Analisis Kesadahan Air Sumur Di Otak Desa-Mantang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN ANALITIK TERAPAN

“ANALISIS KESADAHAN AIR SUMUR DI OTAK DESA-MANTANG”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :

1. DEVI AYU SEPTIANI [E1M 015 020]


2. ELI YANTI [E1M 015 024]
3. NURUL HIDAYANI [E1M 015 053]
4. RISKA DIA SAPITRI [E1M 015 059]
5. ROSKIANA [E1M 015 062]

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS MATARAM

2017
Analisis Kesadahan Air Sumur Di Otak Desa-Mantang

A. Abstrak
Tujuan praktikum analisis kesadahan air sumur di otak desa mantang
adalah untuk standarisasi larutan Na-EDTA dengan CaCl2 dan menentukan
kesadahan total dalam sampel air. Air sadah merupakan air yang di
dalamnya terlarut garam-garam kalium dan magnesium atau mengandung
ion-ion Ca2+ dan Mg2+. Praktikum ini menggunakan metode titrasi
kompleksometri untuk menguji kesadahan air sumur, dimana digunakan 10
sampel air sumur yang terdapat di Otak Desa Mantang. Berdasarkan hasil
praktikum didapatkan bahwa kesadahan air sumur di Otak Desa Mantang
diatas batas ambang maksimum yaitu 1446.686 ppm, dimana batas ambang
normal adalah 1000 ppm. Sedangkan berdasarkan teori, hasil perhitungan
rata-rata konsentrasi CaCO3 dalam air sumur adalah 72,864 ppm sehingga
dapat diasumsikan air sumur di daerah otak desa mantang layak dikonsumsi.
Kata kunci : air sadah, titrasi kompleksometri, dataran tinggi.

B. Pendahuluan
Air merupakan bahan yang penting dalam kehidupan. Tanpa air
kehidupan di alam ini tidak berlangsung baik manusia, hewan maupun
tumbuhan. Seiring dengan naiknya jumlah penduduk serta laju pertumbuhan
semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air. Meningkatnya
kebutuhan air bukan hanya disebabkan oleh jumlah penduduk dunia yang
makin bertambah juga sebagai akibat dari peningkatan taraf hidupnya yang
diikuti oleh peningkatan kebutuhan air untuk keperluan industri, rumah
tangga, rekreasi dan pertanian (Achmad,2004).
Pengertian kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan
sabun, di mana sabun ini diendapkan oleh ion-ion yang saya sebutkan
diatas. Karena penyebab dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+,
khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat atau
karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan

UNIVERSITAS MATARAM 1
Mg2+, yang dinyatakan sebagai CaCO3. Kesadahan ada dua jenis, yaitu
kesadahan tetap dan kesadahan sementara (Giwangkara, 2008).
Air sadah adalah air yang di dalamnya terlarut garam-garam kalsium
dan magnesium air sadah tidak baik untuk mencuci karena ion-ion Ca2+ dan
Mg2+ akan berikatan dengan sisa asam karbohidrat pada sabun dan
membentuk endapan sehingga sabun tidak berbuih. Senyawa-senyawa
kalsium dan magnesium ini relatif sukar larut dalam air, sehingga senyawa-
senyawa ini cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan
atau precipitation yang kemudian melekat pada logam (wadah) dan menjadi
keras sehingga mengakibatkan timbulnya kerak (Bintoro, 2008).
Kesadahan dalam tingkat tertentu akan bermanfaat bagi kesehatan,
namun ketika kesadahan menjadi tinggi dan dikonsumsi manusia dalam
jangka waktu yang lama akan dapat mengganggu kesehatan. Secara khusus
kelebihan unsure kalsium akan menjadikan hyperparatyroidsm, batu ginjal
(kidney stone), dan jaringan otot rusak (musculusweakness). Kelebihan
logam magnesium dalam darah akan mempengaruhi syaraf otot dan otot
jantung yang ditandai lemahnya refleksi dan berkurangnya rasa sakit pada
otot yang rusak, ini merupakan kekhasan dari kelebihan magnesium. Selain
itu kelebihan magnesium dalam darah juga ditandai adanya keluarnya
cairan asetil cholin dan berkurangnya gerakan karena terdapat pelapisan
cholin pada otot. Adanya depresi pada vasodilatasi myocardial berperan
dalam terjadinya hipotensi (Suryandoko,2003).
Zat atau bahan kimia terkandung dalam air misalnya adanya Ca2+,
Mg2+, dan CaCO3. Yang melebihi standar kualitas tidak baik pada orang
yang mempunyai fungsi ginjal tidak baik, karena akan menyebabkan batu
ginjal. Kebiasaan minum juga merupakan faktor terjadinya batu pada
saluran kencing yaitu orang yang mengkonsumsiair banyak mengandung
kapur tinggi akan menjadi prediposisi pembentukan batu saluran kencing.
Maka air digunakan manusia tidak boleh mengandung kadar kesadahan total
melebihi 500mg/l CaCO3 (Haryanti,2006).

UNIVERSITAS MATARAM 2
C. Alat dan Bahan Praktikum
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum analisis kesadahan air
sumur di Otak Desa - Mantang ini adalah sebagai berikut :
a. Buret 50 ml
b. Botol air mineral
c. Erlenmeyer 100 ml
d. Gelas arloji
e. Gelas kimia
f. Gelas ukur
g. Labu takar 100
h. Neraca analitik
i. Pengaduk
j. Pipet tetes
k. Pipet volume
l. Spatula
m. Statif

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum analisis kesadahan
air sumur di Otak Desa - Mantang ini adalah sebagai berikut :
a. Aquades
b. Aluminium foil
c. CaCl2.6H2O
d. EBT
e. MgCl2
f. Na-EDTA
g. Sampel air sumur
h. Tissu
i. Kertas label

UNIVERSITAS MATARAM 3
D. Prosedur Kerja
1. Standarisasi larutan Na-EDTA
a. Menimbang 4 gram Na-EDTA dan 0.1 gram MgCl2.6H2O dan
dilarutkan dalam air sedikit demi sedikit dalam gelas kimia.
Kemudian diencerkan hingga 1 liter dalam labu takar.
b. Membuat larutan CaCl2 dengan cara menimbang CaCl2 sebanyak
0.073 gram, lalu dilarutkan hingga 50 ml.
c. Memasukkan sebanyak 50 ml larutan CaCl2 ke dalam erlenmeyer
250 ml dan tambahkan 5 ml buffer ammonium hidroksida-amonium
klorida dan 1 ml indikator Eriochom Black-T.
d. Melakukan titrasi dengan Na-EDTA yang akan distandarisasi hingga
warna ungu anggur berubah menjadi biru.
e. Mencatat dan menghitung kesetaraan ml EDTA dengan CaCO3 pada
lembar hasil pengamatan.
2. Penentuan kesadahan total air
a. Mengambil 50 ml sampel air dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250 ml.
b. Menambahkan 5 ml buffer dan 1 ml indikator.
c. Melakukan titrasi EDTA yang terstandarisasi dan diulangi hingga 2
kali.
d. Mencatat dan menghitung volume rata-rata Na-EDTA yang
digunakan pada lembar hasil pengamatan.

E. Hasil Pengamatan
(Terlampir).

UNIVERSITAS MATARAM 4
F. Analisis Data
1. Hasil Kesadahan Sampel
a. Tabel Hasil Pengamatan
No Nama Volume Na-EDTA yang digunakan Volume
Titrasi I Titrasi II rata-rata
1 Sampel I 2.8 ml 2.5 ml 2.65 ml
2 Sampel II 1.8 ml 1.5 ml 1.65 ml
3 Sampel III 3.8 ml 3.2 ml 3.5 ml
4 Sampel IV 3.9 ml 3 ml 3.45 ml
5 Sampel V 3.7 ml 3.5 ml 3.6 ml
6 Sampel VI 4.7 ml 3.6 ml 4.15 ml
7 Sampel
10.2 ml 10.4 ml 10.3 ml
VII
8 Sampel
4.2 ml 2.2 ml 3.2 ml
VIII
9 Sampel IX 3.7 ml 3.4 ml 3.55 ml
10 Sampel X 4 3.9 ml 3.95 ml
11 Larutan
3 ml 3 ml
Standar

b. Perhitungan
1) Standarisasi
EDTA 0,01 M
1 ml Ca = 1 mol Ca2+ dalam 1 L
= 0,01 mol Ca2+
= 0,01 × 40
= 0,4 gram dalam 1 L
0,4
=
40
= 0.01
Diketahui : Massa CaCl2.2H2O = 0,073 gram
Mr CaCl2.2H2O = 147,02
Ditanya : gram Ca2+ = ….?
Jawab :

UNIVERSITAS MATARAM 5
𝑀𝑟 𝐶𝑎
Gram Ca = 𝑀𝑟 CaCl2.2H2O × 𝑔𝑟𝑎𝑚 CaCl2.2H2O
40
= 147,02 × 0,073
2,92
= 147,02

= 0,0198
0,0198
= 40

= 0,00049 mol
1000
M = 0,00049 × 50

= 0,00049 × 20
= 0,0099 𝑀 ≈ 0,01

1 ml Ca2+ = 1 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴
1 ml CaCO3 = 1 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴

1 ml EDTA = 1 𝑚𝑙 CaCO3 0,0099 M


= 0,0099 mmol
= 0,0099 × Mr CaCO3
= 0,0099 × 100
= 0,99 mg CaCO3
1 ml EDTA ≈ 0,99 mg CaCO3
Ar Ca
= Mg CaCO3 × Mr CaCo3
40
= 0,99 × 100

= 0,396 mg Ca2+

2) Kadar CaCO3 dalam Sampel


a) Menentukan Kadar CaCO3 dalam sampel 1
Diketahui : Volume sampel = 50 ml
Volume Na-EDTA rata-rata sampel = 2,65 ml
mg Ca dalam 1 ml EDTA = 0,396 mg

UNIVERSITAS MATARAM 6
Ditanya : Kadar CaCO3 sampel dalam ppm = …….?
Jawaban:
 Mg Ca dalam 50 ml sampel
Mg Ca dalam sampel =
Volume EDTA x mg Ca dalam 1 ml EDTA
= 2,65 ml × 0,396 mg
= 1,0494 mg Ca
 Kesadahan Total
Mg Ca dalam 1000 ml (1 L) sampel
1000 ml
Mg Ca dalam 1 L = Mg Ca ×
L
1000 ml
= 1,0494 × 50

= 20,988 mg.
Jadi,mg Ca pada 1000 ml/ 1 L sampel yaitu 20,988 mg.
 Kadar CaCO3 dalam sampel
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝑀𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 𝑀𝑔 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×
𝑀𝑟 𝐶𝑎
100
= 20,988 mg ×
40
2098,98
=
40
= 52,47 𝑝𝑝𝑚
Jadi, kadar CaCO3 dalam 1 L sampel yaitu 52,47 𝑝𝑝𝑚
b) Menentukan Kadar CaCO3 dalam sampel 2
Diketahui : Volume sampel = 50 ml
Volume Na-EDTA rata-rata sampel= 1,65 ml
mg Ca dalam 1 ml EDTA = 0,396 mg
Ditanya : Kadar CaCO3 sampel dalam ppm = …….?
Jawaban:
 Mg Ca dalam 50 ml sampel
Mg Ca dalam sampel =
Volume EDTA x mg Ca dalam 1 ml EDTA

UNIVERSITAS MATARAM 7
= 1,65 ml × 0,396 mg
= 0,6534 mg Ca
 Kesadahan Total
Mg Ca dalam 1000 ml (1 L) sampel
1000 ml
Mg Ca dalam 1 L = Mg Ca ×
L
1000 ml
= 0,6534 × 50

= 13,068 mg.
Jadi,mg Ca pada 1000 ml/ 1 L sampel yaitu 13,068 mg.
 Kadar CaCO3 dalam sampel
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝑀𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 𝑀𝑔 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×
𝑀𝑟 𝐶𝑎
100
= 13,068 mg ×
40
1306,8
=
40
= 32,67 𝑝𝑝𝑚
Jadi, kadar CaCO3 dalam 1 L sampel yaitu 32,67 𝑝𝑝𝑚
c) Menentukan Kadar CaCO3 dalam sampel 3
Diketahui : Volume sampel = 50 ml
Volume Na-EDTA rata-rata sampel= 3,5 ml
mg Ca dalam 1 ml EDTA = 0,396 mg
Ditanya : Kadar CaCO3 sampel dalam ppm = …….?
Jawaban:
 Mg Ca dalam 50 ml sampel
Mg Ca dalam sampel =
Volume EDTA x mg Ca dalam 1 ml EDTA
= 3,5 ml × 0,396 mg
= 1,386 mg Ca
 Kesadahan Total
Mg Ca dalam 1000 ml (1 L) sampel
1000 ml
Mg Ca dalam 1 L = Mg Ca ×
L

UNIVERSITAS MATARAM 8
1000 ml
= 1,386 × 50

= 27,72 mg.
Jadi,mg Ca pada 1000 ml/ 1 L sampel yaitu 27,72 mg.
 Kadar CaCO3 dalam sampel
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝑀𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 𝑀𝑔 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×
𝑀𝑟 𝐶𝑎
100
= 27,72 mg ×
40
2772
=
40
= 69,3 𝑝𝑝𝑚
Jadi, kadar CaCO3 dalam 1 L sampel yaitu 69,3 𝑝𝑝𝑚
d) Menentukan Kadar CaCO3 dalam sampel 4
Diketahui : Volume sampel = 50 ml
Volume Na-EDTA rata-rata sampel= 3,45 ml
mg Ca dalam 1 ml EDTA = 0,396 mg
Ditanya : Kadar CaCO3 sampel dalam ppm = …….?
Jawaban:
 Mg Ca dalam 50 ml sampel
Mg Ca dalam sampel =
Volume EDTA x mg Ca dalam 1 ml EDTA
= 3,45 ml × 0,396 mg
= 1,3662 mg Ca
 Kesadahan Total
Mg Ca dalam 1000 ml (1 L) sampel
1000 ml
Mg Ca dalam 1 L = Mg Ca ×
L
1000 ml
= 1,3662 × 50

= 27,324 mg.
Jadi,mg Ca pada 1000 ml/ 1 L sampel yaitu 27,324 mg.
 Kadar CaCO3 dalam sampel

UNIVERSITAS MATARAM 9
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝑀𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 𝑀𝑔 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×
𝑀𝑟 𝐶𝑎
100
= 27,324 mg ×
40
2732,4
=
40
= 68,31 𝑝𝑝𝑚
Jadi, kadar CaCO3 dalam 1 L sampel yaitu 68,31 𝑝𝑝𝑚
e) Menentukan Kadar CaCO3 dalam sampel 5
Diketahui : Volume sampel = 50 ml
Volume Na-EDTA rata-rata sampel= 3,6 ml
mg Ca dalam 1 ml EDTA = 0,396 mg
Ditanya : Kadar CaCO3 sampel dalam ppm = …….?
Jawaban:
 Mg Ca dalam 50 ml sampel
Mg Ca dalam sampel =
Volume EDTA x mg Ca dalam 1 ml EDTA
= 2,65 ml × 0,396 mg
= 1,4256 mg Ca
 Kesadahan Total
Mg Ca dalam 1000 ml (1 L) sampel
1000 ml
Mg Ca dalam 1 L = Mg Ca ×
L
1000 ml
= 1,4256 × 50

= 28,512 mg.
Jadi,mg Ca pada 1000 ml/ 1 L sampel yaitu 28,512 mg.
 Kadar CaCO3 dalam sampel
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝑀𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 𝑀𝑔 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×
𝑀𝑟 𝐶𝑎
100
= 28,512 mg ×
40
2851,2
=
40

UNIVERSITAS MATARAM 10
= 71,28 𝑝𝑝𝑚
Jadi, kadar CaCO3 dalam 1 L sampel yaitu 71,28 𝑝𝑝𝑚
f) Menentukan Kadar CaCO3 dalam sampel 6
Diketahui : Volume sampel = 50 ml
Volume Na-EDTA rata-rata sampel= 4,15 ml
mg Ca dalam 1 ml EDTA = 0,396 mg
Ditanya : Kadar CaCO3 sampel dalam ppm = …….?
Jawaban:
 Mg Ca dalam 50 ml sampel
Mg Ca dalam sampel =
Volume EDTA x mg Ca dalam 1 ml EDTA
= 4,15 ml × 0,396 mg
= 1,6434 mg Ca
 Kesadahan Total
Mg Ca dalam 1000 ml (1 L) sampel
1000 ml
Mg Ca dalam 1 L = Mg Ca ×
L
1000 ml
= 1,6434 × 50

= 32,868 mg.
Jadi,mg Ca pada 1000 ml/ 1 L sampel yaitu 32,868 mg.
 Kadar CaCO3 dalam sampel
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝑀𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 𝑀𝑔 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×
𝑀𝑟 𝐶𝑎
100
= 32,868 mg ×
40
3286,8
=
40
= 82,17 𝑝𝑝𝑚
Jadi, kadar CaCO3 dalam 1 L sampel yaitu 82,17 𝑝𝑝𝑚
g) Menentukan Kadar CaCO3 dalam sampel 7
Diketahui : Volume sampel = 50 ml
Volume Na-EDTA rata-rata sampel= 10,3 ml

UNIVERSITAS MATARAM 11
mg Ca dalam 1 ml EDTA = 0,396 mg
Ditanya : Kadar CaCO3 sampel dalam ppm = …….?
Jawaban:
 Mg Ca dalam 50 ml sampel
Mg Ca dalam sampel =
Volume EDTA x mg Ca dalam 1 ml EDTA
= 10,3 ml × 0,396 mg
= 4,0788 mg Ca
 Kesadahan Total
Mg Ca dalam 1000 ml (1 L) sampel
1000 ml
Mg Ca dalam 1 L = Mg Ca ×
L
1000 ml
= 4,0788 × 50

= 81,576 mg.
Jadi,mg Ca pada 1000 ml/ 1 L sampel yaitu 81,576 mg.
 Kadar CaCO3 dalam sampel
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝑀𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 𝑀𝑔 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×
𝑀𝑟 𝐶𝑎
100
= 81,576 mg ×
40
8157,6
=
40
= 203,94 𝑝𝑝𝑚
Jadi, kadar CaCO3 dalam 1 L sampel yaitu 203,94 𝑝𝑝𝑚
h) Menentukan Kadar CaCO3 dalam sampel 8
Diketahui : Volume sampel = 50 ml
Volume Na-EDTA rata-rata sampel= 3,2 ml
mg Ca dalam 1 ml EDTA = 0,396 mg
Ditanya : Kadar CaCO3 sampel dalam ppm =…….?
Jawaban:
 Mg Ca dalam 50 ml sampel

UNIVERSITAS MATARAM 12
Mg Ca dalam sampel =
Volume EDTA x mg Ca dalam 1 ml EDTA
= 3,2 ml × 0,396 mg
= 1,2672 mg Ca
 Kesadahan Total
Mg Ca dalam 1000 ml (1 L) sampel
1000 ml
Mg Ca dalam 1 L = Mg Ca ×
L
1000 ml
= 1,2672 × 50

= 25,344 mg.
Jadi,mg Ca pada 1000 ml/ 1 L sampel yaitu 25,344 mg.
 Kadar CaCO3 dalam sampel
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝑀𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 𝑀𝑔 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×
𝑀𝑟 𝐶𝑎
100
= 25,344 mg ×
40
2534,4
=
40
= 63,36 𝑝𝑝𝑚
Jadi, kadar CaCO3 dalam 1 L sampel yaitu 63,36 𝑝𝑝𝑚
i) Menentukan Kadar CaCO3 dalam sampel 9
Diketahui : Volume sampel = 50 ml
Volume Na-EDTA rata-rata sampel= 3,55 ml
mg Ca dalam 1 ml EDTA = 0,396 mg
Ditanya : Kadar CaCO3 sampel dalam ppm = …….?
Jawaban:
 Mg Ca dalam 50 ml sampel
Mg Ca dalam sampel =
Volume EDTA x mg Ca dalam 1 ml EDTA
= 3,55 ml × 0,396 mg
= 1,4058 mg Ca
 Kesadahan Total

UNIVERSITAS MATARAM 13
Mg Ca dalam 1000 ml (1 L) sampel
1000 ml
Mg Ca dalam 1 L = Mg Ca ×
L
1000 ml
= 1,4058 × 50

= 28,116 mg.
Jadi,mg Ca pada 1000 ml/ 1 L sampel yaitu 28,116 mg.
 Kadar CaCO3 dalam sampel
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝑀𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 𝑀𝑔 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×
𝑀𝑟 𝐶𝑎
100
= 28,116 mg ×
40
2811,6
=
40
= 70,29 𝑝𝑝𝑚
Jadi, kadar CaCO3 dalam 1 L sampel yaitu 70,29 𝑝𝑝𝑚
j) Menentukan Kadar CaCO3 dalam sampel 10
Diketahui : Volume sampel = 50 ml
Volume Na-EDTA rata-rata sampel= 3,95 ml
mg Ca dalam 1 ml EDTA = 0,396 mg
Ditanya : Kadar CaCO3 sampel dalam ppm = …….?
Jawaban:
 Mg Ca dalam 50 ml sampel
Mg Ca dalam sampel =
Volume EDTA x mg Ca dalam 1 ml EDTA
= 3,95ml × 0,396 mg
= 1,5642 mg Ca
 Kesadahan Total
Mg Ca dalam 1000 ml (1 L) sampel
1000 ml
Mg Ca dalam 1 L = Mg Ca ×
L
1000 ml
= 1,5642 × 50

= 31,284 mg.

UNIVERSITAS MATARAM 14
Jadi,mg Ca pada 1000 ml/ 1 L sampel yaitu 31,284 mg.
 Kadar CaCO3 dalam sampel
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3
𝑀𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 𝑀𝑔 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×
𝑀𝑟 𝐶𝑎
100
= 31,284 mg ×
40
3128,4
=
40
= 78,21 𝑝𝑝𝑚
Jadi, kadar CaCO3 dalam 1 L sampel yaitu 78,21 𝑝𝑝𝑚

2. Hasil Menghitung Taraf Kepercayaan


a. Tabel Hasil
No mg/L CaCO3 x̄ x - x̄ (x - x̄)2
1 52,47 72,846 -20,304 415,915
2 32,67 72,846 -40,199 1615,557
3 69,3 72,846 -3,564 12,702
4 68,31 72,846 -4,554 20,738
5 71,28 72,846 -1,584 2,509
6 82,17 72,846 9,306 86,601
7 203,94 72,846 131,076 17180,917
8 63,36 72,846 -9,504 90,326
9 70,29 72,846 -2,574 6,625
10 78,21 72,846 5,346 28,579
∑ 728,64 19.460,469

b. Perhitungan
 Standar Deviasi
√(x − x̄)2
SD = n
19460,469
=√ 10

= √1946,0469

UNIVERSITAS MATARAM 15
= 44,114
 Menghitung nilai kepercayaan
1) 99%
Diketahui : x̄ = 72,864
n = 10
db = n – 1
= 10 – 1 = 9
SD = 44,114
Ditanya : BK = ... ?
Jawab :
nilai t pada alfa= 1% = 3.25
Taraf kepercayaan 99 %
maka :
t∝×SD
BK = x̄ ± √𝑁
3.25 𝑋 44,114
= 72,864 ± √10
143,370
= 72,864± 3.162

=72,864± 45,341
= 27,523 mg/L atau 118,205 mg/L

2) 95%
Diketahui : x̄ = 72,864
n = 10
db = n – 1
= 10 – 1 = 9
SD = 44,114
Ditanya : BK = ... ?
Jawab :
nilai t pada alfa= 5% = 2.262
Taraf kepercayaan 95 %
maka :

UNIVERSITAS MATARAM 16
t∝×SD
BK = x̄ ± √𝑁
2.262 𝑋 44,114
= 72,864 + √10
99,785
= 72,864 + 3.162

= 72,864 + 31,557
= 41,307 mg/L atau 104,421 mg/L

3) 90%
Diketahui : x̄ = 72,864
n = 10
db = n – 1
= 10 – 1 = 9
SD = 44,114
Ditanya : BK = ... ?
Jawab :
nilai t pada alfa= 10% = 1.833
Taraf kepercayaan 90 %
maka :
t∝×SD
BK = x̄ ± √𝑁
1.833 𝑋 44,114
= 72,864 + √10
80,860
= 72,864 + 3.162

= 72,864 + 25,372
= 47,292 mg/L atau 98.436 mg/L

G. Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk standarisasi larutan Na-EDTA
dengan CaCl2 dan menentukan kesadahan total dalam sampel air. Air sadah
merupakan air yang di dalamnya terlarut garam-garam kalium dan
magnesium atau mengandung ion-ion Ca2+ dan Mg2+ (Ginoest,2010). Pada
praktikum ini, kami melakukan proses titrasi kompleksometri, dimana titrasi

UNIVERSITAS MATARAM 17
kompleksometri adalah titrasi yang melibatkan reaksi ion logam dengan zat
pengompleks atau zat ligand. Zat pengompleks yang digunakan pada
praktikum ini yaitu EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) dan ion
logamnya yaitu Ca2+. Pada praktikum ini kami menggunakan sepuluh jenis
sampel air sumur yang berada di otak desa matang.
Percobaan pertama yaitu melakukan standarisasi larutan Na-EDTA.
Larutan standar adalah larutan yang sudah diketahui nilai molaritasnya
sehingga dapat menstandarisasi larutan lain yang belum diketahui nilai
molaritasnya. Tujuan standarisasi larutan EDTA pada praktikum ini adalah
untuk mengetahui konsentrasi CaCO3. Standarisasi larutan EDTA dilakukan
dengan cara mentitrasi larutan EDTA dengan CaCO3. Na-EDTA berfungsi
sebagai titran yang mengandung Na (Y4-) , dimana dalam pembuatan larutan
Na-EDTA ditambahkan MgCl2.6H2O. Penambahan MgCl2.6H2O bertujuan
untuk menangani suatu kemungkinan apabila sampel tidak mengandung
Mg, maka hasil yang menjadi MgEDTA perlu ditambahkan agar nantinya
indikator Eriochrome Black T menghasilkan titik akhir yang lebih tajam dan
juga Mg dapat memberikan warna merah kebiru yang berasal dari
pengikatan Mg oleh EDTA pada larutan. Pembakuan atau standarisasi ini
dilakukan dengan mentitrasi kalsium klorida (CaCl2) yang dapat digunakan
sebagai analit dan larutan standar primer. Dalam pembuatan CaCl2
ditambahkan buffer ammonium hidroksida-monium klorida dan indiktaor
EBT. Larutan buffer adalah larutan yang tidak mengalami perubahan pH
jika sejumlah kecil asam atau basa ditambahkan atau jika larutan
diencerkan. Hal ini sangat penting untuk mempertahankan pH bagi suatu
reaksi pada nilai pH optimumnya. Larutan buffer terdiri atas campuran asam
lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dengan asam
konjugasinya pada konsentrasi yang ditentukan sebelumnya (Siti Khadijah,
2001). Selain ditambahkan larutan buffer juga ditambahkan indikator.
Indikator adalah suatu zat yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan
konsentrasi ion hidrogen. Umumnya merupakan suatu asam atau basa
organik lemah, yang dipakai dalam larutan yang sangat encer. Asam atau

UNIVERSITAS MATARAM 18
basa indikator yang tak terdisosiasi mempunyai warna yang berbeda dengan
hasil disosiasinya. Indikator yang ditambahkan adalah indikator
Eriochrome Black T yang nanti dapat membentuk senyawa kompleks
dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam harus
lebih lemah daripada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam.
Indikator logam adalah suatu indikator terdiri dari suatuu zat yang
umumnya senyawa organik yang dengan satu atau beberapa ion logam dapat
membentuk senyawa kompleks yang warnanya berlainan dengan warna
indikatornya dalam keadaan bebas.Warna indikator pada sampai batas
tertentu bergantung pada suatu logam. Pada pH larutan dapat mengalami
perubahan dengan adanya ion hidrogen yang lepas pada saat titrasi. Dengan
adanya pH dan EBT dapat mencegah terbentuknya endapan logam
hidroksida. Lalu larutan CaCl2 dititrasi dengan Na-EDTA agar larutan lebih
stabil karena pada Na-EDTA kurang stabil dengan indikator dimana
kestabilan Ca-EDTA lebih besar dibandingkan kestabilan Na-EDTA. CaCl2
juga berfungsi untuk memperjelas pengamatan karena sifat Na-EDTA yang
kurang stabil maka ini akan menyebabkan perubahan warna ( titik akhir
titrasi) akan cepat terjadi sehingga kami tidak bisa mengamati dengan jelas
perubahan warna yang terjadi. Ketika kestabilan larutan dan kondisi pH
larutan yang sudah konstan maka dapat dilakukan titrasi dengan NaEDTA.
Dalam proses titrasi ini terjadi perubahan warna, karena adanya indikator
EBT yang mampu berikatan dengan ion Ca2+ dan Mg2+. Adanya indikator
ini yang dicampurkan sampel air atau pada saat melakukan standarisasi
larutan Na-EDTA akan mengalami perubahan warna dan terjadi titik akhir
titrasi. Titik akhir titrasi diperlihatkan dengan perubahan warna dari
indikator EBT akibat kompleks yang terjadi dari Ca2+, dimana perubahan
warna yang terjadi yaitu dari warna ungu anggur menjadi biru. Persamaan
reaksinya yaitu :
[Mg-EBT]2+ (aq) + H2Y2- (aq)  MgY2-(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)
Merah anggur biru langit

UNIVERSITAS MATARAM 19
Pada saat titrasi, ion H2Y2- mengompleks semua Ca2+ dan Mg2+ bebas
pada sampel air sehingga kompleks merah anggur [Mg-EBT]2+ terdisosiasi
dan warna merah anggur berubah menjadi biru langit dari indikator EBT
dan pada saat itu titik akhir telah tercapai, semua ion sadah telah
terkompleksikan dengan H2Y2. Volume Na-EDTA yang dibutuhkan untuk
mencapai titik akhir titrasi sebanyak 3 ml dan dalam standarisasi larutan ini
diperoleh konsentrasi CaCO3 0,396 mg Ca2+. Pada praktikum ini terjadi
kesalahan dalam membuat larutan CaCl2, dimana untuk standarisasi larutan
Na-EDTA volume minimal CaCl2 yang digunakan adalah 150 ml akan tetapi
pada praktikum ini kami menggunakan 50 ml larutan CaCl2 yang dicampur
dengan buffer dan indikator EBT sehingga diperoleh konsentrasi Na-EDTA
sebanyak 0,167 M, dimana konsentrasi EDTA yang seharusnya adalah
0,01M.
Percobaan kedua yaitu penentuan kesadahan total air. Kesadahan total
dari ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi dengan EDTA
sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation
tersebut (Abert dan Santika, 1984). Percobaan ini dilakukan dengan
melakukan titrasi sebanyak 2 kali pada setiap sampel air sumur (10 sampel)
yang di ambil di otak desa mantang yang ditambahkan larutan buffer dan
indikator EBT yang kemudian dititrasi dengan EDTA yang terstandarisasi.
Kualitas air di daerah dataran rendah, dataran tinggi dan daerah kapur
berbeda-beda. Tingkat kesadahan air di daerah kapur lebih tinggi daripada
di daerah dataran rendah dan dataran tinggi hal ini disebabkan karena
kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ di daerah kapur tersebut banyak atau
kandungan sulfatnya tinggi. Tempat pengambilan sampel ini termasuk
tempat dataran tinggi karena memiliki ciri-ciri beriklim sejuk dan cadangan
air cukup. Sehingga kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ pada daerah tersebut
tergolong rendah. Praktikum ini kami melakukan titrasi pada masing-masing
sampel dengan menambahkan larutan buffer dan indikator EBT.
Penambahan buffer agar pH tetap konstan dan penambahan indikator EBT
agar diperoleh larutan berwarna merah muda, selanjutnya dititrasi dengan

UNIVERSITAS MATARAM 20
EDTA. Seperti diketahui air sadah berarti mengandung ion Ca2+ dan Mg2+.
Ion Ca2+ akan lebih dahulu bereaksi dan kemudian disusul dengan ion Mg2+
sehingga menimbulkan perubahan warna dari merah kebiru. Pada titik akhir
titrasi diperoleh volume titran pada setiap sampel berbeda-beda baik itu
pada titrasi pertama dan titrasi kedua. Setelah melakukan 2 kali titrasi pada
ke sepuluh sampel air sumur diperoleh volume rata-rata sehingga dapat
diperoleh kesadahan total dari masing-masing sampel. kesadahan total dari
masing-masing sampel air sumur tersebut di atas ambang batas. Nilai
Ambang Batas (NAB) baku mutu air minum berdasarkan World Health
Organization (WHO), kadar padatan terlarut sebesar 1000 ppm
(Anonymous3, 1994). Hal ini disebabkan karena terjadi kesalahan pada
saat standarisasi larutan Na-EDTA. Sehingga berdasarkan data yang kami
peroleh setelah melakukan perhitungan berdasarkan hasil titrasi kami
mengasumsikan bahwa air sumur di otak desa mantang tidak layak di
konsumsi karena memiliki kesadahan di atas batas ambang. Akan tetapi
berdasarkan teori yang didapatkan kesadahan sampel air sumur di otak desa
mantang dibawah batas ambang dimana rata-rata kosentrasi CaCO3 adalah
72,864 ppm. Jika kesadahan air di atas batas ambang maksimum maka
harus diturunkan atau pelunakan, adapun beberapa cara untuk menurunkan
kesadahan air berdasarkan jenisnya dimana jika jenis air sadah sementara
dapat dilakukan dengan cara pemanasan pelunakan air sadah selain itu
pelunakan juga dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi kimia yaitu
penambahan larutan Ca(OH)2. Sementara untuk jenis air sadah tetap tidak
dapat dihilangkan dengan cara pemanasan saja, tetapi harus melalui reaksi
kimia dengan menggunakan pereaksi Na2CO3 atau K2CO3.

H. Simpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan, analisis data dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa:
1. Air sadah merupakan air yang di dalamnya terlarut garam-garam
kalium dan magnesium atau mengandung ion-ion Ca2+ dan Mg2+.

UNIVERSITAS MATARAM 21
2. Pada praktikum ini, untuk menguji kesadahan air sumur menggunakan
titrasi kompleksometri, dimana titrasi kompleksometri adalah titrasi
yang melibatkan reaksi ion logam dengan zat pengompleks atau zat
ligand.
3. Tujuan standarisasi larutan EDTA pada praktikum ini adalah untuk
mengetahui konsentrasi CaCO3.
4. Penambahan MgCl2.6H2O bertujuan untuk memberikan warna merah
kebiru yang berasal dari pengikatan Mg oleh EDTA pada larutan.
5. Tujuan penambahan indikator Eriochrome Black T adalah untuk
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam.
6. Tujuan penambahan larutan buffer adalah untuk mempertahankan pH.
7. Tempat pengambilan sampel air sumur termasuk daerah dataran tinggi
yaitu di Otak Desa Mantang.
8. Terjadi kesalahan dalam standarisasi larutan karena volume CaCl2 yang
digunakan 50 ml sedangkan volume minimal yang dibutuhkan untuk
standarisasi larutan adalah 150 ml, hal ini yang menyebabkan
konsentrasi CaCO3 yang didapatkan di dalam sampel air sumur banyak.
9. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa kesadahan air sumur di
Otak Desa Mantang diatas batas ambang maksimum yaitu 1446.686
ppm, dimana batas ambang normal adalah 1000 ppm.
10. Berdasarkan teori daerah dataran tinggi tidak banyak mengandung ion
Ca 2+ dan Mg 2+ sehingga memiliki kesadahan air yang rendah,
11. Berdasarkan teori, hasil perhitungan rata-rata konsentrasi CaCO3 dalam
air sumur adalah 72,864 ppm sehingga dapat diasumsikan air sumur di
daerah otak desa mantang layak dikonsumsi.

UNIVERSITAS MATARAM 22
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Albert dan Santika, Sri Sumestri (1984). Metode Penelitian Air. Surabaya: ITS
Press.

Anonymous. (1994). Nilai Ambang Batas (NAB) Air Minum Sesuai Standard
WHO diakses di http://helmutinfo.com/?p=158 (pada tanggal 22 Desember
2017 pukul 16.00 WITA)

Bintoro, 2008, Penentuan Kesadahan Sementara dan Kesadahan Permanen


diakses di http://aabin.blogsome.com (pada tanggal 22 Desember 2017
pukul 16.10 WITA).

Daintith, John. (2004). Kamus Kimia Lengkap. Jakarta: Erlangga.

Gionest. (2010). Penentuan kesadahan air dengan metode titrasi EDT. Jakarta:
PT Citra Adia Bakti.

Giwangkara, E., 2008, diakses di


http://persembahanku.wordpress.com/2006/09/29/mengapamandidipantaibo
rossabun (pada tanggal 22 Desember 2017 pukul 15.49 WITA).

Haryanti, R. (2006). Hubungan Kesadahan Air Sumur dengan Kejadian Penyakit


Batu Saluran Kencing di Kabupaten Brebes Tahun 2006. Skripsi.
Semarang: Haryanti, Rita. 2006. Hubungan Kesadahan Air Sumur
denganFakultas Kesehatan Masyarakat.

Siti Khadijah. (2001). Dasar-dasar Kimia Analitik (Kimia Analitik I). Kendari:
Universitas Haluoleo.

Suryandoko, H. (2003). Perbedaan Penambahan Beberapa Dosis Larutan


Kapur (CaOH)2 dalam Menurunkan Kesadahan Air Sumur Gali di Desa
Wulung Kecamatan Randu Blatung Kabupaten Blora Tahun 2003.
Semarang: Graha Ilmu.

UNIVERSITAS MATARAM 23
LAMPIRAN I

PENGAMBILAN AIR SUMUR

1. Waktu pelaksanaan : Minggu, 26 November 2017


2. Tempat pelaksanaan : Desa Otak Desa – Mantang, Kecamatan Batukliang,
Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
3. Tabel Hasil Pengambilan Sampel

No Nama Gambar

1 Sampel I

2 Sampel II

3 Sampel III

UNIVERSITAS MATARAM 24
4 Sampel IV

5 Sampel V

6 Sampel VI

7 Sampel VII

UNIVERSITAS MATARAM 25
8 Sampel VIII

9 Sampel IX

10 Sampel X

Foto anggota
kelompok saat
proses
pengambilan air
sumur

UNIVERSITAS MATARAM 26
LAMPIRAN II

PRAKTIKUM UJI KESADAHAN AIR SUMUR

1. Waktu pelaksanaan : Senin, 27 November 2017


2. Tempat pelaksanaan : Laboratorium Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Mataram.
3. Tabel Hasil Praktikum Uji Kesadahan Air Sumur

Gambar
No Nama Penentuan Penentuan
Penambahan
Kesadahan Air Kesadahan
EBT
I Air II

1 Sampel I

2 Sampel II

3 Sampel III

UNIVERSITAS MATARAM 27
4 Sampel IV

5 Sampel V

6 Sampel VI

7 Sampel VII

8 Sampel VIII

UNIVERSITAS MATARAM 28
9 Sampel IX

10 Sampel X

Standarisasi
CaCl2

Foto keseluruhan
hasil standarisasi
sampel I

Foto keseluruhan
hasil standarisasi
II

UNIVERSITAS MATARAM 29
Foto anggota
kelompok saat
proses uji
kesadahan air
sumur

UNIVERSITAS MATARAM 30
LAMPIRAN III

PETA WILAYAH

UNIVERSITAS MATARAM 31

Anda mungkin juga menyukai