Arsitektur Ekologis
Arsitektur Ekologis
Arsitektur Ekologis
Kualitas arsitektur biasanya sulit diukur, garis batas antara arsitektur yang bermutu dan yang
tidak bermutu. Kualitas arsitektur biasanya hanya memperhatikan bentuk bangunan dan
konstruksinya, tetapi mengabaikan yang dirasakan sipengguna dan kualitas hidupnya. Apakah
pengguna suatu bangunan merasa tertarik.
Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin
dan hujan.
Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat
pembangunan harus seminal mungkin.
Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian
Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan
Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap
panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya.
Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak
energi.
Sustainable ( Berkelanjutan ).
Yang berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman,
konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan –
perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar.
Earthfriendly ( Ramah lingkungan ).
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green architecture
apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah
terhadap lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi
juga menyangkut masalah pemakaian energi.Oleh karena itu bangunan berkonsep green
architecture mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energi dan aspek –
aspek pendukung lainnya.
High performance building.
Bangunan berkonsep green architecture mempunyai satu sifat yang tidak kalah
pentingnya dengan sifat – sifat lainnya. Sifat ini adalah “High performance building”.
Mengapa pada bangunan green architecture harus mempunyai sifat ini?. Salah satu
fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan memenfaatkan energi
yang berasal dari alam ( Enrgy of nature ) dan dengan dipadukan dengan teknologi tinggi
( High technology performance.
Kenyamanan dan kretivitas dapat juga dipengaruhi oleh warna. Oleh sebab itu warna adalah
salah satu cara untuk memengaruhi ciri khas suatu ruang atau gedung. Warna juga memiliki arti
antara lain :
Warna kuning artinya penolak rasa mengantuk
Warna biru artinya penolak rasa sakit/ penyakit
Warna Hitam artinya penolak rasa lapar
Warna Hijau artinya penolak rasa angkara murka (marah)
Warna putih artinya penolak rasa birahi.
Warna orange artinya penolak rasa takut
Warna merah artinya penolak rasa tenteram
Warna ungu artinya penolak rasa jahat.
Pada praktek sehari-hari warna juga dapat dimanfaatkan untuk mengubah atau memperbaiki
proporsi ruang secara visual demi peningaktan kenyamanan.
Langit-langit rumah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan memberi warna hangat
dan agak gelap.
Langit-langit yang agak rendah diberi warna putih atau cerah dan diikuti 20 cm dari
dinding bagian paling atas diberi warna putih yang memberi kesan langit-langit seakan-
akan melayang dengan suasana yang sejuk.
Warna aktif seperti merah, orange pada bidang yang luas memberi kesan memperkecil
ruang.
Ruang yang agak sempit panjang dapat berkesan pendek dengan memberi warna hangat
pada dinding bagian muka, sedang untuk berkesan luas diberi warna dingin seperti warna
putih.
Dinding tidak seharusnya dari lantai diberi warna yang sama, jika dinding bergaris
horizontal ruang berkesan terlindung, sedang vertikal berkesan lebih tinggi.
Dengan adanya bencana yang terjadi, kini ramai dengan istilah “Green Architecture”. Green
Architecture merupakan sebuah konsep merancang dengan memadukan antara bangunan dengan
kondisi lingkungan yang sudah ada, sehingga keberadaan bangunan tersebut tidak merugikan
lingkungannya. Konsep ini semakin banyak dikembangkan seiring dengan isu internasional yaitu
global warming.
Green Architecture pendekatan pada bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh
membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Arsitektur hijau meliputi lebih dari
sebuah bangunan.
Green architecture (arsitekture hijau) mulai tumbuh sejalan dengan kesadaran dari para arsitek
akan keterbatasan alam dalam menyuplai material yang mulai menipis.Alasan lain digunakannya
arsitektur hijau adalah untuk memaksimalkan potensi site.
Penggunaan material-material yang bisa didaur-ulang juga mendukung konsep arsitektur hijau,
sehingga penggunaan material dapat dihemat.
Hadirnya hubungan antara ekologi dan arsitektur membuat para arsitek kembali berpikir untuk
mendasain bangunan mereka supaya tidak merusak lingkungan. Terlebih lagi dengan adanya isu
global warming membuat para arsitek harus peka terhadap kondisi lingkungan yang ada saat ini.
Karena seperti yang disebut diatas, bangunan juga merupakan salah satu sumber polusi yang ada
dibumi ini dengan segala kebutuhan sumber daya yang digunakannya. Pendekatan ekologis
dilakukan untuk menghemat dan mengurangi dampak – dampak negatif yang ditimbulkan dari
terciptanya sebuah massa bangunan.
PRINSIP-PRINSIP ILMU EKOLOGI
DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR
HI, THERE IT IS!
Kali ini kita mau bahas tentang PRINSIP-PRINSIP ILMU EKOLOGI DALAM
PERANCANGAN ARSITEKTUR. So, bisa disimak baik-baik, dan sebagai calon-calon Arsitek
muda nan berbakat kita perlu tau nih hubungan ekologi sama perancangan arsitektur kita, agar
kedepannya kita enggak salah dalam merancang dan enggak merugikan alam yang berujung
bencana dan merugikan seluruh Bumi dan penghuninya.
ARSITEKTUR EKOLOGI
Arsitektur ekologi merupakan perancangan arsitektur yang ekologis atau biasa disebut dengan
arsitektur yang berwawasan lingkungan. Proses pendesainan dilakukan dengan pendekatan
dengan alam, alam sebagai dasar dalam desain si arsitek. Proses pendekatan ini menggabungkan
teknologi dengan alam. menggunakan alam sebagai basis design, strategi konservasi, perbaikan
lingkungan, dan bisa diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk menghasilkan suatu
bentuk bangunan, lansekap, permukiman dan kota yang revolusioner dengan menerapkan
teknologi dalam perancangannya. Perwujudan dari desain ekologi arsitektur adalah bangunan
yang berwawasan lingkungan yang sering disebut dengan green building.
1. FLUTUATION
Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat
membedakan budaya dan hubungan proses alami. Dalam hal ini bangunan harus dapat
mencerminkan proses alami yang terjadi di lokasi dan tidak menganggap suatu penyajian berasal
dari proses melainkan proses benar-benar dianggap sebagai proses. Fluktuasi juga bertujuan agar
manusia dapat merasakan hubungan atau koneksi dengan kenyataan yang terjadi pada lokasi
tersebut.
2. STRATIFICTION
Stratifikasi bermaksud untuk memunculkan interaksi dari perbedaan bagian-bagian dan tingkat-
tingkat, bermaksud untuk melihat interaksi antara bangunan dan lingkungan sekitar. Semacam
organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu.
Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik.
Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian
bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan
sepanjang umur bangunan.
1. HOLISTIK
Dasar eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yang
lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian. Eko-Arsitektur mengandung bagian-bagian;
arsitektur biologis (arsitektur kemnusiaan yang memperhatikan kesehatan), arsitektur alternatif,
arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energi surya), arsitektur bionic (teknik sipil dan
konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia), serta biologi pembangunan. Maka istilah
eko-arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang.
Penggunaan material-material yang ramah lingkungan akan sangat bermanfaat bagi alam dan
manusia. Membuat keseimbangan yang sangat baik. Seorang arsitek tidak bisa
mengesampingkan bahan atau material yang akan digunakan karena sangat berpengaruh terhadap
alam, mulai dari dampak yang akan terjadi jika menggunakan bahan yang akan merusak alam di
masa depan.
3. HEMAT ENERGI
Pengaruh iklim pada bangunan. Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang
cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan ditepatkan
diantara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke
barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi
panjang yang menguntungkan penerapan ventilasi silang.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur
http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan
http://hartoyo-sw-nd.blogspot.com/2010/11/pengaruh-arsitektur-terhadap-lingkungan.html
Diposting 29th November 2013 oleh Cipta Destiara Ekaputri Ruswanda
EKOLOGI ARSITEKTUR
Eko berarti lingkungan , sedangkan Arsitektur adalah, suatu bentuk atau masa.
Arsitektur ekologi adalah arsitek yang membuat desain berdasarkan lingkungan sekitar karena memiliki
wawasan lingkungan dan menerapkan potensi alam dengan semaksimal mungkin .
Pada dasarnya arsitektur ekologi didasarkan akan sadar lingkungan dimana dari kesadaran akan
lingkungan akan menciptakan bangunan yang nyaman oleh pemilik. Keselarasan antara bangunan
dengan alam sekitarnya, mulai dari Atmosfer, biosfer, Lithosfer serta komunitas menghasilkan
kenyaman, kemanan, keindahan serta ketertarikan.
1. Flutuation = Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai
tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan
hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan suatu proses
dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan berhasil
dalam menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut.
2. Stratification = Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharusnya muncul
keluar dari interaksi perbedaan bagian-bagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang
membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu.
3. Interdependence (saling ketergantungan) = Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan
dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti
halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara
bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan.
Eko arsitektur menonjolkan arsitektur yang berkualitas tinggi meskipun kualitas di bidang arsitektur sulit
diukur dan ditentukan, takada garis batas yang jelas antara arsitektur yang bermutu tinggi dan arsitektur
yang biasa saja. Fenomena yang ada adalah kualitas arsitektur yang hanya memperhatikan bentuk dan
konstruksi gedung dan cenderung kurang memperhatikan kualitas hidup dan keinginan pemakainya,
padahal mereka adalah tokoh utama yang jelas.
Dalam pandangan eko-arsitektur gedung dianggap sebagai makhluk atau organik, berarti bahwa bidang
batasan antara bagian luar dan dalam gedung tersebut, yaitu dinding, lantai, dan atap dapat dimengerti
sebagai kulit ketiga manusia (kulit manusia sendiri dan pakaian sebagai kulit pertama dan ke dua). Dan
harus melakukan fungsi pokok yaitu bernapas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat, dan
mengatur (udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan, kecelakaan, dan sebagainya). Oleh karena itu
sangat penting untuk mengatur sistem hubungan yang dinamis antara bagian dalam dan luar gedung.
Dan eko-arsitektur senantiasa menuntut agar arsitek (perencana) dan penguna gedung berada dalam
satu landasan yang jelas.
Pusat kongres yang mengesankan, adalah sebuah karya dari aplikasi energi surya dalam dirinya sendiri.
Prinsip surya pasif, aktif surya untuk pemanasan dan aktif surya untuk listrik digabungkan dalam sebuah
bangunan yang mengesankan dan elegan
Bangunan yang selesai dibangun pada 2009 ini juga memperoleh peringkat Platinum dalam Indeks
Bangunan Hijau Malaysia (GBI) dan program Green Mark di Singapura. Bangunan ini dinamakan berlian
karena bentuknya yang unik mirip batu permata. Di bagian atas gedung ada panel surya photovoltaic
(PV), yang menghasilkan sekitar 10 persen dari kebutuhan energi bangunan.
Sementara sistem penampung air hujan mampu menghemat sekitar 70 hingga 80 persen dari
penggunaan air di bangunan. Bentuk bangunan yang piramida terbalik memungkinkan atapnya diisi
banyak panel surya dan lebih banyak ruang di tanah untuk tanaman hijau.
Inti bangunan adalah pusat atrium besar yang dirancang untuk menerima dan mengatur sinar matahari
menggunakan sistem roller-blind otomatis yang responsif terhadap intensitas serta sudut kejadian sinar
matahari.
Arsitektur, perencana yang mewujudkan konsep sebelumnya yang telah diolah maksimal
sehinggga layak dituangkan ke dalam disain
Teknik Geologi, mengetahui kondisi struktur tanah secara teknik sipil,
Teknik Mineral, mengetahui sumber air dan cara pengelolaannya
Teknik sipil, mengetahui kelayakan penggunaan struktur fisik bangunan, serta perhitungannya
Ahli Pertanian/Landscape/kehutanan, mengetahui jenis serta manfaat vegetasi ( penghijauan )
Ekonomi, mengontrol sistem administrasi serta keuangan secara keseluruhan
SUMBER : https://arighudul.wordpress.com/2014/02/01/arsitektur-dan-lingkungan-ekologi-arsitektur-
dan-bangunan-hemat-energi/
https://arighudul.wordpress.com/2013/10/12/arsitektur-berwawasan-lingkungan-arsitektur-ekologi/
DMB Studio > Architecture Articles >
Arsitektur sebagai sebuah ilmu tidak hanya berdiri sendiri tetapi memerlukan disiplin
ilmu lain untuk menunjang ilmu arsitektur. Dengan memiliki hubungan dengan ilmu – ilmu lain,
arsitektur semakin menarik untuk diekplorasi karena memiliki variasi –. variasi dalam penerapan
konsep – konsepnya. Salah satu cabang ilmu yang berkaitan dengan arsitektur adalah ekologi.
Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” kata ekologi memiliki arti ilmu mengenai
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Berdasarkan pengertian ini,
bisa kita lihat hubungan antara ekologi dan arsitektur, yaitu hubungan antara massa bangunan
dengan makhluk hidup yang ada disekitar lingkungannya, tak hanya manusia tetapi juga flora
dan faunanya. Arsitektur sebagai sebuah benda yang dibuat oleh manusia harus mampu
menunjang kehidupan kehidupan dalam lingkugannya sehingga memberikan timbal balik yang
menguntungkan untuk kedua pihak.
Seorang arsitek bernama Jimmy Priatman yang baru saja mendapatkan gelar LEED
GA (Leadership in Energy & Environmental Design Green Associate) dari komunitas green
building internasional di Amerika mengatakan bahwa bangunan terbukti merupakan salah satu
[1]
penyebab kerusakan lingkungan yang signifikan di samping transportasi dan industri. Hal ini
terjadi karena bangunan membutuhkan berbagai saran penunjang untuk memberikan
kehidupan bagi penghuni di dalamnya, namun efek samping yang diberikan pada lingkungan
disekitar sangat tidak baik, contohnya adalah emisi gas rumah kaca, pemakaian air bersih
secara berlebihan, penurunan kualitas tanah, dan sebagainya.
Hadirnya hubungan antara ekologi dan arsitektur membuat para arsitek kembali
berpikir untuk mendasain bangunan mereka supaya tidak merusak lingkungan. Terlebih lagi
dengan adanya isu global warming membuat para arsitek harus peka terhadap kondisi
lingkungan yang ada saat ini. Karena seperti yang disebut diatas, bangunan juga merupakan
salah satu sumber polusi yang ada dibumi ini dengan segala kebutuhan sumber daya yang
digunakannya. Pendekatan ekologis dilakukan untuk menghemat dan mengurangi dampak -
dampak negatif yang ditimbulkan dari terciptanya sebuah massa bangunan.
Bila kita perhatikan dalam konteks bangunan yang ada di wilayah Jakarta, rata – rata
bangunan yang dibangun kurang memiliki pendekatan ekologis. Pasalnya, bangunan yang
dibangun umumnya penuh dengan bentuk masif dan hanya mengejar estetika belaka. Banyak
bangunan yang tidak bisa ditembus cahaya alami (matahari) karena kurangnya bukaan, terlalu
banyak menggunakan air tanah sehingga menyebabkan masuknya air laut ke tanah, dan
sebagainya. Sekilas tidak terdapat hubungan timbal balik dengan lingkungan. Namun, bila ditilik
lebih lanjut maka bisa kita lihat bahwa kurangnya bukaan untuk masuknya cahaya matahari
menyebabkan pengunaan yang lampu yang berlebihan pada siang hari sehingga membebani
pembangkit listrik yang pada merusak lingkungan dengan melepaskan karbon dioksida yang
berlebih. Disinilah ekologi memainkan perannya dalam arsitektur.
Ilmu ekologi berusaha tidak mengubah atau merusak apa yang sudah ada dialam,
tetapi memanfaatkannya semaksimal mungkin. Contoh terapan ekologi dalam arsitektur adalah
munculnya tren green design. Konsep ini muncul setelah terjadi kampanye besar – besaan
terhadap isu global warming dimana bumi menjadi semakin panas akibat emisi gas karbon
dioksida yang sangat berlebih. Memang tidak mungkin untuk tidak menghasilkan gas karbon
dioksida (kita bernapas menghasilkan gas karbon dioksida pada saat ekspirasi), namun dalam
konsep green design bangunan dibuat sebijaksana mungkin dalam menggunakan sumber –
sumber daya yang ada pada lingkungannya.
Pada konsep ini, pengunaan material – material yang ramah lingkungan juga
menjadi penting. Pengunaan bahan – bahan yang bisa di daur ulang untuk elemen – elemen
bangunan tertentu mengurangi jumlah sampah material yang tercipta. Dan juga memanfaatkan
tumbuhan – tumbuhan untuk membuat lingkungan yang lebih asri, nyaman, dan ramah
lingkungan. Sehingga secara otomatis suhu lingkungan menjadi turun dengan adanya
tumbuhan – tumbuhan dan menciptakan udara segar.
Tak hanya pada konsep green building, arsitektur juga harus memperhatikan kondisi
lahan yang akan dibangun. Dengan adanya pendekatan ekologi, maka lingkungan yang akan
dibangun tetap tidak rusak. Arsitektur lansekap erat hubungannya dengan ilmu ekologi. Dengan
adanya pendekatan ekologi, untuk mendirikan bangunan tidak perlu mengubah tipografi lahan
yang ada. Sebagai contoh bila bangunan akan didirikan pada lahan yang memiliki kemiringam,
maka dengan pendekatan ekologis bisa dicarikan solusinya seperti memperkuat pondasi, atau
menggabungkan unsur alam pada lingkungan dengan bangunan yang ada sehingga semakin
estetis bangunan yang tercipta.