bagian

perpatahan yaitu bagian proksimal, medial , serta distal dari kedua corpus tulang tersebut.

(Putri, 2008)

Fraktur radius-ulna tertutup adalah terputusnya hubungan tulang radius dan ulna

yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah, baik trauma langsung maupun trauma tidak

langsung (Helmi, 2013). Menurut Hoppenfeld (2011) fraktur kedua tulang bawah merupakan

cedera yang tidak stabil. Fraktur nondislokasi jarang terjadi. Stabilitas fraktur yang

bergantung pada jumlah energi yang diserap selama cedera dan gaya otot-otot besar yang

cenderung menggeser fragmen.

Klasifikasi Fraktur Antebarachii

Pembagian fraktur antebrachii menurut Mansjoer (2000):

a. Fraktur Colles: Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner

fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi,tubuh beserta

lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbukaterfiksasi di tanah berputar keluar

(eksorotasi supinasi).
b. Fraktur Smith: Fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut

reversecolles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuhdengan

tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volarfleksi pada pergelangan

tangan dan pronasi.

c. Fraktur Galeazzi: Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius radius ulna distal.

Saatpasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pularotasi lengan

bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badanyang memberi gaya supinasi.

d. Fraktur Montegia: Fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius

ulnaproksimal.
2. Anatomi

a. Tulang ulna

Menurut Hartanto (2013) ulna adalah tulang stabilisator pada lengan bawah, terletak

medial dan merupakan tulang yang lebih panjang dari dua tulang lengan bawah. Ulna adalah

tulang medial antebrachium. Ujung proksimal ulna besar dan disebut olecranon, struktur ini

membentuk tonjolan siku. Corpus ulna mengecil dari atas ke bawah melintang. Processus

styloideus radii lebih besar daripada processus styloideus ulnae dan memanjang jauh ke

distal. Hubungan tersebut memiliki kepentingan klinis ketika ulna dan/atau radius mengalami

fraktur (Hartanto, 2013).


b. Tulang Radius

Radius terletak di lateral dan merupakan tulang yang lebih pendek dari dari dua tulang

di lengan bawah. Ujung proksimalnya meliputi caput pendek, collum, dan tuberositas yang

menghadap ke medial. Corpus radii, berbeda dengan ulna, secara bertahap membesar saat ke

distal. Ujung distal radius berbentuk sisi empat ketika dipotong melintang. Processus

styloideus radii lebih besar daripada processus styloideus ulnae dan memanjang jauh ke

distal. Hubungan tersebut memiliki kepentingan klinis ketika ulna dan/atau radius mengalami

fraktur (Hartanto, 2013).


3. Etiologi

a. Trauma langsung

Trauma langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur

demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

b. Trauma tidak langsung

Trauma tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya

kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor

kekerasan.

c. Fraktur Patologis

Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis didalam tulang

(Muttaqin, 2008 : 70).

4. Manifestasi klinis

Adapun tanda dan gejala dari fraktur:

a. Deformitas

b. Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya

perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :

1. Rotasi pemendekan tulang

2. Penekanan tulang

c. Bengkak

d. Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang

berdekatan dengan fraktur

e. Ekimosis dari perdarahan subculaneous

f. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur

g. Tenderness
h. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya dan

kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

i. Kehilangan sensani (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/ perdarahan).

j. Pergerakan abnormal

k. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

l. Krepitasi

5. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk

menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap

tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya

kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam

korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi

karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan

tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini

menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma

dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses

penyembuhan tulang nantinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur:

a. Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,

waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.


b. Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya

fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau

kekerasan tulang.

6. Pathway
7. Komplikasi

Adapun komplikasi dari fraktur (Smeltzer & Bare, 2001) yaitu : Komplikasi segera

(immediate), komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara lain syok neurogenik,

kerusakan organ, kerusakan syaraf, injuri atau perlukaan kulit.

a. Early Complication

Dapat terjadi seperti : osteomelitis, emboli, nekrosis, dan syndrome compartemen.

b. Late Complication

Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara lain stiffnes (kaku sendi), degenerasi

sendi, penyembuhan tulang terganggu (malunion).

8. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:

a. Radiografi pada dua bidang (untuk mencari lusensi dan diskuntinuitas pada korteks

tulang)

b. Tomografi, CT scan, MRI (jarang dilakukan)

c. Ultrasonografi dan scan tulang dengan radioisotop (scan tulang terutama berguna ketika

radiografi/Ct scan memberikan hasil negatif pada kecurigaan fraktur secara klinis)

d. Pemeriksaan Laboratorium

1. Hitung darah lengkap : HB mungkin meningkat/menurun.

2. Kreatinin : traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal.

3. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple,

atau cedera hati.


9. Penatalaksanaan

a. Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, kemudian imobilisasi dengan gips

(long arm cast). Posisi antebrachii tergantung letak fraktur, pada fraktur antebrachii 1/3

proksimal diletakkan dalam posisi supinasi 1/3 tengah dalam posisi netral, dan 1/3 distal

dalam posisi pronasi. Gips supinasi gips dipertahankan 4-6 minggu.

b. Bila reposisi tertutup tidak berhasil (angulasi lebih dari 100 pada semua arah) maka

dilakukan internal fiksasi.

c. Pada fraktur terbuka terlebih dahulu dilakukan “debridement” kemudian dilakukan

tindakan seperti diatas. Sedangkan pada fraktur terbuka derajat III dilakukan eksternal

fiksasi.
10. RECANA ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengumpulan data

1. Identitas Klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, bahasa, status perkawinan,

pendidikan, pekerjaan, tanggal MRS, no. register, diagnosa medis.

2. Keluhan Utama

Klien dengan patah tulang aka mengeluh nyeri berat tiba-tiba pada kaki yang sakit baik

digerakkan maupun ditekan.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

- Riwayat Penyakit Sekarang

Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai kelin MRS.

- Riwayat Penyakit Dahulu

Ditanyakan apakah klien pernah mengalami kecelakaan motor sebelumnya sehingga

mengakibatkan trauma pada diri sendiri yang menyebabkan disfungsi / kehilangan fungsi

pada sistem muskulosiceletal serta tentang riwayat penggunaan obat masa lalu

- Riwayat Penyakit Keluarga

Ditanyakan tentang adakah keluarga yang pernah sakit seperti ini.

4. Pola-pola Fungsi Kesehatan

- Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat.

Menggambarkan persepsi klien dan penanganan kesehatan dan kesejahteraan. Klien yang

memiliki kebiasaan berolahraga kemungkinan besar resiko patah tulang serta pasien atau

klien akan mengalami defisit oleh karean nyeri dan mobiliasi.

- Pola nutrisi dan metabolisme

Gambaran masukan nutrisi, keseimbangan cairan eklektrolit, kondisi kulit, rmbut dan

muka klien patah tulang tak mengalami gangguan nutrisi dan metabolisme.

- Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksrres usus, kandung kemih. Klien dengan patah tulang

akan mengalami konstipasi dikarenakan mobilisasi yang lama (bedrest).

- Pola aktivitas dan latihan

Klien dengan fraktur akan mengalami keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang

terkena karena terjadi pembengkakan maupun nyeri.

- Pola tidur dan istirahat

Menggambarkan pola tidur dan istirahat dan persepsi tentang tingkat energi. Pada patah

tulang yang berlangsung lama pola tidur tidak ada gangguan.

- Pola kognitif dan konseptual

Klien dengan patah tulang memberi gejala nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungin

terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan dan dapat berkurang pada imobilisasi) tak ada

nyeri akibat kerusakan saraf.

- Pola persepsi dan konsep diri

Klien dengan gangguan eksternal fiksasi akan mangalami perubahan gambaran tubuh.

- Pola hubungan peran

Klien dengan fraktur tak akan mengalami perubahan hubungan dengan keluarga maupun

orang lain.

- Pola reproduksi dan seksual

Klien akan mengalami disfungsi seksual olah karena nyeri dan imobilisasi..

- Pola tata nilai dan kepercayaan

Tak mengalami gangguan dalam pemehuhan kebutuhan spiritual.

5. Pemeriksaan Fisik

- Status keadaan umum

Dikaji tentang kesadaran, tensi, nadi, suhu respiratory rate dan berat badan.
- Sistem Integumen

Mengkaji adanya kemerahan, nyeri serta perubahan rambut dan kuku.

- Kepala

Dikaji tentang riwayat sakit kepala, cedera kepala.

- Mata

Perlu dikaji tentang penglihatan, nyeri, kemerahan, penglihatan ganda.

- Telingga

Dikaji tentang pendengaran, tinitus, vertigo, sakit telinga,

- Hidung

Dikaji adanya perdarahan, hidung tersumbat, riwayat flu.

- Mulut Dan Tenggorokan

Dikaji keadaan gusi dan perdarahan gusi dan adanya sakit tenggorokan.

- Sistem Pernafasan

Dikaji terhadap adanya distres respiratory.

- Sistem Muskuleskeleral

Dikaji adanya laserasi kulit, perubahan warna, avoisi jaringa perdarahan dan

pemendekan.

II. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan fraktur tulang, spasme otot, edema, kerusakan jaringan

lunak

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan, imobilisasi


III. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor tenda- 1. Data dasar
dengan fraktur tindakan keperawatan tanda vital mengetahui
tulang, spasme otot, selama 2x24jam nyeri 2. Kaji lokasi, perkembanga
edema, kerusakan dapat teratasi, dengan intensitas dan n pasien
jaringan lunak Kretia Hasil tipe nyeri 2. Untuk
- Klien ngatakan 3. Imobilisasi menentukan
nyeri hilang. bagian yang tindakan
- Klien sakit keperawatan
menunjukkan 4. Tingikan dan yang tepat
relaksasi dan dukung 3. Untuk
tindakan santai. ekstremitas mempertaha
- Klien mampu yang terkena nkan posisi
tidur / istirahat Dorong fungsional
dengan santai. menggunakan tulang
teknik 4. Untuk
manajemen memperlanca
relaksasi r arus balik
5. Berikan obat vena, agar
analgetik sesuai klien rileks
indikasi 5. Untuk
mengurangi
nyeri
2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Ukur vital sign 1. Data dasar
fisik berhubungan tindakan keparawatan 2. Kaji derajat mengetahui
dengan selama 5x24 jam imobilisasi yang perkembangan
nyeri/ketidaknyaman klien mampu dihasilkan oleh pasien
an, imobilisasi menggerakkan bagian cedera 2. Untuk
tubuh yang 3. Dorong menentukan
mengalami partisipasi pada tindakan
inkontinuitas, dengan aktivitas keperawatan
Kritea Hasil terapeutik yang tepat
- Klien mampu 4. Bantu dalam 3. Melatih
melakukan rentang gerak kekuatan otot
ROM aktif, pasif/aktif yang klien
body mechanic, sesuai 4. Melatih
dan ambulasi 5. Ubah posisi rentang gerak
dengan perlahan secara periodic aktif/pasif klie
- Neuromuskuler 6. Kolaborasi secara
dan skeletal dengan ahli bertahap
tidak mengalami terapis/okupasi 5. Untuk
atrofi dan dan atau mencegah
terlatih rehabilitasi terjadinya
- Klien mampu medic decubitus
sedini mungkin 6. Melatih
melakukan rentang gerak
mobilisasi aktif/pasif
apabila klien secara
kontinuitas bertahap
neuromuskuler
dan skeletal
berada dalam
tahap
penyembuhan
total
DAFTAR PUSTAKA

Doenges. M.E; Moorhouse. M.F;Geissler. A.C. (1999) alih bahasa Monica Ester.
Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta:EGC.
Hidayat, A. A. (2002). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta:EGC.
Mansjoer, Arif (et. al). (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (edisi 3). Jakarta :
Media Aesculapius.
Muttaqim, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta. EGC.
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R, dkk. (2004). Buku Ajar: Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawataan Medikal Bedah.
Brunner & Suddarth. Ed 8. Vol 3.alih bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC.
www.scribd.com › School Work › Essays & Theses , diakses tanggal 05 Maret 2017 jam
22.00.

Anda mungkin juga menyukai