Aplikasi Isbd Dalam Pemerintahan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 67

APLIKASI ISBD DALAM PEMERINTAHAN

I. PENGANTAR ILMU DAN BUDAYA DASAR


1 Visi, misi dan tujuan ISBD
1. VISI ISBD
Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang
kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan
kesederajatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika
dan moral dalam kehidupan bermasyarakat
1. MISI ISBD
Memberikan landasan dan wawasan yang luas serta
menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif pada mahasiswa untuk
memahami keragaman dan kesederajatan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat selaku individu dan mahluk social yang
beradab serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan
lingkungannya.
1. TUJUAN ISBD
1. MENGEMBANGKAN KESADARAN MAHASISWA MENGUASAI PENGETAHUAN
TENTANG KEANEKARAGAMAN DAN KESEDERAJATAN MANUSIA SEBAGAI
INDIVIDU DAN MAHLUK SOCIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
2. MENUMBUHKAN SIKAP KRITIS, PEKA DAN ARIF DALAM MEMAHAMI
KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN MANUSIA DENGAN LANDASAN NILAI
ESTETIKA, ETIKA DAN MORAL DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
3. MEMBERIKAN LANDASAN PENGETAHUAN DAN WAWASAN YANG LUAS
SERTA KEYAKINAN KEPADA MAHASISWA SEBAGAI BEKAL BAGI HIDUP
BERMASYARAKAT, SELAKU INDIVIDU DAN MAHLUK SOCIAL YANG
BERADAB DALAM MEMPRAKTIKAN PENGETAHUAN AKADEMIK DAN
KEAHLIANNYA.
2 pengertian ilmu social . ilmu budya dan ISBD
1. PENGERTIAN ILMU SOSIAL
Sumber dari semua ilmu pengetahuan adalah filsafat
(philosophia), dari filsafat lahir tiga cabang ilmu pengetahuan :

1. Natural Science (ilmu-ilmu alam meliputi : fisika, kimia, biologi


dll)

2. Social Sciences (ilmu-ilmu social meliputi : sejarah, politik,


ekonomi dll)

3. Humanities (ilmu-ilmu budaya meliputi : bahasa, agama,


kesenian dll)

Dalam dunia pengajaran, ilmu-ilmu social mengalami


perkembangan sehingga timbul faham STUDI SOSIAL (social
studies. Kalau di Indonesia (IPS). Paham studi social
dipergunakan bagi keperluan pendidikan dan pengajaran bukan
disiplin ilmu yang mandiri. Studi social/IPS adalah ilmu-ilmu
social yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan dan
pengajaran di SD dan Menengah (elementary and secondary
school).

IPS adalah fusi dari sejumlah mata pelajaran social. Maka ilmu-
ilmu social merupakan dasar dari IPS, tapi tidak berarti seluruh
ilmu-ilmu social menjadi bahan IPS. Tingkat usia, jenjang
pendidikan dan perkembangan pengetahuan anak didik
menentukan materi-materi ilmu-ilmu social mana yang tepat
menjadi pokok bahasan dalam IPS.

Ilmu social dinamakan demikian karena ilmu tersebut mengambil


masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang
dipelajarinya. Ilmu-ilmu social belum mempunyai kaidah-kaidah
dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh bagian terbesar
masyarakat. Sedangkan yang menjadi objeknya adalah
masyarakat manusia yang selalu berubah-ubah.

Ilmu-ilmu social baru pada tahapan analisis dinamika, artinya


baru sampai pada analisis-analisis tentang masyarakat manusia
dalam keadaan bergerak. Jadi untuk melihat perbedaan antara
social science dengan natural science dilihat dari objek formanya,
artinya objek social science adalah manusia sedangkan untuk
membedakan antara ilmu-ilmu social adalah focus of interest
(pusat perhatian), missal ilmu ekonomi yang menjadi pusat yang
dipelajarinya adalah usaha-usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhan materilnya dari bahan-bahan yang terbatas
ketersediannya. Ilmu politik pusat perhatiannya mengenai
kekuasaan manusia dst.
1. . ILMU BUDAYA
Ilmu budaya adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai aspek-
aspek yang paling mendasar dalam kehidupan manusia sebagai
mahluk berbudaya (homohumanus) dan masalah-masalah yang
menyertainya, sering disebut sebagai humanities yang
merupakan pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan tentang konsep-konsep yang dapat digunakan
untuk masalah-masalah manusia dan kebudayaan.

Materi ilmu budaya dari bahan pengetahuan humanniora seperti


filsafat, teleologia, ilmu hokum, sejarah, bahasa, kesusastraan
dan seni. Humaniora mengajarkan bahan ajaran yang
mencerminkan keutuhan manusia dan membantu agar manusia
lebih manusiawi.

Humaniora adalah seperangkat sikap, perilaku, moral manusia


terhadap sesamanya
Humanities adalah pengetahuan kebudayaan
1. ISBD
Untuk melihat apa itu ISBD bisa dilihat dari materi kuliah I, ISBD
sebagai General Education. Diawali dari historinya, bahwa
program studi general education / pendidikan umum yang ada di
Amerika telah dikolaborasi oleh para ahli pendidikan di Indonesia
menjadi studi/mata kuliah yang dulu disebut MKDU. MKDU di bagi
menjadi dua kelompok yaitu MPK (mata kuliah Pengembangan
Kepribadian yang meliputi : Pendidikan Pancasila, Pendidikan
Agama dan Pendidkan Kewiraaan Nasional) dan kelompok mata
kuliah MBB (mata kuliah berkehidupan bermasyarakat yang
meliputi mata kuliah ISD, IBD dan IAD) dan IBD dan ISD melebur
menjadi mata kuliah ISBD.
3 Ruang lingkup ISBD
1. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA
2. MANUSIA DAN PERADABAN
3. MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAHLUK SOCIAL
4. MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN
5. MANUSIA, MORALITAS DAN HOKUM
6. MANUSIA, SAIN DAN TEKNOLOGI
7. MANUSIA DAN LINGKUNGAN
4 Fungsi pendidikan dan MBB di Perguruan Tinggi

System pendidikan modern cenderung mengarah pada suatu


proses dehumanisasi. Ditandai oleh penajaman kajian keilmuan
atau spesialisasi berlebihan dalam bidang-bidang tertentu. Maka
system pendidikannya cenderung hanya memahami manusia
pada satu aspek tertentu saja, sedangkan aspek-aspek lainnya
diabaikan.

Pendidikan seperti ini menghasilkan para lulusan yang pola piker,


pola hidup bersifat materialistis dan perilaku mekanistik. Mereka
menjadi suatu generasi yang miskin akan nilai-nilai kemanusiaan
yang hakiki. Sangat menghawatirkan generasi depan. Mereka
masuk ke dalam persaingan global dengan menghalalkan segala
cara demi mencapai kesuksesan material semata.

Gambaran kecenderungan dunia pendidikan tinggi dewasa ini


sangat mementingkan pengembangan spesialisasi, sementara
pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal
nyaris terabaikan. Maka anak didik perlu dibekali suatu
kemampuan untuk memahami, memaknai dan mengamalkan
nilai-nilai universal.

Konsep pendidikan umum di Indonesia berangkat dari UU no 20


tahun 2003 tentang system pendidikan nasional. Berdasarkan
dari tujuan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan nasional
Indonesia selalu memuat nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan
secara terintegrasi. Untuk ditingkat perguruan tinggi di sebut
mata kuliah dasar umum (MKDU) yaitu sekelompok mata kuliah
yang memberikan landasan dalam pengembangan dunia
spesialisnya masing-masing.

MKDU dirubah menjadi MPK dan MBB. Kedua kelompok bidang


studi ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran mahasiswa
perguruan tinggi Indonesia dalam pencapaian tujuan utama
pendidikan nasional, yaitu membentuk kepribadian utuh melalui
proses pembelajaran secara terintegrasi dengan menggunakan
pendekatan multi atau interdisipliner. Dalam konsep di Amerika
disebut General Education.

Program studi General Education di Amerika telah dikolaborasi


para ahli pendidikan di Indonesia menjadi sebuah studi atau mata
kuliah MKDU (istilah dulu). Kelompok mata kuliah pertama
memuat mata kuliah pendidikan Pancasila, pendidikan agama dan
pendidikan kewiraan nasional, kelompok kedua memuat mata
kuliah ISBD, IBD dan IAD. Kedua kelompok tersebut kini menjadi
MPK dan MBB.

Kelompok mata kuliah di atas berusaha membekali mahasiswa


berupa kemampuan dasar tentang pemahaman, pemaknaan dan
pengamalan nilai-nilai dasar kemanusiaan baik sebagai pribadi,
sebagai warga Negara Indonesia, anggota keluarga, warga
masyarakat dan sebagai bagian dari alam ciptaan Tuhan.
Tujuannya memberikan landasan berfikir, bersikap dan bertindak
agar lulusan perguruan tinggi menjadi manusia yang memiliki
kepribadian yang utuh yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat rohani dan
jasmani, cerdas, trampil, mandiri, memiliki jati diri, serta
memiliki rasa tanggung jawab kemanusiaan dan kebangsaan.
II. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA
1. FUNGSI AKAL DAN BUDI BAGI MANUSIA
AKAL ADALAH KEMAMPUAN PIKIR MANUSIA SEBAGAI KODRAT ALAMI YANG
DIMILIKI MANUSIA. BERPIKIR ADALAH PERBUATAN OPERASIONAL YANG
MENDORONG UNTUK AKTIF BERBUAT DEMI KEPENTINGAN DAN PENINGKATAN
HIDUP MANUSIA.
FUNGSI AKAL ADALAH UNTUK BERFIKIR, KEMAMPUAN BERFIKIR MANUSIA
MEMPUNYAI FUNGSI MENGINGAT KEMBALI APA YANG TELAH DIKETAHUI
SEBAGAI TUGAS DASARNYA UNTUK MEMECAHKAN MASALAH DAN AKHIRNYA
MEMBENTUK TINGKAH LAKU.
BUDI ADALAH AKAL YANG MERUPAKAN UNSUR ROHANI DALAM KEBUDAYAAN.
BUDI DIARTIKAN SEBAGAI BATIN MANUSIA, PANDUAN AKAL DAN PERASAAN
YANG DAPAT MENIMBANG BAIK BURUK SEGALA SESUATU.
1. PENGERTIAN BUDAYA DAN KEBUDAYAAN
Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa,
pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang
cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan
sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal
atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir,
perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.

Sedangkan definisi kebudayaan menurut Koentjaraningrat


sebagaimana dikutip Budiono K, menegaskan bahwa, “menurut
antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan
rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan
belajar”. Pengertian tersebut berarti pewarisan budaya-budaya
leluhur melalui proses pendidikan.

Beberapa pengertian kebudayaan berbeda dengan pengertian di


atas, yaitu:
1. KEBUDAYAAN ADALAH CARA BERFIKIR DAN CARA MERASA YANG
MENYATAKAN DIRI DALAM SELURUH SEGI KEHIDUPAN SEKELOMPOK
MANUSIA YANG MEMBENTUK KESATUAN SOSIAL (MASYARAKAT) DALAM
SUATU RUANG DAN WAKTU.
2. KEBUDAYAAN SEBAGAI KESELURUHAN YANG MENCAKUP PENGETAHUAN
KEPERCAYAAN SENI, MORAL, HUKUM, ADAT SERTA KEMAMPUAN SERTA
KEBIASAAN LAINNYA YANG DIPEROLEH MANUSIA SEBAGAI ANGGOTA
MASYARAKAT.
3. KEBUDAYAAN MERUPAKAN HASIL KARYA, RASA DAN CIPTA MASYARAKAT.
KARYA YAITU MASYARAAKAT YANG MENGHASILKAN TEKHNOLOGI DAN
KEBUDAYAAN KEBENDAAN YANG TERABADIKAN PADA KEPERLUAN
MASYARAKAT. RASA YANG MELIPUTI JIWA MANUSIA YAITU KEBIJAKSANAAN
YANG SANGAT TINGGI DI MANA ATURAN KEMASYARAKATAN TERWUJUD
OLEH KAIDAH-KAIDAH DAN NILAI-NILAI SEHINGGA DENGA RASA ITU,
MANUSIA MENGERTI TEMPATNYA SENDIRI, BISA MENILAI DIRI DARI SEGALA
KEADAANNYA.
1. MANUSIA SEBAGAI PENCIPTA KEBUDAYAAN
Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi
antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini.
Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran
sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara
hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini. Disamping itu
manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan,
emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan semua
kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa
menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara
manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia,
namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan
kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya
dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang
diciptakannya.
1. MEMANUSIAKAN MANUSIA MELALUI PEMAHAMAN TERHADAP KONSEP DASAR
MANUSIA
Berbagai cara untuk memanusiakan manusia :
1. A. KEADILAN
Keadilan adalah salah satu moral dasar bagi kehidupan manusia.
Keadilan mengacui pada suatu tindakan baik yang mesti
dilakukan oleh setiap manusia
1. PENDERITAAN
Penderitaan adalah teman paling setia kemanusiaan. Ini
melengkapi cirri paradoksal yang menandai eksistensi manusia
didunia.
1. CINTAKASIH
Cintakasih adalah perasaan suka kepada seseorang yang disertai
belas kasihan. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang
memungkinkan dimensi sosial manusi menemukan bentuknya
yang khas manusiawi
Tanggungjawab
Tanggungjawab adalah kwajiban melakukan tugas tertentu yang
dasarnya adalah hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk
yang mau menjadi baik dan memperoleh kebahagiaan
1. PENGABDIAN
Pengabdian diartikan sebagai perihal memperhamba diri kepada
tugas-tugas yang dianggap mulia

Pandangan hidup
Pandangan hidup berkenaan dengan eksistensi manusia didunia
dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesame dan dengan
alam tempat kita berdiam.
1. E. KEINDAHAN
Eksistensi manusia didunia diliputi dan digairahkan oleh
keindahan. Manusia tidak hanya penerima pasif tetapi juga
pencipta keindahan bagi kehidupan.
1. KEGELISAHAN
Kegelisahan merupakan gambaran keadaan seseorang yang tidak
tenteram hati maupun perbuatannya, merasa khawatir tidak
tenang dalam tingkah laku, dan merupakan salah satu ekspresi
kecemasan.

III. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA


1. PROSES PEMBUDAYAAN MANUSIA DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
PROSES PEMBUDAYAAN
A. Proses Belajar Budaya :

1) Proses Internalisasi

Manusia terlahir dengan potensi bawaan; perasaan, hasrat,


nafsu, emosi, dan seterusnya. Sepanjang kehidupan (dari lahir
sampai mati) manusia menanamkan dalam kepribadiannya hal-
hal yang diperlukan dalam kehidupan. Individu berusaha
memenuhi hasrat dan motivasi dalam dirinya; beradaptasi,
belajar dari alam dan lingkungan sosial dan budayanya.
2) Proses Sosialisasi
Individu belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan
sesama, dari individu yang menduduki aneka peranan sosial.
Sosialisasi berarti proses belajar anggota masyarakat untuk
mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di
lingkungannya.
3) Proses Enkulturasi
Individu mempelajari dan menyesesuaikan alam pikiran dan
sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, dan peraturan-
peratruran dalam kebudayaannya. Kalau pada awal meniru,
sesuai dengan perkembangan kehidupan, ‘membaca’,
menghayati, hingga menjadi pola tindakan.

B. Proses Perkembangan Budaya :

1) Cultural Evolution

Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat


dianalisa oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secar detail
atau dapat juga dipandang dari jauh hanya dengan
memperhatiakn perubahan-perubahan yang besar saja. Proses
evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail akan membuka
mata seorang peneliti untuk berbagai macam proses perubahan
yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam setiap
masyarakat di dunia.
2) Diffusion Process
Proses difusi ini terjadi karena adanya penyebaran dan migrasi
kelompok-kelompok manusia di muka bumi. Oleh karena itu,
unsur-unsur kebudayaan dam sejarah juga ikut menyebar. Salah
satu bentuk difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang
bermigrasi. Namun bisa juga tanpa adanaya migrasi, tetapi
karena ada individu-individu yang membawa unsur-unsur
kebudayaan itu, seperti para pedagang dan pelaut.

3) Alculturation Process

Poses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan


suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari
suatu kebudayaan asing dengan demikian rupa, sehingga unsur-
unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah
kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri.
4) Assimilation Process
Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia
dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling
bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama,
sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing
berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-
masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan
yang campuran.

5) Innovation

Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan


sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari
tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan
menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-
produk baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan
teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya
membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap
khusus yaitu discovery dan invention.

6) Discovery and Invention

Discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan


yang baru, baik berupa suatu alat baru, ide baru, yang diciptakan
oleh individu atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam
masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi
invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan
menerapkan penemuan baru itu.
1. MASYARAKAT MANUSIA MEMPUNYAI KEBUDAYAAAN BERANEKA RAGAM DAN
CORAKNYA
2. KEBUDAYAAN ADALAH PEDOMANAN BAGI KEHIDUPAN MANUSIA BERISIKAN
PERANGKAT PENGETAHUAN DAN KEYAKINAN DAN DIGUNAKAN UNTUK
MEMANFAATKAN LINGKUNGAN BAGI KEBUTUHAN HIDUP
IV. MANUSIA DAN PERADABAN
1. PENGERTIAN ADAB DAN PERADABAN
Peradaban berasal dari kata adab yang dapat diartikan sopan,
berbudi pekerti, luhur, mulia, berakhlak, yang semuanya
menunjuk pada sifat yang tinggi dan mulia. Huntington (2001)
mendefinisikan peradaban (civilization) sebagai “the highest
social grouping of people and the broadest level of cultural
identity people have short of that which distinguish humans from
other species”. Peradaban tidak lain adalah perkembangan
kebudayaan yang telah mendapat tingkat tertentu yang diperoleh
manusia pendukungnya. Taraf kebudayaan yang telah mencapai
tingkat tertentu tercermin pada pendukungnya yang dikatakan
sebagai beradab atau mencapai peradaban yang tinggi.
1. PENGERTIAN MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BERADAB DALAM MASYARAKAT
ADAB
Peradaban sebagai produk yang bernilai tinggi, halus, indah, dan
maju menunjukkan bahwa manusia memanglah merupakan
makhluk yang memiliki kecerdasan, keberadaban, dan kemauan
yang kuat. Manusia merupakan makhluk yang beradab sehingga
mampu menghasilkan peradaban. Di samping itu, manusia
sebagai makhluk sosial juga mampu menciptakan masyarakat
yang beradab.

Adab artinya sopan. Manusia sebagai makhluk beradab artinya


pribadi manusia itu memiliki potensi untuk berlaku sopan,
berakhlak, dan berbudi pekerti yang luhur. Sopan, berakhlak,
berbudi pekerti yang luhur menunjuk pada perilaku manusia.
Orang yang beradab adalah orang yang berkesopanan,
berakhlak, dan berbudi pekerti luhur dalam perilaku, termasuk
pula dalam gagasan-gagasannya. Manusia yang beradab adalah
manusia yang bisa menyelaraskan antara cipta, rasa, dan karsa.
Kaelan (2002) menyatakan manusia yang beradab adalah
manusia yang mampu melaksanakan hakikatnya sebagai manusia
(monopluralis secara optimal). Kebalikannya adalah manusia
yang biadab atau dikenal dengan istilah barbar. Secara sempit,
orang yang biadab diartikan sebagai orang yang perilakunya tidak
sopan, tidak berakhlak, dan tidak memiliki budi pekerti yang
mulia. Orang yang biadab juga tidak mampu menyeimbangkan
antara cipta, rasa, dan karsanya sebagai manusia. Misalnya,
kemampuan cipta manusia dalam membuat senjata digunakan
untuk saling membunuh antarsesama.

Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang beradab sebab


dianugerahi harkat, martabat, serta potensi kemanusiaan yang
tinggi. Namun, dalam perkembangannya manusia bisa jatuh
dalam perilaku kebiadaban karena tidak mampu
menyeimbangkan atau mengendalikan cipta, rasa, dan karsa
yang dimilikinya. Manusia tersebut telah melanggar hakikat
kemanusiaannya sendiri.

Manusia sebagai makhluk sosial membentuk persekutuan-


persekutuan hidup, yaitu masyarakat. Manusia beradab pastilah
berkeinginan membentuk masyarakat yang beradab.
Terbentuklah masyarakat beradab atau berkeadaban.

Masyarakat adab pada dasarnya merupakan keinginan yang tulus


dari manusia sebagai makhluk yang beradab. Namun,
sebagaimana halnya dengan individu, masyarakat dalam suatu
kurun waktu tertentu bisa saling bertengkar, saling bertikai,
bahkan saling membunuh antarkelompok masyarakat. Bukti
bahwa perang yang sampai saat ini banyak terjadi di berbagai
belahan dunia, menunjukkan bahwa cita-cita masyarakat adab
harus senantiasa diperjuangkan, dipertahankan, dan dipelihara
dengan sebaik-baiknya.
1. EVOLUSI BUDAYA DAN TAHAPAN-TAHAPAN PERADABAN
Kebudayaan itu telah mengalami proses perkembangan secara
bertahap dan berkesinambungan yang kita konsepkan sebagai
evolusi kebudayaan. Evolusi kebudayaan ini berlangsung sesuai
dengan perkembangan budi daya atau akal pikiran manusia
dalam menghadapi tantangan hidup dari waktu ke waktu. Proses
evolusi untuk tiap kelompok masyarakat di berbagai tempat
berbeda-beda, bergantung pada tantangan, lingkungan, dan
kemampuan intelektual manusianya untuk mengantisipasi
tantangan tadi. Masa dalam kehidupan manusia dapat kita bagi
dua, yaitu masa prasejarah (masa sebelum manusia mengenal
tulisan sampai manusia mengenal tulisan) dan masa sejarah
(masa manusia telah mengenal tulisan).
1. PERADABAN DAN PERUBAHAN SOCIAL
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap
masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-
unsur sosial yang ada di dalam masyarakat, sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya
bagi masyarakat yang bersangkutan.

Wilbert Moore memandang perubahan sosial sebagai “perubahan


struktur sosial, pola perilaku, dan interaksi sosial”. Setiap
perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atau
perubahan dalam organisasi sosial disebut perubahan sosial.
Perubahan sosial berbeda dengan perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudayaan mengarah pada perubahan unsur-unsur
kebudayaan yang ada. Contoh perubahan sosial : perubahan
peran seorang istri dalam keluarga modern. Perubahan
kebudayaan contohnya: penemuan baru seperti radio, televisi,
komputer, yang dapat mempengaruhi lembaga-lembaga sosial.
Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan
yang terjadi dalam fungsi dan struktur dalam masyarakat.
Perubahan-perubahan sosial dikatakannya dikatakannya sebagai
perubahan dalam hubungan sosial (social releationship) atau
sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium)
hubungan sosial tersebut.
Perubahan sosial tidak dapat dilepaskan dari perubahan
kebudayaan. Hal ini disebabkan kebudayaan merupakan hasil dari
adanya masyarakat, sehingga tidak akan ada kebudayaan apabila
tidak ada masyarakat yang mendukungnya dan tidak ada
satupun masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan.

Perubahan sosial, yaitu perubahan yang terjadi dalam


masyarakat atau dalam hubungan interaksi, yang meliputi
berbagai aspek kehidupan. Kebalikannya masyarakat yang tidak
berani melakukan perubahan-perubahan, tidak akan dapat
melayani tuntutan dan dinamika anggota-anggota yang selalu
berkembang kemauan dan aspirasinya.
Cara yang paling sederhana untuk memahami terjadinya
perubahan sosial dan budaya adalah membuat rekapitulasi dari
semu perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebelumnya.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat dianalisis dari
berbagai segi :

Kearah mana perubahan dalam masyarakat bergerak (direction of


change) bahwa perubahan tersebut meninggalkan factor yang
diubah.
1. WUJUD PERADABAN
Wujud-wujud peradaban
Wujud – wujud peradaban itu sendiri ada 5, beberapa
diantaranya ada nilai, moral, norma, etika, dan estetika. Dari
masing – masing wujud peradaban tersebut akan diulas secara
jelas dalam pembahasan sebagai berikut ini:
1. NILAI
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan
kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti
sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan
pancasila sebagai ideologi terbuka.

Sifat – sifat nilai menurut bambang daroeso (1986) adalah


sebagai berikut:
 NILAI ITU SUATU REALITAS ABSTRAK DAN ADA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA.
NILAI YANG BERSIFAT ABSTRAK TIDAK DAPAT DIINDRA. HAL YANG DAPAT
DIAMATI HANYALAH OBYEK YANG BERNILAI ITU. MISALNYA, ORANG YANG
MEMILIKI KEJUJURAN. KEJUJURAN ADALAH NILAI, TETAPI KITA TIDAK BISA
MENGINDRA KEJUJURAN ITU.
 NILAI MEMILIKI SIFAT NORMATIVE, ARTINYA NILAI MENGANDUNG HARAPAN,
CITA – CITA, DAN SUATU KEHARUSAN SEHINGGA NILAI MEMILIKI SIFAT IDEAL
(DAS SOLLEN). MISALNYA, NILAI KEADILA. SEMUA ORANG BERHARAP UNTUK
MENDAPATKAN DAN BERPERILAKU YANG MENCERMINKAN NILAI KEADILAN.
 NILAI BERFUNGSI SEBAGAI DAYA DORONG/MOTIVATOR DAN MANUSIA ADALAH
PENDUKUNG NILAI. MANUSIA BERTINDAK DIDORONG OLEH NILAI YANG
DIYAKININYA. MISALNYA, NILAI KETAKWAAN. ADANYA NILAI INI MENJADIKAN
SEMUA ORANG TERDORONG UNTUK BISA MENCAPAI DERAJAT KETAKWAAN.
Berdasarkan klasifikasi diatas, kita dapat memberikan contoh
dalam kehidupan. Jika seorang siswa dapat menjawab suatu
pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia keliru dalam
menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa
itu buruk karena jawabannya salah. Buruk adalah nilai moral
sehingga bukan pada tempatnya mengatakan demikian.
Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam
nilai. Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut:
1. NILAI MATERIAL, YAITU SEGALA SESUATU YANG BERGUNA BAGI KEHIDUPAN
JASMANI MANUSIA ATAU KEBUTUHAN RAGAWI MANUSIA.
2. NILAI VITAL, YAITU SEGALA SESUATU YANG BERGUNA BAGI MANUSIA UNTUK
DAPAT MENGADAKAN KEGIATAN ATAU AKTVITAS.
3. NILAI KEROHANIAN, YAITU SEGALA SESUATU YANG BERGUNA BAGI ROHANI
MANUSIA. NILAI KEROHANIAN MELIPUTI:
 NILAI KEBENARAN YANG BERSUMBER PADA AKAL (RASIO, BUDI, CIPTA)
MANUSIA.
 NILAI KEINDAHAN ATAU NILAI ESTETIS YANG BERSUMBER PADA UNSURE
PERASAAN (EMOTION) MANUSIA.
 NILAI KEBAIKAN ATAU NILAI MORAL YANG BERSUMBER PADA UNSURE
KEHENDAK (KARSA WILL) MANUSIA.
 NILAI RELIGIOUS YANG MERUPAKAN NILAI KEROHANIAN TERTINGGI DAN
MUTLAK SERTA BERSUMBER PADA KEPERCAYAAN ATAU KEYAKINAN MANUSIA.
2. Moral
Moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat
kebiasaan. Kata mores ini mempunyai sinonim mos, moris,
manner more atau manners, morals. Dalam bahasa Indonesia,
kata moral berarti akhlak (bahasa arab) atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani
yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata
moral ini dalam bahasa yunani sama dengan ethos yang menjadi
etika. Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk
yang diterima masyarakat umum tentang sikap, perbuatan,
kewajiban, dan sebagainya. Contoh nilai adalah keindahan,
keadilan, kemanusiaan, kesejahteraan, kearifan, keagungan, dan
sebagainya. Dalam kehidupan ini banyak sekali nilai yang
melingkupi kita. Nilai beraga dapat diklasifikasikan kedalam
macam atau jenis-jenis nilai. Prof. Drs. Notonegoro, S.H.
menyatakan nilai terdiri dari;
1. NILAI MATERIIL, YAITU SESUATU YANG BERGUNA BAGI JASMANI MANUSIA.
2. NILAI VITAL, SESUATU YANG BERGUNA BAGI MANUSIA UNTUK DAPAT
MELAKSANAKAN KEGIATAN.
Dari beberapa pendapat di atas, istilah moral dapat dipersamakan
dengan istilah etika, etik, akhlak, kesusilaan, dan budi pekerti.
Dalam hubungannya dengan nilai, moral adalah bagian dari nilai,
yaitu nilai moral. Tidak semua nilai adalah nilai moral. Nilai moral
berkaitan dengan perilaku manusia (human) tentang hal baik dan
buruk. Dalam filsafat nilai secara sederhana dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu;
 NILAI LOGIKA, YAITU NILAI TENTANG BENAR SALAH.
 NILAI ETIKA, YAITU NILAI TENTANG BAIK BURUK.
 NILAI ESTETIKA, YAITU NILAI TENTANG INDAH JELEK.
Nilai etik atau etika adalah nilai tentang baik buruk yang
berkaitan dengan perilaku manusia. Jadi, kalau kita mengatakan
etika orang itu buruk, bukan berarti wajahnya buruk, tetapi
menunjuk perilaku orang itu yang buruk. Nilai etika adalah nilai
norma. Jadi, moral yang dimaksud adalah nilai moral sebagai
bagian dari nilai.

3. Norma

Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat.


Aturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat
yang aman, tertib dan sentosa. Namun masih ada segelintir
orang yang masih melanggar norma-norma dalam masyarakat,
itu dikarenakan beberapa factor, diantaranya adalah factor
pendidikan, ekonomi dan lain-lain.
Norma terdiri dari beberapa macam/jenis, antara lain yaitu;
 NORMA AGAMA, ADALAH SUATU NORMA YANG BERDASARKAN AJARAN AQIDAH
SUATU AGAMA. NORMA INI BERSIFAT MUTLAK YANG MENGHARUSKAN
KETAATAN PARA PENGANUTNYA.
 NORMA KESUSILAAN, NORMA INI DIDASARKAN PADA HATI NURANI ATAU
AKHLAK MANUSIA. MELAKUKAN PELECEHAN SEKSUAL ADALAH SALAH SATU
DARI PELANGGARAN DARI NORMA KESUSILAAN.
 NORMA KESOPANAN, ADALAH NORMA YANG BERPANGKAL DARI ATURAN
TINGKAH LAKU YANG BERLAKU DI MASYARAKAT. CARA BERPAKAIAN DAN
BERSIKAP ADALAH BEBERAPA CONTOH DARI NORMA KESOPANAN.
 NORMA KEBIASAAN (HABIT), NORMA INI MERUPAKAN HASIL DARI PERBUATAN
YANG DILAKUKAN SECARA BERULANG-ULANG DALAM BENTUK YANG SAMA
SEHINGGA MENJADI KEBIASAAN.
 NORMA HOKUM, ADALAH HIMPUNAN PETUNJUK HIDUP ATAU PERINTAH DAN
LARANGAN YANG MENGATUR TATA TERTIB DALAM SUATU MASYARAKAT
(NEGARA). SANGSI NORMA HOKUM BERSIFAT MENGIKAT DAN MEMAKSA.
4. Etika
Etika (etimologi), berasal dari bahasa yunani adalah “ethos”,
yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom).
Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang
merupakan istilah dari bahasa latin, yaitu “Mos” dan dalam
bentuk jamaknya “mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau
cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika
dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam
kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau
moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan
etika adalah untuk pengkajian system nilai yang berlaku.

Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: usila (sanskerta),


lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup
(sila) yang lebih baik (su). Dan yang kedua adalah akhlak (arab),
berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Perkataan etika atau
lazim juga disebut etik, berasal dari kata yunani “ETHOS” yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-
ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang
dirumuskan oleh beberapa ahli sebagai berkut;
1. DRS, O.P. SIMORANGKIR, ETIKA ATAU ETIK SEBAGAI PANDANGAN MANUSIA
DALAM BERPRILAKU MENURUT UKURAN DAN NILAI YANG BAIK.
2. DRS. SIDI GAJALBA, DALAM SISTEMATIKA FILSAFAT : ETIKA ADALAH TEORI
TENTANG TINGKAH LAKU PERBUATAN MANUSIA DIPANDANG DARI SEGI BAIK
DAN BURUK, SEJAUH YANG DAPAT DITENTUKA OLEH AKAL.
3. DRS. H. BURHANUDIN SALAM, ETIKA ADALAH CABANG FILSAFAT YANG
BERBICARA MENGENAI NILAI DAN NORMA MORAL YANG MENENTUKAN
PRILAKU MANUSIA DALAM HIDUPNYA.
Filsuf aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan
tentang pembahasan Etika, diantaranya adalah:
1. TERMINIUS TECHICUS, PENGERTIAN ETIKA DALAM HAL INI ADALAH, ETIKA
DIPELAJARI UNTUK ILMU PENGETAHUAN YANG MEMPELAJARI MASALAH
PERBUATAN ATAU TINDAKAN MANUSIA.
2. MANNER DAN CUSTOM, MEMBAHAS ETIKA YANG BERKAITAN DENGAN TATA
CARA DAN KEBIASAAN (ADAT) YANG MELEKAT DALAM KODRAT MANUSIA (IN
HERENT IN HUMAN NATURE) YANG TERIKAT DENGAN PENGERTIAN “BAIK DAN
BURUK”SUATU TINGKAH LAKU ATAU PERBUATAN MANUSIA.
Pengertian dan definisi etika dari para filsuf atau ahli berbeda
dalam pokok perhatiannya antara lain;
 MERUPAKAN PRINSIP-PRINSIP MORAL YANG TERMASUK ILMU TENTANG
KEBAIKAN DAN SIFAT DARI HAK (THE PRINCIPLES OF MORALITY, INCLUDING
THE SCIENCE OF GOOD AND THE NATURE OF THE RIGHT)
 PEDOMAN PERILAKU, YANG DIAKUI BERKAITAN DENGAN MEMPERHATIKAN
BAGIAN UTAMA DARI KEGIATAN MANUSIA. (THE RULES OF CONDUCT,
RECOGNIZE IN RESPECT TO A PARTICULAR CLASS OF A HUMAN ACTION)
 ILMU WATAK MANUSIA YANG IDEAL, DAN PRINSIP-PRINSIP MORAL SEBAGAI
INDIVIDUAL. (THE SCIENCE OF HUMAN CHARACTER IN ITS IDEAL STATE, AND
MORAL PRINCIPLES AS OF AN INDIVIDUAL)
Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang
tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan
berbicara moral (mores). Termasuk didalamnya membahas nilai-
nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat
dua macam etika, yaitu:
1. ETIKA DESKRIPTIF, ETIKA YANG MENELAAH SECARA KRITIS DAN RASIONAL
TENTANG SIKAP DAN PERILAKU MANUSIA, SERTA APA YANG DIKEJAR OLEH
SETIAP ORANG DALAM HIDUPNYA SEBAGAI SESUATU YANG BERNILAI. DAPAT
DISIMPULKAN BAHWA TENTANG KENYATAAN DALAM PENGHAYATAN NILAI
ATAU TANPAN NILAI DALAM SUATU MASYARAKAT YANG DIKAITKAN DENGAN
KONDISI TERTENTU MEMUNGKINKAN MANUSIA DAPAT BERTINDAK SECARA
ETIS.
2. ETIKA NORMATIF, ETIKA YANG MENETAPKAN BERBAGAI SIKAP DAN PERILAKU
YANG IDEAL DAN SEHARUSNYA DIMILKI OLEH MANUSIA ATAU APA YANG
SEHARUSNYA DIJALANKAN OLEH MANUSIA. JADI ETIKA NORMATIVE
MERUPAKAN NORMA YANG DAPAT MENUNTUN AGAR MANUSIA BERTINDAK
SECARA BAIK DAN MENGHINDARKAN HAL YANG BURUK, SESUAI DENGAN
KAIDAH ATAU NORMA YANG DISEPAKATI DAN BERLAKU DI MASYARAKAT.
5. Estetika
Estetika (sthetics 忙 juga dieja atau estetika) adalah cabang
filsafat yang berhubungan dengan sifat keindahan seni, rasa,
penciptaan dan apresiasi terhadap keindahan. Sedangkan
etimologi itu sendiri berasal dari bahasa yunani (aisthetikos, yang
berarti “estetis, sensitive, makhluk”). Istilah estetika adalah
disesuaikan dan diciptakan dengan makna baru dalam bentuk
jerman sthetik (ejaan modern sthetik) oleh Alexander
Baumgarten pada tahun 1735.

Kata estetika berasal dari kata yunani aesthesis yang berarti


perasaan, selera perasaan atau taste. Dalam prosesnya munro
mengatakan bahwa estetika adalah cara merespon terhadap
stimuli, terutama lewat persepsi indera, tetapi juga dikaitkan
dengan proses kejiwaan, seperti asosiasi, pemahaman, imajinasi,
dan emosi. Ilmu estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari
segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari
semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan. Estetika adalah
hal yang mempelajari kualitas keindahan dari obyek, maupunh
daya impuls dan pengalaman estetik pencipta dan pengamatnya.
1. TRADISI, MODERNISASI, DAN MASYARAKAT MADANI
Tradisi adalah suatu kebiasaan, suatu kepercayaan yang sudah
sangat mendarah daging pada suatu masyarakat, yang apabila
tidak dilaksanakan atau menyimpang akan mengakibatkan
sesuatu kejelekan, sedangkan modernisasi adalah persoalan
menarik yang dewasa ini merupakan gejala umum di dunia.
Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas. Kadang-
kadang batas-batasnya tidak dapat ditetapkan secara mutlak.
Karakter umum modernisasi yang memperkuat aspek-aspek
sosiodemografi digambarkan dengan istilah gerak sosial (social
mobility)
1. KETENANGAN, KENYAMANAN, KETENTRAMANAN DAN KEDAMAIAN SEBAGAI
MAKNA HAKIKI MANUSIA BERADAB
1. KETENANGAN SEBAGAI MAKNA KAKIKI MANUSIA BERADAB
Dalam perkembangan hidupnya, manusia seringkali berhadapan
dengan berbagai masalah yang mengatasinya berat. Akibatnya
timbul kecemasan, ketakutan dan ketidaktenangan, bahkan tidak
sedikit manusia yang akhirnya kalap sehingga melakukan
tindakan-tindakan yang semula dianggap tidak mungkin
dilakukannya, baik melakukan kejahatan terhadap orang lain
seperti banyak terjadi kes-kes pembunuhan termasuk
pembunuhan terhadap anggota keluarga sendiri maupun
melakukan kejahatan terhadap diri sendiri seperti meminum
minuman keras dan ubat-ubat terlarang hingga tindakan bunuh
diri.
2. KENYAMANAN SEBAGAI MAKNA HAKIKI MANUSIA BERADAB
Kenyamanan jiwa bukanlah suatu hal yang mudah didapat,
layaknya orang bijak bicara seharusnyalah kita bisa menemukan
kenyamanan jiwa dikala usia mulai bertambah, tapi sepertinya
hal itu butuh perjuangan yang besar karena kenyamanan jiwa
memang mahal harganya. Usia yang bertambah, pengalaman
hidup mengajarkan begitu banyak hal, mulai dari yang salah
hingga yang benar, mulai dari yang pahit hingga menyenangkan,
mulai dari yang mudah hingga yang berat, segala warna, seribu
rasa dan jutaan kisah, tapi kapankah kita temukan kenyamanan
jiwa?
Saat begitu banyak keinginan yang bermain dengan indahnya di
dalam kepala ini, ada keinginan untuk bisa tidur lebih lama,
keinginan untuk bisa punya pasangan yang baik, keinginan untuk
makan enak, keinginan untuk bisa liburan panjang tanpa harus
memikirkan pekerjaan, keinginan untuk sukses di karir, keinginan
untuk bahagiakan keluarga,keinginan untuk bisa lebih dan lebih
lagi…hingga kita bisa mendengarkan suara hati yang paling
dalam, jujur dan rendah hati untuk bicara “bersyukurlah dengan
apa yang telah terjadi dalam hidup kita”. Orang bijak
bicara,”apapun itu pasti ada maknanya.”

3. Ketentraman sebagai makna hakiki manusia beradab


Dalam keseharian selalu saja ada masalah yang menggelayuti
setiap manusia, entah si kaya atau si miskin masalah akan
selalu datang menghampiri. Setiap permasalahan yang ada akan
selalu membuat ketentraman manusia sedikit terusik, baik itu
masalah kecil ataupun masalah yang besar semua tergantung
manusia itu sendiri yang menyikapinya.

ketentraman manusia tidak akan pernah hadir selama manusia


masih berkecimpung dan bergejolak dalam perputaran roda
kehidupan. Kententraman manusia akan selalu terusik selamanya
sebelum manusia itu menutup mata, namun terkadang matipun
manusia masih menyisakan ketidaktentraman bagi seorang yang
percaya akan takhayul. Pendek kata manusia tidak akan pernah
tentram dari mulai ia menghirup kehidupan sampai ia
menghembuskan nafas terakhirnya untuk kehidupan.

Banyak harta dan berlimpah tidak akan menjamin manusia itu


akan hidup tentram, pasti ada saja masalahnya entah dari diri
sendiri, orang sekitar atau lingkungannya atau harta benta itu
sendiri pasti ada celah untuk menjadikan sesuatu itu masalah.
Sebab harta yang di peroleh ada dua cara jalan yang
mempengaruhinya, entah itu jalan buruk atau jalan baik. Bila
harta benda yang di dapat melalui jalan baik maka harta benda
yang di simpannya akan terus bertambah apalagi sebagian harta
yang baik itu di belanjakan di jalan yang baik pula . Seperti
menyumbang untuk anak yatim piatu, panti jompo dan amal
sedekah yang akan memberikan syafaat di akhirat kelak.
Namun apabila harta benda yang telah di perolehnya dari jalan
yang buruk maka penghasilan itu bukan saja tidak bermanfaat,
akan tetapi sesuatu saat akan menjadi masalah yang besar dan
menjadi batu sandungan yang akan menghukum dirinya sendiri.
Dijaman sekarang ini manusia terus berlomba untuk
mendapatkan segalanya, mereka menghalalkan segala cara
untuk mendapatkan kekayaan yang sesaat. Padahal mereka tahu
dan mengerti bahwa harta yang telah di dapatnya sesuatu saat
nanti tidak akan di bawanya serta. Disinilah dibutuhkan sebuah
keimanan dalam menentukan ketentraman manusia yang dapat
dilihat secara baik dan benar agar jalan menuju keabadian akan
sesuai apa yang telah di gariskan oleh Sang Maha Pencipta.
Bahwa Manusia di utus kedunia untuk memberikan ketentrman
kepada mahluk lainnya dan mengatur agar kehidupan manusia
dapat tertata sempurna dalam beribadah kepada-Nya, sebagai
rasa syukur dari mahluk kepada Tuhan-Nya.
Ketentraman sosial adalah perlindungan dari kericuhan yang
ditimbulkan oleh manusia seperti pencurian, perampokan, teror
dan huru-hara lainnya. Perlindungan terhadap gangguan manusia
diharapkan diperoleh dari ketentraman yang dijamin dengan
hukum dan peraturan perundang-undangan bikinan manusia.
Akhirnya ketentraman masyrakat ini juga harus mengacu pada
hukum kosmos dan tatanan alam.

Ketentraman lahir ini sangat mempengaruhi ketentraman batin.


Pada umumnya untuk hidup di kota dituntut ketahanan diri yang
kuat untuk menghadapi tantangan ketentraman lahir dan batin.
4. KEDAMAIAN SEBAGAI MAKNA HAKIKI MANUSIA BERADAB
Tak satu pun agama yang memberikan toleransi terhadap
kekerasan, baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Bukan
semata-mata ajaran agama itu yang melarang, melainkan karena
kekerasan bertentangan dengan fitrah manusia dan nilai-nilai
kemanusiaan. Kekerasan akan menghancurkan manusia dan
peradabannya yang telah dibangun sejak permulaan manusia itu
ada. Manusia dan peradabannya selalu mendambakan
terbangunnya perdamaian dan kedamaian sejati, bukan
perdamaian yang dibuat-buat (semu) karena berbagai motif yang
terselubung dan tidak bertanggung jawab. Perdamaian yang
diharapkan adalah perdamaian yang didasarkan cinta kasih
sesama sebagai makhluk Tuhan, yang mempunyai beban dan
tanggung jawab sama di muka bumi, yaitu mewujudkan
perdamaian itu sendiri. Karena peradaban manusia selalu
diwarnai pertentangan dan kepentingan, maka Tuhan memberi
petunjuk berupa agama untuk membimbing manusia kepada
jalan yang benar atau jalan perdamaian. Peradaban dan budaya
yang tidak dibimbing oleh agama akan membawa sengsara dan
pertentangan.
1. PERADABAN DAN PROBLEMATIKA BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
Arus informasi yang berkembang cepat menumbuhkan cakrawala
pandangan manusia makin terbuka luas. Teknologi yang
sebenarnya merupakan alat bentu/ekstensi kemampuan diri
manusia, dewasa ini telah menjadi sebuah kekuatan otonom yang
justru ‘membelenggu’ perilaku dan gaya hidup kita sendiri.
Dengan daya pengaruhnya yang sangat besar, karena ditopang
pula oleh system-sistem sosial yang kuat, dan dalam kecepatan
yang makin tinggi, teknologi telah menjadi pengarah hidup
manusia. Masyarakat yang rendah kemampuan teknologinya
cenderung tergantung dan hanya mampu bereaksi terhadap
dampak yang ditimbulkan oleh kecanggihan teknologi.

Dampak Globalisasi Terhadap Peradaban Manusia Akibat


globalisasi diantaranya masyarakat mengalami anomi/ tidak
punya norma atau heteronomy/ banyak norma, sehingga terjadi
kompromisme sosial terhadap hal-hal yang sebelumnya dianggap
melanggar norma tunggal masyarakat.

Selain itu juga terjadinya disorientasi atau alienasi, keterasingan


pada diri sendiri atau pada perilaku sendiri, akibat pertemuan
budaya-budaya yang tidak sepenuhnya terintegrasi dalam
kepribadian kita.

V. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU DAN MAHLUK


SOSIAL
1. pengertaian manusia sebagai mahluk individu dan anggota
masyarakat
Secara Etimologisistilah Individu berasal dari bahasa
Latin Individiumartinya sesuatu yang tidak terbagi, atau satuan
terkecil yang sangat terbatas. Ini menunjukkan bahwa pada
hakekatnya seseorang manusia tidak dapat diurai, apa bila diurai
maka bukan lagi menjadi manusia secara utuh sebagai individu
Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk SosialA. M anusia
Sebagai M akhluk IndividuManusia sebagai makhluk individu yaitu
makhluk yang tidak dapat dibagi dan tidak dapat dipisahkan
antara jiwa dan raga, keberadaanya sebagai makhluk tunggal
yang memiliki ciri khas dengan corak kepribadiannya termasuk
kemampuan kecakapannya. Setiap manusia memiliki perbedaan,
hal itu dikarenakan manusia memiliki karakteristik sendiri,
memiliki sifat, watak, keinginan, dan cita-cita yang berbeda satu
sama lainnya.

Manusia sebagai makhluk social Manusia adalah makhluk


monodualis, disamping sebagai makhluk individu, manusia juga
sebagai makhluk sosial yaitu bahwa setiap manusia dalam
menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan
bergantungpada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan
satu sama lainnya, serta menurut kodratnya manusia adalah
makhluk sosial.Alasan manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,
yaitu:1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.2. Perilaku
manusia mengharapkan suaru penuilaian.3. Mausia memiliki
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.4. Potensi
manusia akan berkembang bila ia hidup ditentan-tengah
manusia.

2. hakikat dan tugas manusia sebagai mahluk social

Peran Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial


Identitas, fungsi dan peranan sosial manusia (terjadinya interaksi
sosial): 1.Manusia sebagai makhluk individu 2.Manusia sebagai
makhluk sosial 3.Manusia sebagai makhluk berketuhanan Untuk
mengemban ketiga fungsi, identitas dan peranan sosial tersebut
manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan
hubungan dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dengan
tuhannya. Hal inilah yang mendasari terjadinya interaksi antara
manusia yang satu denganmanusia yang lainnya. Pengertian
interaksi sosial: Hubungan timbal balik yang salingmempengaruhi
antara seseorang dengan orang lain dalam situasi sosialtertentu.
Di dalam proses interaksi sosial ini juga berlangsung
prosesmenyesuaikan diri antara satu orang terhadap orang yang
lainnya,sehingga (bila berhasil) akan terwujud hubungan sosial
dan transaksisosial yang berimbang dan berkesinambungan
(adaptif social relationship).

3. bermasyarakat dalam berbagai jenis kehidupan

Kehidupan bermasyarakat selalu menimbulkan hubungan


antarmanusia dalam suatu lingkungan kehidupan tertentu.
Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan manusia lain untuk
berinteraksi dan saling memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak
dapat dipenuhinya sendiri. Pada bab ini, kalian akan sedikit
mengulang pelajaran kelas VII mengenai bentuk-bentuk interaksi
atau hubungan sosial. Setelah itu,kalian akan mempelajari
tentang pranata sosial.

A. Hubungan Sosial
Hubungan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses yang
asosiatif dan disosiatif. Hubungan sosial asosiatif merupakan
hubungan yang bersifat positif, artinya hubungan ini dapat
mempererat atau memperkuat jalinan atau solidaritas kelompok.
Adapun hubungan sosial disosiatif merupakan hubungan yang
bersifat negatif, artinya hubungan ini dapat merenggangkan atau
menggoyahkan jalinan atau solidaritas kelompok yang telah
terbangun.

1. Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial Asosiatif


Hubungan sosial asosiatif adalah proses interaksi yang cenderung
menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota
kelompok. Hubungan sosial asosiatif memiliki bentuk-bentuk
berikut ini.
a. Kerja sama; kerja sama dapat dilakukan paling sedikit oleh
dua individu untuk mencapai suatu tujuan bersama. Di dalam
mencapai tujuan bersama tersebut, pihak-pihak yang terlibat
dalam kerja sama saling memahami kemampuan masingmasing
dan saling membantu sehingga terjalin sinergi. Kerja sama dapat
terjalin semakin kuat jika dalam melakukan kerja sama tersebut
terdapat kekuatan dari luar yang mengancam. Ancaman dari
pihak luar ini akan menumbuhkan semangat yang lebih besar
karena selain para pelaku kerja sama akan berusaha
mempertahankan eksistensinya, mereka juga sekaligus berupaya
mencapai tujuan bersama. Kerja sama dapat dibedakan atas
beberapa bentuk, berikut ini.
1) Kerukunan; merupakan bentuk kerja sama yang paling
sederhana dan mudah diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Bentuk kerukunan, misalnya kegiatan gotong
royong, musyawarah, dan tolong menolong. Contohnya
gotongroyong membangun rumah, menolong
korban becana, musyawarah dalam memilih kepanitiaan suatu
acara di lingkungan RT.
2) Bargaining; merupakan bentuk kerja sama yang dihasilkan
melalui proses tawar menawar atau kompromi antara dua pihak
atau lebih untuk mencapai suatu kesepakatan. Bentuk kerja sama
ini pada umumnya dilakukan di bidang perdagangan atau jasa.
Contohnya kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli
dalam kegiatan perdagangan.
3) Kooptasi (cooptation); proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik suatu organisasi
agar tidak terjadi keguncangan atau perpecahan di tubuh
organisasi tersebut. Contohnya pemerintah akhirnya menyetujui
penerapan hukum Islam di Nanggroe Aceh Darussalam yang
semula masih pro kontra, untuk mencegah disintegrasi bangsa.
4) Koalisi (coalition); yaitu kombinasi antara dua pihak atau lebih
yang bertujuan sama. Contohnya koalisi antara dua partai politik
dalam mengusung tokoh yang dicalonkan dalam pilkada.
5) Joint venture; yaitu kerja sama antara pihak asing dengan
pihak setempat dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu.
Contohnya kerjasama antara PT Exxon mobil Co.LTD dengan PT
Pertamina dalam mengelola proyek penambangan minyak di Blok
Cepu.
b. Akomodasi; dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau
sebagai suatu proses. Sebagai keadaan, akomodasi adalah suatu
bentuk keseimbangan dalam interaksi antarindividu atau
kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan
nilai sosial yang berlaku. Sebagai proses, akomodasi menunjuk
pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Sebagai suatu proses, akomodasi mempunyai beberapa bentuk.
Berikut ini bentuk-bentuk akomodasi.
1) Koersi (coercion); suatu bentuk akomodasi yang dilaksanakan
karena adanya paksaan, baik secara fisik (langsung) ataupun
secara psikologis (tidak langsung). Di dalam hal ini, salah satu
pihak berada pada kondisi yang lebih lemah. Contoh: Koersi
secara fisik adalah perbudakan dan penjajahan, sedangkan koersi
secara psikologis contohnya tekanan negara-negara donor
(pemberi pinjaman) kepada negara-negara kreditor dalam
pelaksanaan syarat-syarat pinjaman.
2) Kompromi (compromize); suatu bentuk akomodasi di antara
pihak-pihak yang terlibat untuk dapat saling mengurangi
tuntutannya agar penyelesaian masalah yang terjadi dapat
dilakukan. Contohnya perjanjian antara pemerintah Indonesia
dengan gerakan separatis Aceh dalam hal menjaga stabilitas
keamanan stabilitas keamanan di Aceh.
3) Arbitrasi (arbitration); suatu cara mencapai kesepakatan yang
dilakukan antara dua pihak yang bertikai dengan bantuan pihak
ketiga. Pihak ketiga tersebut memiliki wewenang dalam
penyelesaian sengketa dan biasanya merupakan suatu badan
yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak yang
bertikai. Contohnya penyelesaian pertikaian antara buruh dengan
pemilik perusahaan oleh Dinas Tenaga

Kerja.
4) Mediasi (mediation); mediasi hampir sama dengan arbitrasi.
Akan tetapi, dalam hal ini fungsi pihak ketiga hanya sebagai
penengah dan tidak memiliki wewenang dalam penyelesaian
sengketa. Contohnya mediasi yang dilakukan oleh pemerintah
Finlandia dalam penyelesaian konflik antara pemerintah
Indonesia dengan GAM.
5) Konsiliasi (conciliation); yaitu usaha mempertemukan
keinginan dari beberapa pihak yang sedang berselisih demi
tercapainya tujuan bersama. Contohnya konsultasi antara
pengusaha angkutan dengan Dinas Lalu Lintas dalam penetapan
tarif angkutan.
6) Toleransi (tolerance); suatu bentuk akomodasi yang dilandasi
sikap saling menghormati kepentingan sesama sehingga
perselisihan dapat dicegah atau tidak terjadi. Dalam hal ini,
toleransi timbul karena adanya kesadaran masingmasing individu
yang tidak direncanakan. Contohnya toleransi antarumat
beragama di Indonesia.
7) Stalemate; suatu keadaan perselisihan yang berhenti pada
tingkatan tertentu. Keadaan ini terjadi karena masing-masing
pihak tidak dapat lagi maju ataupun mundur (seimbang). Hal ini
menyebabkan masalah yang terjadi akan berlarut-larut tanpa ada
penyelesaiannya. Contohnya perselisihan antara negara Amerika
Serikat dengan negara Iran terkait dengan isu nuklir.
8) Pengadilan (adjudication); merupakan bentuk penyelesaian
perkara atau perselisihan di pengadilan oleh lembaga negara
melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contohnya
penyelesaian kasus sengketa tanah di pengadilan.
c. Asimilasi; adalah proses sosial yang timbul apabila ada
kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang
berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam jangka waktu
lama. Dengan demikian, lambat laun kebudayaan asli akan
berubah sifat dan wujudnya menjadi kebudayaan baru yang
merupakan perpaduan kebudayaan dan masyarakat dengan tidak
lagi membeda-bedakan antara unsur budaya lama dengan
kebudayaan baru. Proses ini ditandai dengan adanya usaha
mengurangi perbedaan yang ada. Proses asimilasi bisa timbul jika
ada:
1) kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya;
2) orang perorangan sebagai anggota kelompok saling bergaul
secara intensif, langsung, dan dalam jangka waktu yang lama;
3) kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut
masing-masing berubah dan saling menyesuaikan. Contohnya
perkawinan

antarsuku sehingga terjadi pembauran dari kebudayaan masing-


masing individu sehingga muncul kebudayaan baru.
d. Akulturasi; adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur
budaya asing ke dalam kebudayaan sendiri. Diterimanya unsur-
unsur budaya asing tersebut berjalan secara lambat dan
disesuaikan dengan kebudayaan sendiri, sehingga kepribadian
budaya sendiri tidak hilang. Contohnya akulturasi antara budaya
Hindu dan Islam yang tampak pada seni arsitektur masjid Kudus
.
2. Bentuk-Bentuk Hubungan Disosiatif
a. Persaingan; adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh
individu atau kelompok dalam usahanya mencapai keuntungan
tertentu tanpa adanya ancaman atau kekerasan dari para pelaku.
Contohnya persaingan antarperusahaan telekomunikasi atau
provider dalam menyediakan pelayanan tarif murah pulsa.
b. Kontravensi; merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada di antara persaingan dengan pertentangan atau
pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi
terhadap orang atau unsur-unsur budaya kelompok lain. Sikap
tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi kebencian, namun
tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Bentuk
kontravensi, misalnya berupa perbuatan menghalangi,
menghasut, memfitnah, berkhianat, provokasi, dan intimidasi.
Contohnya demontrasi yang dilakukan elemen masyarakat untuk
menghalangi atau menolak kenaikan BBM
c. Pertentangan/Perselisihan; adalah suatu proses sosial di
mana individu atau kelompok menantang pihak lawan dengan
ancaman dan atau kekerasan untuk mencapai suatu tujuan.
Contohnya pertentangan antara golongan muda dengan golongan
tua dalam menentukan waktu pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan RI pada tahun 1945.
4. hak-hak dan kewajiban individu dalam masyarakat

Hak Dan Kewajiban Individu dalam Masyarakat

Hak ialah suatu yang merupakan milik atau dapat dimiliki oleh
seseorang sebagai manusia. Hak ini dapat dipenuhi dengan
memenuhinya atau dapat juga hilang seandainya pihak yang
berhak merasa rela apabila haknya tidak dipenuhi.
Kewajiban ialah hal-hal yang wajib dilakukan atau diadakan oleh
seorang dari luar dirinya untuk memenuhi hak dari pihak
yanglain.Yang dapat menentukan individu memiliki hak dan
kewajiban adalah norma yang dianut, adat istiadat yang
mentradisi dan agama yang diyakini.
Ada dua bentuk hak yang sangat mendasar, yang dapat dimiliki
oleh individu :
1. HAK ASASI YANG BERSIFAT NATURAL, SEPERTI HAK UNTUK HIDUP, HAK
UNTUK MERDEKA, HAK UNTUK MENDAPATKAN KEHORMATAN. HAK-HAK
TERSEBUT YANG MENYEBABKAN MANUSIA MEMPEROLEH KEBEBASAN PADA
KURUN WAKTU YANG PANJANG
2. HAK ASASI YANG BERSIFAT UMUM, YAITU HAK PERSAMAAN. DIPERLUKAN
SEORANG INDIVIDU DALAM KEDUDUKANNYA SEBAGAI INDIVIDU DALM SUATU
MASYARAKAT. DALAM HAK PERSAMAAN TIDAK TERDAPAT SIFAT DISKRIMINASI
GOLONGAN, JENIS, BAHASA, AGAMA, PANDANGAN POLITIK, ASAL NEGARA,
TINGKAT SOSIAL, KELAHIRAN.
Adapun kewajiban individu didalam masyarakat adalah
melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya dengan cara
menghormati hak-hak masyarakat. Jika seseorang memiliki hak
untuk dihargai, dirinya juga harus menghargai orang lain. Jika
seseorang memiliki hak untuk hidup tenang, dirinya juga harus
menjaga ketenangan, demikian seterusnya.

5. interaksi social memunculkan berbagai corak stereotip dan


prasangka yang berakibat adanya diskriminasi

Prasangka dan Stereotipe.


Di dalam berinteraksi dengan orang lain kita terkadang tidak
dapat lepas dari apa yang disebut sebagai prasangka dan
stereotipe. Prasangka menurutMar’ at (1984) adalah dugaan-
dugaan yang memiliki nilai ke arah negatif, namun dapat pula
dugaan tersebut bersifat positif. Dugaantersebut umumnya
mengarah pada penilaian negative yang diwamai oleh perasaan
y<!ngmuncul sesaat. Di dalam interaksi sosial, prasangka
memiliki relevansi dengankomponen afektifyangbersifat
negatifterutama bila dihubungkan dengan kelompok minoritas
dan kelompok etnis (Mar’at, 1984). MenurutWolf(dalamMar’ at,
1984)prosesterbentuknyaprasangkamerupakanprasangka

sosial yang memiliki konotasi negara dalam hubungannya antara


mayoritas dan minoritas. Oleh karena itu, Mar’ at (1984)
menjabarkan beberapa faktor penentu prasangka, yaitu antara

lain:

Kekuasaan faktual yang terlibat hubungan antara mayoritas dan


minoritas
 FAKTA TENTANG PERLAKUAN TERHADAP KELOMPOK MAYORITAS DAN
MINORITAS
 FAKTA MENGENAI KESEMPATAN USAHA PADA MAYORITAS DAN MINORITAS
 FAKTA MENGENAI UNSUR GEOGRAFIS, DIMANA KELUARGA MINORITAS
MENDUDUKI DAERAH-DAERAH TERTENTU
 POSISI DAN PERANAN DARI SOSIAL EKONOMI YANG PADA UMUMNYA DIKUASAI
OLEH KELOMPOKMINORITAS
 POTENSI ENERGI EKSISTENSI DARI KELOMPOK MINORITAS DALAM
MEMPERTAHANKAN HIDUPNYA
Adapun beberapa hipotesa yag menjadi penyebab terjadinya
prasangka antara lain adalah:
 ADANYA KETEGANGAN SITUASIYANG SENANTIASA RELATIF DAN BERSIFAT
INDIVIDUAL ATAUKELOMPOKSENTRIS
 DALAM TIAP-TIAP KELOMPOK AKAN SELALU TERDAPAT MINORITAS
 ADANYA PERSAINGAN YANG MENIMBULKAN PRASANGKA
Kedua adalah stereotipe. Stereotipe adalah persepsi terhadap
suatu objek yang tidak dapat diubah atau kaku (Chaplin, 1995),
yang sifatnya terlalu umum dan seringkali keliru(Atkinson dkk.,
1993).Dalam membahas baik prasangka maupun stereotipe, kita
tidak dapat lepas dari mentalset dan konsep interaksi sosial.
Permasalahan yang akan muncul dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu: image dan sikap (Mar’ at, 1984). Mage menyangkut
persepsisosialsehinggatiap hubunganantar manusia,
Antarkelompok, dan antar bangsa telah ada suatu mental
set tersendiri tentang opini, sistem nilai, norma, konsep tertentu.
Hubungan ini akan mengarah kepada komponen emosional yang
relevan dengan hubungan interaksi ini. Sikap terhadap pengertian
pengertian sinonim yang sebenarnya adalah prasangka dapat
diidentifikasikan dengan sikap yang merupakan predisposisi
sosial. Di samping prasangka tersebut dapat pula disamakan
dengan opini atau kepercayaan (belief).
6. cara meniadakan stereotip dan prasangka serta diskriminasi

VI. MANUSIA DAN KESEDERAJATAN


1. STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA YANG BERSIFAT MEJEMUK DAN DINAMIS
DITANDAI OLEH KERAGAMAN SUKU BANGSA . AGAMA
2. PENGARUH KERAGAMAN TERHADAP POLA KEHIDUPAN
Pengaruh keragaman diantaranya adalah
1. TERJADINYA SEGMENTASI KEDALAM KELOMPOK-KELOMPOK YANG
SERINGKALI MEMILIKI KEBUDAYAAN YANG BERBEDA.
2. MEMILIKI STRUKTUR SOSIAL YANG TERBAGI-BAGI KEDALAM LEMBAGA-
LEMBAGA YANG BERSIFAT NON KOMPLEMETER.
3. KURANG MENGEMBANGKAN KONSESUS DIANTARA PARA ANGGOTA
MASYARAKAT TENTANG NILAI-NILAI SOSIAL YANG BERSIFAT DASAR.
4. SECARA RELATIF SERING KALI TERJADI KONFLIK DIANTARA KELOMPOK YANG
SATU DENGAN YANG LAINNYA.
5. SECARA RELATIF INTERGRASI SOSIAL TUMBUH DIATAS PAKSAAN DAN SALING
KETERGANTUNGAN DIDALAM BIDANG EKONOMI.
6. ADANYA DOMINASI POLITIK OLEH SUATU KELOMPOK TERHADAP KELOMPOK
YANG LAIN.
Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar
kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan
persatuan dan kesatuan bangsa seperti :
1. DISHARMONISASI, ADALAH TIDAK ADANYA PENYESUAIAN ATAS KERAGAMAN
ANTARA MANUSIA DENGAN DUNIA LINGKUNGANNYA.
2. PERILAKU DISKRIMINATIF TERHADAP ETNIS ATAU KELOMPOK MASYARAKAT
TERTENTU AKAN MEMUNCULKAN MASALAH YANG LAIN, YAITU KESENJANGAN
DALAM BERBAGAI BIDANG YANG TENTU SAJA TIDAK MENGUNTUNGKAN BAGI
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA.
3. EKSKLUSIVISME, RASIALIS, BERSUMBER DARI SUPERIORITAS DIRI,
ALASANNYA DAPAT BERMACAM-MACAM, ANTARA LAIN KEYAKINAN BAHWA
SECARA KODRATI RAS/SUKUNYA KELOMPOKNYA LEBIH TINGGI DARI
RAS/SUKU/KELOMPOK LAIN.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil
masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negative dari
keragaman, yaitu :

1) Semangat Religius

2) Semangat Nasionalisme

3) Semangat Fluralisme

4) Dialog antar umat beragama

5) Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun


konfigurasi hubungan antar agama, media, masa, dan
harmonisasinya.
1. SETIAP MASYARKATAT MEMPUNYAI KEBUDAYAAN SEBAGAI PEDOMAN
KEHIDUPAN WARGANEGARA YANG CORAKNYA MERUPAKAN SEBUAH MOZAIK
2. KONSEP BHINEKA TUNGGAL IKA PENEKANNYAN PADA KERAGAMAN
KEBUDAYAAAN DARIPADA KERAGAMAN SUKU BANGSA
3. PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN SOLUSINYA
Problem Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan
Masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu
memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut :
1. TERJADINYA SEGMENTASI KE DALAM KELOMPOK-KELOMPOK YANG SERING
KALI MEMILIKI KEBUDAYAAN YANG BERBEDA.
2. MEMILIKI STRUTKUTR SOSIAL YANG TERBAGI-BAGI KE DALAM LEMBAGA-
LEMBAGA YANG BERSIFAT NONKOMPLEMENTER.
3. KURANG MENGEMBANGKAN CONSENSUS DI ANTARA PARA ANGGOTA
MASYARAKAT TENTAN NILAI-NILAI SOSIAL YANG BERSIFAT DASAR.
4. SECARA RELATIF, SERING KALI TERJADI KONFLIK DI ANTARA KELOMPOK
YANG SATU DENGAN YANG LAINNYA.
5. SECARA RELATIF, INTEGRASI SOSIAL TUMBUH DI ATAS PAKSAAN DAN SALING
KETERGANTUNGAN DI DALAM BIDANG EKONOMI.
Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok
yang lain.

Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik.


Keragaman budaya daerah memang memperkaya khazanah
budaya dan menjadi modal yang berharga untuk membangun
Indonesia yang multicultural. Namun, kondisi aneka budaya itu
sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi
konflik dan kecemburuan sosial.

Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri dari dua fase, yaitu


fase disharmoni dan fase disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada
adanya perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan
tindakan antarkelompok. Disintegrasi merupakan fase di mana
sudah tidak dapat lagi disatukannya pandangan, nilai, norma,
dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan
antarkelompok.

Konflik horizontal yang terjadi bukan disebabkan oleh adanya


perbedaan atau keragaman itu sendiri. Adanya perbedaan ras,
etnik, dan agama tidaklah harus menjadikan kita bertikai dengan
pihak lain. Yang menjadi penyebab adalah tidak adanya
komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok
masyarakat dan budaya lain, inilah justru yang dapat memicu
konflik. Kesadaranlah yang dibutuhkan untuk menghargai,
menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau
kesederajatan antar masyarakat tersebut. Satu hal yang penting
adalah meningkatkan pemahaman antar budaya dan masyarakat
yang mana sedapat mungkin menghilangkan penyakit budaya.
Penyakit budaya tersebut adalah etnosentrisme stereotip,
prasangka, rasisme, diskriminasi, dan space goating. (Sutarno,
2007).
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua
norma dan nilai budaya orang lain dengan standar budayanya
sendiri. Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap
seseorang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya
karena dia berasal dari kelompok yang
berbeda. Prasangka adalah sikap emosi yang mengarah pada
cara berpikri dan berpandangan secara negative dan tidak
melihat fakta yang nyata ada. Rasismebermakna anti terhadap
ras lain atau ras tertentu di luar ras
sendiri.Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-
bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominan terhadap
kelompok subordinasinya. Space goating artinya
pengkambinghitaman.
Solusi lain yang dapat dipertimbangkan untuk memperkecil
masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negates dari keragaman
adalah sebagai berikut :

1. Semangat religious;

2. Semangat nasionalisme;

3. Semangat pluralisme;

4. Dialog antar umat beragama;

5. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun


konfigurasi hubungan antaragama, media massa, dan
harmonisasi dunia.

Problem Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan


Prinsip kesetaraan atau kesederajatan mensyaratkan jaminan
akan persamaan derajat, hak, dan kewajiban. Indicator
kesederajatan adalah sebagai berikut :

a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku


bangsa, ras, gender, dan golongan;

b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan,


dan kehidupan yang layak;

c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan,


individu, dan anggota masyarakat.
Problem yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah
munculnya sikap dan perilaku untuk tidak mengakui adanya
persamaan derajat, hak, dan kewajiban antarmanusia atau
antarwarga. Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut
diskriminasi. Upaya untuk menekan dan menghapus praktik-
praktik diskriminasi adalah melalui perlindungan dan penegakan
HAM disetiap ranah kehidupan manusia. Seperti negara kita
Indonesia yang berkomitmen untuk melindungi dan menegakkan
hak asasi warga negara melalui Undang-Undang No. 39 Tahun
1999 tentang HAM.

Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di


depan hukum dan penghapusan diskriminasi rasial antara lain
ditandai dengan penghapusan Surat Bukti Kewarganegaraan
Republik Indonesia (SBKRI) melalui keputusan Presiden No. 56
Tahun 1996 dan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1999. Disamping
itu, ditetapkannya Imlek sebagai hari libur nasional menunjukkan
perkembangan upaya penghapusan diskriminasi rasial telah
berada pada arah yang tepat.

Rumah tangga juga merupakan wilayah potensial terjadinya


perilaku diskriminatif. Untuk mencegah terjadinya perilaku
diskriminatif dalam rumah tangga, antara lain telah ditetapkan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

VII. MORALITAS DAN HUKUM


Nilai moral sebagai sumber budaya dan kebudayaan:
1. NILAI SEBAGAI SUMBER DAYA
2. NILAI SEBAGAI HASIL KEBUDAYAAN DAN PENILAIAN, NILAI MORAL SEBAGAI
RUJUKAN NILAI BUDAYA DAN LAIN-LAIN
Moralitas sab norma masyarakat dan Negara:
1. PENGERTAIAN NILAI, ETIKA, MORAL, NORMA DAN HUKUM
Nilai adalah sesuatu yg berharga, bermutu, menunjukkan kualitas
dan berguna bagi manusia dan berkaitan dengan cita-cita,
harapan, keyakinan dan hal-hal lain yg bersifat batiniah sebagai
pedoman manusia bertingkah laku. Perumusan Pancasila sebagai
ideologi terbuka terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke
4 sesuai penegasan ideologi terbuka yg terdiri dari nilai dasar dan
nilai instrumental.

Nilai dasar tidak dapat diubah dan berubah betapapun


pentingmya nilai dasar yg tercantum dalam pembukaan UUD 45
itu sifatnya belum operasional. Karena nilai2 dasar yg terkandung
didalamnya memerlukan penjabaran lebih lanjut, maka
penjabaran itulah yg dinamakan Nilai Instrumental. Nilai
instrumental tetap mengacu pada nilai2 dasar yg dijabarkannya.

Etika (ethos) berasal dari bhs Yunani yg berarti adat kebiasaan.


Moral berasal dari kata Latin (mos, miros). Etika digunakan untuk
menyebutkan ilmu dan prinsip dasar penilaian biak-buruknya
perilaku manusia atau berisi tentang kajian ilmiah terhadap
ajaran moral tersebut, yaitu untuk memberi landasan kritis untuk
menuntut untuk tidak melanggar aturan masyarakat sedangkan
moral digunakan untuk menunjuk aturan dan norma lebih
konkret.

Pengertian norma merupakan kaidah atau aturan-aturan yang


berisi petunjuk tentang tingkah laku yang harus atau tidak boleh
dilakukan oleh manusia dan bersifat mengikat. Norma dalam
kehidupan:

a. Norma Agama :

Berasal dari Tuhan Yang Maha Esa

Tercantum dalam kitab suci setiap agama

Pelanggaran terhadap norma agama merupakan dosa

Agar setiap orang beriman dan bertakwa terhadap Tuhannya

Agar tercipta masyarakat yang agamis, tertib, tentram, rukun,


damai dan sejahtera.

b. Norma Masyarakat/sosial :
Bersumber dari masyarakat sendiri

Pelanggaran atas norma sosial berakibat pengucilan dari


masyarakat

Tujuan norma sosial supaya tercipta masyarakat yang saling


menghormati dan saling menghargai

c. Norma Kesusilaan :

Berasal dari setiap manusia

Pelanggaran dari norma ini berakibat penyesalan

Dalam kehidupan sehari-hari sebaiknya setiap individu berusaha


agar setiap sikap, ucapan dan perilakunya selalu dijiwai oleh
nilai-nilai atau norma agama, kesopanan dan hukum.

d. Norma Hukum :

Berasal dari Negara

Pelanggran atas norma ini berakibat hukuman sesuai dengan


peraturan

Pelanggaran norma hukum dalam masyarakat akan memicu


berbagai kerusuhan dan perbuatan amoral yang tidak
bertanggung jawab

Ciri-ciri Nilai

Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah sebagai


berikut:

a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan


manusia misalnya kejujuran.

b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung


harapan cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki
sifat ideal.

c. Niali berfungsi sebagai daya dorong atau motivator dan


manusia adalah pendukung nilai.
Macam-macam Nilai

Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:

a. Nilai logika adalah nilai benar atau salah

b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah

c. Nilai etika/moral adalah nilai naik buruk

Notonegoro (dalam Kaelan, 2000) menyebutkan adanya 3 macam


nilai:

a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi


kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia


untuk dapat mengadakan kegitan atau aktivitas.

c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi


rohani manusia

Nilai kerohanian meliputi:

a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi,


cipta) manusia.

b. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada


unsure perasaan (emotion) manusia.

c. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsure


kehendak (karsa, Will) manusia.
1. PROSED TERBENTUKNYA NILAI, ETIKA, MORAL, NORMA, DAN HOKUM DALAM
MASYARAKAT DAN NEGARA
Proses terbentuknya nilai, etika, moral, norma, dan hukum
merupakan proses yang berjalan melalui suatu kebiasaan untuk
berbuat baik, suatu disposisi batin unuk berbuat baik yang
tertanam karena dilatihkan, suatu kesiap sediaan untuk bertindak
secara baik, dan kualitas jiwa yang baik dalam membantu kita
untuk hidup secara benar.
1. DIALEKTIKA HOKUM DAN MORAL DALAM MASYARAKAT DAN NEGARA
Hukum dapat dikatakan adil atau tidak tergantung dari wilayah
penilaian moral. Hukum disebut adil bila secara moral memang
adil.

Aturan hidup bersama yang dijadikan norma hukum, bilai dan


etika dalam masyarakat dijelaskan dengan melihat hubungan
antara hukum itu sendiri dengan moralitas. Hubungan tersebut
berupa hukum yang terkandung norma-norma moral, artinya
bahwa hukum merupakan ungkapan moralitas sosial masyarakat
tertentu yang pelasanaannya dapat dituntut dan pelanggarannya
mendapatkan sanksi.
1. PERWUJUDAN NILAI, MORAL, ETIKA, NORMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
DAN NEGARA
Perwujudan nilai-nilai, etika, moral, dan norma dalam keyakinan
iman bisa saja diterapkan sebagai hukum jika norma moral yang
terkandung di dalamnya bersifat universal. Etika, moral, norma ,
dan nilai sering menjadi tuntunan dalam kehidupan masyarakat
supaya kita dapat bertingkah laku dengan baik.
1. TUNTUTAN DAN SANKSI MORAL, NORMA, HOKUM DALAM MASYARAKAT DAN
NEGARA
2. ETIKA KEUTAMAAN BIASANYA DIKONTRASKAN DENGAN ETIKA KEWAJBAN
ATAU ETIKA PERATURAN. DALAM ETIKA KEWAJIBAN, TEKANAN DIBERIKAN
KEPADA PRINSIP-PRINSIP YANG MENDASARI TINDAKAN MANUSIA.
Bagi penganut paham etika keutamaan, etika kewajiban
cenderung jatuh pada kualitas yang minimalis, artinya asal sudah
melakukan kewajban maka sudah berpuas diri, asal sudah
memenuhi aturan maka sudah merasa menjalankan kebaikan.
1. KEADIAKAN KETERTIBAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEBAGAI
WUJUD MASYARAKAT BERMORAL DAN MENTAATI HOKUM
Aristoteles memberikan contoh keutamaan moral, yaitu:
1. KEBERANIAN, YAITU ORANG DIHINDARKAN DARI SIFAT NEKAT DAN
PENGECUT.
2. UGAARI (PRINSIP SECUKUPNYA, KESEDERHANAAN, EMPAN PAPAN ), YAITU
ORANG DIHINDARKAN DARI KELAPARAN DAN KEKENYANGAN.
3. KEADILAN.
VIII. MANUSIA SAINS DAN TEKNOLOGI
1. MANUSIA DALAM IPTEKS BAGI MANUSIA TERMASUK BAGAIMANA MANUSIA
SEBAGAI SUBYEK DAN OBJEK IPTEKS
Manusia sebagai Subjek dan Objek IPTEK
Manusia sebagai subjek selalu melakukan penelitian dan
percobaan dalam bidang sains dan menggunakan tekhnologi yang
maju untuk memperoleh penemuan-penemuan baru untuk
mengubah dunia. Sedangkan manusia sebagai objek mudah
tergiur dengan hal-hal baru tersebut dengan minat yang tinggi.

IPTEK terhadap Pola-Pola Kemasyarakatan seperti


Alienasi, Hegemoni, Hedonisme, dan Heteronomi
Alienasi
Alienasi adalah penarikan diri atau pengasingan diri dari
kelompok atau masyarakat. IPTEK dapat berdampak positif dan
negatif di dalam kehidupan seperti ini.

Hegemoni
Hegemoni adalah pengaruh kekuasaan suatu negara atas negara-
negara lain. Kekuasaan suatu negara memang berpengaruh
terhadap perkembangan IPTEK. Biasanya produk dari negara
yang menguasai lebih ditonjolkan. Ilmu pengetahuan yang
berkembang pun melihat pada ilmu pengetahuan yang
berkembang di negara-negara maju. Negara penguasa atau
negara yang lebih maju IPTEKnya itu menjadi tolok ukur
terhadap IPTEK di negara sendiri
1. MAJUNYA IPTEK DI NEGARA YANG LEBIH MAJU, SEDIKIT BANYAKNYA
MEMBAWA PENGARUH POSITIF TERHADAP NEGARA SENDIRI. NEGARA KITA
YANG DENGAN IPTEK, KATAKANLAH BELUM MAJU TETAPI MASIH
BERKEMBANG, DAPAT BELAJAR UNTUK MELIHAT KEMAJUAN TEKNOLOGI DI
NEGERI YANG MEMILIKI KEKUASAAN LEBIH.
Hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa
kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama dalam
hidup. IPTEK merupakan salah satu pemenuhan kepuasan bagi
pola masyarakat hedonisme yang selalu mengejar materi, IPTEK
bisa menjadi sarana maupun sasaran bagi masyarakat
hedonisme.

Heteronomi
Heteronomi adalah hal ketergantungan kepada undang- undang
atau kuasa orang lain. Jika IPTEK dikaitkan dengan heteronomi
mengenai pendidikan, pendidikan di negara kita wajib dilakukan,
bahkan diharapkan pendidikan dapat menembus segenap lapisan
masyarakat, jika dikaitkan dengan undang-undang. Sebuah
negara tidak dapat berdiri tanpa ada undang-undang yang
mengaturnya. Jadi, harus ada undang-undang untuk dapat
mengatur suatu negara, untuk membentuk warga negaranya
yang berpengetahuan dan berpendidikan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Dampak IPTEK terhadap Kebudayaan


Kemajuan IPTEK dapat menimbulkan konflik dengan tata nilai
budaya yang sudah ada. Perubahan kondisi kehidupan manusia
sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah
diciptakan. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalensi teknologi
yang selain memiliki segi positif juga memiliki segi negatif.

Adapun dilihat dari segi positif:

Informasi yang diperoleh dari perkembangan IPTEK (media


elektronik, televisi, antena parabola, internet, satelit komunikasi
dan media cetak) dapat menciptakan kondisi kehidupan baru
yang sebelumnya tidak dikenal.

Dalam bidang teknologi kedokteran (alat kontrasepsi)


meningkatkan kesejahteraan keluarga karena berhasil
melaksanakan Keluarga Berencana.

Mendorong penemuan hak kekayaan intelektual yang menjadi


basis perkembangan di bidang perindustrian dan perdagangan.
Memperkaya nilai-nilai kehidupan yang sudah ada, mendorong
kearah kemajuan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Sedangkan dilihat dari segi negatif:

Manusia menjadi resah akibat adanya benturan nilai teknologi


modern dengan nilai-nilai tradisional.

Kontak budaya yang ada dengan budaya asing menimbulkan


perubahan sistem nilai budaya.

Kemajuan IPTEK dalam bidang kedokteran (alat kontrasepsi)


dapat mengarahkan perilaku seksual kalangan remaja dan orarig
dewasa ke pergaulan bebas tanpa kontrol.

Gencarnya promosi produk melalui media elektronik dapat


mengubah pola hidup dari produktif menjadi konsumtif, pola
hidup hemat menjadi boros.

Merusak nilai-nilai kehidupan yang sudah ada, meng- hambat


kemajuan, memperburuk sendi-sendi kehidupan dan merugikan
masyarakat sehingga terjadi krisis kema- syarakatan. Krisis
tersebut dapat mengurangi bahkan meng- hapuskan arti
kemanusiaan seseorang.
1. PERKEMBANGAN IPTEKS DALAM PEMBANGUNAN DAN LINGKUNGAN YANG
MELIPUTI: BAGAIMANA PENGEMBANGAN IPTEKS DALAM PERTIMBANGAN
NILAI ETIS DAN RELIGIUS, KESEIMBANGAN IPTEKS DALAM PEMBANGUNAN
LINGKUNGAN DNA PENGEMBANGAN IPTEKS DALAM PEMBAGUNAN
2. PENYALAHGUNAAN IPTEKS , PERKEMBANGAN IPTEKS , DAN EKPLOITASI DI
NEGARA-NEGARA BERKEMBANG
Berbagai Perkembangan IPTEKdalam Pembangunan dan
Lingkungan
Pengembangan IPTEK dalam Pertimbangan Nilai Etis dan
Religius
Perkembangan IPTEK yang sangat pesat membuat masyarakat
dapat menikmati segala sesuatunya dengan lebih leluasa, bebas,
mudah, dan mekanis (diatur komputer, mesin, dan rasional).
Pengembangan teknologi mengenai perilaku manusia
mengakibatkan munculnya masalah-masalah etis dan religius,
misalnya saja pada kaitannya dengan etika, seperti pemahaman
tingkah laku manusia demi tujuan ekonomi dengan untung lebih
banyak menyebabkan penggunaan media massa untuk mengatur
tingkah laku dalam arti selalu mengikuti mode yang sedang
trend, sedangkan dalam kaitannya dengan religi, berbagai media
hasil teknologi yang menampilkan kebudayaan yang
bertentangan dengan nilai agama menjadi dampak negatifnya.

Sains dan teknologi adalah sesuatu yang berdiri sendiri, demikian


pula halnya dengan religi dan yang menjadi perekat
keterhubungan keduanya adalah etika. Dalam hal ini,
perkembangan sains dan teknologi hendaklah sesuai dengan
nilai-nilai etika dan religius agar hasil yang menjadi tujuan
dasarnya terpenuhi dan dirasakan baik oleh penggunanya.

Keseimbangan, Peran, dan Pengaruh IPTEK dalam


Pembangunan Lingkungan
Perkembangan IPTEK dalam pembangunan lingkungan sangat
berperan dan memiliki dampak, baik positif maupun negatif.
Perkembangan IPTEK dapat mendatangkan kemakmuran materi,
adanya perkembangan IPTEK menimbulkan cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang dapat membantu pembangunan suatu negara
menjadi lebih maju, perkembangan bioteknologi dapat
menentukan jenis tanah, mengetahui syarat tumbuh tanaman,
ditemukannya serat sintetis, berkembangnya alat-alat
elektronika, media massa komunikasi yang canggih, dan lain-lain.

Namun tak lepas dari itu, pemanfaatan produk IPTEK yang


berlebihan dan tidak ramah lingkungan akan berdampak negatif,
misalnya penggunaan pestisida yang berkelanjutan akan merusak
keseimbangan ekosistem, asap pabrik, kendaraan, dan
sejenisnya dapat menipiskan lapisan ozon.

Pengembangan IPTEK dalam Pembangunan Indonesia


sehingga Menumbuhkan Kreativitas, Invension, Discovery,
dan Rekayasa
Suatu proses inovasi tentu berkaitan dengan penemuan baru
dalam teknologi yang biasanya merupakan proses sosial melalui
tahap discovery dan invention, discovery baru
menjadi invention apabila suatu penemuan baru telah diakui,
diterima, dan diterapkan oleh masyarakat. Inovasi merupakan
sistem idea atau gagasan, tindakan atau barangyang dianggap
baru oleh masyarakat.Discovery adalah penemuan baru dari
suatu unsur kebudayaan yang belum diakui dan digunakan secara
luas oleh warga masyarakat.Invention adalah penemuan baru
yang sudah diterima, diakui, dan digunakan secara luas oleh
warga masyarakat.
Pada saat ini, Indonesia belum dapat bersaing dengan negara-
negara maju dalam bidang penelitian dasar tertentu karena
sarana dan prasarana untuk melakukannya pada saat ini belum
memungkinkan. Sebaliknya, para peneliti Indonesia masih harus
bekerja keras dan tekun untuk melakukan penelitian yang khas,
seperti meteorologi, vulkanologi, bahasa daerah, dan lain-lain.
Kebanyakan teknisi-teknisi di Indonesia memanfaatkan produk
luar negeri untuk kemudian dirakit menjadi produk baru di dalam
negeri.

Peran dan Pengaruh IPTEK dalam Meningkatkan


Kesejahteraan
IPTEK dalam meningkatkan kesejahteraan manusia dapat
berperan sebagai cabang-cabang ilmu pengetahuan baru yang
berkaitan dengan sarana dan prasarana yang digunakan oleh
manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Hal ini
berpengaruh pada perkembangan dunia yang menunjukkan
kecenderungan yang sangat memprihatinkan akibat kesalahan
dalam pemanfaatan kemajuan sarana dan prasarana IPTEK.

Pengaruh dan Peran IPTEK dalam Bidang Pertahanan


Dengan berkembangnya IPTEK, sistem pertahanan keamanan
pun dapat ditingkatkan seperti dengan meningkatkan sistem
transportasi dan komunikasi. Dengan demikian, dapat
meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai ancaman.

Perkembangan IPTEK dalam Era Globalisasi


Era globalisasi identik dengan kebebasan dan modernisasi. Oleh
karena itu, IPTEK, globalisasi, dan modernisasi memiliki
keterkaitan antara satu sama lain. Kemajuan IPTEK dalam era ini
seperti tidak memiliki ambang batas dalam perkembangannya.
Selain itu, sifat materialism manusia terhadap segala sesuatu
termasuk ilmu pengetahuan memungkinkannya untuk selalu
berusaha menemukan sesuatu yang lebih dari apa yang sudah
ada, sehingga dari masa ke masa keingintahuan manusia selalu
berkembang lebih pesat demi kemudahan dan kenyamanan
pembangunan dan kehidupan.

Penyalahgunaan IPTEK yang Meliputi Sains, Peradaban,


dan Ekspansi Kolonial
Hubungan sains dan teknologi mengalami perkembangan dari
abad ke abad. Kemajuan teknologi menghasilkan permasalahan
yang pemecahannya memerlukan pendekatan ilmiah atau metode
ilmiah yang merupakan salah satu ciri dari sains. Jadi, dengan
kata lain, sains mendorong berkembangnya teknologi.
Perkembangan sains dan teknologi yang demikian pesat dan
memberikan hasil yang berguna bagi kehidupan manusia
ternyata dapat menimbulkan masalah, yaitu:

Masalah kesempatan kerja bagi penduduk yang terus bertambah


tiap tahun.

Masalah pertumbuhan angkatan kerja dan hambatan dalam


bidang pengembangan industri sehubungan dengan pertumbuhan
angkatan kerja.

Masalah pengadaan dan permintaan bahan dasar seperti kayu,


material, dan bahan sumber energi yang jika digunakan secara
berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan
datang.

Masalah pembiayaan , penentuan arah, dan pola pendidikan, riset


dan perkembangan teknologi, berbeda antara negara yang satu
dengan negara yang lain.

Masalah kepincangan nilai perdagangan nasional, di mana


perbandingan nilai ekspor dan impor terlalu besar.
Masalah-masalah tersebut bersumber pada satu masalah yang
besar, yaitu perkembangan dunia yang tidak memperhitungkan
daya tampung planet bumi yang sebenarnya sangat terbatas.

Peradaban adalah bagian atau unsur kebudayaan yang halus dan


indah, seperti ilmu pengetahuan, kesenian, dan sopan santun.
Masalah yang muncul adalah masuknya kebudayaan Barat tanpa
disaring terlebih dahulu melalui berbagai media seperti televisi.
Hal ini dapat kita lihat dari cara berpakaian.

Selain penyalahgunaan IPTEK terhadap sains dan peradaban,


penyalahgunaan IPTEK juga terjadi pada ekspansi kolonial.
Dengan kemajuan IPTEK dapat membuat manusia terpecah
menjadi kelompok-kelompok, misalnya:

Di Afrika, penduduknya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu


kelompok kulit putih dan kelompok kulit hitam. Kelompok kulit
putih lebih berkuasa karena jumlah mereka lebih banyak dan
lebih menguasai IPTEK dibandingkan dengan kelompok kulit
hitam;

Negara yang menguasai IPTEK akan lebih mudah memperoleh


kemakmuran disbanding negara yang kurang menguasai IPTEK.
Hal ini dapat dipahami karena kalah bersaing dalam jumlah dan
mutu produksi sehingga muncullah kelompok negara maju dan
kelompok negara miskin.

Pengembangan IPTEK dan Eksploitasi terhadap Negara


Berkembang
Suatu negara yang menguasai IPTEK akan lebih mudah
memperoleh kemakmuran materi dibandingkan negara yang
kurang menguasai IPTEK. Hal ini dapat dipahami karena kalah
bersaing dalam jumlah maupun mutu produksi, akibatnya dapat
menimbulkan negara maju dan negara miskin atau negara maju
dan negara berkembang. Perkembangan IPTEK membuat negara
maju mengeksploitasi negara berkembang yang kaya akan hasil
alam tetapi tidak memiliki alat untuk mengolahnya. Di sinilah
kemajuan teknologi berperan penting, sehingga negara
berkembang memerlukan negara maju untuk dapat terus
berkembang. Negara berkembang yang kaya akan sumber daya
alam terasa dimanfaatkan oleh negara maju karena negara
berkembang yang tidak bisa mengolah bahan baku yang tersedia
di negaranya terpaksa harus menjual bahan baku yang
dimilikinya kepada negara maju dengan harga yang murah.

Kejanggalan Optimisme Teknologi


Apabila kemajuan IPTEK digunakan dengan semestinya maka
akan menimbulkan dampak yang positif bagi manusia, tetapi bila
kemajuan IPTEK disalahgunakan maka akan menimbulkan
dampak negatif.

Dampak Penyalahgunaan IPTEK terhadap Kebutuhan


Pokok Manusia
Pemakaian pestisida selain untuk memberantas hama tanaman
ternyata juga dapat membunuh hewan ternak, meracuni hasil
panen, dan bahkan meracuni manusia.

Bahan berupa polimes sintesis atau plastik jika sudah menjadi


sampah tidak bisa dihancurkan oleh bakteri-bakteri pembusuk
yang menyebabkan pencemaran tanah sehingga mengurangi
kesuburan tanah, bila dibakar dapat menyebabkan penipisan
lapisan ozon.

Dampak Penyalahgunaan SDA


Bahan tambang seperti minyak bumi dan batu bara jika
digunakan secara berlebihan akan punah. Kemajuan teknologi
membuat manusia melakukan filterisasi atau penyaringan air
bersih namun pembersihan itu tidak selalu sempurna,
lambat laun, air bersih akan menurun jumlah dan kualitasnya.

Dampak Penyalahgunaan SDM


Semakin meningkatnya pengangguran karena lapangan kerja
menjadi sempit.

Munculnya pencemaran yang disebabkan zat radioaktif yang


sangat beracun baik pada tanah, air, dan udara yang dapat
mengancam kelangsungan hidup manusia.
Teknologi dapat mematikan imajinasi dan perasaan dan kejiwaan
manusia.

Terjadi Pencemaran suara dan pencemaran udara.


Berkurangnya lahan pertanian yang produktif karena digunakan
untuk menampung jasa transportasi seperti terminal dan
landasan pesawat terbang.

Jika kemajuan IPTEK dikuasai oleh orang yang tidak bertanggung


jawab akan muncul kehancuran di muka bumi.

Dampak Penyalahgunaan IPTEK terhadap Kesehatan


Kemajuan IPTEK dapat menyebabkan berbagai penyakit, di
antaranya:

Kanker, akibat dari pencemaran udara, penggunaan zat kimia,


penggunaan sinar X yang tidak tepat.

Absestos diderita oleh karyawan pabrik akibat dari debu Oksida


Silikon.

Dampak Penyalahgunaan IPTEK dalam Pencapaian


Kemakmuran dan Pelunasan Kemudahan
Negara yang menguasai IPTEK lebih mudah memperoleh
kemakmuran dibandingkan negara yang kurang menguasai
IPTEK.

Penerapan teknik nuklir yang dikembangkan negara adikuasa


untuk membuat senjata mutakhir mertimbulkan kegelisahan
karena mengancam perdamaian dunia.

Hubungan yang tidak serasi antara sistem produksi, sistem


ekonomi, dan sistem ekologi sehingga terjadi pemakaian SDA
secara berlebihan dan kurangnya pemanfaatan SDM yang
melimpah akibatnya ada masyarakatyang menguasai produksi
dan ada yang memerlukan pekerjaan.

Tujuan manusia yang semula memanfaatkan IPTEK untuk


mensejahterakan masyarakat ternyata mengakibatkan
pemusatan kekuasaan terhadap alam dan akhirnya menguasai
manusia.
Pengembangan IPTEK tanpa Memuat Nilai Etis dan Religius
Pengembangan teknologi yang mengatur perilaku manusia
mengakibatkan munculnya masalah-masalah etis di antaranya:

Penemuan teknologi yang mengatur perilaku manusia


menyebabkan kemampuan perilaku seseorang berubah dengan
operasi dan manipulasi dalam susunan saraf otak.

Pemahaman tingkah laku manusia demi tujuan ekonomis, untung


lebih banyak menyebabkan penggunaan media (radio, televisi)
untuk mengatur tingkah laku manusia.

Behavior control memunculkan masalah etis, bila tingkah laku


seseorang dikontrol oleh teknologi dan bukan oleh manusia itu
sendiri. Konflik justru muncul karena si pengatur memperbudak
orang yang mengendalikan, kebebasan bertindak dikontrol dan
diatur menurut kehendak si pengontrol.

Jadi, perkembangan IPTEK tanpa memuat nilai etis dan religius


akan menimbulkan dampak yang merugikan umat manusia di
muka bumi. Dengan adanya nilai etis dan religius terhadap
perkembangan IPTEK diharapkan nantinya dapat mengurangi
risiko sekecil-kecilnya. Dalam perkembangan IPTEK, nilai etis dan
religius berfungsi sebagai alatpengontro atau pengendali diri.

IX MANUSIA DAN LINGKUNGAN


1. HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI OBYEK DAN SUBYEK LINGKUNGAN
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi
derajatnya dibanding makhluk-makhluk hidup lainya karena
manusia secara kodrati diberi akal budi yang memungkinkan
adanya kebudayaan. Lingkungan dapat dibagi 3 yaitu lingkungan
biotik, abiotik dan lingkungan buatan. Manusia menjadi objek dan
sekaligus subjek dan lingkungan karena manusia hidup dan
berkembang dilingkungan masing-masing, mengolah sumber-
sumber alam dan sosial yang ada dilingkungan tersebut serta
memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

Berbeda denngan makhluk hidup lainya, bukan dalam hal


memenuhi kebutuhan hidupnya melainkan perilaku manusia
dalam memanfaatkan kebutuhan itulah yang berbeda dengan
makhluk hidup lainya, misalnya hewan. Selain butuh makan dan
minum, manusia butuh tempat tinggal yang layak bila tidak
berarti tidak manusiawi, butuh pendidikan butuh pakaian dan
butuh berfilsafat tentang hakekat dirinya sebagai pribadi dalam
hubungannya dengan manusia lain dan martabatnya alam dan
Tuhan sang Pencipta segalanya yang ada di Jagad Raya yang
termuat dalam ajaran agama. Dari filsafat pula manusia dapat
menciptakan ilmu seni dan budaya.

Kehidupan yang manusiawi tentunya dapat mempengaruhi dan


dipengaruhi oleh perilaku. Perilaku manusia satu dengan yang
lain tidak dapat disamakan. Hal yang cukup mempengaruhi
perilaku manusia tersebut karena faktor lingkungan dimana dia
tinggal. Dengan demikian manusia menjadi objek sekaligus
subjek dari lingkungan.
1. MANUSIA, LINGKUNGAN, DAN LINGKUNGAN BUDAYA.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk didalamnya
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup lainya.(Undang-
Undang No.4 tahun 1982).

Langkah-langkah konkret dalam menanggulangi masalah


lingkungan hidup menurut B.N.Marbun:
1. MENCIPTAKAN PERATURAN STANDAR YANG MENGATUR SEGALA SELUK-
BELUK PERSYARATAN PENDIRIAN PABRIK ATAU INDUSTRI.
2. ADANYA PERENCANAAN LOKASI INDUSTRI YANG TEPAT
3. MEMILIH PROSES INDUSTRI YANG MINIM POLUSI DILIHAT DARI BAHAN BAKU,
REAKSI KIMIA, PENGGUNAAN AIR, ASAP, PENYIMPANAN BAHAN BAKU DAN
BARANG JADI, SERTA TRANSPORTASI DAN PENYULUHAN BUANGAN.
4. PENGELOLAAN SUMBER AIR SECARA BEREBCANA DISERTAI PENGAMATAN
TERHADAP SEGALA ASPEK YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGOLAHAN AIR
TERSEBUT.
5. PEMBUATAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH SECARA KOLEKTIF DARI
SELURUH INDUSTRI YANG BERADA DILOKASI TERTENTU.
6. PENANAMAN POHON SECARA MERATA DAN BERENCANA DISELURUH KOTA.
7. PERATURAN DAN PENATAAN DAN PENGGUNAAN TANAH DASAR RENCANA
INDUK PEMBANGUNAN KOTA SESUAI DENGAN PERUNTUKANNYA SECARA
SEIMBANG.
8. PERBAIKAN LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI MSYARAKAT HINGGA MENCAPAI
TARAF HIDUP YANG MEMENUHI PENDIDIKAN KOMUNIKASI DAN KEBUTUHAN
SEHARI-HARI.
Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan
dan Lingkungan Hidup (1997) dinyatakan bahwa pendidikan
Lingkungan hidup menyandang karakteristik sebagai pendidikan
seumur hidup (long life education), baik melalui jalur formal
(sekolah) maupun informasi luar sekolah).Lingkungan sosial
merupakan hubungan interaksi antar manusia dengan manusia
lain yang terjalin harmonis.
1. MANUSIA LINGKUNGAN ALAM DAN LINGKUNGAN SOCIAL BUDAYA
2. PENGARUH TIMBAL BALIK ANTAR KONDISI LINGKUNGAN ALAM DAN KONDISI
SISIAL BUDAYA
Studi lingkungan adalah suatu studi tentang gejala dan masalah
kehidupan manusia yang ditinjau antar hubungannya dengan
lingkungan tempat kehidupan tadi. Studi lingkungan merupakan
pengkajian praktis tentang masalah kehidupan dan masalah
lingkungan yang meerapkan konsep dan prinsip ekologi serta
prinsip dan konsep ilmu sosial. Sedangkan Lingkungan sendiri
didefinisikan sebagai kondisi di sekitar makhluk yang
mempengaruhi kehidupanya.
1. PENGERTIAN DEMOGRAFI DAN PROBLEMATIKANYA DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN HIDUP MANUSIA
Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu DEMOGRAFI.
Di Indonesia masalah-masalah kependudukan yang terjadi antara
lain persebaran penduduk yang tidak merata, jumlah penduduk
yang begitu besar, pertumbuhan penduduk yang tinggi,
rendahnya kualitas penduduk, rendahnya pendapatan per kapita,
tingginya tingkat ketergantungan, dan kepadatan penduduk.
Negara Indonesia adalah suatu negara yang memiliki wilayah
yang luas. Namun persebaran penduduknya tidak merata. Ada
wilayah yang sangat padat penduduknya, dan ada pula wilayah
yang sangat jarang penduduknya. Sebagai contoh wilayah yang
sangat padat penduduknya adalah di Ibukota Negara Indonesia,
yaitu di Jakarta. Jumlah penduduknya sangatlah banyak dan
berdasarkan sensus tahun 2000, setiap satu kilometer persegi di
Jakarta, didiami lebih dari dua belas ribu orang. Hal ini sangatlah
berbeda dengan daerah-daerah lain seperti di Kalimantan. Di
Kalimantan, hanya ada 27 orang yang mendiami wilayah seluas
satu kilometer persegi.

Menurut publikasi BPS pada bulan Agustus 2010, jumlah


penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus ini adalah
sebanyak 237.556.363 orang.
Jumlah penduduk yang sangat tinggi ini, pasti akan terus
berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini di
karenakan tingginya angka pertumbuhan penduduk. Dengan kata
lain angka kelahiran lebih tinggi dari angka kematian. Angka
kelahiran yang tinggi biasanya disebabkan beberapa faktor, salah
satunya kurangnya pengetahuan tentang dampak memiliki
banyak anak. Hal ini disebabkan di kalangan masyarakat
khususnya masyarakat menengah ke bawah, ada anggapan yang
dipercaya secara turun-temurun yaitu anggapan yang
mengatakan “Banyak Anak, Banyak Rejeki”. Selain itu Indonesia
memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini sangat
mempengaruhi kualitas atau mutu penduduk Indonesia. Di
Indonesia, masyarakatnya kurang memiliki keahlian dan
keterampilan dalam bekerja. Akibatnya, masyarakat mengalami
kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus. Hal inilah
yang akan memicu rendahnya pendapatan per kapita.
Pendapatan per kapita artinya rata-rata pendapatan penduduk
setiap tahun. Pendapatan per kapita penduduk Indonesia sendiri
masih tergolong rendah. Rendahnya pendapatan per kapita
sangat berkaitan dengan banyaknya masyarakat miskin.
Kemiskinan yang terjadi akan memicu beberapa hal salah
satunya kelaparan, dan kelaparan akan memicu tingginya angka
kriminalitas dan tindak kejahatan.

Ditambah lagi dengan tingginya tingkat


ketergantungan. Penduduk yang tidak bekerja atau yang tidak
memiliki penghasilan merupakan penduduk yang tidak produktif.
Biasanya penduduk yang tidak bekerja adalah yang telah berusia
lanjut atau masih anak-anak dan remaja. Mereka ini disebut usia
nonproduktif. Penduduk nonproduktif menggantungkan hidupnya
kepada penduduk produktif (bekerja). Karena usia nonproduktif
tinggi, maka menyebabkan tingkat ketergantungan di Indonesia
cukup tinggi.
Beberapa kota besar lainnya di Indonesia juga memiliki
kepadatan penduduk yang sangat padat. Tingginya kepadatan
penduduk menyebabkan masalah-masalah sosial seperti
pengangguran, kemiskinan, rendahnya pelayanan kesehatan,
meningkatnya tindak kejahatan, terciptanya pemukiman kumuh,
lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat, dan masih banyak
lagi. Seperti contoh di Surabaya banyak sekali ditemukan
perkampungan-perkampungan kumuh baik itu di sepanjang aliran
sungai maupun disepanjang rel kereta api.

Pemerintah sendiri terus berupaya mengatasi masalah-masalah


kependudukan di atas. Upaya yang sudah dijalankan pemerintah
antara lain : dengan menekan laju pertumbuhan penduduk
melalui program Keluarga Berencana (KB) yang dilakukan melalui
penyuluhan-penyuluhan di permukiman warga maupun dengan
penyuluhan pada pasangan-pasangan yang akan menikah,
melaksanakan program transmigrasi, meningkatkan kualitas
pendidikan dan pelayanan kesehatan, membuka lapangan kerja
sebanyak mungkin salah satunya dengan cara memberikan
keterampilan-keterampilan berwirausaha kepada masyarakat,
dan lain sebagainya.

Dalam mengatasi pengangguran, pemerintah telah berupaya


menciptakan lapangan kerja di daerah-daerah pedesaan. Selain
itu, pemerintah juga memberi bekal keterampilan kerja berupa
pelatihan-pelatihan di daerah-daerah yang tinggi angka
penganggurannya.
Dalam mengatasi persebaran penduduk, pemerintah mengadakan
program transmigrasi. Program transmigrasi adalah program
perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain, dalam
hal ini dari daerah yang berkepadatan tinggi, ke daerah
berkepadatan rendah.

Dalam mengatasi pertumbuhan penduduk, pemerintah


mengadakan program KB ( Keluarga Berencana ). Program KB ini
merupakan program bagi pasangan suami-istri khususnya yang
baru atau yang akan menikah. Pada program ini dijelaskan dan
disarankan tentang aturan dari pemerintah yang menyarankan
jumlah anak dengan melihat dan mempertimbangkan hal-hal
seperti pendidikan, pendapatan keluarga, dan lain sebagainya.
1. PERTAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK INDONESIA
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan POPULASI sewaktu-
waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah
individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit”
untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk
pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan
sering digunakan secara informal untuk sebutan DEMOGRAFI nilai
pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan Penduduk

a. Kelahiran

1) Tingkat kelahiran

2) Angka kelahiran umum

b. Kematian

1) Tingkat kematian (mortalitas)

2) Angka kematian menurut umur (ASDR)

3) Angka kematian bayi

c. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk yang dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:

1) Migrasi keluar atu emigrasi

2) Migrasi masik atau imigrasi

2. Pertambaan Penduduk

a. Pertambahan penduduk sosial

b. Pertambahan penduduk alami

c. Pertambahan penduduk migrasi

Negara yang paling cepat pertumbuhan penduduknya adalah


Negara yang sedang berkembang sehingga menimbulkan banyak
masalah kependudukan yang sulit untuk diatasi.

Pertumbuhan penduduk yang cepat atau tidak terkendalikan pada


suatu saat akan melampaui daya dukung lingkungan, yaitu
kemampuan suatu daerah untuk mendukung sejumlah manusia
tertentu pada tingkat kehidupan yang wajar. Masalah yang
ditimbulkan oleh pertumbuhan dan pertambahan penduduk yang
cepat antara lain:

1. Kelebihan tenaga kerja

2. Kesulitan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat


1. MORTALITAS, FERTILITAS, PERHITUNGAN, DAN PERTAMBAHAN PENDUDUK
Mortalitas (Kematian)

Mortalitas adalah keluarnya penduduk yang terjadi karena


kematian. Konsep mortalitas adalah sebagai berikut:

a. Lahir hidup (live birth)

b. Mati (death)

c. Lahir mati (fatal death)

a. Angka kematian dasar


b. Angka kematian menurut umur

2. Fertilitas (Kelahiran)

Fertilitas adalah masuknya individu ke dalam populasi melalui


kelahiran. Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai
hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok
wanita. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan
penduduk, sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran
pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

a. Lahir hidup (live birth)

b. Lahir mati (still birth)

c. Abortus

d. Masa reproduksi (childbearing age)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fertilitas


Menurut Kingsley Davis dan Judith Blake

Tiga tahap penting dari proses reproduksi adalah:

1. Tahap hubungan kelamin

2. Tahap konsepsi

3. Tahap kehamilan

Perhitungan penduduk dapat dirumuskan menjadi:

P = (L-M) + (I – E)

Keterangan :

P : jumlah pertambahan penduduk

L : Jumlah kelahiran

M : Jumlah kematian

I : Jumlah Imigrasi
E : Jumlah Emigrasi

Akibat dari ledakan penduduk tersebut dapat menimbulkan


beberapa masalah seperti :

Keadaan kehidupan penduduk terus menurun.

Banyak terjadi pengangguran akibat lapangan kerja yang tidak


seimbang dengan tenaga kerja yang tersedia.

Kurang terpenuhinya kebutuhan air minum, penerangan listrik,


perumahan, dan bahan makanan. Pendapatan rata-rata
penduduk relatif rendah.

Pengendalian masaah diatas dapat dilakukan dengan cara:

– Menggiatkan usaha transmigrasi

– Memajukan pendidikan

– Meningkatkan bidang pertanian

– Peningkatan semua hasil produksi peternakan, perikanan,


dan kehutanan.

– Melaksanakan program Keluarga Berencana

Masalah Ekonomi Dunia


Pada tahun 1978, Thomas Robert Malthus, seorang ahli ekonomi
berkebangsaan Inggris yang hidup dari tahun 1766-1834
mempermasalahkan perkembangan penduduk dunia. Dia
berpendapat bahwa kelaparan, penyakit, dan perang adalah
pengendali dari kepesatan pertumbuhan penduduk dunia. Ia juga
berpendapat “pertumbuhan penduduk berlaku seperti deret ukur,
dan pertamabhan bahan pemuas kebutuhan seperti deret hitung.
Maksudnya bahwa pertumbuhan penduduk sangat cepat, tidak
seimbang dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat lambat.

Keadaan Ekonomi dalam Masa Demokrasi Terpimpin


(Sistem Ekonomi Terpimpin)
Krisis moneter terjadi karena nilai tukar mata uang mengalami
depresiasi (merosot terhadap mata uang Dollar). Akibat krisis
ekonomi:

1. Kemiskinan.

2. Meningkatkan pengangguran.

3. Semakin kuatnya Negara birokrasi bersifat nepotisme dan


feodal.

4. Membesarkan golongan minoritas.

5. Adanya dualisme sosial.

Cara mengatasi krisis moneter:

1. Memfungsikan uang sebagai alat tukar.

2. Mata uang emas dan perak sehingga nilai nominal dan nilai
intrinsiknya akan menyatu.

3. Memperlakuakan uang tidak dengan sistem ribawi.

4. Menciptakan sistem ekonomi yang bebas dari bunga alias


bunga sama dengan nol.
1. ANALISA DAMPK LINGKUNGAN DAN ANALISA RESIKO LINGKUNGAN
Analisis Dampak Lingkungan

AMDAL dimaksudkan sebagai alat untuk merencanakan tindakan


preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan
ditimbulkan oleh suatu aktivitas pembangunan yang sedang
direncanakan.

Analisis Resiko Lingkungan

ARL digunakan untuk mengelola resiko lingkungan, pada


umumnya sesuai untuk pelaksanaan audit lingkungan.

Kerusakan Lingkungan Hidup

Kerusakan lingkungan hidup disebabkan oleh dua hal yaitu:


1. RENDAHNYA PENDAPATAN DAN BESARNYA KEMISKINAN.
2. KALANGAN PENDAPATAN TINGGI DENGAN GAYA HIDUP YANG BOROS DALAM
PENGGUNAAN SUMBER DAYA ALAM (SDA)
Kerusakan lingkungan hidup dapat pula terjadi karena sikap acuh
tak acuh terhadap sampah dan limbah yang dapat menggangu
stabilitas ekosistem. Limbah yang dimaksud adalah:
1. LIMBAH INDUSTRI
2. LIMBAH PERTANIAN
3. LIMBAH PEMUKIMAN

PPERERPERSAMAANSAMAAN DAN PERBEDAAN SERTA KETERKAITAN AKHLAK,


ETIKA, MORAL, KESUSILAAN DAN KESOPANAN
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SERTA KETERKAITAN AKHLAK, ETIKA, MORAL,
KESUSILAAN DAN KESOPANAN (DALAM ISLAM)

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang keha-dirannya
hingga saat ini dirasakan dan sangat diperlukan. Akhlak secara historis dan
teologis tampil untuk mengawal dan memandu perjalanan umat Islam agar bisa
selamat di dunia dan di akhirat. Dan tidaklah berlebihan kiranya jika dikatakan
bahwa misi utama dari kerasulan Muhammad Saw adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia, begitulah yang telah disabdakan oleh
beliau, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah
beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang mulia, hingga Allah Swt
sendiri memuji akhlak mulia Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya, dan
menjadikan beliau sebagai uswah hasanah dalam berbagai hal agar kita bisa
selamat di dunia dan akhirat.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah
pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, kesusilaan
dan kesopanan adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.
Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap
kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran
kesusilaan adalah menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran
manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri
sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal
dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa
melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi.

B. PEMBAHASAN

Abuddin Nata menjelaskan bahwa khazanah pemikiran dan pandangan di bidang


Akhlak itu kemudian menemukan momentum pengembangannya dalam sejarah,
yang antara lain ditandai oleh munculnya sejumlah besar ulama tasawuf dan
ulama di bidang akhlak. Mereka tampil pada mulanya untuk memberi koreksi
pada perjalanan umat saat itu yang sudah mulai miring ke arah yang salah.
Mereka mencoba meluruskannya, dan ternyata upaya mereka disambut positif
karena dirasakan manfaatnya. Bukti kepedulian para ulama terhadap bidang
akhlak untuk melestarikan pemikiran dan pendapatnya itu mereka menulis
sejumlah buku yang secara khusus membahas masalah akhlak misalnya kitab Ihya
‘Ulum al-Din yang ditulis oleh Imam al-Ghazali, seorang tokoh yang dikenal
sebagai Hujjat al-Islam yang telah ber-hasil membawa kembali tasawuf kepada
masa pencerahannya kembali sehingga bisa diterima oleh setiap kelompok, baik
kelompok fiqh, filsafat, teologis, maupun kaum sufi sendiri; kitab Tahzib al-Akhlaq
yang dikarang oleh Ibn Miskawaih; kemudian belakang dikenal juga kitab al-
Akhlaq yang dikarang oleh Ahmad Amin; dan disusul kemudian oleh Muhammad
al-Ghazali yang menyusun kitab Khuluq al-Muslim.
a. Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa Arab) adalah
bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus Al-Munjid berarti budi
pekerti, perangai tingkah laku tau tabiat. Di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan:
ُ‫ِى ا َ اْلَ اخالَق‬
َُ ‫صفَاتُ ه‬
ِ ُ‫ان ت‬ َ ‫ااْلَ َدبِيِةُ اا ِْل ان‬
ُِ ‫س‬
“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu
dapat lahir berupa perkataan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan
buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.
Kata akhlaq adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama
dengan arti akhlaq sebagaimana telah disebutkan di atas. Baik kata akhlaq atau
khuluq, kedua-duanya dapat dijumpai pemakaiannya dalam al-Qur’an dan al-
Sunnah, misalnya: kata khu-luq terdapat dalam al-Qur’an surat al-Qalam, [68]
ayat 4 yang mempunyai arti budi pekerti, surat al-Syu’ara, [26] ayat 137 yang
mempunyai pengertian adat istiadat dan hadis riwayat al-Tirmidzi berarti budi
pekerti, yaitu:
ُ‫خلـقًا اَحا سـَنه اُم اِيـا َُمانـًا االمـؤا ِمنِيـانَُ أ َ اك َمـل‬
“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna
budi pekertinya.” (H.R. Tirmizi).
Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini
berarti bahwa kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya
disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka
kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.
Di dalam Ensiklopedia Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti,
watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan
akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama
manusia.

Di dalam Al Mu’jam al-Wasit disebutkan defenisi akhlak sebagai berikut:


ُ‫س َحالُ ا َ الخلق‬ُ ِ ‫ع ان َهاااأل َ اع َمالُ ِللنَّ اف‬
َ ‫صدر‬ ُ‫ن ِم ا‬
‫ن َرا ِسخَةت َ ا‬ ُ‫غي ِار َحا َج ٍة ِإلَى َخي ٍارا َ اوش ٍَر ِم ا‬
َ ‫فِ اك ٍر َورؤا يَ ٍُة‬
“Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-
macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikirannya dan
pertimbangan”.
Senada dengan ungkapan di atas telah dikemukakan oleh Imam Gazali dalam
kitabnya ihya-nya sebagai berikut:
ُ‫ن ا َ الخلق‬
ُ‫ع ا‬ َ َ‫س َه ايئ َ ٍةفِى ِعب‬
َ ‫ارة‬ ُ ِ ‫ع ان َها النَّ اف‬َ ‫صدراا ِْل ان ِفعَالُ َرا ِسخَة‬ ‫ن تَ ا‬ ُ‫غي ِار َحا َج ِةاِلَى بِسه اولَة ٍَويس ٍار ِم ا‬ َ ‫فِ اك ٍر َورؤا يَ ٍُة‬
“Al-Khulk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan”.
Jadi, pada hakikatnya Khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah sesuatu kondisi atau
sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ
timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul
kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran,
maka ia dinamakan budi pekerti mulia sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang
buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.
Al-Khulk disebut sebagai kondisi atau sifat yang telah meresap dan terpatri dalam
jiwa, karena seandainya ada seseorang yang mendermakan hartanya keadaan
yang jarang sekali untuk suatu hajat dan secara tiba-tiba, maka bukanlah orang
yang demikian ini disebut orang yang dermawan sebagai pantulan dari
kepribadiannya.

b. Pengertian Etika
Dalam pemahaman etika sebagai pengetahuan mengenai norma baik-buruk
dalam tindakan mempunyai persoalan yang luas. Etika yang demikan ini
mempersoalkan tindakan manusia yang dianggap baik harus dijalankan,
dibedakan dengan tindakan buruk-jahat yang dianggap tidak manusiawi.
Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat kebiasaan.
Dalam pelajaran filsafat, etika merupakan bagian daripadanya. Di dalam
Ensiklopedia Pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai,
kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali etika mempelajari nilai-nilai, ia
merupakan juga pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. Di dalam Kamus
Istilah Pendidikan dan Umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat
yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk).
Untuk mendapatkan rumusan pengertian etika dilihat dari sudut terminologi, ada
beberapa definisi yang bisa dikumpulkan:
Di dalam NewMasters Pictoral Encyclopedia dikatakan: Ethics is the science of
moral philosophy concerned not with fact, but with values; not with the caracter
of, but the ideal of human conduct.
Di dalam Dictonary of Education dikatakan; Ethics: the study of human behavior
not only to find the truth of things as they are but also to enquire into the worth
or goodness of human actions.
Etika sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku
manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut, baik atau buruk, maka
ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal pikiran. Atau dengan kata lain,
dengan akallah orang dapat menentukannya baik atau buruk karena akal yang
memutuskan buruk.
Dalam hubungan ini Dr. H. Hamzah Ya’qub menyimpulkan/merumuskan: “Etika
ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran”.
Abuddin Nata melihat ada empat segi yang dapat digunakan untuk mengetahui
etika ini, yakni melihat dari segi obyek pembahasannya, sumbernya, fungsinya
dan terakhir dilihat dari segi sifatnya.
Kalau dilihat dari segi pembahasan, menurutnya, etika berupaya mem-bahas
perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan bila dilihat dari segi
sumbernya, maka etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Oleh karena itu
sebagai sebuah produk pemikiran maka ia tidak bersifat mutlak dan absolut
kebenarannya, pun tidak universal.
Sementara itu bila dilihat dari segi fungsinya maka etika berfungsi seba-gai
penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia. Oleh karena itu ia berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah
perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Karena ia sebuah konseptor, hasil
produk pemikiran karena itu dilihat dari segi sifatnya ia dapat berubah-ubah
sesuai dengan tuntutan zaman dan keadaan, humanistis dan an-tropo-centris.

c. Pengertian Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa latin mores yaitu jamak dari mos yang
berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan
bahwa moral ialah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas
dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik,buruk.
Di dalam The Advanced Leaner’s Dictionary of Current English dikemukakan
beberapa pengertian moral sebgai berikut:
1. Concerning principles of right and wrong;
2. Good and virtuos;
3. Able to understand the difference beetween right and wrong;
4. Teacing or illustrating good behaviour;
Dengan keterangan di atas, moral merupakan istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan untuk memberikan terhadap aktivitas manusia dengan
nilai/hukum baik atau buruk, benar atau salah. Dalam kehidupan sehari-hari
dikatakan bahwa orang yang mempunyai tingkah laku yang baik sebagai orang
yang bermoral.
Kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik
atau buruk dengan tolak ukur akal pikiran, dalam penbahasan moral tolak
ukurnya adalh norma-norma yang hidup di masayarakat. Dalam hal ini Dr.
Hamzah Ya’qub mengatakan: “yang disebut moral ialah sesuai dengan ide-ide
yang umum diterima tentang tindakan manusia mana yang baik dan wajar”.

d. Pengertian Kesusilaan
Di dalam bahasa Indonesia untuk membahas buruk-baik tingkah laku manusia
juga sering digunakan istilah kesusilaan.
Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an.
Susila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu “su” dan “sila”. Berarti baik, bagus
dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Pada dasarnya kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing,
mengarahkan, memandu, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai
dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat juga
menggambarkan orang yang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
Ini sama halnya dengan moral.
Norma ini didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia. Kesusilaan adalah
norma yang hidup dalam masyarakat yang dianggap sebagai peraturan dan
dijadikan pedoman dalam bertingkah laku. Norma kesusilaan dipatuhi oleh
seseorang agar terbentuk akhlak pribadi yang mulia. Pelanggaran atas norma
moral ada sanksinya yang bersumber dari dalam diri pribadi. Jika ia melanggar, ia
merasa menyesal dan merasa bersalah.
Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh umat
manusia. Sanksi bagi pelanggarnya, yaitu rasa bersalah dan penyesalan mendalam
bagi pelanggarnya. Contoh norma kesusilaan, antara lain:
a. jujur dalam perkataan dan perbuatan;
b. menghormati sesama manusia;
c. membantu orang lain yang membutuhkan;
d. tidak mengganggu orang lain;
e. mengembalikan hutang.

f. Pengertian Kesopanan
Menurut Bahasa, kesopanan adalah adat sopan santun; tingkah laku (tutur kata)
yg baik; tata krama: perbuatan itu dapat dianggap melanggar – orang Timur.
Norma sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan
sekelompok itu.
Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma
kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu.
Contoh-contoh norma kesopanan ialah:
1. Menghormati orang yang lebih tua.
2. Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.
3. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong.
4. Tidak meludah di sembarang tempat.
5. tidak menyela pembicaraan.
Norma kesopanan sangat penting untuk diterapkan, terutama dalam
bermasyarakat, karena norma ini sangat erat kaitannya terhadap masyarakat.
Sekali saja ada pelanggaran terhadap norma kesopanan, pelanggar akan
mendapat sanki dari masyarakat, semisal cemoohan. kesopanan merupakan
tuntutan dalam hidup bersama. Ada norma yang harus dipenuhi supaya diterima
secara sosial.

g. Perbedaan dan Persamaan serta Keterkaiatan Akhlak, Etika, moral, Kesusilaan


dan Kesopanan
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, moral,
kesusilaan dan kesopanan sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua
istilah tersebut sama sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang
baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan
lahiriahnya. Objek dari akhlak, etika, moral, kesusilaan dan kesopanan yaitu
perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan buruk .
Sedangkan perbedaan antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan
kesopanan dapat kita lihat pada sifat dan kawasan pembahasannya, di mana etika
lebih bersifat teoritis dan memandang tingkah laku manusia secara umum,
sedangkan moral dan susila lebih bersifat praktis, yang ukurannya adalah bentuk
perbuatan. Serta sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan
buruk pun berbeda, di mana akhlak berdasarkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah,
etika berdasarkan akal pikiran, sedangkan moral, kesusilaan dan kesopanan
berdasarkan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat.
Hubungan antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan ini bisa
kita lihat dari segi fungsi dan perannya, yakni sama-sama menentukan hukum
atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk ditentukan
baik dan buruknya, benar dan salahnya sehingga dengan ini akan tercipta
masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram serta sejahtera lahir
dan batin.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa antara akhlak dengan etika, moral,
kesusilaan dan kesopanan mempunyai kaitan yang sangat erat, di mana wahyu,
akal dan adat adalah sebuah teori perpaduan untuk menentukan suatu
ketentuan, nilai. Terlebih lagi akal dan adat dapat digunakan untuk menjabarkan
wahyu itu sendiri. Rasulullah Saw bersabda, sebagaimana dikutip oleh Harun
Nasution, yang dikutip ulang oleh Abuddin Nata, yaitu :
ُ‫ْلَ االعَـ اقلُ ه َُو اَل ِدياـن‬ ُ‫ْلَ ِلـ َم ا‬
ُ َُ‫ن ِدياـن‬ ُ ‫ل‬َُ ‫عـ اق‬
َ ُ‫لَـــه‬
Artinya: “Agama itu adalah penggunaan akal, tidak ada agama bagi orang yang
tidak berakal.”

C. PENUTUP

Kesimpulan
Akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan yang berarti al-
sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-‘adat
(kebiasaan , kelaziman), al maru’ah(peradaban yang baik). Akhlak jamak dari kata
khuluq yang artinya “budi pekerti, sopan santun, tindak tanduk atau etika..
Akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan
sempurna dan membedakan dengan makhluk makhluk yang lain.
Etika dan moral memiliki perbedaan, yaitu: kalau dalam pembicaraan etika, untuk
menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur
akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang
digunakan adalah norma-norma yang berkembang dan berfungsi di masyarakat.
Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam
dataran konsep-konsep. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan
obyektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh
masyarakat.
Etika, moral, susila dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari
suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya.
Kesemua istilah tersebut sama sama menghendaki terciptanya keadaan
masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera
batiniah dan lahiriahnya.‫؂‬

Anda mungkin juga menyukai