Bab 0 - Tabel Jurnal2 Yustika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Jurnal 1 (Prosiding) Jurnal 2 (Prosiding)

Judul Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMP Kelas IX pada Materi Kesebangunan Kelas IX-D SMPN 17 Malang
Penulis Dwi Hidayanti1, A. R. As’ari2, Tjang Daniel C3 Inayatul Fitriyah1, Cholis Sa’dijah2,
1
Universitas Negeri Malang Sisworo3
2 1
Universitas Negeri Malang Universitas Negeri Malang
3 2
Universitas Negeri Malang Universitas Negeri Malang
3
Universitas Negeri Malang
Konferensi Nasional Penelitian Matematika Konferensi Nasional Penelitian
dan Pembelajarannya (KNPMP I) Matematika dan Pembelajarannya
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 12 (KNPMP I)
Maret 2016 Universitas Muhammadiyah Surakarta, 12
Halaman: 276-285 Maret 2016
ISSN: 2502-6526 Halaman: 276-285
ISSN: 2502-6526
Tujuan Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis Mendeskripsikan kemampuan berpikir
Penelitian siswa kelas IX SMP pada materi kritis siswa kelas IX-D SMPN 17 Malang.
kesebangunan berdasarkan indikator
kemampuan berpikir kritis interpretasi,
analisis, evaluasi, dan inferensi.
Indikator Indikator kemampuan berpikir kritis Indikator kemampuan berpikir kritis
yang menurut Facione (2015), yaitu: menurut Facione (2015), yaitu:
digunakan 1. Interpretasi 1. Interpretasi
pada 2. Analisis 2. Analisis
penelitian 3. Evaluasi 3. Evaluasi
4. Inferensi 4. Inferensi
5. Eksplanasi
6. Self-regulation
Metode Jenis penelitian deskriptif dengan Jenis penelitian deskriptif dengan
Penelitian pendekatan kualitatif. pendekatan kualitatif.

Subjek penelitian adalah 30 siswa kelas IX Subjek penelitian adalah 26 siswa kelas
SMPN 2 Malang. IX-D SMPN 17 Malang.

Prosedur penelitian: Prosedur penelitian:


1. Tahap pra-lapangan 1. Kegiatan pendahuluan
2. Tahap pekerjaan lapangan 2. Menyusun tes kemampuan
3. Tahap analisis data berpikir kritis
3. Konsultasi tes dengan
Instrumen penelitian: pembimbing
1. Tes kemampuan berpikir kritis 4. Mengumpulkan data
2. Rubrik penelian tes 5. Menganalisis data
3. Pedoman wawancara 6. Menarik kesimpulan

Instrumen penelitian:
1. Tes kemampuan berpikir kritis
2. Rubrik penilaian tes
3. Wawancara tidak terstruktur
Hasil Pada penelitian ini, siswa diberikan 2 Pada penelitian ini, siswa diberikan 3 soal
Penelitian masalah mengenai kesebangunan kepada 30 untuk diselesaikan.
dan siswa kelas IX dengan waktu pengerjaan 30
Pembahasan menit. Pada soal nomor 1, tidak ada satupun
siswa yang dapat menyelesaikan soal
Untuk masalah nomor 1. Kemampuan dengan baik. Dari 26 siswa hanya 9 siswa
interpretasi (indikator 1) siswa masih rendah yang memiliki kemampuan intrepretasi
karena hanya 46,7% siswa yang dapat (indikator 1) baik.
menginterpretasi dengan baik.
Kemampuan analisis (indikator 2) masih Pada soal nomor 2, tidak ada satupun
rendah karena hanya 23% siswa yang dapat siswa yang dapat menyelesaikan soal
menganalisis dengan baik. dengan baik. Dari 26 siswa, 17 siswa
Kemampuan evaluasi (indikator 3) dan dapat mengintrepretasikan soal, tetapi
inferensi (indikator 4) siswa masih rendah kemampuan intrepretasi mereka kurang
karena 100% siswa tidak dapat melakukan bagus.
evaluasi dan inferensi.
Pada soal nomor 3, dari 26 siswa hanya 7
Untuk masalah nomor 2. siswa menjawab dengan benar. Terdapat
Kemampuan interpretasi (indikator 1) siswa 19 siswa yang menjawab salah namun
masih rendah karena hanya 56% siswa yang sudah dapat mengintrepretasikan soal
dapat menginterpretasi dengan baik. dengan baik.
Kemampuan analisis (indikator 2) masih Hasil wawancara, siswa mengungkapkan
rendah karena hanya 30% siswa yang dapat kesulitan dalam menyelesaikan soal
menganalisis dengan baik. karena lupa terhadap materi dan kurang
Kemampuan evaluasi (indikator 3) karena memperhatikan hal-hal penting di dalam
hanya 30% siswa yang dapat melakukan soal. Adanya permasalahan lupa terhadap
evaluais dengan baik. materi disebabkan karena siswa hanya
Kemampuan inferensi (indikator 4) juga mengandalkan hapalan rumus.
masih rendah karena hanya 30% siswa yang Selanjutnya, kurangnya menyadari
dapat melakukan inferensi dengan baik. informasi penting dalam soal disebabkan
karena siswa mengandalkan hapalan dan
Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa kurangnya latihan soal.
disebabkan karena siswa tidak mengingat
materi dengan baik, pengetahuan dasar
siswa masih rendah, kurangnya latihan, dan
siswa tidak terbiasa melihat kembali hasil
yang telah mereka dapatkan.

Simpulan Kemampuan berpikir kritis siswa tergolong Kemampuan berpikir kritis siswa
rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa yang tergolong rendah. Hal tersebut
memenuhi masing-masing indikator disebabkan karena siswa kurang dapat
kemampuan berpikir kritis masih di bawah memahami masalah dengan baik.
50%. Kondisi ini dikarenakan konsep
kesebangunan siswa belum optimal, siswa
teburu-buru mengambil keputusan tanpa
melakukan analisis terlebih dahulu,
pengetahuan siswa tentang geometri masih
rendah, siswa tidak dapat menerapkan
konsep kesebangunan yang telah
diplejarinya, dan siswa belum terbiasa
dengan soal-soal matematika yang
menuntut untuk melakukan analisis dan
evaluasi.
Saran bagi 1. Diharapkan pada peneliti lain dapat 1. Kepada peneliti selanjutnya,
peneliti merancang dan mengembangkan disarankan untuk menggunakan
selanjutnya pembeljaran yang memfasilitasi indikator kemampuan berpikir
siswa untuk berlatih berpikir kritis. kritis menurut pakar lain
2. Bagi para peneliti lain yang ingin 2. Hendaknya melakukan penelitian
melakukan penelitian seperti kemampuan berpikir kritis pada
penelitian ini untuk memvalidasi tes materi lain dalam mata pelajaran
yang diberikan kepada siswa, matematika atau untuk mata
sehingga isi permasalahan akan pelajaran lainnya
lebih baik dan behasa yang 3. Peneliti lain hendaknya
digunakan pada tes lebih efektif dan mengembangkan/ merancang
mudah dipahami. Selain itu pembelajaran yang dapat
disarankan untuk melakukan meningkatkan kemampuan
wawancara di luar kelas agar siswa berpikir kritis siswa.
yang diwawancarai tidak
terpengaruh dengan teman yang
lain

Jurnal 3 (Prosiding) Jurnal 4


Judul Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Gambut dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika dengan Teori Schoenfeld
pada Kelas VIIIA Materi Bangun Datar
Prisma SMPN 1 Wedung Semester Genap
Tahun Ajaran 2015/2016
Penulis Muliana Sari 1, Susiswo2, Toto Nusantara3 Dewi Setyaningrum
1
Universitas Negeri Malang
2
Universitas Negeri Malang
3
Universitas Negeri Malang
Seminar Nasional Matematika dan Program Studi Pendidikan Matematika
Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang
FKIP UNS
Rabu, 16 November 2016
Halaman: 245-264
ISBN: 978-602-6122-20-9

Tujuan Untuk mengetahui kemampuan berpikir Menganalisis kemampuan berpikir kritis


Penelitian kritis siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 siswa dalam menyelesaikan masalah
Gambut pada materi kuadrat. matematika dengan teori Schoenfeld.
Indikator 4 aspek pertama kemampuan berpikir kritis 5 langkah pemecahan masalah menurut
yang menurut Ennis, yaitu: Schoenfeld yang terdiri dari 12 sub
digunakan 1. Memberikan penjelasan dasar indikator berpikir kritis:
pada (basic clarification) 1. Langkah Reading
penelitian 2. Membangun keterampilan dasar Memberikan penjelasan dasar
(the bases or a decision ) a. Mengidentifikasi atau
3. Memberikan penjelasan lanjut memformulasikan suaru
(advanced clarification) masalah
4. Menyimpulkan (inference) b. Menginterpretasikan
pernyataan
2. Langkah Analysis
Membangun keterampilan
dasar/menganalisa
c. Menginterpretasikan
pernyataan
d. Menggeneralisasi
e. Berhipotesis
3. Exploration
Menyimpulkan
f. Membuat dan mengkaji nilai-
nilai hasil pertimbangan
g. Menyeimbangkan,
menimbang, dan
memutuskan
4. Implementation
Strategi dan taktik
h. Memutuskan hal-hal yang
akan dilakukan
i. Memutuskan suatu tindakan
j. Memonitor implementasi
5. Verification
Penyelidikan lebih lanjut
k. Me-review
l. Merumuskan alternatif-
alternatif untuk solusi
Metode Metode penelitian kuantitatif dan jenis data Penelitian ini dikategorikan penelitian
Penelitian yang diperoleh adalah data kuantitatif. deskriptif kualitatif.

Subjek penelitian adalah 28 siswa kelas VIII- Sampel penelitian dipilih secara
D SMP Negeri 1 Gambut yang telah purposive sampling.
menempuh materi persamaan kuadrat. Kelas yang dipilih adalah kelas VIIIA yang
terdiri dari 24 siswa yang kemudian
Prosedur penelitian: setelah diberikan tes kemampuan
1. Melakukan kegiatan pendahuluan pemecahan masalah menurut schoenfeld
2. Menyusun tes soal berpikir kritis dipilih 3 tipe siswa, diantaranya 1 siswa
3. Mengumpulkan data berkemampuan tinggi, 1 siswa
4. Mengolah data berkemampuan sedang, dan 1 siswa
5. Menganalisis data berkemampuan rendah.
6. Menarik kesimpulan
Prosedur penelitian:
Instrumen penelitian: Oleh karena permasalahan dalam
1. Tes kemampuan berpikir kritis penelitian ini belum jelas, maka alur
2. Rubrik penilaian tes (indikator penelitian ini akan dimulai dari peneliti
menurut Facione) memasuki sekolah kemudian melakukan
observasi, dan wawancara untuk
mendapatkan informasi terkait data-data
apa saja yang dibutuhkan dan diperlukan
dalam penelitian.

Instrumen penelitian:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Lembar tes tertulis
Hasil Pada penelitian ini, siswa diberikan tes Berdasarkan indikator berpikir kritis
Penelitian kemampuan berpikir kritis berupa suatu soal dalam tahapan pemecahan masalah
dan cerita tentang persamaan kuadrat. Schoenfeld, menunjukkan bahwa adanya
Pembahasan perbedaan ketercapaian skor yang
Berdasarkan jawaban siswa terhadap diperoleh dari subjek dengan kategori
permasalahan, siswa yang mampu mencapai siswa berkemampuan tinggi, subjek
nilai KKM hanya 14% (4 siswa dari 28 siswa). dengan kategori siswa berkemampuan
Berikut uraian persentase berdasarkan sedang, dan subjek dengan kategori siswa
indikator yang digunakan: berkemampuan rendah.
1. Indikator 1 : Memberikan penjelasan Berdasarkan indikator Schoenfeld,
dasar. diperoleh bahwa:
Sebanyak 46% siswa dapat a. Siswa berkemampuan tinggi
memberikan penjelasan dasar. memenuhi semua indikator.
2. Indikator 2 : Membangun b. Siswa berkemampuan sedang
keterampilan dasar memenuhi 7 dari 12 sub
Sebanyak 39% siswa dapat indikator.
membangun keterampilan dasar. c. Siswa berkemampuan rendah
3. Indikator 3 : Menyimpulkan memenuhi 5 dari 12 sub
Sebanyak 14% siswa dapat indikator.
menyimpulan dengan baik.
4. Indikator 4 : Memberikan penjelasan
lanjut
Sebanyak 7% siswa dapat
memberikan penjelasan lanjut.
Simpulan Kemampuan berpikir kritis siswa tergolong Kemampuan berpikir kritis siswa dalam
rendah. Kondisi ini disebabkan konsep menyelesaikan maslah matematika
persamaan kuadrat siswa belum optimal dan dengan teori Schoenfeld untuk siswa
siswa terburu-buru mengambil kesimpulan. berkemampaun tinggi, sedang, dan
rendah adalah sebagai berikut:
a. Siswa berkemampuan tinggi
dalam proses pemecahan
masalah matematika dengan
teori Schoenfeld pada materi
bangun datar prisma terlihat
sangat baik dan memiliki
kemampuan berpikir kritis yang
baik pula.
b. Siswa berkemampuan sedang
dalam proses pemecahan
masalah matematika dengan
teori Schoenfeld pada materi
bangun datar prisma terlihat
cukup baik dan memiliki
kemampuan berpikir kritis yang
cukup baik pula.
c. Siswa berkemampuan rendah
dalam proses pemecahan
masalah matematika dengan
teori Schoenfeld pada materi
bangun datar prisma terlihat
kurang baik dan memiliki
kemampuan berpikir kritis yang
kurang baik pula.
Saran bagi 1. Diharapkan pada penleti lain dapat
peneliti merancang dan mengembangkan
selanjutnya pembelajaran yang memfasilitasi
siswa untuk beratih berpikir kritis.
2. Bagi para peneliti lain yang ingin
melakuakn penelitian seperti
penelitian ini untuk memvalidasi tes
yang diberikan kepada siswa,
sehingga isi permasalahan akan
lebih baik dan behasa yang
digunakan pada tes lebih efektif dan
mudah dipahami. Selain itu
disarankan untuk melakukan
wawancara di luar kelas agar siswa
yang diwawanccarai tidak
terpengaruh dengan teman yang
lain

Jurnal 5 (pada mata pelajaran IPA) Jurnal 6 (pada mata pelajaran biologi)
Judul Analisis Kemampuan Berpiki Kritis SIswa Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMP Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten
Magetan
Penulis Lilis Nuryanti, Siti Zubaidah, Markus Susilowati1, Sajidan2, Murni Ramli3
1
Diantoro Universitas Sebelas Maret
1 2
Pendidikan Dasar - Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
3
Universitas Negeri Malang Universitas Sebelas Maret
2
Pendidikan Biologi - Universitas Negeri
Malang
3
Pendidika Fisika - Universitas Negeri Malang
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Prosiding Seinamar Nasional Pendidikan
Pengembangan Sains (SNPS) 2017
Volume: 3 Nomor: 2 Bulan Februari Tahun
2018
Halaman: 155-158
EISSN: 2502-471X

Tujuan Untuk mendeskripsikan kemampuan siswa Menganalisis keterampilan berpikir kritis


Penelitian dalam konstruk pemikiran kritis. siswa Madrasah Aliyah Negeri di
Kabupaten Magetan.
Indikator Kemampuan berpikir kritis menurut Ennis Facione, yaitu :
yang yang terdiri dari 6 indikator yang dijabarkan 1. Interpretasi
digunakan ke dalam 13 aspek. 2. Analisis
pada 3. Evaluasi
penelitian 4. Inferensi
5. Eksplanasi
6. Pengaturan diri
Metode Penelitian ini merupakan penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskripif
Penelitian deskriptif kualitatif. dengan pendekatan kualitatif.

Subjek penelitian adalah 29 siswa kelas VIII Sampel penelitian ini adalah Madrasah
A SMPN 1 Delangu Kabupaten Klaten tahun Aliyah Negeri di Kabupaten Mangetan
pelajaran 2016/2017. yang dipilih secara purposive sampling
pada tiga Madrasah Aliyah Negeri yang
Instrumen penelitian: terakreditasi A.
1. Tes kemampuan berpikir kritis Partisipan dipilih secara random sampling
sebanyak 15 soal uraian satu kelas pada masing-masing tingkat
2. Rubrik penilaian tes (indikator pada tiga Madrasah yang telah
menurut Ennis) ditetapkan.

Prosedur penelitian:
1. Melakukan kegiatan pendahuluan
2. Menyusun tes soal berpikir kritis
3. Mengumpulkan data
4. Mengolah data
5. Menganalisis data
6. Menarik kesimpulan

Instrumen penelitian:
1. Tes kemampuan berpikir kritis
2. Rubrik penelian tes

Hasil Kemampuan berpikir kritis siswa tergolong Hasil rata-rata persentase keterampilan
Penelitian rendah. Hal ini dibuktikan dengan berpikir kritis siswa sebesar 52.28%
dan persentase rata-rata ketegori jawaban benar tergolong kurang.
Pembahasan (B) yang hanya 40,46%. Rendahnya Berikut uraian persentase berdasarkan
kemampuan berpikir kritis dapat dapat indikator yang digunakan:
menimbulkan dampak yang kurang baik bagi d. Interpretasi 48.80%, kurang
pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, e. Analisis 45.98% , sangat kurang
kemampuan berpikir kritis perlu dilatihkan. f. Evaluasi 53.39% , sangat kurang
Salah satu cara untuk melatihkan g. Inferensi/kesimpulan 55.09% ,
kemampuan berpikir kritis adalah melalui kurang
proses pembelajaran. Model pembelajaran h. Eksplanasi/penjelasan 46.48%
yang dapat diterapkan diantaranya model sangat kurang
pembelajaran inkuiri terbimbing dan i. Pengaturan diri 63.94% , cukup
pembelajaran berbasis masalah.
Simpulan Kemampuan berpikir kritis siswa SMP kelas Keterampilan berpikir kritis siswa
VIII masih rendah. Hal tersebut dibuktikan Madrasah Aliyah di Kabupaten Magetan
dari rendahnya capaian rata-rta kategori tergolong kurang. Hal tersebut
jawaban Benar (B) siswa. Hal ini disebabkan ditunjukkan oleh hasil tes ketrampilan
karena siswa belum terbiasa disajikan berpikir kritis siswa.
pembelajaran aktif yang memaksimalkan
potensi berpikir siswa.
Saran bagi Kepada peneliti selanjutnya disarankan
peneliti untuk menggunakan indikator
selanjutnya keterampilan berpiir kritis berdasarkan
pakar lainnya dan hendaknya melakukan
penelitian keterampilan berpikir kritis
pada materi berbeda dan mata pelajaran
yang berbeda.

Jurnal 7 (pada mata pelajaran IPA) Jurnal 8


Judul Analisis Keterampilan Berpikir Kritis SIswa Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam
SMP pada Materi Gaya dan Penerapannya Pembelajaran Matematika dengan Model
JUCAMA di Sekolah Menengah Pertama
Penulis Ike Rahmawati, Arif Hidayat, dan Sri Rahayu Normaya Karim
Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Pendidikan Matematika FKIP Universitas
IPA Pascasarjana Lambung Mangkurat
Universitas Negeri Malang
Prosisding Seminar Pendidikan IPA Jurnal Pendidikan Matematika
Pascasarjana UM Volume 3, Nomor 1
Vol. 1, 2016 April 2015
ISBN: 978-602-9286-21-2 Halaman 92-104

Tujuan Untuk mengetahui keterampilan berpikir kemampuan berpikir kritis dengan respon
Penelitian kritis siswa pada materi gaya dan siswa terhadap model Jucama.
penerapannya.
Indikator Keterampilan berpiir kritis di ukur terdiri dari Indikator kemampuan berpikir kritis
yang 5 aspek, yaitu: menurut Facione (2015), yaitu:
digunakan 1. Memberikan penjelasan dasar, yang 1. Menginterpretasi
pada terdiridari indikator: memfokuskan 2. Menganalisis
penelitian pertanyaan, bertanya dan 3. Mengevaluasi
menjawab pertanyaan yang 5. Menginferensi
membutuhkan penjelasan.
2. Membangun keterampilan dasar,
yang terdiri dari indikator:
mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi.
3. Membuat kesimpulan, yang terdiri
dari indikator: melakukan deduksi
dan menilai hasil deduksi,
melakukan induksi.
4. Membuat penjelasan lebih lanjut,
yang terdiri dari indikator:
mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan definifi
menggunakan kriteria yang tepat,
mengidentifikasi asumsi.
5. Membuat perkiraan dan integrasi,
yang indikatornya beintegrasi
dengan yang lain.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian Metode penelitian ini adalah metode
Penelitian deskriptif kuantitatif. deskriptif.

Subjek penelitian adalah 28 siswa kelas VIII B


SMPN 2 Prajaken Kabupaten Bandowoso Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A
semester gasal tahun ajaran 2016/2017. (kelas unggulan) SMP Negeri 13 Banjarmasin
tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah
Instrumen penelitian: 30 orang (13 siswa laki-laki dan 17 siswa
1. Soal esay pada materi gaya dan perempuan).
penerapannya sebanayak 8 buah
soal. Objek penelitian ini adalah kemampuan
berpikir kritis dan respon siswa kelas VII A
SMP Negeri 13 Banjarmasin tahun pelajaran
2014/2015 pada materi garis dan sudut
dalam pembelajaran matematika dengan
menggunakan model jucama.

Instrumen penelitian:
1. Soal tes berbentuk uraian yang
terdiri dari 3 soal
2. Angket tertutup
Hasil Hasil tes keterampilan bepikir kritis siswa Penelitian tentang pembelajaran
Penelitian pada materi gaya dan penerapannya matematika dengan model Jucama ini
dan menunjukkan bahwa: dilaksanakan sebanyak 7 pertemuan yang
Pembahasan Pada aspek memberkan penjelasan terdiri dari 6 pertemuan untuk pelaksanaan
sederhana, persentase jawaban siswa yaitu pembelajaran dan 1 pertemuan untuk tes
41,19% yang dikategorikan kurang baik. kemampuan berpikir kritis siswa pada
Pada aspek membangun keterampilan pertemuan ketujuh.
dasar, persentase jawaban siswa yaitu Kemampuan berpikir kritis siswa per
56,43% yang dikategorikan kurang baik. indikator tersebar dalam 3 kategori yaitu
Pada aspek membuat kesipulan, persentase sangat tinggi, tinggi, dan sedang dengan
jawaban siswa yaitu 44,76% yang kemampuan berpikir kritis siswa dalam
dikategorikan kurang baik. menginterpretasi dalam kategori tingggi,
Pada aspek membuat penjelasan lebih mengevaluasi dan menginferensi termasuk
lanjut, persentase jawaban siswa yaitu dalam kategori tinggi, serta menganalisis
49,52% yang dikategorikan kurang baik. termasuk dalm kategori sedang. Tingginya
Pada aspek membuat perkiraan dan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas
integrasi, persentase jawaban siswa yaitu dikarenakan dengan penerapan model
33,57% yang dikategorikan kurang baik. jucama, siswa dituntu untuk berpikir kritis
dalam memecahkan masalah.
Persentase rata-rata keterampilan berpikir Berdasarkan data, diperoleh 75,92% siswa
kritis siswa dari kelima aspek yaitu 45,09% kelas VII A SMP Negeri 13 Banjarmasin
yang dikategorikan masih sangat rendah. memberikan respon setuju pada penerapan
model jucama.
Simpulan Keterampilan berpikir kritis siswa dari kelima 1. Kemampuan berpikir kritis siswa
aspek menunjukkan keterampilan berpikir kelas VII A SMP Negeri 13
kritis siwa masih sangat rendah. Banjarmasin dalam pembelajran
matematika dengan mengunakan
model jucama pada tes evaluasi
akhir per indikator tersebar dalam
tiga kategori yaitu sangat tinggi,
tinggi, dan sedang.
2. Kemampuan berpikir kritis siswa
kelas VII A SMP Negeri 13
Banjarmasin dalam pembelajran
matematika dengan mengunakan
model jucama pada tes evaluasi
akhir secara keseluruhan berada
pada kategori tinggi.
3. Siswa kelas VII A SMP Negeri 13
Banjarmasin memberikan respon
setuju terhadap penerapan model
jucama dalam pembelajaran
mateamatika.
4. Terdapat hubungan yang sangat
kuat antara kemampuan berpikir
kritis siwa dengan respon siswa
kelas VII A SMP Negeri 13
Banjarmasin terhadap model
jucama.
Saran bagi 1. Diharapkan adanya penelitian
peneliti lanjutan yang menggunakan model
selanjutnya jucama untuk membentuk
kemampuan berpikir kritis maupun
kemampuan lainnya.
2. Dala menerapkan model jucama
untuk membentuk kemampuan
berpikir kritis diharapkan untuk
indikator analisis lebih ditingkatkan
lagi pengorganisasian siswa
sehingga siswa benar-benar dapat
membuat model matematika dari
soal yang diberikan dengan tepat
dan meberi penjelasan dengan
tepat.

Jurnal 9 (Prosiding) Jurnal 10


Judul Leveling Of Students Critical Thinking Analysis of Mathematics Critical Thinking
Abilities In Mathematics Problem Solving In Students in Junior High School Based on
Line With Gender Differences Cognitive Style
Penulis Rasiman A Agoestanto, YL Sukestiyarno, and
Department of Mathematics Education Rochmad
Faculty Mathematics and Natural Sciences Math Department of Universitas Negeri
Education IKIP PGRI Semarang Semarang
International Seminar and the Fourth The 3rd International Conference on
National Conference on Mathematics Mathematics, Science and Education 2016
Education 2011 “Building the Nation Doi: 10.1088/1742-6596/824/1/012052
Character through Humanistic Mathematics
Education”.
Dapertment of Mathematics Education,
Yogyakarta State University, Yogyakarta, July
21-23 2011
Halaman : 391-400
ISBN: 978-979-16353-7-0
Tujuan Untuk mendeskripsikan tingkatan Untuk menentukan kemampuan berpikir
Penelitian kemampuan berpikir kritis siswa SMA dalam kritis matematika siswa SMP berdasarkan
memecahkan masalah matematika gaya kognitif FI (field-independent) dan FD
berdasarkan perbedaan gender. (field-dependent).
Indikator Indikator berpikir kritis berdasarkan Indikator kemampuan berpikir kritis
yang langkah-langkah Polya dalam menyelesaikan menurut Watson-Glaser Critical Thinking
digunakan masalah, yaitu: Appraisal (WGCTA).
pada 1. Memahami masalah
penelitian 2. Merencanakan pemecahan
3. Melaksanakan rencana
4. Melihat kembali
Metode Penelitian ini merupakan suatu studi Penelitian ini merupakan penelitian
Penelitian eksplorasi dengan pendekatan kualitatif. deskriptif kualitatif.

Subjek penelitian 3 orang siswa laki-laki dan Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII
3 orang siswa perempuan kelas XI SMA Islam SMP Negeri 2 Ambarawa.
Sultan Agung Semarang.
Instrumen penelitian:
Instrumen penelitian: 1. Tes kemampuan berpikir kritis
1. Tes kemampuan berpikir kritis 2. Tes Group Embedded Figure Test
2. Wawancara (GEFT) untuk menetukan gaya
kognitif siswa
Prosedur pengumpulan data: 3. Wawancara
1. Siswa diberikan tugas untuk
menyelesaikan masalah matematika
2. Peneliti memeriksa pekerjaan siswa
3. Peneliti melaukan wawancara
terkait jawaban yang diberikan
siswa

Tahap analisis data:


1. Rekapitulasi jawaban siswa
2. Intrepretasi jawaban siswa dari
wawancara dan observasi
3. Reduksi data
4. Pengelompokkan data
5. Menganalisis proses berpikir kritis
siswa
6. Kesimpulan
Hasil Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa: Berdasarkan gaya kognitif siswa,
Penelitian a. Kemampuan berpikir kritis tingkat 4 kemampuan berpikir kritis siwa FI lebih baik
dan (sangat kritis) daripada siswa FD namun masih dalam
Pembahasan Pada siswa perempuan, siswa kategori sedang. Hal ini ditunjukkan bahwa
mampu menyelesaikan masalah siswa FI1 dan FI2 memperoleh nilai masing-
sesuai dengan langkah Polya benar masing 72 dan 58 dengan rata-rata 51,41.
dan sangat teliti serta memriksa Sedangkan siswa FD1 dan FD2 masng-
kembali jawaban yang telah masing memperoleh nilai 45 dan 39 dengan
diperoleh. rata-rata 45,25.
Pada siswa laki-laki, siswa mampu
memecahkan masalah sesuai Kemampuan berpikir kritis dalam hal
dengan langkah Polya namun tidak penarikan kesimpulan, membuat asumsi,
menyeluruh dan tidak memeriksa deduksi matematika, dan interpretasi, siswa
kembali jawaban yang telah FI lebih baik daripada siswa FD. Sedangkan
diperoleh. dalm hal evaluasi, siswa FD lebih baik
b. Kemampuan berpikir kritis tingkat 3 daripada siswa FI. Hal ini sesuai dengan
(kritis) kecendrungan siswa FI yang lebih mudah
Ketika dalam tahap merencanakan dalam menganalisa dan lebih rajin dalam
pemecahan masalah, siswa laki-laki mencari solusi. Sementara siswa FD
maupun perempuan masih cendrung mudah mengingat informasi yang
mencoba-coba menggunakan berhubungan dengan sosial tetapi sulit
rumus-rumus yang telah mereka dalam mempelajari suatu proses yang tidak
ketahui, mereka cendrung terstruktur.
melakukan trial and error, tetapi
pada akhirnya mereka dapat Berpikir kritis adalah suatu cara berpikir
menjawab dengan benar. Siswa dimana menguji, menghubungkan, dan
perempuan masih memeriksa mengevaluasi semua aspek dari suatu
kembali jawaban mereka namun masalah, melibatkan kemampuan dalam
siswa laki-laki tidak memeriksa mengumpulkan informasi, mengingat,
kembali jawaban mereka. menganalisis, memahami dan
c. Berpikir kritis tingkat 2 (kurang mengidentifikasi hal-hal yang dibutuhkan,
kritis) sehingga berpikir kritis bisa disebut juga
Siswa laki-laki maupun perempuan berpikir analisis. Karakteristik gaya kognitif
mampu merencanakan pemecahan FI cendrung untuk berpikir analisis. Oleh
masalah dengan menuliskan rumus karena itu dalam matematika, siswa FI
beberapa kali, namun tidak bias mempunyai kemampuan berpikir kritis lebih
menyelesaikan permasalahan baik daripada siswa FD.
dengan benar.

Berdasarkan analisis data, hirarki


kemampuan berpikir kritis pada
pembelajaran matematika dapat diterapkan
secara khusus dalam pemecahan masalah
berdasarkan perbedaan gender, dan dapat
digunakan sebagai dasar untuk penelitian
lebih lanjut.
Simpulan Tingkatan kemampuan berpikir kritis Kemampuan berpikir kritis siswa SMP masih
dilakukan bedasarkan langkah-langkah Polya rendah.
dalam menyelesaikan masalah yaitu Berdasarkan gaya kognitif siswa,
memahami masalah, merencanakan kemampuan berpikir kritis siswa dengan
pemecahan, melaksanakan rencana, dan gaya kognitif FI lebih baik daripada siswa
melihat kembali. dengan gaya kognitif FD.
Pada tahap memahami masalah, siswa laki-
laki dan perempuan pada tingkat 4, 3, dan 2
mampu memutuskan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan dari masalah
matematika.
Pada tahap merencanakan pemecahan,
siswa laki-laki dan perempuan pada tingkat
4 dan 3 dapat melakukannya dengan benar.
Pada siswa perempuan di tingkat 2, siswa
telah membuat rencana pemecahan
masalah dengan benar setelah membaca
permasalah berulang kali. Pada siswa laki-
laki di tingkat 2 masih menemui kesulitan
dalam merencanakan pemecahan masalah.
Pada tahap melaksanakan rencana, siswa
laki-laki dan perempuan di tingkat 4, bias
melaksanakan rencana dengan benar.
Sedangkan siswa laki-laki dan perempuan di
tingkat 3, saat menyelesaikan masalah
masih mengalami trial and error tetapi
mampu menjwab dengan benar.
SIswa laki-lai dan perempuan di tingkat 2,
tidak bias menjawab dengan benar.
Pada tahap memeriksa kembali, siswa
perempuan tingkat 4 dan 3 memeriksa
kembali hasil jawaban mereka, tetapi siswa
perempuan tingkat 2 tidak melakukan
pemeriksaan. Siswa laki-laki tingkat 4, 3, dan
2 tidak memeriksa kembali jawaban mereka.
Saran bagi 1. Untuk penelian selanjutnya
peneliti diperlukan verifikasi dan modifikasi
selanjutnya untuk meyakinkan hasil dari
penggolongan tingkatan
kemampuan berpikir kritis dan
karakteristik tingkat kemampuan
berpikir kritis dalam menyelesaikan
masalah matematika.
2. Pengetahuan tentang tingkatan
berpikir kritis dapat digunakan
untuk menyusun strategi
pembelajaran dalam upaya
meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa.

Anda mungkin juga menyukai