Bab Ix Steroid
Bab Ix Steroid
Bab Ix Steroid
BAB IX
STEROID
A. PENGERTIAN STEROID
Senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu triterpena; juga
karoten dan retinol. Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar
triterpena asiklik. Ciri umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung.
Cincin A, B dan C beranggotakan enam atom karbon, dan cincin D beranggotakan
lima. Steroid, semuanya diturunkan dari struktur inti empat-cincin lebur yang sama,
memiliki peran biologis yang bervariasi seperti hormon dan molekul pensinyalan.
Steroid 18-karbon (C18) meliputi keluarga estrogen, sementara steroid C19 terdiri
dari androgen seperti testosteron dan androsteron. Subkelas C21 meliputi
progestagen, juga glukokortikoid dan mineralokortikoid. Sekosteroid, terdiri dari
bermacam ragam bentuk vitamin D, dikarakterisasi oleh perpecahan cincin B dari
struktur inti. Contoh lain dari lemak sterol adalah asam empedu dan konjugat-
konjugatnya, yang pada mamalia merupakan turunan kolesterol yang dioksidasi dan
disintesis di dalam hati. Pada tumbuhan, senyawa yang setara adalah fitosterol,
seperti beta-Sitosterol, stigmasterol, dan brasikasterol; senyawa terakhir ini juga
digunakan sebagai bagi pertumbuhan alga. Sterol dominan di dalam membran sel
fungi adalah ergosterol.
Steroid adalah senyawa organic bahan alam yang dihasilkan oleh organisme
melalui metabolit sekunder, senyawa ini banyak ditemukan pada jaringan hewan
dan tumbuhan. Asal usul biogenetic dari steroid mengikuti reaksi-reaksi pokok
yang sama, dengan demikian maka golongan senyawa ini memiliki kerangka dasar
yang sama.
Senyawa-senyawa turunan steroid memiliki fungsi yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup organisme. Berbagai jenis hormone, asam empedu dan
berbagai macam senyawa anabolic adalah turunan steroid. Keragaman turunan
steroid dihasilkan melalui transformasi struktur dan gugus fungsi steroid
berdasarkan reaksi-reaksi sekunder mengikuti keteraturan biogenetic.
Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa dan penegelompokan ini
didasarkan pada efek fisiologis yang diberikan oleh masing-masing senyawa.
Kelompok-kelompok itu adalah sterol, asam- asam empedu, hormon seks, hormon
adrenokortikoid, aglikon kardiak dan sapogenin. Ditinjau dari segi struktur
molekul, perbedaan antara berbagai kelompok steroid ini ditentukan oleh jenis
substituen R1 , R2 dan R3 yang terikat pada kerangka dasar karbon. sedangkan
perbedaan antara senyawa yang satu dengan yang lain pada suatu kelompok
tertentu ditentukan oleh panjang rantai karbon R 1, gugus fungsi yang terdapat pada
substituen R 1, R 2, dan R 3, jumlah serta posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan
rangkap dan konfigurasi dari pusat-pusat asimetris pada kerangka dasar karbon
tersebut.
1. Kolesterol
Kolestrol merupakan steroid yang terbanyak di dalam tubuh manusia. Kolestrol
memiliki struktur dasar inti steroid yang mengandung gugus metil, gugus
hidroksi yang terikat pada cincin pertama, dan rantai alkil. Kandungan
kolestrol dalam darah berkisar 200-220 mg/dL, meningkatnya kadar kolestrol
dalam darah dapat menyempitkan pembuluh darah di jantung, sehingga terjadi
gangguan jantung koroner. Pengobatan yang sering dilakukan adalah
melebarkan pembuluh darah seperti, memasang ring atau melakukan operasi.
Kolestrol dalam tubuh dibentuk di dalam liver dari makanan. Struktur kolestrol
dapat dilihat pada Gambar.
Kolestrol dalam makan perlu kita waspadai mengingat tren penyakit jantung
cukup tinggi di Indonesia. Beberapa makanan yang banyak mengandung
kolestrol disajikan dalam Tabel Sumber makanan dan ukuran sajian serta
kandungan kolestrolnya
Garam empedu merupakan hasil sintesa kolestrol dan disimpan dalam bladder,
peran senyawa ini adalah untuk mengemulsikan asam lemak dan minyak
sehingga memperluas permukaan lipida yang akan dibongkar secara enzimatik.
Contoh lain dari lipida jenis steroid adalah hormon seks bagi kaum laki-laki
dan perempuan seperti testoteron, estradiol dan progesteron. Struktur molekul
dan fungsinya dapat dilihat dalam tabel.
TABEL
JENIS HORMON DAN FUNGSI FISIOLOGISNYA
Molekul kolestrol terdiri atas tiga lingkar enam yang tersusun seperti fenantren
dan terlebur dalam suatu lingkar lima. Hidrokarbon tetrasiklik jenuh yang
mempunyai sistem lingkar demikian dan terdiri dari 17 atom karbon sering
ditemukan pada banyak senyawa yang tergolong senyawa bahan alam yang
disebut stroida.
substituen itu terikat. Penomoran atom karbon dalam molekul steroid adalah
sebagai berikut :
Hidrokarbon induk yang lain dari steroida ialah estran, kardanolida dan
spirostan, seperti tercantum dibawah ini :
Estran (C 18) :
Spirostan (C 27) :
Kardanolida (C 23) :
E. STEREOKIMIA STEROIDA
aksial. Akan tetapi gugus fungsi aksial lebih mudah dioksidasi dari pada gugus
hidroksil yang ekuatorial.
Perbedaan antara beberapa jenis steroid ditunjukkan oleh jenis subtituen R1,
R2 dan R3 yang terikat pada kerangka dasar steroid. Sedangkan perbedaan antara
senyawa satu dengan yang lainnya dari suatu kelompok, ditentukan oleh panjang
rantai karbon R1, R2 dan R3, jumlah dan posisi ikatan rangkap, jumlah dan posisi
oksigen serta konfigurasi dari pusat-pusat asimetri pada kerangka dasar karbon
steroid. Jika senyawa steroid digambarkan sebagai suatu molekul yang palanar,
maka ada dua kedudukan yang dapat dimiliki oleh setiap gugus yang terikat pada
kerangka dasar steroid. Jika gugus tersebut berada di atasbidang molekul, berarti
terletak sebidang dengan gugus metal pada C-10 dan C-13 maka gugus tersebut
diistilahkan sebagai konfigurasi ß, digambarkan garis tebal. Sebaliknya bila gugus
tertentu terikat disebelah bawah bidang molekul maka disebut konfigurasi α dan
ikatannya digambrkan dengan garis putus-putus. Sedangkan gugus yang
konfigurasinya belum jelas dinyatakan sebagai ξ (xi) dan ikatannya digambarkan
sebagai gelombang.
Hubungan cincin A dengan B ada dua kemungkinan yakni trans dan cis.
Konfigurasi trans cincin A terhadap B terjadi jika posisi atom hydrogen yang terikat
pada C-5 terletak trans terhadap gugus metil pada C-10. keadaan ini menunjukkan
pula bahwa atom hydrogen pada C-5 adalah berkedudukan α, sehingga steroid jenis
ini disebut deret α. Berlawanan dengan itu disebut steroid deret ß, jika hydrogen
pada C-5 berkedudukan ß, yang berarti posisinya cis terhadap gugus metil pada C-
10. Keadaan tersebut menggambar konfigurasi cincin A terhadap cincin B adalah
cis.
Pada steroid alam hubungan antara cincin B dan cincin C selalu trans.
Konformasi cincin B dan cincin C sulit berubah karena diapit oleh cincin A dan D.
Cincin A dapat berubah sehingga dapat memungkinkan steroid berada dalam dua
macam konformasi yakni trans atau cis. Demikian pula halnya dengan cincin D
dapat berubah sehingga hubungan cincin C dan D dapat trans atau cis. Namun pada
kenyataannya hubungan cincin C dan D pada hamper semua jenis steroid adalah
trans kecuali kelompok aglikon kardiak dimana cincin C dan D adalah cis. Dalam
semua steroid alam, subtituen pada C-10 dan C-9 berada pada pihak yang
berlawanan terhadap bidang molekul, yaitu trans. Demikian pula hubungan antara
subtituen pada posisi C-9 dan C-8, C-8 dan C-14, C-14 dan C-13 adalah trans.
Dengan demikian, stereokimia dari steroid alam mempunyai suatu pola umum,
yakni subtituen pada titik-titik temu dari cincin disepanjang molekul C-3-10-9-8-
14-13 merupakan hubungan trans.
G. BIOSINTESIS STEROID
Senyawa steroid yang terdapat di alam adalah berasal dari triterpen.
Biosintesis steroid sama halnya dengan biosintesis terpen melalui jalur asam
mevalonat. Pembentukan kerangka steroid dimulai dari kondensasi dan famesil
pitofosfat (seskuiterpen melalui interaksi ekor-ekor menghasilkan skualen, dan
kemudian berubah menjadi 2,3-epeksiskualen). Selanjutnya tetrjadi siklisasi
berganda dan disusul oleh penataan atom-atom hydrogen dan gugus metil, yang
kemudian menghasilkan lanosterol (pada hewan) atau sikloartenol (pada
tumbuhan). Siklisasi skualen ini bermula pada protonasi gugus epoksi yang
mengakibatkan pembukaan lingkar epoksida. Selanjutnya terjadi pelepasan tiga
gugus metil yang terikat pada atom karbon C-4 dan satu gugus metil dan C-14.
penyingkiran ketiga gugus metil tersebut berlangsung secara bertahap, dimulai
dengan gugus metil pada C-14 yang mengalami oksidasi menjadi aldehid kemudian
disingkirkan sebagai asam formiat, kemudian pelepasan kedua gugus metil pada C1
yang dioksidasi menjadi karboksil dan selanjutnya dikeluarkan sebagai karbon
dioksida.
Mekanisme biosintesis steroid yang melalui penggabungan dua molekul
skualen dapat dilihat pada gambar dibawah. Mekanisme biosintesis tersebut telah
dibuktikan kebenarannya melalui percobaan dengan hewan yang diinkubasi dengan
asam asetat yang diberi tanda dengan isotop karbon C-14 pada gugus karboksilat,
CH314-COOH, ternyata atom karbon radioaktif dari kolesterol yang dihasilkan
dapat diidentifikasi dan sesuai dengan pola isoprene penyusunnya. Selanjutnya
percobaan dilakukan dengan menggunakan asam asetat yang telah diberi tanda pada
gugus metil 14CH3-COOH, ternyta bahwaatom karbon dalam molekul kolesterol
yang tidak bersifat radioaktif pada percobaan pertama, ternyata pada percobaan
kedua menjadi ardioaktif.
H. KLASIFIKASI STEROID
Hormon Seks
I. SIFAT-SIFAT STEROID
Sifat-sifat steroid, seperti senyawa organik lainnya, pada dasarnya harus
dipandang sebagai reaksi-reaksi dari gugus fungsi yang dikandungnya. Misalnya,
gugus 3β - hidroksil menunjukkan semua sifat dari alkohol sekunder, tak ubahnya
seperti yang ditunjukkan oleh 2-propanol. Gugus hidroksil ini dapat diesterifikasi
untuk menghasilkan suatu ester atau dioksidasi dengan berbagai oksidator yang
menghasilkan suatu keton.
H3C
H3C
A B
HO [O] 3 5
A B O
3 5 Keton H
H H H3C
O
Alkohol
O H3C CH O
O
A B
CH3C-O-C-CH3 3 5
H H
Ester
Akan tetapi, oleh karena bentuk geometri dari molekul steroid, sifat gugus
3β-hidroksil sedikit berbeda dengan sifat dari gugus-gugus hidroksil yang terikat
pada posisi lain. Begitu pula, karena faktor geometri molekul, gugus 3 β - hiroksil
memperlihatkan sifat yang sifat yang sedikit berbeda dengan 3α - hidoksil.
Misalnya gugus 3β - hidroksil lebih sukar mengalami dehidrasi dibandingkan
dengan gugus 3α – hidroksil, walaupun prinsip dari reaksi yang terjadi adalah
sama. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai struktur dari steroid, jika dikuasa
dengan baik, dapat memberikan petunjuk tentang sifat-sifat serta jenis reaksi yang
dapat dilakukannya.
H+
Ra Ha
Re Ha
3
He
Ha
( R- Ekuatorial ) ( R-Aksial )
CH3
H3C CH3
10 H3C
HOe
10
5
(S)
H (R) 5
(S)
H
OH H
Apabila konfigurasi dari kedua epimer diatas diperlihatkan degan seksama, akan
terlihat bahwa gugus hidroksil pada kolestanol adalah ekuatorial, sedangkan
pada epikolestanol adalah aksial. Dalam kedudukan aksial ini,gugs idroksil
dalam molekul epikolestanol mengalami antaraksi -1,3,m dengan dua atom
hidrogen aksial yang terikat pada C-1 dan C-5. Antaraksi ini tidak ditemukan
pada kolestanol. Oleh karena itu, kestabilan dari kolestanol lebih besar daripada
epikolestanol, sehingga kolestanol ditemukan dalam perbandingan yang lebih
besar didalam campuran kesetimbangan epimerisasi. Keterangan yang sama
dapat diberikan pula bagi kesetimbangan epimerisasi antara 5 β-kolestan -3 β
-ol (koprostanol) dan 5 β -kolestan - 3 α-ol (epikolestanol). Dalam campuran
kesetimbangan epimerisasi ini, epikolestanol lebih stabil dan dengan demikian
berada dalam perbandingan jumlah yang lebih besar (90%).
CH3
CH3 H
CH3
D
CH3 H H 10 C
H
C
D AmO- Na+ B
H 10
AmOH H 5
B A
5
HO A (R)
a
(S)
OH
e
H
DAFTAR PUSTAKA
Zulfikar.2010.Steroid.http://www.chemistry.org/materi_kimia/kimiakesehatan/biomolek
ul/steroid/. Diakses pada 13 Mei 2013.