Farmakognosi
Farmakognosi
Farmakognosi
PENDAHULUAN
Indonesia sangat kaya akan kekayaan alam yang melimpah, mulai dari
tanaman herbal sampai mineral tersimpan dalam bumi pertiwi. Dijaman yang
berkembang banyak Ilmuwan bahkan Mahasiswa dari berbagai universitas
berlomba-lomba untuk mengembangkan tanaman obat. Dari sekian banyak
tanaman obat ada salah satu tanaman yang berkasiat obat yaitu Impatien
balsamina atau yang biasa disebut bunga pacar air ini telah diteliti bahawa
kandungan fitokimia yang terkandung didalamnya dapat berkhasiat sebagai
obat. Penelitian terhadap tanaman ini kebanyakan tertuju pada uji fitokimia
dan uji aktivasi, tetapi untuk literatur mengenai deskripsi, morfologi dan uji
mutu simplisia tanaman pacar air masih minim bahkan dalam buku Materia
Medika Indonesia pacar air belum diklarifikasi secara detail.
Dari uraian diatas maka dari itu diharapkan praktikan untuk mencari
data tentang simplisia yang akan diteliti terlebih dahulu untuk dapat
membandingkan mutu dari suatu simplisia berdasarkan ketentuan yang ada.
Terlebih dahulu perlu pemahaman mengenai obat alam, simplisia dan
hubungan antara obat alam dengan simplisia. Penggunaan bahan alam sebagai
obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak
berabad-abad yang lalu, terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar
Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen
1
Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi
Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan
tumbuhan sebagai bahan bakunya (Sari, 2006).
2
kumis kucing yang dapat memberikan hasil yang optimal, baik dalam
kualitas maupun kuantitas.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh perolehan bahan baku obat
tersebut dengan cara pengumpulan bahan secara liar di semak-semak, hutan
dan atau hasil budidaya yang seadanya, sehingga tidakterpenuhinya
kebutuhan hara yang seimbang). Pemberian pupuk organik yang sesuai
mempengaruhi luas daun kumis kucing. Pemupukan kalium (K)
berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, bobot kering
tanaman (total, panen daun, daun, batang dan akar) dan luas permukaan
daun. Dengan adanya optimasi pemupukan, diharapkan dapat dihasilkan
tanaman kumis kucing dengan mutu yang memenuhi persyaratan yang
berlaku. Sebagai keberlanjutan dari optimasi budidaya tanaman kumis
kucing,diperlukan pula adanya optimasi dalam perlakuan dalam pemanenan
dan pasca panen.Di samping masalah budidaya dan pemanenan,
kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi tanaman kumis kucing
sebagai obat tradisional memicu pengembangan tanaman ini menjadi
fitofarmaka. Untuk mencapai hal ini, perlu dikaji mengenai kejelasan dan
kebenaran bahan, yang kemudian didampingi dengan metode pembuatan
simplisia yang baik dan memenuhi persyaratan yang berlaku. Dalam bentuk
3
simplisia, perlu dilakukan standarisasi untuk menjaga kualitas dan efikasi
bahan obat herbal.Standarisasi diartikan sebagai nilai atau ukuran yang
menyatakan reprodusibilitas mutu sehingga menghasilkan konsistensi
efikasi untuk setiap produknya (Gaedcke and Steinhoff, 2003).
4
1.3 Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jenis Simplisia
b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh , bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
c. Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana
dan belum berupa zat kimia murni.
6
3. Cara penepakan dan penyimpanan simplisia.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Alpinia
7
muda, dan menjadi hitam ketika tua. Akar serabutnya berwarna coklat
muda. Tanaman ini digolongkan menjadi dua yaitu lengkuas berimpang
merah dan berimpang putih. Rimpang lengkuas muda bisa dipanen pada
umur 2-3 bulan, sedangkan tanaman tua yang sudah berserat dipanen pada
umur 4-7 bulan. Lengkuas banyak mengandung oleoresin yang terdiri dari
komponen damar dan minyak atsiri. Selain itu, lengkuas mengandung
komponen flavonol, yang terdiri dari galangin, kaemferol, kuersetin, dan
miliselin. Komponen lainnya adalah à-pinen, 1,8-sineol, limonen, terpineol,
kaemferol, kuarsetin, dan miristin. Masyarakat menggunakanlengkuas
sebagai pewangi dan penambah cita rasa masakan. Selain itu, rimpang
mudanya banyak dimanfaatkan sebagai sayuran dan lalapan. Dalam bidang
pengobatan,lengkuas digunakan sebagai antiseptik, pencegah kangker,
antialergi, antijamur, danantioksidan. Selain itu, digunakan sebagai obat
panu, pelancar haid, diuretik,memperkuat lambung, meningkatkan nafsu
makan, dan sebagai penyegar.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae
8
Kumis kucing merupakan tumbuhan semak tahunan yang dapat
tumbuh mencapai 50-150 cm. Kumis kucing memiliki batang berkayu yang
berbentuk segi empat, beruas-ruas, serta bercabang dengan warna coklat
kehijauan. Daun kumis kucing merupakan daun tunggal yang berbentuk
bulat telur, dengan ukuran panjang 7-10 cm dan lebar 8-50 cm. Pada bagian
tepi daun bergerigi dengan ujung dan panjang runcing. Daun tipis dan
berwarna hijau. Bunga kumis kucing berupa bunga majemuk berbentuk
malai yang terletak di ujung ranting dan cabang dengan mahkota bunga
berbentuk bibir dan berwarna putih. Pada bunga terdapat kelopak yang
berlekatan dengan ujung terbagi empat danberwarna hijau. Benang sari pada
bunga berjumlah empat dengan kepala sari berwarna ungu. Sedangkan putik
pada bunga berjumlah satu dan berwarna putih. Kumis kucing memiliki
buah berbentuk kotak dan bulat telur, yang berwarna hijau ketika masih
muda dan berubah warna menjadi hitam setelah tua. Biji kumis kucing
berukuran kecil dan berwarna hijau ketika masih muda yang menghitam
setelah tua. Perakaran kumis kucing merupakan akar tunggang berwarna
putih kotor.
9
2.2.3 Efek farmakologi
10
Tahapan ini sangat menentukan kualitas bahan baku, dimana
faktor yang paling berperan adalah masa panen. Pada waktu panen
peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari
cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan
tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak
diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu
atau cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus segeradibuangatau
dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keranjang, kantong,karung dan
lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan
tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan supaya
bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebabkan
terjadinya proses fermentasi/busuk. Bahan juga harus dijaga dari
gangguan hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).
2. Sortasi Basah
11
campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2% proses penyortiran
pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan
yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang
ikut terbawa dalam bahan.
3. pencucian
a) Perendaman Bertingkat
12
b) Penyemprotan
4. Pengubah Bentuk
13
3-5 mm. Perajangan bahan dapat dilakukan dengan cara manual dengan
cara memakai pisau yang tajam dan terbuar dari steinlees atau dengan
mesin pemotong atau perajang. Bentuk irisan split atau slice tergatung
tujuan pemakain. Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi
bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan lebih
cepat kering bentuk irisan sebaiknya melintang (slice)
5. Pengeringan
14
tersebut, kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan maupun
waktu penyimpanan.
6. Sortasi Kering
15
tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil,
berat bersih, metode penyimpanan.
16
disortasi antara batangdan daunnya, bagian tumbuhan yang dipakai
hanyalah bgian daunnya saja lalu dicuci dengan air bersih. Dun yang
telah dicuci kemudian ditiriskan, diranjang halus dan dikeringkan
pada lemari pengering. Simplisia kering yang dapatdisortasi kembali,
kemudian dihaluskan dengan blender. Dan dianyak untuk memperoleh
sabuk simplisia dengan derajat halus tertentu, yaitu 4/18.
17
c. Simplisia dibuat dengan proses khusus.
3. Waktu panen.
18
Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian
tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Sebagai contoh pada
tanaman Atropa belladonna, alkaloid hiosiamina mula-mula
terbentuk dalam akar. Dalam tahun pertama, pembentukan
hiosiamina berpindah pada batang yang masih hijau. Pada tahun
kedua batang mulai berlignin dan kadar hiosiamina mulai menurun
sedang pada daun kadar hiosiamina makin meningkat. Kadar alkaloid
hios'amina tertinggi dicapai I dalam pucuk tanaman pada saat tanai
an berbunga dan kadar alkaloid menurun pada saat tanaman berbualz
dan niakin turun ketika buah makin tua. Contoh lain, tanaman
Menthapiperita muda mengandung mentol banyak dalanl daunnya.
Kadar rninyak atsiri dan mentol tertinggi pada daun tanaman ini
dicapai pada saat tanaman tepat akan berbunga. Pada
Cinnamornunz camphors, kamfer akan terkumpul dalam kayu tanaman
yang telah tua. Penentuan bagian tanaman yang dikumpulkan dan
waktu pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian. Di
samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu
diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Contoh, simplisia yang
mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen pada pagi hari.
Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari
perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif
dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
1. Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua
seperti kedawung (Parkia rosbbrgii), pengambilan biji ditandai
dengan telah mengeringnya buah. Sering pula pemetikan
dilakukan sebelum kering benar, yaitu sebelum buah pecah
secara alami dan biji terlempar jauh, misal jarak (Ricinus
cornrnunis).
19
2. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu
pengambilan sering dihubungkan dengan tingkat kemasakan,
yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada buah seperti
perubahan tingkat kekerasan misal labu merah (Cucurbita
n~oscllata). Perubahan warna, misalnya asam (Tarnarindus
indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa
belimbi), jeruk nipis (Citrui aurantifolia) perubahan bentuk
buah, misalnya mentimun (Cucurnis sativus), pare (Mornordica
charantia).
4. Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua,
daun yang diambil dipilih yang telah membuka sempurna dan
terletak di bagian cabang atau batang yang menerima sinar
matahari sempurna. Pada daun tersebut terjadi kegiatan
asimilasi yang sempurna. Contoh panenan ini misal sembung
(Blumea balsamifera).
20
7. Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan
dilakukan pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya
bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan
besar maksimum. Panen dapat dilakukan dengan tangan,
menggunakan alat atau menggunakan mesin. Dalam ha1 ini
keterampilan pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang
benar, tidak tercampur dengan bagian lain dan tidak merusak
tanaman induk. Alat atau mesin yang digunakan untuk memetik
perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam sebaiknya
tidak digunakan bila diperkirakan akan merusak senyawa aktif
siniplisia seperti fenol, glikosida dan sebagainya.
21
2) Parameter Kadar abu
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu pada penetapan kadar
abu yang tidak larut dalam asam ketika dilarutkan dengan pelarut asam.
22
mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba
nonpatogen melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada
stabilitas ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan persyaratan
parameter non spesifik ekstrak secara umum.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1 Alat
1. Timbangan analitik
2. Pemotong
3. Gelas ukur
4. Pipet uetes
5. Cawan penguap
6. Vial dan botol M150
7. Mikroskop
8. Cover dan objek glass
9. Corong
10. Oven dan fuenace
11. Krus porselen
3.1.2 Bahan
24
lakukan pencucian dengan air yang mengalir selanjutnya timbang berat
simplisia sesudah dicuci, kemudian lakukan perajangan, jemur dibawah
sinar matahari, sortasi kering dan lakukan pengujian simplisia. Hitung
rendemen.
Y-X × 100%
% sari terhadap bahan yang dikeringkan = n
(W2-W1)-(W3-W1) × 100%
% susut pengeringan = (W2-W1
25
pijar hati-hati, dinginkan, timbang dan pijar selama 10 menit, kemudian
ulangi sampai berat konstan.
(W3-W1) × 100%
% susut pengeringan = (W2-W1)
26
BAB IV
4.1 Hasil
I. Pemerian
II. Mikroskopis
27
III. Hasil Rendemen
1 kg × 100%
Rendemen % = 1,4 kg
= 71,42 %
W1 = 115,356 g + 5 g = 120,356 g
W0 = 115,356 g
W2 –W0 × 5 g × 100%
% Sari = W1 – W0
= 3,54 %
V. Susut Pengeringan
` W0 = 17,542 g
= 92,1 %
28
VI. Sisa Pemijaran (Kadar Abu)
W0 = 40,2573 g
= 55,2 %
I. Pemerian
Rasa :-
Bau : Khas
II. Mikroskopis
29
III. Hasil Rendemen
24 g × 100%
Rendemen % = 1000 kg
= 24 %
y – x × 100%
% Sari = n
= 14,058 %
30
Berat vial + sampel sebelum di oven (W2) = 26,8396 g
= 12,27 %
= 5,6 %
31
4.2 PEMBAHASAN
32
a. Rimpang (rhizoma)
b. Akar (radix)
d. Biji (Semen)
33
e. Kayu (Lignum)
f. Buah (fructus)
g. Bunga (flos)
h. Daun (folium)
i. Herba (herba)
34
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
35
LAMPIRAN
I. MIKROSKOPIS
36
LAMPIRAN
I. MIKROSKOPIS
37
II. CARA PENGOLAHAN SIMPLISIA (PENGERINGAN)
38
III. IDENTIFIKASI ZAT TERLARUT DALAM AIR
39
Orthosiphon sudah diblender ditimbang 5 g Orthosiphon ditimbang 1 gram
40
C. SUSUT PENGERINGAN
41
D. SISA PEMIJARAN (KADAR ABU)
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Anonim, 2008, “Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi”, Jurusan Farmasi FMIPA
Universitas Udayana, Jimbaran
43