Bab 0 - Tabel Jurnal2 Yustika
Bab 0 - Tabel Jurnal2 Yustika
Bab 0 - Tabel Jurnal2 Yustika
Judul Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMP Kelas IX pada Materi Kesebangunan Kelas IX-D SMPN 17 Malang
Penulis Dwi Hidayanti1, A. R. As’ari2, Tjang Daniel C3 Inayatul Fitriyah1, Cholis Sa’dijah2,
1
Universitas Negeri Malang Sisworo3
2 1
Universitas Negeri Malang Universitas Negeri Malang
3 2
Universitas Negeri Malang Universitas Negeri Malang
3
Universitas Negeri Malang
Konferensi Nasional Penelitian Matematika Konferensi Nasional Penelitian
dan Pembelajarannya (KNPMP I) Matematika dan Pembelajarannya
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 12 (KNPMP I)
Maret 2016 Universitas Muhammadiyah Surakarta, 12
Halaman: 276-285 Maret 2016
ISSN: 2502-6526 Halaman: 276-285
ISSN: 2502-6526
Tujuan Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis Mendeskripsikan kemampuan berpikir
Penelitian siswa kelas IX SMP pada materi kritis siswa kelas IX-D SMPN 17 Malang.
kesebangunan berdasarkan indikator
kemampuan berpikir kritis interpretasi,
analisis, evaluasi, dan inferensi.
Indikator Indikator kemampuan berpikir kritis Indikator kemampuan berpikir kritis
yang menurut Facione (2015), yaitu: menurut Facione (2015), yaitu:
digunakan 1. Interpretasi 1. Interpretasi
pada 2. Analisis 2. Analisis
penelitian 3. Evaluasi 3. Evaluasi
4. Inferensi 4. Inferensi
5. Eksplanasi
6. Self-regulation
Metode Jenis penelitian deskriptif dengan Jenis penelitian deskriptif dengan
Penelitian pendekatan kualitatif. pendekatan kualitatif.
Subjek penelitian adalah 30 siswa kelas IX Subjek penelitian adalah 26 siswa kelas
SMPN 2 Malang. IX-D SMPN 17 Malang.
Instrumen penelitian:
1. Tes kemampuan berpikir kritis
2. Rubrik penilaian tes
3. Wawancara tidak terstruktur
Hasil Pada penelitian ini, siswa diberikan 2 Pada penelitian ini, siswa diberikan 3 soal
Penelitian masalah mengenai kesebangunan kepada 30 untuk diselesaikan.
dan siswa kelas IX dengan waktu pengerjaan 30
Pembahasan menit. Pada soal nomor 1, tidak ada satupun
siswa yang dapat menyelesaikan soal
Untuk masalah nomor 1. Kemampuan dengan baik. Dari 26 siswa hanya 9 siswa
interpretasi (indikator 1) siswa masih rendah yang memiliki kemampuan intrepretasi
karena hanya 46,7% siswa yang dapat (indikator 1) baik.
menginterpretasi dengan baik.
Kemampuan analisis (indikator 2) masih Pada soal nomor 2, tidak ada satupun
rendah karena hanya 23% siswa yang dapat siswa yang dapat menyelesaikan soal
menganalisis dengan baik. dengan baik. Dari 26 siswa, 17 siswa
Kemampuan evaluasi (indikator 3) dan dapat mengintrepretasikan soal, tetapi
inferensi (indikator 4) siswa masih rendah kemampuan intrepretasi mereka kurang
karena 100% siswa tidak dapat melakukan bagus.
evaluasi dan inferensi.
Pada soal nomor 3, dari 26 siswa hanya 7
Untuk masalah nomor 2. siswa menjawab dengan benar. Terdapat
Kemampuan interpretasi (indikator 1) siswa 19 siswa yang menjawab salah namun
masih rendah karena hanya 56% siswa yang sudah dapat mengintrepretasikan soal
dapat menginterpretasi dengan baik. dengan baik.
Kemampuan analisis (indikator 2) masih Hasil wawancara, siswa mengungkapkan
rendah karena hanya 30% siswa yang dapat kesulitan dalam menyelesaikan soal
menganalisis dengan baik. karena lupa terhadap materi dan kurang
Kemampuan evaluasi (indikator 3) karena memperhatikan hal-hal penting di dalam
hanya 30% siswa yang dapat melakukan soal. Adanya permasalahan lupa terhadap
evaluais dengan baik. materi disebabkan karena siswa hanya
Kemampuan inferensi (indikator 4) juga mengandalkan hapalan rumus.
masih rendah karena hanya 30% siswa yang Selanjutnya, kurangnya menyadari
dapat melakukan inferensi dengan baik. informasi penting dalam soal disebabkan
karena siswa mengandalkan hapalan dan
Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa kurangnya latihan soal.
disebabkan karena siswa tidak mengingat
materi dengan baik, pengetahuan dasar
siswa masih rendah, kurangnya latihan, dan
siswa tidak terbiasa melihat kembali hasil
yang telah mereka dapatkan.
Simpulan Kemampuan berpikir kritis siswa tergolong Kemampuan berpikir kritis siswa
rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa yang tergolong rendah. Hal tersebut
memenuhi masing-masing indikator disebabkan karena siswa kurang dapat
kemampuan berpikir kritis masih di bawah memahami masalah dengan baik.
50%. Kondisi ini dikarenakan konsep
kesebangunan siswa belum optimal, siswa
teburu-buru mengambil keputusan tanpa
melakukan analisis terlebih dahulu,
pengetahuan siswa tentang geometri masih
rendah, siswa tidak dapat menerapkan
konsep kesebangunan yang telah
diplejarinya, dan siswa belum terbiasa
dengan soal-soal matematika yang
menuntut untuk melakukan analisis dan
evaluasi.
Saran bagi 1. Diharapkan pada peneliti lain dapat 1. Kepada peneliti selanjutnya,
peneliti merancang dan mengembangkan disarankan untuk menggunakan
selanjutnya pembeljaran yang memfasilitasi indikator kemampuan berpikir
siswa untuk berlatih berpikir kritis. kritis menurut pakar lain
2. Bagi para peneliti lain yang ingin 2. Hendaknya melakukan penelitian
melakukan penelitian seperti kemampuan berpikir kritis pada
penelitian ini untuk memvalidasi tes materi lain dalam mata pelajaran
yang diberikan kepada siswa, matematika atau untuk mata
sehingga isi permasalahan akan pelajaran lainnya
lebih baik dan behasa yang 3. Peneliti lain hendaknya
digunakan pada tes lebih efektif dan mengembangkan/ merancang
mudah dipahami. Selain itu pembelajaran yang dapat
disarankan untuk melakukan meningkatkan kemampuan
wawancara di luar kelas agar siswa berpikir kritis siswa.
yang diwawancarai tidak
terpengaruh dengan teman yang
lain
Subjek penelitian adalah 28 siswa kelas VIII- Sampel penelitian dipilih secara
D SMP Negeri 1 Gambut yang telah purposive sampling.
menempuh materi persamaan kuadrat. Kelas yang dipilih adalah kelas VIIIA yang
terdiri dari 24 siswa yang kemudian
Prosedur penelitian: setelah diberikan tes kemampuan
1. Melakukan kegiatan pendahuluan pemecahan masalah menurut schoenfeld
2. Menyusun tes soal berpikir kritis dipilih 3 tipe siswa, diantaranya 1 siswa
3. Mengumpulkan data berkemampuan tinggi, 1 siswa
4. Mengolah data berkemampuan sedang, dan 1 siswa
5. Menganalisis data berkemampuan rendah.
6. Menarik kesimpulan
Prosedur penelitian:
Instrumen penelitian: Oleh karena permasalahan dalam
1. Tes kemampuan berpikir kritis penelitian ini belum jelas, maka alur
2. Rubrik penilaian tes (indikator penelitian ini akan dimulai dari peneliti
menurut Facione) memasuki sekolah kemudian melakukan
observasi, dan wawancara untuk
mendapatkan informasi terkait data-data
apa saja yang dibutuhkan dan diperlukan
dalam penelitian.
Instrumen penelitian:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Lembar tes tertulis
Hasil Pada penelitian ini, siswa diberikan tes Berdasarkan indikator berpikir kritis
Penelitian kemampuan berpikir kritis berupa suatu soal dalam tahapan pemecahan masalah
dan cerita tentang persamaan kuadrat. Schoenfeld, menunjukkan bahwa adanya
Pembahasan perbedaan ketercapaian skor yang
Berdasarkan jawaban siswa terhadap diperoleh dari subjek dengan kategori
permasalahan, siswa yang mampu mencapai siswa berkemampuan tinggi, subjek
nilai KKM hanya 14% (4 siswa dari 28 siswa). dengan kategori siswa berkemampuan
Berikut uraian persentase berdasarkan sedang, dan subjek dengan kategori siswa
indikator yang digunakan: berkemampuan rendah.
1. Indikator 1 : Memberikan penjelasan Berdasarkan indikator Schoenfeld,
dasar. diperoleh bahwa:
Sebanyak 46% siswa dapat a. Siswa berkemampuan tinggi
memberikan penjelasan dasar. memenuhi semua indikator.
2. Indikator 2 : Membangun b. Siswa berkemampuan sedang
keterampilan dasar memenuhi 7 dari 12 sub
Sebanyak 39% siswa dapat indikator.
membangun keterampilan dasar. c. Siswa berkemampuan rendah
3. Indikator 3 : Menyimpulkan memenuhi 5 dari 12 sub
Sebanyak 14% siswa dapat indikator.
menyimpulan dengan baik.
4. Indikator 4 : Memberikan penjelasan
lanjut
Sebanyak 7% siswa dapat
memberikan penjelasan lanjut.
Simpulan Kemampuan berpikir kritis siswa tergolong Kemampuan berpikir kritis siswa dalam
rendah. Kondisi ini disebabkan konsep menyelesaikan maslah matematika
persamaan kuadrat siswa belum optimal dan dengan teori Schoenfeld untuk siswa
siswa terburu-buru mengambil kesimpulan. berkemampaun tinggi, sedang, dan
rendah adalah sebagai berikut:
a. Siswa berkemampuan tinggi
dalam proses pemecahan
masalah matematika dengan
teori Schoenfeld pada materi
bangun datar prisma terlihat
sangat baik dan memiliki
kemampuan berpikir kritis yang
baik pula.
b. Siswa berkemampuan sedang
dalam proses pemecahan
masalah matematika dengan
teori Schoenfeld pada materi
bangun datar prisma terlihat
cukup baik dan memiliki
kemampuan berpikir kritis yang
cukup baik pula.
c. Siswa berkemampuan rendah
dalam proses pemecahan
masalah matematika dengan
teori Schoenfeld pada materi
bangun datar prisma terlihat
kurang baik dan memiliki
kemampuan berpikir kritis yang
kurang baik pula.
Saran bagi 1. Diharapkan pada penleti lain dapat
peneliti merancang dan mengembangkan
selanjutnya pembelajaran yang memfasilitasi
siswa untuk beratih berpikir kritis.
2. Bagi para peneliti lain yang ingin
melakuakn penelitian seperti
penelitian ini untuk memvalidasi tes
yang diberikan kepada siswa,
sehingga isi permasalahan akan
lebih baik dan behasa yang
digunakan pada tes lebih efektif dan
mudah dipahami. Selain itu
disarankan untuk melakukan
wawancara di luar kelas agar siswa
yang diwawanccarai tidak
terpengaruh dengan teman yang
lain
Jurnal 5 (pada mata pelajaran IPA) Jurnal 6 (pada mata pelajaran biologi)
Judul Analisis Kemampuan Berpiki Kritis SIswa Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMP Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten
Magetan
Penulis Lilis Nuryanti, Siti Zubaidah, Markus Susilowati1, Sajidan2, Murni Ramli3
1
Diantoro Universitas Sebelas Maret
1 2
Pendidikan Dasar - Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
3
Universitas Negeri Malang Universitas Sebelas Maret
2
Pendidikan Biologi - Universitas Negeri
Malang
3
Pendidika Fisika - Universitas Negeri Malang
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Prosiding Seinamar Nasional Pendidikan
Pengembangan Sains (SNPS) 2017
Volume: 3 Nomor: 2 Bulan Februari Tahun
2018
Halaman: 155-158
EISSN: 2502-471X
Subjek penelitian adalah 29 siswa kelas VIII Sampel penelitian ini adalah Madrasah
A SMPN 1 Delangu Kabupaten Klaten tahun Aliyah Negeri di Kabupaten Mangetan
pelajaran 2016/2017. yang dipilih secara purposive sampling
pada tiga Madrasah Aliyah Negeri yang
Instrumen penelitian: terakreditasi A.
1. Tes kemampuan berpikir kritis Partisipan dipilih secara random sampling
sebanyak 15 soal uraian satu kelas pada masing-masing tingkat
2. Rubrik penilaian tes (indikator pada tiga Madrasah yang telah
menurut Ennis) ditetapkan.
Prosedur penelitian:
1. Melakukan kegiatan pendahuluan
2. Menyusun tes soal berpikir kritis
3. Mengumpulkan data
4. Mengolah data
5. Menganalisis data
6. Menarik kesimpulan
Instrumen penelitian:
1. Tes kemampuan berpikir kritis
2. Rubrik penelian tes
Hasil Kemampuan berpikir kritis siswa tergolong Hasil rata-rata persentase keterampilan
Penelitian rendah. Hal ini dibuktikan dengan berpikir kritis siswa sebesar 52.28%
dan persentase rata-rata ketegori jawaban benar tergolong kurang.
Pembahasan (B) yang hanya 40,46%. Rendahnya Berikut uraian persentase berdasarkan
kemampuan berpikir kritis dapat dapat indikator yang digunakan:
menimbulkan dampak yang kurang baik bagi d. Interpretasi 48.80%, kurang
pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, e. Analisis 45.98% , sangat kurang
kemampuan berpikir kritis perlu dilatihkan. f. Evaluasi 53.39% , sangat kurang
Salah satu cara untuk melatihkan g. Inferensi/kesimpulan 55.09% ,
kemampuan berpikir kritis adalah melalui kurang
proses pembelajaran. Model pembelajaran h. Eksplanasi/penjelasan 46.48%
yang dapat diterapkan diantaranya model sangat kurang
pembelajaran inkuiri terbimbing dan i. Pengaturan diri 63.94% , cukup
pembelajaran berbasis masalah.
Simpulan Kemampuan berpikir kritis siswa SMP kelas Keterampilan berpikir kritis siswa
VIII masih rendah. Hal tersebut dibuktikan Madrasah Aliyah di Kabupaten Magetan
dari rendahnya capaian rata-rta kategori tergolong kurang. Hal tersebut
jawaban Benar (B) siswa. Hal ini disebabkan ditunjukkan oleh hasil tes ketrampilan
karena siswa belum terbiasa disajikan berpikir kritis siswa.
pembelajaran aktif yang memaksimalkan
potensi berpikir siswa.
Saran bagi Kepada peneliti selanjutnya disarankan
peneliti untuk menggunakan indikator
selanjutnya keterampilan berpiir kritis berdasarkan
pakar lainnya dan hendaknya melakukan
penelitian keterampilan berpikir kritis
pada materi berbeda dan mata pelajaran
yang berbeda.
Tujuan Untuk mengetahui keterampilan berpikir kemampuan berpikir kritis dengan respon
Penelitian kritis siswa pada materi gaya dan siswa terhadap model Jucama.
penerapannya.
Indikator Keterampilan berpiir kritis di ukur terdiri dari Indikator kemampuan berpikir kritis
yang 5 aspek, yaitu: menurut Facione (2015), yaitu:
digunakan 1. Memberikan penjelasan dasar, yang 1. Menginterpretasi
pada terdiridari indikator: memfokuskan 2. Menganalisis
penelitian pertanyaan, bertanya dan 3. Mengevaluasi
menjawab pertanyaan yang 5. Menginferensi
membutuhkan penjelasan.
2. Membangun keterampilan dasar,
yang terdiri dari indikator:
mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi.
3. Membuat kesimpulan, yang terdiri
dari indikator: melakukan deduksi
dan menilai hasil deduksi,
melakukan induksi.
4. Membuat penjelasan lebih lanjut,
yang terdiri dari indikator:
mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan definifi
menggunakan kriteria yang tepat,
mengidentifikasi asumsi.
5. Membuat perkiraan dan integrasi,
yang indikatornya beintegrasi
dengan yang lain.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian Metode penelitian ini adalah metode
Penelitian deskriptif kuantitatif. deskriptif.
Instrumen penelitian:
1. Soal tes berbentuk uraian yang
terdiri dari 3 soal
2. Angket tertutup
Hasil Hasil tes keterampilan bepikir kritis siswa Penelitian tentang pembelajaran
Penelitian pada materi gaya dan penerapannya matematika dengan model Jucama ini
dan menunjukkan bahwa: dilaksanakan sebanyak 7 pertemuan yang
Pembahasan Pada aspek memberkan penjelasan terdiri dari 6 pertemuan untuk pelaksanaan
sederhana, persentase jawaban siswa yaitu pembelajaran dan 1 pertemuan untuk tes
41,19% yang dikategorikan kurang baik. kemampuan berpikir kritis siswa pada
Pada aspek membangun keterampilan pertemuan ketujuh.
dasar, persentase jawaban siswa yaitu Kemampuan berpikir kritis siswa per
56,43% yang dikategorikan kurang baik. indikator tersebar dalam 3 kategori yaitu
Pada aspek membuat kesipulan, persentase sangat tinggi, tinggi, dan sedang dengan
jawaban siswa yaitu 44,76% yang kemampuan berpikir kritis siswa dalam
dikategorikan kurang baik. menginterpretasi dalam kategori tingggi,
Pada aspek membuat penjelasan lebih mengevaluasi dan menginferensi termasuk
lanjut, persentase jawaban siswa yaitu dalam kategori tinggi, serta menganalisis
49,52% yang dikategorikan kurang baik. termasuk dalm kategori sedang. Tingginya
Pada aspek membuat perkiraan dan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas
integrasi, persentase jawaban siswa yaitu dikarenakan dengan penerapan model
33,57% yang dikategorikan kurang baik. jucama, siswa dituntu untuk berpikir kritis
dalam memecahkan masalah.
Persentase rata-rata keterampilan berpikir Berdasarkan data, diperoleh 75,92% siswa
kritis siswa dari kelima aspek yaitu 45,09% kelas VII A SMP Negeri 13 Banjarmasin
yang dikategorikan masih sangat rendah. memberikan respon setuju pada penerapan
model jucama.
Simpulan Keterampilan berpikir kritis siswa dari kelima 1. Kemampuan berpikir kritis siswa
aspek menunjukkan keterampilan berpikir kelas VII A SMP Negeri 13
kritis siwa masih sangat rendah. Banjarmasin dalam pembelajran
matematika dengan mengunakan
model jucama pada tes evaluasi
akhir per indikator tersebar dalam
tiga kategori yaitu sangat tinggi,
tinggi, dan sedang.
2. Kemampuan berpikir kritis siswa
kelas VII A SMP Negeri 13
Banjarmasin dalam pembelajran
matematika dengan mengunakan
model jucama pada tes evaluasi
akhir secara keseluruhan berada
pada kategori tinggi.
3. Siswa kelas VII A SMP Negeri 13
Banjarmasin memberikan respon
setuju terhadap penerapan model
jucama dalam pembelajaran
mateamatika.
4. Terdapat hubungan yang sangat
kuat antara kemampuan berpikir
kritis siwa dengan respon siswa
kelas VII A SMP Negeri 13
Banjarmasin terhadap model
jucama.
Saran bagi 1. Diharapkan adanya penelitian
peneliti lanjutan yang menggunakan model
selanjutnya jucama untuk membentuk
kemampuan berpikir kritis maupun
kemampuan lainnya.
2. Dala menerapkan model jucama
untuk membentuk kemampuan
berpikir kritis diharapkan untuk
indikator analisis lebih ditingkatkan
lagi pengorganisasian siswa
sehingga siswa benar-benar dapat
membuat model matematika dari
soal yang diberikan dengan tepat
dan meberi penjelasan dengan
tepat.
Subjek penelitian 3 orang siswa laki-laki dan Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII
3 orang siswa perempuan kelas XI SMA Islam SMP Negeri 2 Ambarawa.
Sultan Agung Semarang.
Instrumen penelitian:
Instrumen penelitian: 1. Tes kemampuan berpikir kritis
1. Tes kemampuan berpikir kritis 2. Tes Group Embedded Figure Test
2. Wawancara (GEFT) untuk menetukan gaya
kognitif siswa
Prosedur pengumpulan data: 3. Wawancara
1. Siswa diberikan tugas untuk
menyelesaikan masalah matematika
2. Peneliti memeriksa pekerjaan siswa
3. Peneliti melaukan wawancara
terkait jawaban yang diberikan
siswa