Bab II Sikap
Bab II Sikap
Bab II Sikap
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
a. Pengertian Sikap
Hal ini, berarti sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang
peran yang besar karena sikap akan menentukan tingkah laku manusia
terhadap suatu objek. Pada dasarnya Sikap juga merupakan hal yang
akan memberikan warna dan corak tingkah laku atau perbuatan yang
objek tersebut”. Dari kedua penjelasan tersebut, kita dapat melihat bahwa
sikap merupakan perasaan untuk merespon suatu objek atau situasi baik
positif maupun negatif dengan cara mendukung atau memihak pada suatu
kondisi tertentu.
sikap adalah perasaan untuk merespon suatu objek atau situasi baik
positif maupun negatif dengan cara mendukung atau memihak pada suatu
b. Ciri-Ciri Sikap
orang, maka telah dirumuskan lima buah sifat khas dari pada attitude”
c. Fungsi Sikap
orang lain atau kelompok, pengaruh media massa dan pengaruh dari figur
sikap.
1. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting
yang didorong oleh keinginan untuk berafilasi dan keinginan
untuk menghindari konflik.
3. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh
sikap kita terhadap berbagai masalah.
4. Media massa
Media massa mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang seperti radio, televisi,
surat kabar, majalah, dan lain-lain.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu.
15
6. Faktor emosional
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.
agama.
e. Komponen Sikap
1. Komponen Kognisi
2. Komponen Afeksi
bersifat suka atau tidak suka, jika seseorang memiliki rasa suka
3. Komponen Konasi
memiliki kaitan yang erat antara satu dengan lainnya, karena sikap
negatifnya membuat orang tua meresa orang tua merasa resah sehingga
bersifat formal. Sehingga pergaulan anak dapat terarah dan terhindar dari
perilaku menyimpang.
18
f. Perubahan sikap
sikap secara Adopsi artinya sikap seseorang dapat berubah karena selalu
perilaku yang terjadi dengan cara seperti itu tidak akan dapat
ditunjukkan.
2. Identifikasi (identification)
hubungan tersebut.
3. Internalisasi
dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan sistem nilai yang
dianutnya. Dalam hal ini, maka isi dan hakekat sikap yang diterima
bertahan.
g. Pengukuran Sikap
dan spontanitasnya:
kesemua dimensi tersebut di atas. Tentu saja hal itu sangat sulit untuk
ada atau mungkin tak pernah ada instrumen pengukuran sikap yang
Berbagai teknik dan metode telah dikembangkan oleh para ahli guna
yang secara historik telah dilakukan orang antara lain: (Saifuddin Azwar:
90-101).
1. Observasi perilaku
individu.
2. Penanyaan langsung
mereka.
23
3. Pengungkapan langsung
pada kotak ketuju dari kiri ditafsirkan lebih setuju dan seterusnya.
Homoseksual
4. Skala sikap
menghambat.
Likert tidak terdapat bulir netral maka harus jelas positif atau
5. Pengukuran terselubung
nada suara, dari gerak tubuh, dan dari beberapa aspek perilakunya.
tua disini lebih condong kepada sebuah keluarga, dimana keluarga adalah
bentuk yang murni merupakan satu kesatuan yang formal yang terdiri dari
peranan-peranan sosial bagi suami-istri, ayah dan ibu, putra dan putri,
bersama.
pisiologis.
29
Berdasarkan definisi sikap dan orang tua maka dapat disimpulkan bahwa
sikap orang tua adalah suatu bentuk reaksi perasaan dan kecenderungan
yang potensial untuk beraksi dalam diri orang tua yang merupakan hasil
dari interaksi atau komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling
objek.
a. Pengertian Kriminalitas
bahasa inggris Crime dan dalam bahasa Belanda Misdaaad berati kelakuan
Menurut Arif Gosita (2004: 117), “kejahatan adalah suatu hasil interaksi,
dan karena adanya interaksi antara fenomena yang ada dan saling
sadar mendapat reaksi dari Negara berupa pemberian derita dan kemudian
mengenai kejahatan.
kalangan remaja. Kejahatan anak atau remaja disebut sebagai salah satu
b. Remaja
dan Mohamad Asrori (2009:9) “secara psikolis remaja adalah suatu usia
usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat
orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau tidak sejajar”.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2006:6) menyebutkan bahwa “masa
remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
dewasa”. Batasan usia remaja yang paling umum digunakan oleh para ahli
c. Perilaku Menyimpang
norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dalam kehidupan
remaja.
ialah tingkah laku yang tidak bisa diterima oleh masyarakat pada
umumnya dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada”. Bentuk
penyimpangan sekunder.
bahwa ada beberapa tindakan kriminal yang paling sering dilakukan oleh
tentang :
1. Kejahatan-kejahatan kekerasaan
a) Pembunuhan (pasal 338 KUHP)
b) Penganiayaan (pasal 90 dan pasal 354 KUHP)
2. Pencurian
a) Pencurian biasa (pasal 362 KUHP)
b) Pencurian dengan pemberatan (pasal 363 KUHP)
3. Penggelapan (pasal 372 KUHP)
4. Penipuan (pasal 378KUHP)
5. Pemerasan (pasal 368 KUHP)
34
kejahatan dan pelanggaran adalah jenis pelanggaran yang lebih ringan dari
pada kejahatan. Hal ini diketahui dari ancaman pidana pada pelanggaran
tidak ada yang diancam dengan pidana penjara, tetapi berupa pidana
dipidana
pidana menurut sistem KUHP di bedakan dalam Buku II dan Buku III,
lain-lain.
1. Penegakan Hukum
dan bernegara.
non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya.
pemasyarakatan”.
penegakan hukumnya.
37
2. Sanksi
Hukum dan sanksi dapat diibaratkan dua sisi uang yang satu saling
yaitu:
pidana apapun
c. Menjatuhkan pidana
38
tindakan, dan anak yang berumur 12 s.d 18 tahun dapat dijatuhi pidana.
1997 tentang pengadilan anak walaupun diatur dua jenis sanksi pidana
manusia lahir bagaikan kertas putih (tabula rasa) yang dipelopori oleh
1. Teori Biologi,
2. Teori Psikogenis
pertempuran batin yang serius antara ketiga proses jiwa (Id, Ego,
3. Teori Sosiogenis
adalah teori Broken Home dari Mc. Cord, dkk (1959) dan teori
Jika ditinjau dari segi tindakan kejahatan yang dilakukan, ada beberapa
teori yang memandang nilai kejahatan dari sisi yang berbeda Menurut
1. Teori Teologis
melanggar perintah Tuhan, yang bisa dilakukan oleh setiap orang yang
jahat, maka tidak ada seorang pun yang dapat mencegahnya, bahkan
mata, tangan, kaki dan anggota badan lainnya. Artinya, seseorang yang
tidakan kejahatan.
6. Teori Bio-Sosiologis
7. Teori spiritualis
jiwa agama dan keyakinan yang kuat pasti mampu mengandalikan diri
dan akan terhindar dari hal-hal jahat, sebab agama berperan sebagai
1. Aspek pskilogis dari dalam diri remaja itu sendiri seperti emosi,
anak berada dilingkungan yang buruk maka prilakunya akan seperti itu,
sebaliknya apabila anak berada pada lingkungan yang baik anak juga
akan baik.
pola fikir dan prilaku. Maka seseorang yang jiwa agamanya lemah
yang teliti dan motivasi yang besar agar tidak mudah goyah dan lengser
dikutip http://fadillaazhar.blogspot.com/2011/03/kriminalitassosiologi.html
Berdasarkan definisi, sikap, orang tua, dan kriminalitas remaja maka sikap
kalangan remaja.
B. Kerangka Pikir
yang terbiasa melakukan dan terjebak tindakan negatif maka remaja tersebut
kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa maupun anak-anak dan remaja
merupakan salah satu masalah sosial yang belum bisa diatasi secara tuntas.
(kontrol diri) dan faktor eksternal (keluarga, lingkungan, dan teman sebaya).
Sikap adalah suatu reaksi perasaan dan kecenderungan yang potensial untuk
beraksi dalam diri orang tua yang merupakan hasil dari interaksi atau
komponen kognitip, afektif, dan konatif yang saling beraksi dalam memahami,
Variabel X Variabel Y
Sikap orang tua terhadap Tindakan
tindak kriminalitas remaja: Kriminalitas remaja:
a. Prilaku penyimpangan
1. Pandangan
remaja
(Kognisi)
b. Bentuk-bentuk
2. Perasaan (Afeksi)
kriminalitas remaja
3. Kecenderungan
c. Penegakan Hukum
respon (Konasi)
d. Sanksi