Penerapan Praktek Dan Teori Akuntansi Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah
Penerapan Praktek Dan Teori Akuntansi Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah
Penerapan Praktek Dan Teori Akuntansi Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah
Bima Cinintya Pratama, Inta Gina Setiawiani, Siti Fatimah, Herman Felani
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
[email protected]
Abstract: Syari'ah accounting is gaining attention, both from practitioners in accounting and from scholars or
academics. This paper aims to explain the differences of principles applied to conventional accounting with syari'ah
accounting. This paper uses literature review approach. All data and information contained in this paper are obtained
from sources such as scientific journals, regulations, and the internet. The method used is descriptive, which describes a
condition of implementation of principles adopted by conventional accounting and syari'ah accounting. The findings
indicate that the actual accounting syar'iah in many ways, it is better to rely upon in applying accounting processes and
financial records of the company.
Keywords :Syari'ah accounting, Conventional accounting, Syar'iah accounting principles and Economics
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi Islam memiliki pemikiran ilmiah dan koheren yang komprehensif yang berbeda
dari ekonomi konvensional. Teori ekonomi Islam mengatakan bahwa "Ekonomi Islam tidak
menawarkan kerangka komprehensif untuk ekonomi modern. Ini gagal untuk menyediakan metode
analisis yang terdefinisi dengan baik dan operasional", Kuran (1995). Namun, ekonomi
konvensional, dengan pendekatan ilmiah dan argumen positifnya telah gagal menyelesaikan
masalah ekonomi umat manusia. Dalam wilayah pembangunan ekonomi umat, keberadaan dan
kehadiran lembaga bisnis, seperti lembaga keuangan syariah adalah mutlak adanya. Dikarenakan
perbankan bertindak sebagai perantara (intermediary) antara unit penawaran (supply) dengan unit
permintaan (demand), di sini diperlukan proses pencatatan dan pelaporan semua transaksi dan
kegiatan muamalah yang dilakukan di unit bisnis. Oleh karena itu, diperlukan sistem akuntansi yang
sesuai (relevan). Sehubungan dengan itu, perlu pula adanya proses akuntansi. Proses akuntansi ini
83
Penerapan Praktek dan Teori Akuntansi
tidak saja akan mempengaruhi perilaku manajemen, pemegang saham, karyawan, dan masyarakat
sekelilingnya, tetapi juga organisasi yang bersangkutan. Munculnya kesan bahwa akuntansi juga
memiliki kaitan dengan ideologi sulit untuk diletakkan dan akuntansi seperti yang saat ini diajarkan
pada jurusan – jurusan akuntansi di Indonesia, ternyata sangat kuat dipengaruhi oleh kapitalisme.
Singkatnya, informasi akuntansi yang kapitalistik akan membentuk jaringan kuasa yang kapitalistik
juga. Jaringan inilah yang akhirnya mengikat manusia dalam samsara kapitalisme. Padahal terdapat
perbedaan yang sangat besar antara nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat Islam dan barat.
Dalam masyarakat Islam terdapat sistem nilai yang melandasi setiap aktivitas masyarakat, baik
pribadi maupun komunal. Hal ini tidak ditemukan dalam kehidupan masyarakat barat. Perbedaan
dalam budaya dan sistem nilai ini menghasilkan bentuk masyarakat, praktik, serta pola hubungan
yang berbeda pula. Tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan
humanis, emansipatoris, transendental, dan teologis. Dengan akuntansi syariah, realitas sosial yang
dibangun mengandung nilai tauhid dan ketundukan kepada ketentuan Allah swt. Seperti yang
dikatakan oleh Sardar (1991), "Ini karena, pertama, ekonomi neoklasik, menjadi disiplin positif,
tidak memainkan peran aktif dalam mengarahkan atau mengendalikan perilaku manusia atau
peristiwa ekonomi. Ini hanya menjelaskan atau merasionalisasi mereka. Kedua, beberapa postulat
dasar seperti keegoisan manusia yang inheren, usaha bebas yang tidak diatur, kedaulatan konsumen,
kebebasan mutlak untuk mendapatkan, menyelamatkan, menginvestasikan atau membuang serta
berperan penting dalam menciptakan berbagai masalah ekonomi.
Solusi untuk masalah ekonomi masa kini memerlukan hal yang lengkap dari kebijaksanaan
konvensional kontemporer".Bukan hanya kegagalan untuk memecahkan masalah ekonomi, namun
sebenarnya fondasi teori ekonomi akhir-akhir ini menjadi kontroversial. Paradigma neoklasik yang
dirayakan sampai pertengahan tahun tujuh puluhan karena "ekonomi" kehilangan semua
kemegahannya ketika teori harapan rasional menyingkirkan semua alasan di bawahnya. Sementara
akar ilmu ekonomi sudah jelas dikenal dan dipahami oleh para ekonom, itu tidak benar-benar terjadi
dengan ekonomi Islam. Akar ekonomi Islam seharusnya, menurut definisi, terletak pada Fiqh.
"Ekonomi Islam" sebagai disiplin yang berbeda akan dibenarkan hanya jika kita dapat menunjukkan
bahwa literatur Fiqh, yang memberikan pemahaman tentang teks-teks Islam, membawa kita pada
akar yang berbeda untuk memahami perilaku ekonomi manusia. Para ekonom yang tertarik pada
ekonomi Islam pada umumnya tidak memiliki akses terhadap sumber Fiqh, terutama karena Fiqh
adalah ilmu yang luas dan sangat terspesialisasi. Materi yang relevan dengan ekonomi tidak secara
eksplisit diidentifikasi dalam ilmu ini. Materi yang mencakup ilmu ini harus dicari dalam literatur
Fiqih yang luas. Hal ini dapat menyebabkan kendala serius dalam membangun bangunan ekonomi
Islam di atas akarnya sendiri agar berbeda dengan ekonomi konvensional.
84
Bima Cinintya Pratama, dkk…
B. Batasan, Perumusan dan Tujuan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis memfokuskan permasalahan dilihat
dari pengertian serta prinsip Akuntansi baik syariah maupun konvensional, prinsip syariah,
serta teori dan praktek akuntansi syariah terbentuk sampai dengan perkembangannya
sekarang ini di Indonesia.
2. Perumusan Masalah
a. Mengetahui pengertian dan kerangka akuntansi syariah?
b. Bagaimana perbedaan akuntansi syariah dan akuntansi konvensional?
c. Bagaimana teori dan praktek akuntansi syariah terbentuk sampai dengan
perkembangannya sekarang ini di Indonesia?
3. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui pengertian dan kerangka akuntansi syariah.
b. Untuk mengetahui perbedaan akuntansi syariah dan akuntansi konvesional.
c. Untuk mengetahui teori dan praktek akuntansi syariah yang terbentuk sampai dengan
perkembangan sekarang ini di Indonesia.
Telaah Literatur
A. Definisi Akuntansi Syariah
Akuntansi Syariah antara lain berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, dan pencatatan
transaksi dan pengungkapan hak – hak dan kewajiban – kewajubanya secara adil. Konsep akuntansi
dalam islam adalah penekanan pada pertangggung jawaban atau accountability berdasar pada Al
Qur’an dalam surat Al baqarah ayat 282. Dalam ayat tersebut disebutkan kewajiban bagi mukmin
untuk menulis setiap transaksi yang masih belum tuntas supaya jelas kadarnya, waktunya, dan
mudah untuk persaksianya sehingga tidak ragu. Artinya perintah tersebut ditekankan pada
kepentingan pertanggungjawaban, agar pihak yang pihak yang terlibat dalam transaksi itu tidak
diragukan, tidak menimbulkan konflik dan adil, sehingga perlu para saksi (Danaferus, 2016).
Akuntansi syariah merupakan salah satu upaya mendekontruksi akuntansi modern ke dalam bentuk
yang humanis dan sarat nilai. Tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis dengan
wawasan humanis, emansipatoris, transendental, dan teleologikal. Konsekuensi ontologis upaya ini
adalah bahwa akuntan secara kritis harus mampu membebaskan manusia dari ikatan realitas
peradaban, beserta jaringan-jaringan kuasanya, kemudian memberikan atau menciptakan realitas
alternatif dengan seperangkat jaringanjaringan kuasa Ilahi yang mengikat manusia dalam hidup
sehari-hari (ontologi tauhid), Triyowono dan Grafikin (1996).
85
Penerapan Praktek dan Teori Akuntansi
B. Prinsip-prinsip Akuntansi Syariah
Berdasarkan Surat Al Baqarah 282:
1. Pertanggungjawaban (Accountability)
Prinsip pertanggungjawaban (accountability), merupakan konsep yang tidak asing
lagi dikalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep
amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia dengan
Sang Khalik mulai dari alam kandungan.
2. Prinsip Keadilan
Pada konteks akuntansi, menegaskan kata adil dalam ayat 282 surat Al-Baqarah,
dilakukan oleh perusahan harus dicatat dengan benar. Misalnya, bila nilai transaksi adalah
sebesar Rp. 265 juta, maka akuntan (perusahaan) harus mencatat dengan jumlah yang sama
dan sesuai dengan nominal transaksi. Secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi
yang dengan kata lain tidak ada window dressing dalam praktik akuntansi perusahaan.
3. Prinsip Kebenaran
Prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan.Sebagai
contoh, dalam akuntansi kita selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran
laporan. Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai
kebenaran. Kebenaran ini akan dapat menciptakan nilai keadilan dalam mengakui,
mengukur, dan melaporkan tansaksi-transaksi dalam ekonomi.
C. Prinsip Dasar Akuntansi Konvensional
Akuntansi kapitalis dibangun berdasarkan landasan pikir sekuler terkonstruksi sebagai ilmu
yang bebas nilai (Value Free), sehingga satu-satunya landasannya adalah rasional tanpa memiliki
dimensi teologis ketauhidan serta moral. Akuntansi yang dibangun pada ranah peradaban ekonomi
kapitalis lahir sebagai perangkat konstruktif peradaban tersebut. Seluruh dimensi penyajian laporan
keuangan selalu mencerminkan kebutuhan dan kepentingan stockholder sesuai dengan filosofi
induk yang melahirkannya, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Karl Max bahwa akuntansi
kapitalis hanya merupakan legalisasi kaum kapitalis untuk tetap eksis.
METODOLOGI PENELITIAN
Penulisan artikel ini dilakukan untuk menemukan rasionalitas dan kebenaran hakikat,
pengetahuan dan praktik akuntansi, maka kajian teori kritis akan digunakan, yang penerapannya
dilakukan melalui analisis deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang
berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau
tentang kecenderungan yang sedang berlangsung. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam
86
Bima Cinintya Pratama, dkk…
penelitian ini, maka data yang digunakan diambil dari artikel-artikel dari jurnal ilmiah yang
terpercaya, peraturan-peraturan yang berlaku, danpernyataan-pernyataanahli yang relevan. Dengan
demikian teknik analisis yang dilakukan adalah teknik analisisisi (content analysis).
PEMBAHASAN
Pembicaraan mengenai akuntansi Islam haruslah dipahami sebagai sebuah alat yang
memiliki orientasi sosial. Sebab akuntansi Islam tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan
fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagai suatu metode untuk
menjelaskan bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat Islam. Hal ini tidak sama
dengan perbedaan antara akuntansi deskriptif dengan akuntansi normatif. Akuntansi deskriptif ini
bertujuan untuk menawarkan akuntansi yang cocok dengan tujuan tertentu. Jika tujuanb erbeda,
maka pasti norma juga berbeda. Secara jelas akuntansi Islam yang diterapkan pada lembaga
keuangan syariah adalah upaya penerapan akuntansi yang menyangkut masalah ekonomi, masalah
politik, dan juga masalah akuntansi itu sendiri. Dengan kata lain, fungsinya sebagai bagian dar
isyariah. Dalam kontek situ harus diterima, bahwa akuntansi syariah memainkan peranan untuk
menyesuaikan kelompok yang berkepentingan bisnis dalam masyarakat.
1. Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional
Akuntansi syari’ah dan akuntansi konvensional merupakan sifat akuntansi yang diakui oleh
masyarakat ekonomi secara umum. Keduanya merupakan hal yang tidak terpisahkan dari
masalah ekonomi dan informasi keuangan suatu perusahaan atau sejenisnya. Perbedaan menurut
Husein Syahatah, dalam buku Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, antara lain terdapat pada
hal-hal sebagai berikut:
a) Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai atau harga
untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa yang dimaksud dengan
modal pokok (kapital) belum ditentukan.
b) Modal dalam konsep Akuntansi Konvensional terbagi menjadi dua bagian, yaitu modal
tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di dalam konsep
Islam barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa
barang (stock), selanjutnya barang dibagi menjadi barang milik dan barang dagang;
c) Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang sama
kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara
untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau sebagi sumber harga atau nilai;
d) Konsep konvensional mempraktekan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung
semua kerugian dalam perhitungan, serta mengenyampingkan laba yang bersifat
mungkin, sedangkan konsep Islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan
87
Penerapan Praktek dan Teori Akuntansi
nilai atau harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan
untuk kemungkinan bahaya dan resiko;
e) Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal
pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram, sedangkan dalam konsep Islam
dibedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari kapital (modal
pokok) dengan yang berasal dari transaksi, juga wajib menjelaskan pendapatan dari
sumber yang haram jika ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-
tempat yang telah ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram tidak
boleh dibagi untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal;
f) Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya jual-
beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya
perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang
belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba
tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.
g) Komponen laporan keuangan entitas Syariah meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat, laporan
sumber dan penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana qardh dan
catatan atas laporan keuangan. Sedangkan komponen laporan keuangan konvensional
tidak menyajikan laporan perubahan dana investasi terikat, laporan sumber dan
penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana qardh.
2. Perkembangan Teori & Praktek Akuntansi Islam
a. Perkembangan Teori & Praktek Akuntansi Islam secara Umum
Realitas akuntansi modern yang dibangun dengan nilai-nilai egoistik, materialistik dan
utilitarian, menjadi belenggu bagi manusia modern untuk menemukan jati dirinya dan tuhan.
Bagi kalangan masyarakat muslim, Tuhan menjadi tujuan akhir dan menjadi tujuan puncak
kehidupan manusia. Akuntansi syari’ah hadir untuk melakukan dekonstruksi terhadap
akuntansi modern. Melalui epistemologi berpasangan, akuntansi syari’ah berusaha
memberikan kontribusi bagi akuntansi sebagai instrumen bisnis sekaligus menunjang
penemuan hakikat diri dan tujuan hidup manusia.
a) Versi Pertama:
Akuntansi syari’ah memformulasikan tujuan dasar laporan keuangannya untuk
memberikan informasi dan media untuk akuntabilitas. Informasi yang terdapat dalam
akuntansi syari’ah merupakan informasi materi baik mengenai keuangan maupun
nonkeuangan, serta informasi nonmateri seperti aktiva mental dan aktiva spiritual.
Contoh aktiva spiritual adalah ketakwaan, sementara aktiva mental adalah akhlak yang
88
Bima Cinintya Pratama, dkk…
baik dari semua jajaran manajemen dan seluruh karyawan. Sebagai media untuk
akuntabilitas, akuntansi syari’ah memiliki dua macam akuntabilitas yaitu akuntabilitas
horisontal, dan akuntabilitas vertikal. Akuntabilitas horisontal berkaitan dengan
akuntabilitas kepada manusia dan alam, sementara akuntabilitas vertikal adalah
akuntabilitas kepada Sang Pencipta Alam Semesta.
b) Versi Kedua
Tujuan dasar laporan keuangan syari’ah adalah: memberikan informasi, memberikan
rasa damai, kasih dan sayang, serta menstimulasi bangkitnya kesadaran keTuhanan.
Ketiga tujuan ini, merefleksikan secara berturut-turut dunia materi, mental, dan spiritual.
Tujuan pertama secara khusus hanya menginformasikan dunia materi baik yang bersifat
keuangan maupun non keuangan. Tujuan kedua membutuhkan bentuk laporan yang
secara khusus menyajikan dunia mental yakni rasa damai, kasih dan sayang.
b. Prinsip Modal Pokok dalam Akuntansi Islam
Diantara tujuan syariat Islam ialah menjaga dan mengembangkannya melalui jalur-jalur
yang syar’i, untuk merealisasikan fungsinya dalam kehidupan perekonomian serta membantu
memakmurkan bumi dan pengabdian kepada Allah SWT. Sumber-sumber hukum Islam telah
mencukup kaidah-kaidah yang mengatur pemeliharaan terhadap modal pokok
(kapital). Prinsip-Prinsip Akuntansi pada Modal Pokok yang terpenting diantaranya sebagai
berikut.
1. Tamwil dan Syumul (Mengandung Nilai dan Universal) modal itu harus dapat memberikan
nilai, yaitu mempunyai nilai tukar di pasar bebas. Bisa saja, modal beda dalam naungan
sebuah perusahaan dalam bentuk uang, barang milik, atau barang dagangan selama harta itu
masih bisa dinilai dengan uang oleh pakar-pakar yang ahli di bidang itu serta disepakati oleh
mitra usaha.
2. Mutaqawwim (Bernilai) Modal itu harus bernilai, artinya dapat dimanfaatkan secara syar’i.
Jadi, harta-harta yang tidak mengandung nilai tidak termasuk dalam wilayah akuntansi yang
sedang dibicarakan, seperti khamar, daging babi, dan alat-alat perjudian.
3. Penguasaan dan Pemilikan yang Berharga Mal atau harta itu harus dimilki secara sempurna
dan dikuasainya sehingga ia dapat memanfaatkannya secara bebas dalam bermuamalah
atau bertransaksi. Sebagai contoh, tidak boleh bagi seseorang untuk memulai dengan pihak
lain kerjasama dalam uang dan pekerjaan dengan janji membayarkan uang tersebut
dikemudian hari atau uang itu masih bersifat utang (dalam jaminan), seperti yang ditegaskan
oleh ulama fiqih dalam fiqih syarikah.
4. Keselamatandan Keutuhan Ra,sul-maal Sistem akuntansi Islam menekankan pemeliharan
terhadap kapital yang hakiki, seperti yang tergambar dalam sabda Rasul sebagai
89
Penerapan Praktek dan Teori Akuntansi
berikut.“Seorang mukmin itu bagaikan seorang pedagang; dia tidak akan menerima laba
sebelum dia mendapatka ra’sul-maalnya (modal). Demikianjuga, seorang mukmin tidak
akan mendapatkan amalan-amalan sunnahnya sebelum ia menerima amalan-amalan
wajibnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Jadi, kalau modal belum dipisahkan dan keuntungan
telah dibagi, itu dianggap telah membalikan sebagai modal kepada sipemilik saham. Hal
inilah yang banyak menimbulkan masalah dalam perusahaan-perusahaan.
3. Prinsip Perhitungan Laba dalam Akuntansi Islam
Diantara tujuan dagang yang terpenting ialah meraih laba, yang merupakan cerminan
pertumbuhan harta. Laba ini muncul dari proses pemutaran modal dan pengopersiannya dalam
aksi-aksi dagang dan moneter. Islam sangat mendorong pendayagunaan harta/modal yang
melarang menyimapnnya sehingga tidak habis sdimakan zakat, sehingga harta itu dapat
merealisasikan peranannya dalam aktivitas ekonomi. Di dalam Islam, laba mempunyai
pengertian khusus sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama-ulama salaf dan khalaf. Dalam
bahasa Arab, laba berarti pertumbuhan dalam dagang
90
Bima Cinintya Pratama, dkk…
B. Saran
Peran Dewan Pengawas Syariah untuk mengawasi jalanya prinsip akuntansi syariah sesuai
tuntunan Al-Quran dan Hadits selain itu harus adanya publikasi terhadap masyarakat mengenai
prinsip-prinsip akuntansi syariah yang baik diterapkan dilembaga keuangan. Serta dalam
lembaga keuangan syariah informasi yang tersedia harus mampu menggambarkan pencapain
tujuan yang ada dan konsistensinya dengan syariat
DAFTAR PUSTAKA
Danaferus, Annisa Rahmi, Nenengurhasanah, Imaniyati, Neni Sri. (2016). “Prinsip Akuntansi dalam
Penyajian Laporan keuangan Neraca pada Baitul Maal Wat Tamwil berdasarkan Peraturan
Menteri KUKM No. 14/Per/K.UKM/IV/2015 tentang Akuntansi Usaha Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah Dihubungkan dengan Prinsip Akuntansi Syariah (Studi Kasus pada
BMT Mutiara Insani)”.Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah.Volume 2 Nomor 2.Hlm
535 – 542. ISSN :2460 – 2159.
Kuran, Timur (1995), “Islamic Economics and the Islamic Subeconomy.”
Journal of Economic Perspectives, 9 (4), 155-173.
Sardar, Ziauddin (1991), “Islam and Future: Editor’s Introduction.” Futures, 23
(3), 223-230
91