Asuhan Keperawatan Peb
Asuhan Keperawatan Peb
Asuhan Keperawatan Peb
Disusun oleh:
1. KARTIKA CAHYA
2. M. GUSTAMAN MEGA
3. SITI MASFUFAH
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Preeklamsia
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi (hipertensi),
pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan,
tetapi dapat juga terjadi pada trimester kedua kehamilan (Hanifa, 1994).
Preeklamsia adalah suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat selama masa
kehamilan. Keluhan ini muncul saat tekanan darah menjadi tidak normal, tinggi, selama
kehamilan, bersama dengan meningkatnya kadar protein di urin dan berbagai gejala umum
lainnya seperti kaki bengkak (Rozikhan, 2007).
Preeklamsia sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh wanita hamil yang
bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat pre-eklampsia berat bahkan dapat
menjadi eklampsia yaitu dengan tambahan gejala kejang-kejang dan atau koma (Gede, 1998).
Perkataan “eklampsia” berasal dari Yunani yang berarti “halilintar” karena gejala
eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan
(Gede, 1998).
B. Etiologi
Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui (Hanifa, 1994).
Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan tetapi
tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus dapat
menerangkan hal-hal berikut: (1) sebab bertambahnya frekuensi pada primigrafiditas,
kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa; (2) sebab bertambahnya frekuensi dengan
makin tuanya kehamilan; (3) sebab terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus; (4) sebab jarangnya terjadi
eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya; dan (5) sebab timbulnya hipertensi, edema,
proteinuria, kejang dan koma (Hanifa, 1994).
Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia rahim
dan plascenta (ischemaemia uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan darah
lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir
kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes , peredaran
darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari placenta atau decidua yang
menyebabkan vasospasmus dan hipertensi. Tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangakan
semua hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Rupanya tidak hanya satu faktor yang
menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia. Pada pemeriksaan darah kehamilan normal
terdapat peningkatan angiotensin, renin, dan aldosteron, sebagai kompensasi sehingga
peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada pre-eklampsia dan eklampsia,
terjadi penurunan angiotensin, renin, dan aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dan
proteinuria. Berdasarkan teori iskemia implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke
dalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin, dan
aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam dan air (Gede, 1998).
Teori iskemia daerah implantasi plasenta, didukung kenyataan sebagai berikut:
1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida, hamil ganda,
dan mola hidatidosa.
2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan
3. Gejala penyakitnya berkurang bila terjadi kamatian janin.
Dampak terhadap janin, pada pre-eklapsia / eklampsia terjadi vasospasme yang
menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralis deciduae dengan akibat menurunya aliran
darah ke placenta. Dengan demikian terjadi gangguan sirkulasi fetoplacentair yang berfungsi
baik sebagai nutritive maupun oksigenasi. Pada gangguan yang kronis akan menyebabakan
gangguan pertumbuhan janin didalam kandungan disebabkan oleh mengurangnya pemberian
karbohidrat, protein, dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang seharusnya diterima oleh
janin.
Tekanan darah
Meningkat Normal
(TD≥140/90
mmHg)
Gejala/tanda lain :
1. Nyeri kepala
2. Gangguan
penglihatan
3. Hiperrefleksia
4. Proteinuria
Hipertensi
Hamil < 20 minggu Hamil >20 minggu
Preeklamsia
Kejang (-) ringan
Hipertensi Superimposed Kejang (+)
kronik preeklamsia
Preeklamsi
Eklamsia a berat
D. Patofisiologi
Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui (hanifa, 1994).
.Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit tersebut, akan tetapi tidak
ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus dapat
menerangkan hal-hal berikut: (1) sebab bertambahnya frekuensi pada primigrafiditas,
kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa; (2) sebab bertambahnya frekuensi dengan
makin tuanya kehamilan; (3) sebab terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus; (4) sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan
berikutnya; dan (5) sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia
rahim dan plascenta (ischemaemia uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan
darah lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada
akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes ,
peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari placenta atau
decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi (FK, Unpad). Tetapi dengan teori ini
tidak dapat diterangakan semua hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Rupanya tidak
hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia. Pada pemeriksaan darah
kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin, renin, dan aldosteron, sebagai
kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada pre-
eklampsia dan eklampsia, terjadi penurunan angiotensin, renin, dan aldosteron, tetapi
dijumpai edema, hipertensi, dan proteinuria. Berdasarkan teori iskemia implantasi plasenta,
bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan sensitivitas
terhadap angiotensin II, renin, dan aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol dan
tertahannya garam dan air (Gede, 1998).
Teori iskemia daerah implantasi plasenta, didukung kenyataan sebagai berikut:
1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida, hamil ganda,
dan mola hidatidosa.
2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan
3. Gejala penyakitnya berkurang bila terjadi kamatian janin.
Dampak terhadap janin, pada pre-eklapsia / eklampsia terjadi vasospasmus yang
menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralis deciduae dengan akibat menurunya aliran
darah ke placenta. Dengan demikian terjadi gangguan sirkulasi fetoplacentair yang berfungsi
baik sebagai nutritive maupun oksigenasi. Pada gangguan yang kronis akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin didalam kandungan disebabkan oleh mengurangnya pemberian
karbohidrat, protein, dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang seharusnya diterima oleh
janin (David, 1998).
E. Faktor Predisposisi
Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami pre-eklampsia bisa mempunyai faktor-
faktor predisposisi (FK, Unpad) sebagai berikut:
1. Nulipara
2. Kehamilan ganda
Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105
kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena
eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya ialah
distensi uterus. Dari penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan
menyebutkan bahwa 8 (4%) kasus preeklampsia berat mempunyai jumlah janin lebih
dari satu, sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai jumlah janin
lebih dari satu.
3. Usia < 20 atau > 35 th
Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsia/ eklampsia. Usia wanita
remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang
dari 20 thn). Hubungan peningkatan usia terhadap preeklampsia dan eklampsia adalah
sama dan meningkat lagi pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun.7,17) Usia
20 – 30 tahun adalah periode paling aman untuk melahirkan, akan tetapi di negara
berkembang sekitar 10% sampai 20% bayi dilakirkan dari ibu remaja yang sedikit
lebih besar dari anak-anak. Padahal dari suatu penelitian ditemukan bahwa dua tahun
setelah mestruasi yang pertama, seorang anak wanita masih mungkin mencapai
pertumbuhan panggul antara 2 – 7% dan tinggi badan 1%.
4. Riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya
5. Riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsia
6. Penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum kehamilan
7. Obesitas.
b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai
O2 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus
2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
3. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat
peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
4. Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya informasi yang dimiliki ibu
5. Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinan
c. Intervensi Keperaawatan
1. dx : Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai
O2 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan tidak terjadi
fetal distress.
KH : DJJ 120-160x/menit
Intervensi:
Intervensi Rasional
Kaji DJJ tiap 30 menit untuk mengetahui DJJ sehingga dapat
dilakukan tindakan dengan segera apabila
terjadi peningkatan atau perlambatan.
Sarankan ibu untuk tidak berbaring jika terlentang maka berat janin, uterus,
telentang lebih dari 10 menit air ketuban akan menekan vena cava
inferior, hal ini dapat mengakibatkan
turunnya sirkulasi darah dari ibu ke
plasenta.
Catat kemajuan persalinan persalinan lama/disfungsional dengan
perpanjangan fase laten dapat
menimbulkan masalah kelelahan ibu,
stres berat, infeksi dan hemoragi karena
atonia/ruptur uterus
Catat DJJ bila ketuban pecah, periksa perubahan pada tekanan cairan amniotik
lagi 5 menit kemudian dan observasi dengan ruptur dan prolaps tali pusat dapat
perineum terhadap prolaps tali pusat menurunkan transfer oksigen ke janin
Kolaborasi :
pemberian oksigen meningkatkan oksigen ibu yang tersedia
untuk janin
2. dx : Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan ibu mampu
mengendalikan nyerinya.
KH : ibu menyatakan menerima rasa nyerinya sebagai proses fisiologis persalinan.
Intervensi Rasional
Kaji kontraksi uterus dan untuk mengetahui kemajuan persalinan
ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, dan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu
durasi, intensitas, dan gambaran
ketidaknyamanan
Kaji tentang metode pereda nyeri yang Nyeri persalinan bersifat unik dan
diketahui dan dialami berbeda – beda tiap individu. Respon
terhadap nyeri sangat tergantung budaya,
pengalaman terdahulu dan serta
dukungan emosional termasuk orang
yang diinginkan (Henderson, 2006)
Kaji faktor yang dapat menurunkan mengidentifikasi jalan keluar yang harus
toleransi terhadap nyeri dilakukan
Sarankan keluarga untuk menawarkan makanan dan asupan cairan yang cukup
dan memberikan minuman atau akan memberi lebih banyak energy dan
makanan kepada ibu. mencegah dehidrasi yang
memperlambat kontraksi atau kontraksi
tidak teratur.
2. KALA II
a. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/
peregangan jaringan , kompresi saraf, pola kontraksi semakin
2) Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena,
perubahan pada tahanan vaskuler sistemik.
3) Risiko terhadap kerusakan integritas kulit / jaringan b/d pencetusan persalinan,
pola kotraksi hipertonik, janin besar.
4) Resiko terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif, penurunan
masukan , perpindahan cairan.
5) Resiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan,
pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban
b. Intervensi
1. Nyeri b/d tekanan mekanik pada presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan,
kompresi saraf, pola kontraksi semakin intensif
Tujuan : Setelah diberikan askep selama … diharapkan klien dapat mengontrol
rasa nyeri.
KH :
Mengungkapkan penurunan nyeri
Menggunakan tehnik yang tepat untuk mempertahankan control nyeri.
Istirahat diantara kontraksi
Intervensi Rasional
Identifikasi derajat ketidaknyamanan Mengklarifikasi kebutuhan
dan sumbernya. memungkinkan intervensi yang tepat.
Beri tindakan kenyamanan seperti : Meningkatkan kenyamanan psikologis
perawatan mulut, perawatan / masase dan fisik, memungkinkan klien fokus
perineal, linen yang bersih dan kering, pada persalinan, menurunkan
lingkungan yang sejuk, kain yang kebutuhan analgesia dan anastesi.
sejuk dan lembab pada wajah dan leher
,kompres hangat pada perineum,
abdomen atau punggung.
Anjurkan klien untuk mengatur upaya Upaya mengejan spontan yang tidak
untuk mengejan. terus menerus menghindari efeknegatif
berkenaan dengan penurunan kadar
oksigen ibu dan janin.
Kaji pemenuhan kandung kemih, Meningkatkan kenyamanan,
kateterisasi bila terlihat distensi. memudahkan turunnya janin,
menurunkan resiko trauma kantung
kencing.
Tempatkan klien pada posisi Sim lateral Posisi Sim lateral kiri menurunkan
kiri untuk melahirkan bila nyaman. ketegangan perineal ,meningkatkan
peregangan bertahap, dan menurunkan
perlunya episiotomy
3. KALA III
a. Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali
ke tingkat normal dengan cepat.
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
3) Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.
4) Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan
adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir
mungkin ada.
5) Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat
memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk
globular.
6) Pemeriksaan fisik
Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh),
status mental klien.
Inspeksi: perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah melahirkan
plasenta.
Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun sesudah
pengeluaran plasenta.
b. Diagnosa keperawatan
1) Risiko kekurangan volume cairan b/d kurangnya masukan oral, muntah, diaforesis,
peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia uterus, laserasi jalan
lahir, tertahannya fragmen plasenta.
2) Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan, kesulitan
dengan plasenta.
3) Perubahan proses keluarga b/d terjadinya transisi (penambahan anggota keluarga),
krisis situasi (perubahan pada peran/tanggung jawab)
4) Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
5) Risiko infeksi b/d trauma jaringan, sisa plasenta yang tertahan.
4. KALA IV
a. Diagnosa keperawatan
1) Kekurangan volume cairan b/d kelelahan / kegagalan miometri dari mekanisme
homeostatik (misal : sirkulasi uteroplasental berlanjut, vasokontriksi tidak komplet,
ketidakadekuatan perpindahan cairan, efek – efek hipertensi saat kehamilan)
2) Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas
3) Perubahan proses keluarga b/d transisi / peningkatan perkembangan anggota
keluarga
b. Intervensi
1. Dx : Perubahan proses keluarga b/d transisi / peningkatan perkembangan anggota
keluarga
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan keluarga
dapat menerima kehadiran anggota keluarga yang baru
KH :
Menggendong bayi saat kondisi ibu dan neonatus memungkinkan
Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dengan anak
Intervensi Rasional
Anjurkan pasien untuk menggendong, Jam-jam pertama setelah kelahiran
menyentuh, dan memeriksa bayi memberikan kesempatan untuk
terjadinya ikatan keluarga, karena ibu
dan bayi secara emosional saling
menerima isyarat yang menimbulkan
kedekatan dan penerimaan
Anjurkan ayah untuk menyentuh dan Membantu memfasilitasi ikatan /
menggendong bayi dan membantu kedekatan di antara ayah dan bayi. Ayah
dalam perawatan bayi, sesuai kondisi yang secara aktif berpartisipasi dalam
proses kelahiran dan aktivitas interaksi
pertama dari bayi, secara umum
menyatakan perasaan ikatan khusus
pada bayi
Catat pengungkapan / perilaku yang Datangnya anggota keluarga baru,
menunjukkan kekecewaan atau kurang bahkan sekalipun sudah diinginkan
minat / kedekatan menciptakan periode disekulibrium
sementara, memerlukan penggabungan
anak baru ke dalam keluarga yang ada.
Anjurkan dan bantu pemberian ASI, Kontak awal mempunyai efek positif
tergantung pada pilihan pasien dan pada durasi pemberian ASI, kontak kulit
keyakinan / praktik budaya dengan kulit, dan mulainya tugas ibu
meningkatkan ikatan
Berikan informasi mengenai perawatan Informasi menghilangkan ansietas yang
segera pasca kelahiran mungkin mengganggu ikatan atau hasil
dari “self absorption” lebih dari
perhatian pada bayi baru lahir
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 37 tahun
Alamat : Purwokerto
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
No RM : 02044284
Diagosa Medis : P4A0
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. R
Umur : 40 tahun
Alamat : Purwokerto
Hub dengan klien : Suami
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Ansietas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien baru datang dari VK IGD pada hari senin 5 maret 2018 dengan post partum
P4A0 umur kehamilan 37 minggu 4 hari spontan dengan PEB. Saat dilakukan
pengkajian pasien mengatakan khawatir terhadap kondisi anaknya karena belum
menyuu ASI, pasien juga menganakan ASI elum keluar. Kondisi payudara terliht
membesar dn agak keras, puting susu menonjol, aerola menghitam. Terdapat
perdarahan dari jalan lahir 3 kali ganti pembalut sehari, warna merah segar, tidak
prongkol-prongkol. TFU satu jari dibawah pusar, aat dilakukan pengkajian pasien
terpasang DC no. 16, urine ± 500 cc, warna kuning.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan ketiga anaknya lahir dengan sponan dibantu oleh bidan di
puskesmas. Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat dirumah sakit.
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam kehamilan sebelumnya. Pasien
mengeluhkanpusing dan ensinya tinggi pada kehamilan ini. Pasien juga rutin
memeriksakan kandungannya setia buan dipuskesmas. Pasien mengatakan tidk
mempunyi penyakit menular seperti TBC aau yang lainnya.
4. Riwayat Kesehatan keluarga
Pasien mengaakan didalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat
kehamilan dan persalinan dengan PEB. Pasien mengatkan orang tuanya mempunyai
riayat hipertensi.
5. Riwayat Obsteri
ANAK KE KEHAMILAN PERSALINAN ANAK
NO JENIS UMUR
UMUR JENIS PENOLONG BERAT PANJANG
KELAMIN KANDUNGAN
1 Perempuan 15 tahun 38 minggu Spontan bidan 2500 g 48 cm
2 Perempuan 10 tahun 37 minggu Spontan bidan 2500 g 47 cm
3 Perempuan 7 tahun 39 minggu Spontan bidan 2900g 47 cm
4 Laki-laki 2 hari 37 minggu Spontan dokter 3000 g 46 cm
3. Abdomen
I : simetris
A : bising usus 5x/menit
P : terdapat adanya nyeri tekan perut bawah
P : timpani
i. Ekstremitas
Atas : terpasang infus RL 20 tpm tidak ada oedem
Bawah : tidak ada masalah dan tidakada oedem
j. Genitalia
terpasang dc no 16, adanya darah yang keluar dari jalan lahir (lokhea)ganti
pembalut sehari 2 kali, konsistensi darah cair tidak prongko-prongkol,tidak ada
luka epis, tidakada kemerahan, tidak ada kebiruan
k. Kulit : Akral teraba hangat
l. Vital sign
TD: 170/90 mmHg N: 80x/menit,
RR: 20 x/menit S: 36,70C
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL NILAI
PEMERIKSAAN SATUAN
Tanggal 28 Feb 2018 Tanggal 05 Mar 2018 NOMAL
Hemoglobin 14.2 14.2 15.0-24.6 g/dl
Leokosit 3270 3270 5000-21000 g/dl
Hematokrit 42 42 50-82 %
Eritrosit 3.1 5.1 4.0-6.8 10^6/uL
MCV 231.000 231.000 94-150 /uL
MCH 62.5 63.5 29-45 fL
MCHC 28.0 25.0 24-36 pg/cell
RDW 32.5 32.5 11.5-14.5 %
MPV H 16.2 H 16.2 9.4-12.4 %
Basofil 11.5 11.5 0-1 fL
Eosinofil 0.5 0.5 1-5 %
Batang 2.0 2.0 0-8 %
Segmen L 1.0 L 1.0 17-60 %
Limfosit 70.0 70.0 20-70 %
Monosit L18.2 L18.2 1-11 %
F. TERAPI
NO OBAT DOSIS PEMBERIAN KEGUNAAN
1 RL 20 TPM IV Cairan elektrolit untuk hidrasi
2 Asam Traneksamat 2X500mg IV Untuk meghentikan perdarahan
3 Clindamisin 2x300mg ORAL Atibiotik
4 Adver 2x1tab ORAL Penambah darah
5 Nifedipine 3x1tab ORAL Penurun tekanan darah
G. ANALISA DATA
No Data fokus Problem Etiologi paraf
1 Ds: Ketidakefektifan Hipertensi
- Pasien mengatakan perfusi jaringan
pusing perifer
- Pusing terasa berputar
Do :
Td : 170/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36°c
2 Ds: Kesiapan Ibu menyatakan
- Pasien mengatakan peningkatan keinginan untuk
belum bertemu pemberian ASI memiliki kemampuan
anaknya untuk memberi asi
- Pasien belum untuk kebutuhan nutrisi
menyusui bayinya bayinya
- Kolostrum sudah
keluar
- Asi belum keluar
Do:
- payudara membesar
- puting menonjol
- areola menghitam
- payudara teraba keras
3 Ds: Ansietas Status biologis
- pasien mengatakan
khawatir dengan
kondisi anaknya
- pasien mengatakna
ingin berteu anaknya
- pasien merasa takut
jika berpisah dengan
anaknya
- pasien mengatakan
selalu kepikiran
anaknya
do:
- pasien tambak banyak
bertanya terhadap
kondisi anaknya
- pasien terlihat
bertanya kepeda
perawat kapan bia
bertemu dengan
anaknya
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hipertensi
2. Kesiapan peningkatan pemberian asi b.d ibu menyatakan keinginan untuk memiliki
kemampuan untuk memberi ASI untuk kebutuhan nutrisi bayinya
3. Ansietas b.d status biologis
I. INTERVENSI
No Dx NOC NIC Paraf
1 Setelah dilakukan tindakan selama - Jelaskan tanda
2x24 jam diharapkan masalah gejala yang umum
keperawatan ketidakefektifan perfusi dari penyakit sesuai
jaringan perifer b.d hipertensi dapat kebutuhan
teratasi degan kriteria hasil : - Diskusikan
Indikator 1 2 3 4 5 perubahan gaya
1. Peningkatan hidup yang mungkin
tekanan diperlukan untuk
darah sistol mencegah
2. Peningkatan komplikasi di masa
tekanan yang akan datang
darah atau kontrol proses
diastol penyakit.
3. Sakit kepala - Memonitor tekanan
4. Pandangan kabur darah, nadi, RR,
suhu
- Edukasi pasien
mengenai tindakan
untuk mengontrol/
meminimalkan
Gejala sesuai
kebutuhan
2 Keberhasilan menyusui bayi setelah Konseling laktasi (5244)
dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Beri kesempatan
2x24 jam diharapkan masalah pada ibu untuk
keperawatan pemberia asi dapat menyusui setelah
meningkat dengan kriteria hasil melahirkan jika
INDIKATOR 1 2 3 4 5 memungkinkan
1. Reflek 2. Intruksikan pada ibu
menghisap untuk melakukan
2. Kesejajaran perawatan puting
tubuh yang susu
sesuai dan bayi 3. Monitor
menempel kemampuan bayi
dengan baik. untuk menghisap
3. Minimal 8x 4. Diskusikan untuk
menyusui/ hari menghindari atau
meminimalkan
pembesaran dan
rasa tidak nyaman
(ex: pijat payudara,
mengeluarkan air
susu dengan cara
kompres hangat)
3 Setelah dilakukan tindakan Kontrol cemas
keperawatan 2x24 jam diharapkan 1. Kaji tingkat
masalah ansietas b.d status biologis kecemasan
dapat diatasi dengan kriteria hasil 2. Bantu pasien
Indikator 1 2 3 4 5 menjelaskan
1. Pasien mampu keadaan yang bisa
mengidentifikas enimbulkan
i cemas kecemasan
2. Ttv dlam batas 3. Ajarkan pasien
normal tekhnik relaksasi
3. Postur tubuh, 4. Ajarkan teknik
ekspresi wajah, breast care agar asi
bahasa tubuh, dapat keluar
dan tingkat 5. Melatih ibu cara
aktifitas menyusui yang baik
menunjukan dan benar apabila
berkurang ASI sudah keluar.
kecemasan
J. IMPLEMENTSI
Waktu No Implementasi Respon Paraf
dx
- menjelaskan tanda S:
gejala yang umum O: pasien sudah
dari penyakit sesuai mengetahui
kebutuhan
- mendiskusikan S: pasien mengatakan
perubahan gaya sering mengonsumsi
hidup yang makanan asin
mungkin diperlukan O: pasien menjelaskan
untuk mencegah gaya hidup yang sesuai
komplikasi di masa
yang akan datang
atau kontrol proses
penyakit.
- Memonitor tekanan S:
darah, nadi, RR, O:
suhu Td: 170/80mmHg
N: 80x/menit
Rr: 20x/menit
S: 36°c
2 1. memberi S: pasien mengatakan
kesempatan pada belum bertemu dengan
ibu untuk menyusui bayinya
setelah melahirkan O: bayi belum diberikan asi
jika memungkinkan
2. mengintruksikan S: pasien mengatakan
pada ibu untuk puting susunya sudah
melakukan menojol
perawatan puting O:
susu
3. mendiskusikan S: pasien bersedia di pijat
untuk menghindari payudaranya untuk
atau meminimalkan melancarkan asi
pembesaran dan O: perawat memijat ibu
rasa tidak nyaman dengan pijat ksitosin untuk
(ex: pijat payudara, memperlancar ASI
mengeluarkan air S: pasien mengatakan
susu dengan cara khawatir dengan bayinya
kompres hangat) O: Pasien terlihat banyak
bertanya tentang keadaan
anaknya
3 1. mengkaji tingkat S: pasien mengatakan
kecemasan khawatir dengan bayinya
O: Pasien terlihat banyak
bertanya tentang keadaan
anaknya
2. mengajarkan S: pasien mau dan mengerti
distraksi relaksasi O: pasien tampak rileks
3. mengajarkan S: pasien mengatakan
tekhnik breast care belum pernahdi beast care
untuk mengeluarkan O: pasien mau untuk
asi dilakukan breascare
4. melatih iu cara S: -
menyusui yang baik O: -
dan benar apabia asi
sudah keluar
K. EVALUASI
Waktu No dx Evaluasi Paraf
1 S : Pasien mengatakan pusig pada kepalanya
O : Pasien tampak berbarig di tempat tidurnya, pasien tampak
memejamkan matanya, TD : 170/80 mmHg, N: 80
kali/menit, S : 36 C, RR : 20 kali/menit.
A : Masalah keoerawatan ketidak efektifan perfusi jaringan
perifer belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi ( menganjurkan istirahat yang cukup,
kolaborasi medis )
2 S : Pasien mengatakan ASI belum keluar, pasien belum
menyusui bayinya, pasien belum bertemu bayinya.
O : payudara tampak sudah membesar, puting susu sudah
menonjol, aerola sudah menghitam, kolostrum sudah
keluar.
A : Masalah keperawatan kesiapan peningkatan pemberian
ASI belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi ( memonitor kemampuan bayi untuk
menghisap )
3 S : Pasien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya,
pasien ingin bertemu dengan anaknya, pasien
mengatakan kepikiran tentang anaknya.
O : Pasien tampak menanyakan keadaan anaknya, pasien
tampak menanyakan kapan bisa bertemu anaknya.
A : Masalah keperawatan ansietas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
D. Implementasi
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Perry & Potter, 1997).
Implementasi yang dilakukan pada klien Ny. S dimulai dari tanggal 5 sampai 6 maret
2018. Dalam pelaksanaannya klien sangat kooperatif dengan asuhan keperawatan yang
dilakukan.
E. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. (Perry
dan Potter, 1997).Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1. Tujuan tecapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga
perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama
sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara
lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor
lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
Evaluasi dari implementasi yang telah dilakukan kepada klien Ny. S tidak semua
masalah teratasi dan tidak semua kriteria hasil tercapai.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ny. S datang ke kamar bersalin karena dirujuk oleh bidan (tekanan darah
tinggi:170/100 mmHg), pasien mengeluhkan ingin bertemu dengan anaknya, pasien
juga mengeluhkan air ASI nya keluarnya masih sedikit. Setelah dilakikan tindakan
keperawatan Kesiapan peningkatan pemberian asi b.d ibu menyatakan keinginan
untuk memiliki kemampuan untuk memberi ASI untuk kebutuhan nutrisi bayinya
yaitu dengan tintakan breast care dan pijat oksitosin. ASI keluar dengan lancar.
B. Saran
1. Untuk bidan di ruangan agar melakukan pengkajian secara lebih komprehensif dan
mengajarkan cara penurunan nyeri serta evaluasi yang kontinu saat nyeri
kemudian monitoring serta fasilitasi pemenuhan kebutuhan akan nutrisi dan
cairan (makan dan minum).
2. Untuk Institusi, sebaiknya dibuatkan modul tentang do’a-do’a dan zikir untuk ibu
yang hamil dan melahirkan untuk mengurangi ansietas dan nyeri serta
memberikan ketenangan serta kesiapan dalam melahirkan.