SOAP Infark Miokard Dan Stroke Intan Hartanto

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kasus Iskemik dan Hipertensi berdasarkan SOAP

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakoterapi Terapan

Disusun oleh:

Intan Hartanto
(260112170551)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
KASUS

Seorang pria 50 tahun dirawat di rumah sakit karena menderika infark miokard akut,
yang diderita sekitar 6 bulan yang lalu. Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri, nyeri dirasa
menjalar ke bahu jingga lengan kiri, nyeri hilang dengan istirahat, nyeri dan sesak nafas
bertambah saat aktivitas. Pasien jarang membatasi aktivitasnya karena rasa sakit tersebut, yang
telah mencapai nyeri berskala 7. Wajah pasien pucat, cemas, keluar keringat dingin, terpasang
kateter, terpasang oksigen 3 L/menit, nadi 88 kali/menit, posisi semifowler terpasang infus 20
tpm, TD 130/90 mmHG, RR 18 kali/menit. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit DM. Pasien
sedang diberi terapi nitrogliserin sublingual. Dokter khawatir pasien akan mengalami stroke
sehingga perlu dirawat di rumah sakit. Dokter selanjutnya meresepkan aspirin, dalteparin,
captopril, dengan nitrogliserin tetap dilanjutkan.

Hasil pemeriksaan fisik pasien

Hasil / Nilai Pemeriksaan


Tinggi Badan 170 cm
Berat Badan 70 kg
Body Mass Index (BMI) 24,22 kg/ m2
Tekanan Darah 130 / 90 mmHg
Detak Jantung 88 beat / min
Respiratory Rate 18 kali/menit

Analisis SOAP
1. Subjek
Pria berusia 50 tahun.
A. Riwayat Penyakit
1. -
B. Riwayat Pengobatan
1. Nitrogliserin sublingual
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik normal

2. Objek
Data Laboratorium (Puasa)
Paramater Nilai Uji Nilai Normal

Tekanan darah 167/90 mmHg 120/80 mmHg


(National Heart Foundation, 2016)

Denyut Jantung 88 / menit 60-100 / menit


(British Heart Foundation, 2014)

BMI 24,22 >27 : Obesitas

Hb A1C 6% Normal : > 5,7%


Pre-Diabetes : 5,7% - 6,4%
Diabetes : > 6,5%
Pemeriksaan Total Cholesterol:180 Total Cholesterol
Lipid mg/dL  Normal : < 200 mg/dL
Trigliserida : 120 mg/dL  Borderline : 201 – 240
HDL : 62 mg/dL  Tinggi : > 241
LDL : 90 mg/dL
LDL
 Sangat Tinggi : < 190 mg/dL
 Tinggi : < 160 mg/dL
 Borderline : < 130 mg/dL
 Diatas rata” : 100-130 mg/dL
Optimal : < 100 mg/dL

HDL
 Sangat baik : 60 mg/dL
 Baik : 40 – 60 mg/dL
 Rendah : < 40 mg/dL

Trigliserida
 Normal : 100 - 150 mg/dL
 Borderline : 150 – 200 mg/dL
 Tinggi : 200 – 500 mg/dL
(American Heart Association,
2017)

3. Assessment
Pasien sedang menderita penyakit infark miokard akut disertai nyeri nyeri dada
(angina) sebelah kiri, nyeri dirasa menjalar ke bahu jingga lengan kiri, pasien tidak
memiliki riwayat penyakit lain. Dalam terapi infark miokard, pasien harus diberikan
obat antiplatelet, antikoagulan, dan antianginal (karena nyeri pada dada). Pasien
dengan infark miokard dan hipertensi (130/90 mmHg) memiliki resiko terkena
stroke, sehingga hipertensi pasien harus ditangani menggunakan obat
antihipertensi. Dengan mengatasi infark miokard dan hipertensi pasien, diharapkan
dapat menurunkan resiko pasien menderita stroke.

4. Plan
Pasien menderita infark miokard akut, sehingga dibutuhkan terapi obat
antiplatelet, antikoagulan, dan antianginal. Selain itu, dibutuhkan obat antihipertensi
karena tekanan darah pasien diatas normal (130/90 mmHg). Pasien membutuhkan
pengecekan EKG untuk menegaskan diagnosis dari infark miokard, apakah NSTEMI
atau STEMI. Pasien juga harus mendapatkan terapi reperfusi (fibrinolytics atau
angiography) oleh dokter. Selain itu terdapat interaksi obat antara obat antikoagulan
(dalteparin) dengan antihipertensi (captopril), dimana dapat menyebabkan hyperkalemia
yang berpotensi memperparah kondisi kardiovaskular pasien. Obat antihipertensi
captopril akan diganti menggunakan hidrochlorotiazide (HCTZ) yang tidak memiliki
interaksi obat dengan dalteparin.
A. Terapi Farmakologi
1. Terapi infark miokard
a. Aspirin
Dosis untuk sediaan Immediate-release (IR):
Dosis awal: 160 sampai 162,5 mg per oral sekali setelah infark miokard
dicurigai.
Dosis perawatan: 160 sampai 162,5 mg per oral sekali sehari selama 30
hari pasca infark (Drugs, 2018).
b. Dalteparin
Dosis 120 UI/kgBB secara subkutan setiap 12 jam, bersamaan dengan
aspirin oral (75 sampai 165 mg sekali sehari).
Dosis maksimum: 10.000 UI secara subkutan setiap 12 jam.
Durasi terapi: Lanjutkan pengobatan sampai stabil secara klinis; durasi
biasa 5 sampai 8 hari (Drugs, 2018).
2. Terapi angina pectoris
a. Nitrogliserin
Dosis 0,3 sampai 0,6 mg tablet sublingual setiap 5 menit sesuai kebutuhan,
dapat digunakan sampai 3 dosis dalam 15 menit. Digunakan saat terjadi
serangan nyeri angina pectoris (Drug, 2018).
3. Terapi hipertensi
a. Hidrochlorotiazide (menggantikan captopril).
Dosis awal 12,5 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 25 mg sehari
(PIONAS, 2018).

B. Terapi Non-Farmakologi
1. Pengaturan diet
Diet yang mencakup banyak buah dan sayuran dan banyak serat, seperti nasi
gandum, roti dan pasta, dapat membantu mengurangi risiko ini. Buah dan
sayuran penuh dengan vitamin, mineral dan serat, dan membantu menjaga
tubuh dalam kondisi baik. Sebaiknya mengonsumsi lima porsi 80g buah dan
sayuran setiap hari dan mengurangi konsumsi garam.
Mengonsumsi makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan plak lemak
terbentuk di arteri, sehingga sebaiknya menghindari makanan yang
mengandung lemak jenuh.
Mengkonsumsi sejumlah kecil lemak tak jenuh meningkatkan tingkat
kolesterol baik dan membantu mengurangi penyumbatan di arteri Anda (NHS,
2015).
2. Berolah raga
Beraktivitas dan berolahraga teratur membantu menjaga jantung dan
pembuluh darah dalam kondisi baik. Olahraga teratur juga bisa membantu
menurunkan berat badan dan menurunkan tekanan darah (NHS, 2015).
3. Mengurangi berat badan
Kelebihan berat badan membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa
darah ke seluruh tubuh, yang bisa meningkatkan tekanan darah (NHS, 2015).
4. Berhenti merokok
Merokok secara signifikan dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan
stroke, karena menyebabkan arteri menyempit dan meningkatkan tekanan
darah (NHS, 2015).

Analisis DRP
1. Indikasi Tanpa Obat
Pasien menderita infark miokard akut, angina pectoris, dan hipertensi. Hasil
pemeriksaan fisik di klinik menunjukan hasil normal, sehingga obat yang diresepkan
berupa aspirin, dalteparin, nitrogliserin, dan captopril telah mencakup seluruh terapi yang
dibutuhkan oleh pasien.

2. Obat Tanpa Indikasi


Terapi pengobatan infark miokard menggunakan aspirin sebagai antiplatelet dan
dalteparin sebagai antikoagulan. Aspirin merupakan agen antiplatelet yang paling banyak
digunakan, menghambat siklooksigenase platelet dan konversi asam arakidonat ke agonis
potensial platelet tromboksan A2 tapi tidak mencegah aktivasi platelet yang terjadi
melalui berbagai jalur sinyal yang bebas dari pelepasan tromboksan A2 (Behan and
Storey, 2004). Dalteparin merupakan low molecular weight heparin, merupakan
antikoagulan yang umumnya diberikan bersama dengan aspirin pada pasien yang
menderita penyakit kardiovaskular seperti angina atau serangan jantung (Drugs, 2018).
Nitrogliserin (juga dikenal sebagai glyceryl trinitrate (GTN)), merupakan
vasodilator yang umum digunakan dalam pengobatan penyakit jantung iskemik, juga
telah diteliti untuk manfaat terapeutik potensial pada stroke iskemik (Maniska, et al.,
2016).
Terapi pengobatan hipertensi menggunakan obat captopril, yang disarankan
untuk diganti menjadi hidrochloritiazide (HCTZ). Captopril adalah angiotensin-
converting enzyme (ACE) inhibitor yang banyak digunakan dalam pengobatan hipertensi
arteri dan penyakit kardiovaskular, sedangkan HCTZ merupakan golongan diuretik tiazid
(Miguel-Carrasco, et al., 2010); (Vongpatanasin, 2016). Umumnya kedua obat ini
dikombinasi karena dinilai efektif untuk pengobatan hipertensi.
Seluruh obat yang diresepkan memiliki indikasi untuk terapi penyakit yang
sesuai, sehingga tidak terdapat obat tanpa indikasi.

3. Ketidaktepatan Pemilihan Obat


Dalam penanganan infark miokard, diresepkan obat berupa aspirin dan
dalteparin. Aspirin dosis rendah sebagai antiplatelet, mekanismenya adalah
cyclooxygenase-1 [COX-1, prostaglandin synthase] mengkatalisis transformasi asam
arakidonat ke prostaglandin PGH2 yang tidak stabil. Selanjutnya, tromboksan sintase
bekerja pada PGH2 untuk membentuk TXA2, produk biologis transien yang menginduksi
agregasi trombosit dan merupakan vasokonstriktor yang kuat. Aspirin bertindak terutama
dengan mengganggu biosintesis prostatoid siklik: TXA2, prostasiklin, dan prostaglandin
lainnya. Ini secara ireversibel menghambat COX-1 dengan asetilasi serin-530 dan
menginduksi cacat fungsional tahan lama pada platelet (Altman, et al., 2004). Dalteparin
merupakan antikoagulan yang banyak digunakan bersamaan dengan aspirin. Salah satu
keuntungan dari dalteparin adalah bioavailabilitas dan clearance dosis-dependent yang
tinggi, sehingga membuat respon antikoagulan lebih diprediksi dan pemantauan
laboratorium rutin yang tidak diperlukan (Rubboli, 2008).
Dalam penanganan angina pectoris, disepkan obat berupa nitrogliserin
sublingual. Nitrogliserin sublingual merupakan vasodilator yang telah disetujui oleh
adalah Food and Drug Administration dalam menangani serangan angina pectoris yang
disertai darah tinggi tekanan darah tinggi (Maniskas, et al., 2016). Nitrogliserin hanya
digunakan ketika terjadi serangan angina pectoris (nyeri pada dada).
Dalam penanganan hipertensi pada pasien, diresepkan obat captopril. Pemilihan
captopril dinilai tidak tepat karena memiliki interaksi obat dengan dalteparin yang dapat
menyebabkan hyperkalemia. Penyakit hyperkalemia berbahaya bagi pasien dengan
ganggunan kardiovaskular. Obat antihipertensi captopril akan diganti menggunakan obat
antihipertensi golongan diuretik tiazid yaitu HCTZ yang tidak memiliki interaksi obat
dengan dalteparin (Drugs, 2018).

4. Dosis Obat Kurang atau Berlebih


Analisis kurang atau berlebihnya dosis obat tidak dapat dilakukan, karena tidak
tercantum dosis masing-masing obat yang diresepkan. Obat cukup diberikan dalam dosis
lazim, karena berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik, tidak
terdapat organ pasien yang mengalami gangguan.

5. Interaksi Obat
A. Aspirin >< Dalteparin (Major)
Menggabungkan obat ini dapat meningkatkan risiko komplikasi perdarahan.
Segera hubungi dokter jika mengalami pendarahan atau memar yang tidak biasa,
pembengkakan, muntah, darah dalam urin atau tinja, sakit kepala, pusing atau
kelemahan selama perawatan dengan obat ini. (Drugs, 2018).

B. Aspirin >< Nitroglycerin (Minor)


Terdapat interaksi, namun tidak relevan secara klinis pada semua pasien (Drugs,
2018).

6. Efek Samping
Nama Obat Efek Samping
Aspirin Keram perut, konstipasi, diare, demam, pusing, nafas
lebih cepat, sulit menelan.
Dalteparin Memar, berdarah, nyeri dan pembengkakkan ketika
dilakukan injeksi obat.
Nitroglycerine Kembung, pusing, merasa mau pingsan, peningkatan
berat badan, mudah berkeringat, sakit kepala.
Hydrochlorothiazide Nyeri pada perut, punggung, dan kaki, kembung, terdapat
darah pada urin dan feces, pengelihatan menurun, nyeri
dada, konstipasi, demam, dan sulit menelan.
(Drugs, 2018).

7. Kegagalan Terapi
Kegagalan terapi belum dapat dievaluasi, karena belum terdapat hasil
selanjutnya dari perkembangan penyakit pasien.
Daftar Pustaka

Altman, R., et al. 2004. The antithrombotic profile of aspirin. Aspirin resistance, or simply
failure. Thrombosis Journal 2:1

American Heart Association (AHA). 2017. Understanding Your Cholesterol Results. Tersedia
online di https://www.uhs.uga.edu/documents/Understanding-Cholesterol-Results.pdf
[Diakses pada 17 Maret 2018]

Behan, M. W. H. and Storey R. F. 2004. Antiplatelet therapy in cardiovascular disease. BMJ


80(941)

British Heart Foundation. 2014. Your Heart Rate. Tersedia Online di www.bhf.org.uk [Diakses
pada 17 Maret 2018]

Drugs. 2018. Aspirin. Tersedia online di https://www.drugs.com/dosage/aspirin.html [Diakses


pada 17 Maret 2018]

Drugs. 2018. Dalteparin. Tersedia online di https://www.drugs.com/mtm/dalteparin.html


[Diakses pada 17 Maret 2018]

Drugs. 2018. Drug Interaction Report. Tersedia online di


https://www.drugs.com/drug_interactions.html [Diakses pada 17 Maret 2018]

Drugs. 2018. Nitroglycerine. Tersedia online di


https://www.drugs.com/dosage/nitroglycerin.html#Usual_Adult_Dose_for_Angina_P
ectoris [Diakses pada 17 Maret 2018]

Maniskas, M. E., et al. 2016. Intra-arterial nitroglycerin as directed acute treatment in


experimental ischemic stroke. Journal of NeuroInterventional Surgery

Miguel-Carrascco, J. L., et al. 2010. Captopril reduces cardiac inflammatory markers in


spontaneously hypertensive rats by inactivation of NF-kB. Journal of Inflammation
7:20

National Heart Foundation. 2016. Blood Pressure. Tersedia online di


https://www.heartfoundation.org.au/images/uploads/main/Your_heart/INF-082-C-
v2_NAHU_Blood_pressure_WEB.PDF [Diakses pada 17 Maret 2018]

NHS. 2015. Angina. Tersedia online di https://www.nhs.uk/conditions/angina/prevention/


[Diakses pada 17 maret 2018]

PIONAS. 2018. Hidrolorotiazid. Tersedia online di


http://pionas.pom.go.id/monografi/hidroklorotiazid [Diakses pada 17 Maret 2018]

Rubboli, A. 2008. Efficacy and Safety of Low-Molecular-Weight Heparins As An Adjunct to


Thrombolysis in Acute ST-Elevation Myocardial Infarction. Curr Cardiol Rev. 4(1):
63–71
Vongpatanasin, W. 2015. Hydrochlorothiazide (HCTZ) is not the most useful nor versatile
thiazide diuretic. Curr Opin Cardiol. 30(4): 361–365

Anda mungkin juga menyukai