Pedoman Pemidanaan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

SISTEM PEMIDANAAN

Asas & Tujuan Aturan/ Pedoman


Pemidanaan Pemidanaan

Tindak Pidana Kesalahan (PJP) Pidana

Hanya sub sistem Hanya sub sistem Hanya sub sistem


PERISTILAHAN
• Aturan pemidanaan : straftoemetingsregel (the rule of
sentencing);
• Pedoman pemidanaan : straftoemetingsleidraad
(guidance of sentencing);
• Di beberapa KUHP Asing diberi judul :
– ”General Principles for Prescribing Punishment” (Art. 36
Bellarus);
– General Principles for Determination of Punishment (Art. 47
Korea);
– ”Determination of punishment” (Art. 47 Albania);
– Principles for Determining Punishment (Section 46 Jerman)
– ”Criteria for Withholding Sentence of Imprisonment” (Section
7.01 Model Penal Code – USA);
– ”Criteria for Imposing Fines” (Section 7.02 Model Penal Code –
USA); .
KUHP BELARUS (Pedoman umum)
• Article 36. General Principles for Prescribing
Punishment
– Pengadilan harus menentukan pidana dalam batas-
batas yang ditetapkan dalam UU. Ketika menentukan
pidana pengadilan harus mempertimbangkan :
• sifat dan bobot bahaya sosial dari kejahatan yang dilakukan
(the nature and the degree of social danger of the committed
crime);
• keadaan pribadi dari terpidana (the personality of the
convict), dan
• keadaan (faktor-faktor) yang meringankan atau memperberat
pertanggungjawaban (the circumstances of the case which
attenuate or aggravate the responsibility).
KUHP BULGARIA (Pedoman Umum)
 Art. 54 :
• Pengadilan menetapkan pidana dalam batas-batas yang
ditentukan oleh UU untuk kejahatan yang dilakukan,
dengan berpedoman pada aturan-aturan dalam bagian
umum KUHP ini dan dengan mempertimbangkan hal-hal
sbb. :
 the degree of social danger of the act and the
perpetrator,
 the motives for perpetration of the crime, and

 other attenuating or aggravating circumstances.

• Keadaan-keadaan yang meringankan menjadi faktor


untuk meringankan pidana, dan keadaan-keadaan yang
memberatkan menjadi faktor untuk memperberat
pidana.
(The attenuating circumstances condition the imposing
of milder punishment, and the aggravating ones - of
more severe punishment).
KUHP ALBANIA (Pedoman Umum)

• Article 47 : Determination of punishment


– Pengadilan menetapkan pidana sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam aturan khusus KUHP ini
dan dalam batas-batas pidana untuk kejahatan yang
ditentukan oleh UU.
– Dalam menetapkan lamanya pidana terhadap
seseorang, pengadilan mempertimbangkan :
• the dangerousness of the criminal act,
• the dangerousness of the person who committed the act,
• the level of guilt,
• mitigating and aggravating circumstances.
KUHP KOREA
(Pedoman Umum)
• Article 51 (General Principles for
Determination of Punishment)
In determining punishment, the following
shall be taken into consideration:
1. The age, character and conduct, intellect and
environment of the offender;
2. Offender's relation to the injured party;
3. The motive for the commission of the crime,
the means and the result;
4. Circumstances after the commission of the
crime.
KUHP REP. FEDERAL JERMAN
(Pedoman Umum)
• Section 46 Principles for Determining Punishment
1. Kesalahan pelaku merupakan dasar penentuan pidana. Akibat-
akibat dari pidana yang diharapkan terhadap kehidupan sipelaku
di dalam masyarakat pada masa yad. harus dipertimbangkan

2. Dalam menentukan pidana itu, pengadilan seyogyanya memper-


timbangkan keadaan-keadaan sipelaku, khususnya :
– motif dan tujuan sipelaku;
– keadaan kejiwaan yang terwujud dalam perbuatan dan
kesengajaan dalam melakukan perbuatan itu;
– eksistensi pelanggaran kewajiban;
– cara perbuatan dilakukan dan akibat dari perbuatan;
– riwayat sipelaku, keadaan pribadi dan keuangan sipelaku;
– perbuatan/perilaku sipelaku setelah delik terjadi, khususnya
usahanya memberikan ganti rugi untuk kerugian yang ditimbulkan
dan usaha-usahanya mencapai mediasi dengan pihak korban
Pasal 55 KUHP BULGARIA (pedoman
pidana minimal & mengganti pidana)
 Dalam hal-hal khusus/eksepsional atau karena adanya
berbagai faktor/keadaan yang meringankan, sekalipun
pidana minimal telah ditetapkan oleh UU, pengadilan :
 dapat menetapkan pidana di bawah batas minimum itu
 dapat mengganti (shall replace) :
 pidana mati  diganti perampasan kemerdekaan (15 - 20 thn)
 perampasan kemerdekaan yang batas minimalnya tidak
ditentukan  diganti pidana kerja perbaikan (corrective labour)
atau denda dari 50.000 - satu juta levs, dan untuk anak (diganti)
dengan pencelaan publik (public censure);
 pidana kerja koreksi (corrective labour) dan domisili yang
diwajibkan (compulsory domicile)  diganti denda 50.000 -
500.000 levs.
(As amended - SG, Nos. 28/1982, 10/1993,. 62/1997)
Lanjutan Psl. 55 Bulgaria
• Dalam hal-hal sebagaimana disebut
dalam sub-1 ayat 1, apabila pidana itu
pidana denda, pengadilan dapat
menetapkan pidana di bawah batas
minimum itu paling banyak
setengahnya.

• Dalam hal-hal seperti itu, pengadilan


tidak boleh mengenakan pidana lebih
ringan yang ditentukan oleh UU
bersama-sama dengan pidana
perampasan kemerdekaan.
KUHP BULGARIA (lanjutan)
• Art. 57
1) Where the Special Part of this Code provides possibility to impose
one punishment from a choice of two or more punishments for the
perpetrated crime, the court shall determine the most appropriate
punishment, in kind and measure, guided by the rules of the
preceding articles.

2) Where the Special Part of this Code provides possibility to impose


concurrently two or more punishments for a certain crime, the court
shall, guided by the rules of the preceding articles, determine the
extent of each punishment so that they shall, in their totality,
comply to the objectives set forth under Article 36.

NB : ayat (1) pedoman penerapan sistem alternatif;


ayat (2) pedoman penerapan sistem kumulasi.
Psl. 37 KUHP CHINA – Pedoman pemidanaan
Delik (yg sifat/kondisinya) Ringan

minor
the circumstances of
a person's crime do not require sentencing for punishment
(tidak memerlukan pemidanaan)

a) DITEGUR KERAS atau di-


perintah membuat statemen
exemption from • pertobatan/penyesalan,
criminal sanctions Tetapi • pernyataan maaf atau
BOLEH • memberi ganti rugi, atau
(DIBEBASKAN /
TIDAK DIPIDANA) b) dikenakan sanksi admi-
nistratif (oleh instansi
berwenang)
KUHP NORWEGIA
(Pedoman penerapan pidana dengan sistem
tunggal)
• § 24.
When imprisonment is specified as the only form of
custodial penalty, an equivalent sentence of detention
may be imposed, provided that special circumstances
make it probable that the act did not originate from a
depraved mind.
(Redaksi lain :
Where imprisonment is specified as the only form of
confinement, a corresponding jail sentence may be
pronounced, provided special circumstances seem to
indicate that the offence did not originate from a
depraved mind)
KONSEP KUHP
Pasal 58
1) Jika seseorang melakukan tindak pidana yang hanya diancam
dengan pidana penjara, sedangkan hakim berpendapat tidak perlu
menjatuhkan pidana penjara setelah mempertimbangkan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dan Pasal 55
maka orang tersebut dapat dijatuhi pidana denda.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi orang yang pernah dijatuhi pidana penjara untuk tindak
pidana yang dilakukan setelah berumur 18 (dela-pan belas) tahun.
3) Pidana denda yang dapat dijatuhkan berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pidana denda paling
banyak menurut Kategori V dan pidana denda paling sedikit
menurut Kategori III.
4) Jika tujuan pemidanaan tidak dapat dicapai hanya dengan
penjatuhan pidana penjara, maka untuk tindak pidana terhadap
harta benda yang hanya diancam dengan pidana penjara dan
mempunyai sifat merusak tatanan sosial dalam masyarakat, dapat
dijatuhi pidana denda paling banyak Kategori V bersama-sama
dengan pidana penjara.
PEDOMAN PERUMUSAN
PIDANA PENJARA TUNGGAL (KONSEP)

Dapat dijatuhi pidana denda :


- Minimal denda Kategori III.
- Maksimal denda Kategori V
PENJARA
TUNGGAL
Dapat dijatuhi pidana “penjara” dan
“denda” (maksimal Kategori V) bersama-
sama/kumulatif, apabila :
1. tujuan pemidanaan tidak dapat dicapai
hanya dengan penjatuhan pidana penjara;
2. TP berupa TP terhadap harta benda yg
mempunyai sifat merusak tatanan sosial/
masyarakat,
KUHP BELANDA

• Psl. 9 (2) : Where a penalty of imprisonment or a penalty of


detention, other than detention as a substitute penalty, is imposed,
the judge may in addition impose a fine.
(apabila pidana penjara atau kurungan (bukan kurungan
pengganti) dijatuhkan, maka hakim dapat menambah lagi
dengan mengenakan pidana denda).

• Psl. 9 (3) : In cases in which the law allows the imposition of an


additional penalty, this penalty may be imposed either separately or
in conjunction with principal penalties and in conjunction with other
additional penalties.
(dalam hal UU membolehkan penjatuhan pidana tambahan,
pidana ini dapat dijatuhkan secara terpisah atau bersama-sama
dgn. pidana pokok dan bersama-sama dengan pidana
tambahan lainnya).
PASAL 23 (5) KUHP BELANDA

 Where a fine has not been set, for either lesser or


serious offence, the judge may impose a fine in the
maximum amount of the first and third categories
respectively.

(Apabila denda tidak ditentukan/diancamkan, baik


untuk pelanggaran maupun kejahatan, hakim dapat
mengenakan denda sampai jumlah maksimum
kategori ke-1 untuk pelanggaran dan maksimum
kategori ke-3 untuk kejahatan).
PEDOMAN PEMIDANAAN - KONSEP RUU KUHP 2005
Pasal 55 (1)
Dalam pemidanaan wajib dipertimbangkan :
a. kesalahan pembuat tindak pidana;
b. motif dan tujuan melakukan tindak pidana;
c. sikap batin pembuat tindak pidana;
d. apakah tindak pidana dilakukan dengan berencana;
e. cara melakukan tindak pidana
f. sikap dan tindakan pembuat sesudah melakukan tindak pidana
g. riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pembuat tindak
pidana;
h. pengaruh pidana terhadap masa depan pembuat tindak pidana;
i. pengaruh tindak pidana terhadap korban atau keluarga korban;
j. Pemaafan dari korban dan/atau keluarganya ; dan/atau
k. pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan
LANJUTAN
• Pasal 55 (2)
Ringannya perbuatan, keadaan pribadi pembuat atau keadaan
pada waktu dilakukan perbuatan atau yang terjadi kemudian,
dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk tidak menjatuhkan
pidana atau mengenakan tindakan dengan mempertimbangkan
segi keadilan dan kemanusiaan.

NB : Rechterlijk/judicial pardon

• Pasal 56
– Seseorang yang melakukan tindak pidana tidak dibebaskan dari
pertanggungjawaban pidana berdasarkan alasan penghapus pidana,
jika orang tersebut telah dengan sengaja menyebabkan terjadinya
keadaan yang dapat menjadi alasan penghapus pidana tersebut.

NB : asas Culpa in causa

Anda mungkin juga menyukai