MKDK4001 M1 PDF
MKDK4001 M1 PDF
MKDK4001 M1 PDF
PE NDA HULUA N
M anusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan
pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki derajat paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang paling
penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa
manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk
mempertinggi kualitas hidupnya di dunia.
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan
pelatihan. Jadi dalam hal ini pendidikan adalah proses atau perbuatan mendidik.
Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau
pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak
untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam
melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
Jadi karena manusia diciptakan oleh Tuhan dengan berbekal akal dan
pikiran maka manusia membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan
kehidupannya demi memuaskan rasa keingintahuannya.
Modul ini akan membantu Anda untuk memahami berbagai pengertian dan
aspek hakikat manusia dan berbagai aplikasi aspek hakikat manusia terhadap
pendidikan. Materi dalam modul ini dapat membantu Anda dalam
mengembangkan wawasan kependidikan Anda, yang kemudian dapat berfungsi
sebagai asumsi dalam rangka praktik pendidikan maupun studi pendidikan
selanjutnya.
Materi modul ini terdiri dari 3 kegiatan belajar (KB). Kegiatan Belajar 1
membahas tentang berbagai pengertian hakikat manusia dan segala aspek-
aspeknya. Kegiatan Belajar 2 membahas tentang asas-asas keharusan atau
perlunya pendidikan bagi manusia dan asas-asas kemungkinan pendidikan.
Kegiatan Belajar 3 membahas mengenai pendidikan sebagai humanisasi dan
pendidikan dan hak asasi manusia.
1.2 Pengantar Pendidikan
Petunjuk Belajar
Untuk memahami materi modul ini dengan baik serta mencapai kompetensi
yang diharapkan, gunakan strategi belajar berikut ini.
1. Sebelum membaca modul ini, pelajari terlebih dahulu glosarium pada akhir
modul yang memuat istilah-istilah khusus yang digunakan dalam modul ini.
2. Baca materi modul dengan seksama, tambahkan catatan pinggir berupa
tanda tanya, pertanyaan, dan konsep lain yang relevan sesuai pemikiran
yang muncul. Dalam menjelaskan suatu konsep atau asas, sering kali
digunakan istilah dan diberikan contoh, pahami hal tersebut sesuai konteks
pembahasannya.
3. Cermati dan kerjakan tugas yang diberikan. Dalam mengerjakan tugas
tersebut, gunakan pengetahuan dan pengalaman Anda sebelumnya.
4. Kerjakan tes formatif seoptimal mungkin dan gunakan rambu-rambu
jawaban untuk membuat penilaian sudah atau belum memadainya jawaban
Anda.
5. Buat catatan khusus hasil diskusi dalam tutorial tatap muka dan tutorial
elektronik, untuk digunakan dalam pembuatan tugas kuliah dan ujian akhir
mata kuliah.
Kegiatan Belajar 1
(3) berbagai karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia, antara lain
berkenaan dengan individualitas, sosialitas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian hakikat
manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang
manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia
berkenaan dengan “prinsip adanya” (principe de’etre) manusia. Dengan kata
lain, pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu
yang olehnya” manusia memiliki karakteristik khas yang memiliki sesuatu
martabat khusus” (Louis Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara
lain berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan),
struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta
karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagai
makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya,
sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada penciptanya. Selain
itu, menyadari akan maha kasih sayangnya Sang Pencipta maka kepada-Nya
manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian, di balik adanya rasa cemas dan
takut itu muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk
mengambil tindakan dalam hidupnya. Adapun hal tersebut dapat menimbulkan
kejelasan akan tujuan hidupnya, menimbulkan sikap positif dan familiaritas
akan masa depannya, menimbulkan rasa dekat dengan penciptanya.
perbedaan dengan manusia yang lainnya sehingga bersifat unik dan merupakan
subjek yang otonom.
Sebagai individu, manusia adalah kesatuan yang tak dapat dibagi antara
aspek badani dan rohaninya. Setiap manusia mempunyai perbedaan sehingga
bersifat unik. Perbedaan ini baik berkenaan dengan postur tubuhnya,
kemampuan berpikirnya, minat dan bakatnya, dunianya, serta cita-citanya.
Pernahkah Anda menemukan anak kembar siam? Manusia kembar siam
sekalipun, tak pernah memiliki kesamaan dalam keseluruhannya. Setiap
manusia mempunyai dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri. Masing-masing
secara sadar berupaya menunjukkan eksistensinya, ingin menjadi dirinya sendiri
atau bebas bercita-cita untuk menjadi seseorang tertentu, dan masing-masing
mampu menyatakan "inilah aku" di tengah-tengah segala yang ada.
Setiap manusia mampu menempati posisi, berhadapan, menghadapi,
memasuki, memikirkan, bebas mengambil sikap, dan bebas mengambil tindakan
atas tanggung jawabnya sendiri (otonom). Oleh karena itu, manusia adalah
subjek dan tidak boleh dipandang sebagai objek.
Berkenaan dengan hal ini, Theo Huijbers
menyatakan bahwa "manusia mempunyai
kesendirian yang ditunjukkan dengan kata
pribadi" (Soerjanto P. dan K. Bertens, 1983);
adapun Iqbal menyatakannya dengan istilah
individualitas atau khudi (K.G. Syaiyidain,
Kembar siam 1954).
dipengaruhi oleh orang lain sedemikian rupa sehingga demikian mendapat arti
sebenarnya dari aku bersama orang lain itu (Soerjanto P. dan K. Bertens, 1983).
Sebaliknya, terdapat pula pengaruh dari individu terhadap masyarakatnya.
Masyarakat terbentuk dari individu-individu, maju mundurnya suatu masyarakat
akan ditentukan oleh individu-individu yang membangunnya.
Oleh karena setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya hubungan
pengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya maka idealnya situasi
hubungan antara individu dengan sesamanya itu tidak merupakan hubungan
antara subjek dengan objek, melainkan subjek dengan subjek. Martin Burber
menyebut situasi hubungan yang
terakhir itu sebagai hubungan I-Thou
(Maurice S. Friedman, 1954).
Berdasarkan hal itu dan karena terdapat
hubungan timbal-balik antara individu
dengan sesamanya dalam rangka
mengukuhkan eksistensinya masing-
masing maka hendaknya terdapat Sekolah merupakan salah satu
keseimbangan antara individualitas dan bentuk interaksi sosial
sosialitas pada setiap manusia.
LA TIHA N
Setelah selesai mempelajari uraian materi dalam kegiatan belajar ini, coba
Anda rumuskan tentang (1) definisi hakikat manusia, dan (2) delapan aspek
hakikat manusia.
Untuk menjawab soal latihan di atas perlu mengingat kembali objek formal
antropologi filsafat dan berbagai hal yang sifatnya prinsipil atau esensial
membedakan manusia dari yang lainnya.
RA NG K UMA N
kita akui dan kita pahami; dalam filsafat hal ini didukung oleh argumen
kosmologi, sedangkan secara faktual terbukti dengan adanya fenomena
kemakhlukan yang dialami manusia.
Manusia adalah kesatuan badani-rohani, hidup dalam ruang dan waktu,
sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan,
insting, nafsu, dan tujuan hidup. Manusia memiliki berbagai potensi, yaitu
potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan karya.
Dalam eksistensinya, manusia memiliki berbagai aspek kehidupan
individualitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius. Semua itu,
mengimplikasikan interaksi atau komunikasi, historisitas, dan dinamika.
Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga dalam yang
dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial. Manusia yang mampu mengarahkan dirinya ke
tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu
menentukan nasibnya. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang
dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia
lebih baik untuk ditempati. Suatu keberadaan yang berpotensi yang
perwujudannya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak
terbatas. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat. Individu yang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak dapat berkembang
sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan
sosial.
TE S F O RMA TIF 1
7) Istilah etnologi merupakan istilah yang diberikan kepada para ahli ilmu .…
A. ilmu kesehatan
B. ilmu psikologi
C. ilmu geologi
D. ilmu bangsa-bangsa
10) Manusia itu sebagai animal educandum dan ia memang adalah animal
educabile, pernyataan di atas merupakan hasil dari studi fenomenologis
yang dilakukan oleh .…
A. M.J. Langeveld
B. Immanuel Kant
C. C.A. Van Versen
D. Hendersen
Kegiatan Belajar 2
D alam kegiatan belajar ini, Anda akan mengkaji tentang hubungan sebab-
akibat dari makna hakikat manusia terhadap pendidikan. Hal ini meliputi
dua pokok permasalahan, yaitu tentang mengapa manusia harus atau perlu
dididik, dan mengapa manusia mungkin atau dapat dididik. Dengan demikian,
setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2 ini, Anda akan dapat menjelaskan
tentang asas-asas perlunya pendidikan bagi manusia sebagai implikasi dari
hakikat manusia terhadap pendidikan, dan asas-asas tentang kemungkinan
pendidikan sebagai implikasi hakikat manusia terhadap pendidikan.
1. Asas Potensialitas
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan berbagai potensi yang ada pada
manusia yang memungkinkan ia akan mampu menjadi manusia, tetapi untuk itu
memerlukan suatu sebab, yaitu pendidikan. Contohnya, dalam aspek kesusilaan
manusia diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma-norma moral dan
nilai-nilai moral yang diakui. Ini adalah salah satu tujuan pendidikan atau sosok
manusia ideal berkenaan dengan dimensi moralitas. Apakah manusia dapat atau
mungkin dididik untuk mencapai tujuan tersebut? Jawabannya adalah dapat atau
mungkin sebab sebagaimana telah dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa
manusia memiliki potensi untuk berbuat baik. Demikian pula dengan potensi-
potensi lainnya. Berdasarkan hal itu maka dapat disimpulkan bahwa manusia
akan dapat dididik karena ia memiliki berbagai potensi untuk dapat menjadi
manusia.
2. Asas Dinamika
Manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. Ia
selalu menginginkan dan mengejar segala hal yang lebih dari apa yang telah ada
atau yang telah dicapainya. Ia berupaya untuk mengaktualisasikan diri agar
menjadi manusia ideal baik dalam rangka interaksi atau komunikasinya secara
horizontal (manusia-manusia) maupun vertikal atau transcendental (manusia-
Tuhan).
Jika ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan dilakukan dalam rangka
membantu manusia (peserta didik) agar menjadi manusia ideal. Di pihak lain,
manusia itu sendiri (peserta didik) memiliki dinamika untuk menjadi manusia
ideal. Oleh karena itu, dimensi dinamika mengimplikasikan bahwa manusia
akan dapat dididik.
3. Asas Individualitas
Individu antara lain memiliki kedirisendirian (subjektivitas), ia berbeda dari
yang lainnya dan memiliki keinginan untuk menjadi seseorang sesuai keinginan
dirinya sendiri. Sekalipun ia bergaul dengan sesamanya, ia tetap adalah dirinya
sendiri. Sebagai individu ia tidak pasif, melainkan bebas dan aktif berupaya
untuk mewujudkan dirinya.
Pendidikan dilaksanakan untuk membantu manusia dalam rangka
mengaktualisasikan atau mewujudkan dirinya. Pendidikan bukan untuk
membentuk manusia sebagaimana kehendak pendidik dengan mengabaikan
dimensi individualitas manusia (peserta didik). Di pihak lain manusia sesuai
MKDK4001/MODUL 1 1.25
4. Asas Sosialitas
Sebagai insan sosial manusia hidup bersama dengan sesamanya, ia butuh
bergaul dengan orang lain. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini
akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik. Setiap individu akan menerima
pengaruh dari individu yang lainnya. Kenyataan ini memberikan kemungkinan
bagi manusia untuk dapat dididik sebab upaya bantuan atau pengaruh
pendidikan itu disampaikan justru melalui interaksi atau komunikasi
antarsesama manusia; dan bahwa manusia dapat menerima bantuan atau
pengaruh pendidikan juga melalui interaksi atau komunikasi dengan sesamanya.
5. Asas Moralitas
Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan tidak
baik, dan pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar
kebebasan dan tanggung jawabnya (aspek moralitas).
Pendidikan hakikatnya bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan
sistem nilai dan norma tertentu serta diarahkan untuk mewujudkan manusia
ideal, yaitu manusia yang diharapkan sesuai dengan sistem nilai dan norma
tertentu yang bersumber dari agama maupun budaya yang diakui. Pendidikan
bersifat normatif dan manusia memiliki dimensi moralitas karena itu aspek
moralitas memungkinkan manusia untuk dapat didik.
Atas dasar berbagai asas di atas, pendidikan mutlak harus dilaksanakan.
Jika berbagai asumsi tersebut diingkari, kita harus sampai pada kesimpulan
bahwa manusia tidak perlu didik, tidak akan dapat didik karena itu kita tak perlu
melaksanakan pendidikan.
LA TIHA N
keyakinan agama dengannya. Ini adalah contoh bahwa siswa (manusia) dapat
didik. Jelaskan lima asas yang menjadi landasan antropologisnya!
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
2) Asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau sebagai titik tolak dalam
rangka praktik pendidikan merupakan ….
A. dasar pendidikan
B. fungsi pendidikan
C. landasan yuridis
D. landasan filosofi
3) Asumsi-asumsi yang bersumbu dan berbagai cabang atau disiplin ilmu yang
menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan merupakan salah satu
jenis landasan pendidikan, yaitu landasan .…
A. ilmiah
B. filosofi
C. religius
D. yuridis
5) Pendidikan nasional harus berakar pada nilai-nilai agama, hal ini salah
satunya dilandasi oleh isi Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa ….
A. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
B. Negara memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya
C. Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia
D. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu
1.28 Pengantar Pendidikan
Kegiatan Belajar 3
Pendidikan, Martabat,
dan Hak Asasi Manusia
D alam kegiatan belajar ini, Anda akan mengkaji dua pokok permasalahan,
yaitu (1) pendidikan sebagai humanisasi atau sebagai upaya membantu
manusia agar mampu hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya, dan
(2) pendidikan sebagai hak yang harus diberikan kepada setiap orang. Setelah
mempelajari kegiatan belajar ini, Anda akan dapat mendeskripsikan tentang
implikasi hakikat manusia terhadap makna pendidikan sebagai upaya membantu
manusia agar mampu hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya dan
memahami alasan-alasan tentang mengapa pendidikan merupakan hak yang
harus diberikan kepada setiap orang.
Dalam pendidikan terdapat tiga hal penting, yaitu aspek kognitif (berpikir),
aspek gerak (psikomotorik), dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat
kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang
ambil bagian, tetapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan
mengekspresikan rasa suka tersebut, perasaan seperti semangat, suka, dan lain-
lain.
Pendidikan secara umum bertujuan membantu manusia menemukan akan
hakikat kemanusiaannya. Maksudnya, pendidikan harus mampu mewujudkan
manusia seutuhnya. Pendidikan berfungsi melakukan proses penyadaran
terhadap manusia untuk mampu mengenal, mengerti, dan memahami realitas
kehidupan yang ada di sekelilingnya. Dengan adanya pendidikan, diharapkan
manusia mampu menyadari potensi yang ia miliki sebagi makhluk yang
berpikir. Potensi yang dimaksud adalah potensi ruhaniyah (spiritual), nafsiyah
(jiwa), aqliyah (pikiran), dan jasmaniyah (tubuh). Dengan melakukan proses
berpikir manusia akan menemukan eksistensi kehadirannya sebagai makhluk
yang telah diberi akal oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia baik dalam bentuk
formal maupun informal. Pendidikan dalam bentuk formal adalah pengajaran,
yakni proses transfer pengetahuan atau usaha mengembangkan dan
mengeluarkan potensi intelektualitas dari dalam diri manusia. Intelektualitas dan
pengetahuan itu pun belum sepenuhnya mewakili diri manusia. Oleh karena itu,
pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge atau peralihan ilmu
pengetahuan semata, akan tetapi dengan adanya pendidikan diharapkan peserta
didik mampu mengetahui dan memahami eksistensi dan potensi yang mereka
miliki.
Di sinilah akhir dari tujuan pendidikan, yakni melakukan proses
“humanisasi” (memanusiakan manusia) yang berujung pada proses pembebasan.
Hal ini berangkat dari asumsi bahwa manusia dalam sistem dan struktur sosial
mengalami dehumanisasi karena eksploitasi kelas, dominasi gender, maupun
hegemoni budaya lain. Oleh karena itu, pendidikan merupakan sarana untuk
memproduksi kesadaran dalam mengembalikan kemanusiaan manusia, dan
dalam kaitan ini, pendidikan berperan untuk membangkitkan kesadaran kritis
sebagai prasyarat upaya untuk pembebasan.
Jadi, yang dimaksud bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan
manusia adalah pendidikan mengantarkan peserta didik menuju kematangan dan
kedewasaan rohani dan jasmani, sehingga peserta didik dapat menjadi manusia
MKDK4001/MODUL 1 1.33
John Locke menyatakan bahwa hak adalah milik manusia karena usahanya,
namun natura ini adalah natura sosial maka dengan apa yang saya anggap
sebagai hak saya, saya juga diwajibkan mengakui adanya orang lain
(Henderson, 1959). Adapun hak asasi adalah hak yang dasar atau pokok (KBBI,
1995). Hak asasi manusia merupakan hak-hak alamiah yang tidak dapat dicabut
karena ini adalah karunia Tuhan. Hak-hak ini tidak hancur ketika masyarakat
1.34 Pengantar Pendidikan
Dari perkembangan hak-hak pendidikan ini pada abad ke-19 mulailah terbentuk
sistem pendidikan rakyat di Amerika Serikat di bawah pimpinan Horace Mann
di Massachussets, Henry Barnard di Connecticut, yang menunjukkan lahirnya
suatu sistem pendidikan rakyat dengan kewajiban belajar.
Model pendidikan yang demokratis juga mendapatkan dasarnya dari John
Dewey dalam bukunya Democracy and Education (1916). Dewey menyatakan
bahwa demokrasi merupakan sesuatu yang lebih dari pada suatu pengertian
politik; demokrasi merupakan suatu kehidupan bersama yang saling berkaitan
dan saling mengomunikasikan pengalaman. Suatu masyarakat hanya akan ada
karena suatu komunikasi dan saling membagi pengetahuan, dan itulah kriteria
etis suatu masyarakat yang baik. Jadi, demokrasi dan pendidikan merupakan dua
muka dari suatu mata uang, demokrasi tidak dapat hidup tanpa pendidikan,
sebaliknya pendidikan yang baik tidak akan hidup dalam suatu masyarakat yang
tidak demokratis. Tahun 1982, Mortimer J. Adler atas nama anggota-anggota
Paideia menyatakan, “Kita secara politik adalah suatu masyarakat tanpa kelas”.
Rakyat kita secara keseluruhanlah yang merupakan kelas yang memerintah kita.
Oleh karena itu, kita harus merupakan suatu masyarakat tanpa kelas di bidang
pendidikan. Makna yang paling dalam dari persamaan sosial adalah kualitas
kehidupan yang sama bagi semua, yang menuntut kualitas pendidikan yang
sama bagi semua (Mortimer J. Adler, 1982).
Pendidikan sebagai Hak Setiap Warga Negara. Hak untuk mendapatkan
pendidikan bagi setiap warga negara tertuang dalam Pasal 31 UUD Rl 1945,
sebagai berikut.
1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20%
dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah, untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
LA TIHA N
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 3
4) Mengapa hak asasi adalah hak dasar atau pokok (KBBI, 1995) ….
A. sebab hak asasi menunjukkan eksistensi manusia untuk menunjukkan
identitasnya
B. sebab hak asasi mampu memanusiakan manusia sehingga dapat
merealisasikan hakikatnya secara total
C. sebab hak asasi merupakan hak -hak alamiah yang tidak dapat dicabut
karena itu adalah karunia Tuhan
D. sebab hak asasi menjadi pelindung manusia untuk menjadi dirinya
yang seutuhnya
MKDK4001/MODUL 1 1.39
Daftar Pustaka
Buber, M. 1959. Between Man and Man. (Translated by Ronald Gregor Smith).
Boston: Beacon Press.
Friedman, S.M. 1954. Martin Buber, The. Life of Dialogue. London: Routledge
and Began Paul Ltd.
Frost Jr., S.E. 1957. Basic Teaching of The Great Philosophers. New York:
Barnes & Nobles.
Othman, A.I. 1987. The Concept of Man in Islam in The Writings of Al-Ohazali.
(Terj.: Johan Smit, Anas Mahyudin, Yusuf). Bandung: Pustaka.
MKDK4001/MODUL 1 1.43
Schumacher, E.F. 1980. A Guide for The Perflexed. London: Sphere Books Ltd.
Titus, Harold, et.al. 1959. Living Issues in Philosophy. New York: American
Book Coy.
Van der Weij, P.A. 1988. Filsuf-Filsuf Besar tentang Manusia. (Terj.: K.
Bertens). Jakarta: Gramedia.
Yelon L.S. dan Weinstein, W.G. 1977. A Teacher's World Psychology the
Classroom. Tokyo: McGraww-Hill International Book Company.