Metode Perencanaan Dan Pengadaan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 110

PERENCANAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH PORSEA KABUPATEN TOBA SAMOSIR


TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH
RAMONA MANURUNG
NIM :131000210

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PERENCANAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH PORSEA KABUPATEN TOBA SAMOSIR
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat memeperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
RAMONA MANURUNG
NIM :131000210

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

“PERENCANAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH PORSEA KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN

2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri , dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2018


Yang membuat pernyataan
Penulis

RAMONA MANURUNG

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Perencanaan kebutuhan obat merupakan salah satu tahapan yang sangat


penting dalam pengelolaan obat. Perencanaan kebutuhan obat bertujuan untuk
menetapkan jenis dan jumlah perbekalan sesuai dengan pola penyakit dan
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
menganalisis perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea. Penelitian ini
menggunakan data primer yaitu melalui wawancara mendalam dengan
menggunakan pedoman wawancara dan pengamatan secara langsung (observasi).
Dan data sekunder berupa dokumen-dokumen di instalasi farmasi RSUD Porsea.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan obat di instalasi
farmasi RSUD Porsea belum sesuai dengan tahapan pada pedoman pengelolaan
obat yang seharusnya dilaksanakan di rumah sakit, dan tenaga perencanaan obat
masih kurang, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Tenaga perencanaan
juga belum pernah mengikuti pelatihan terkait perencanaan obat, data-data yang
diperlukan terkait perencanaan obat tidak digunakan secara optimal.
Disarankan bagi seluruh tenaga perencanaan supaya menyusun
perencanaan kebutuhan obat untuk setiap tahunnya lebih tepat dan efektif. Dan
diharapkan dilakukan penambahan tenaga perencanaan kebutuhan obat di RSUD
Porsea, dan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan perlu dilakukan
pelatihan terkait perencanaan obat.

Kata kunci : Perencanaan, Kebutuhan Obat, RSUD Porsea

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
The medication planning needs was one of a very important step in the
medication management. The planning of medication needs aims to set the type
and quantity of supplies in according with the pattern of the disease and the need
for medical services in the hospital.
This research was qualitatived research that aimed to analyzed
pharmaceutical drugs in installation planning of RSUD Porsea. The research of
using main data through in depth interviews by using interview guidelines. The
other data was the form of documents in the pharmaceutical installation in RSUD
Porsea. Informants in this research amounted to 7 person.
The results showed that the planning of process in the Pharmaceutical
drugs istallation in RSUD Porsea was not in according with drug management
guidelines should be done in a hospital, and the drug personnel are still lacking,
both in terms of quality as well as quantity. Also have never followed a planning
training related to drugs and necessary data planning was not used optimally.
Recommended for the whole personnel planning to drafted of needs
planning medication for each year was more precise and effectively. The expected
addition of drugs personnel planning needs of the RSUD Porsea, it was nessesary
to made training related drugs planning to improve the skills and the knowledge.

Key words: Needs, Medication planning, RSUD Porsea

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PERENCANAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH PORSEA KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN

2017”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat

semangat, bimbingan, doa, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah

membantu proses penyelesaian skripsi ini dan juga selama menempuh pendidikan

di Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yaitu kepada :

1. Prof. Dr.Runtung Sitepu, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes, selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan

4. dr. Heldy B. Z. MPH, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran serta

selalu sabar membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran serta

iv

Universitas Sumatera Utara


selalu sabar dan tulus membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

6. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku dosen penguji I yang telah memberikan

banyak saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

7. Dr. Juanita SE, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

banyak saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

8. drh. Hiswani, M.Kes, selaku dosen pembimbing akademik, yang selalu

mengarahkan dan membimbing penulis.

9. Seluruh Dosen Departemen AKK FKM USU yang telah memberikan bekal

ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

10. Teristimewa kepada orangtua tercinta, Ayahanda Arden Manurung dan

Ibunda Arida Sirait yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa,

dukungan moril maupun materil, motivasi, arahan dan ketulusannya

mendampingi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

11. Saudara yang sangat kusayangi dan kukasihi, Lenni Manurung Amd, Ripson

Sihombing, Lasri Manurung, Amri Simanjuntak, Elva Manurung SS, Joben

Tambun ST, Hanna Manurung S.Hut, Santo Manurung, Adven Manurung

yang selalu memberikan banyak motivasi, dukungan, semangat dan doa

kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


12. Seluruh teman, saudara dan sahabat serta semua pihak yang membantu

penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya

ucapkan terima kasih, semoga Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita

semua.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih.

Medan, Desember 2017


Penulis

Ramona Manurung

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7


2.1 Rumah Sakit ..................................................................................... 7
2.1.1 Definisi .................................................................................... 7
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ............................................... 8
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit .......................................................... 9
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ......................................................... 11
2.2.1 Pengertian IFRS ...................................................................... 11
2.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab IFRS........................................... 12
2.2.3 Pengorganisasian IFRS ........................................................... 13
2.2.4 Sumber Daya Manusia IFRS ................................................... 14
2.2.5 Prosedur Operasional Baku ..................................................... 16
2.3 Perencanaan ...................................................................................... 17
2.3.1 Pengertian Perencanaan .......................................................... 17
2.3.2 Tujuan Perencanaan ................................................................ 18
2.3.3 Ciri-ciri Perencanaan ............................................................... 19
2.4 Perencanaan Kebutuhan Obat .......................................................... 21
2.4.1 Definisi Perencanaan Kebutuhan Obat ................................... 21
2.4.2 Proses Dalam Perencanaan Obat ............................................. 22
2.4.2.1 Tahap Pemilihan Obat ................................................ 22
2.4.2.2 Tahap Kompilasi Pemakaian Obat .............................. 24
2.4.2.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat ........................... 25
2.5 Kerangka Pikir.................................................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 36


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 36

vii

Universitas Sumatera Utara


3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................... 36
3.2.1 Lokasi Penelitian ..................................................................... 36
3.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................... 36
3.3 Informan Penelitian .......................................................................... 36
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 37
3.5 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 37
3.6 Instrumen Penelitian ......................................................................... 38
3.7 Metode Analisa Data ........................................................................ 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 40


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 40
4.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD Porsea ........................................... 40
4.1.2 Letak Geografis ....................................................................... 42
4.1.3 Demografi ............................................................................... 42
4.1.4 Visi, Misi dan Tujuan RSUD Porsea ...................................... 43
4.1.5 Tenaga Kesehatan ................................................................... 44
4.1.6 Sarana dan Prasarana RSUD Porsea ....................................... 45
4.2 Instalasi Farmasi RSUD Porsea ....................................................... 46
4.3 Karakteristik Informan ..................................................................... 47
4.4 Input dalam Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Porsea . 48
4.4.1 Sumber Daya Manusia ............................................................ 49
4.4.2 Metode .................................................................................... 49
4.4.3 Data ......................................................................................... 49
4.4.4 Sarana dan Prasarana............................................................... 51
4.5 Proses dalam Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Porsea 51
4.5.1 Pemilihan Jenis Obat ............................................................... 51
4.5.2 Perhitungan Kebutuhan Obat .................................................. 51
4.6 Output dalam Perencanaan Obat di RSUD Porsea .......................... 55

BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 56


5.1 Masukan (Input) ............................................................................... 56
5.1.1 Sumber Daya Manusia ............................................................ 56
5.1.2 Metode .................................................................................... 58
5.1.3 Data ......................................................................................... 59
5.1.4 Sarana dan Prasarana............................................................... 61
5.2 Proses ............................................................................................... 62
5.2.1 Pemilihan Jenis Obat ............................................................... 62
5.2.2 Perhitungan Kebutuhan Obat .................................................. 63
5.3 Output............................................................................................... 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 71


6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 71
6.2 Saran ................................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 74


LAMPIRAN

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Tenaga Kesehatan di RSUD Porsea ...................................... 45

Tabel 4.2 Data Sarana dan Prasarana di RSUD Porsea ................................. 46

Tabel 4.3 Tenaga Kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Porsea ............... 48

Tabel 4.4 Daftar sepuluh penggunaan obat terbanyak di RSUD Porsea ........ 48

Tabel 4.5 Karakteristik Informan ................................................................... 49

Tabel 4.6 Daftar Obat yang diluar Formularium Nasional ............................ 56

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ................................................................................ 34

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman wawancara ................................................................. 76

Lampiran 2. Tabel matriks hasil wawancara .................................................. 80

Lampiran 3. Daftar obat di RSUD Porsea ...................................................... 88

Lampiran 4. Dokumentasi .............................................................................. 91

Lampiran 5. Surat izin penelitian ................................................................... 93

Lampiran 6. Surat keterangan selesai penelitian ............................................ 94

xi

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ramona Manurung, lahir pada 27 September 1994 di

Lumban Gorat. Berasal dari Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu

Kabupaten Toba Samosir. Penulis merupakan anak dari pasangan Arden

Manurung dan Arida Sirait. Penulis bersuku Batak Toba dan beragama Kristen

Protestan.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 173655

Lumban Rang (2001-2007), SMP Negeri 1 Lumban Julu (2007-2010), SMA

Negeri 1 Lumban Julu (2010-2013) dan penulis menempuh pendidikan tinggi

pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara (2013-2017).

xii

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah

sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu.Pelayanan farmasi

rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan

rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang

bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan

masyarakat.

Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang

menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan

pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta

penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan

serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi.Farmasi rumah sakit bertanggung

jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.Tujuan

pelayanan farmasi ialah melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik

dalamkeadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat,sesuai dengan keadaan

pasien maupun fasilitas yang tersedia.(Kepmenkes, 2004).

Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu bagian atau fasilitas di rumah

sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang

ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri yang mencakup perencanaan,

pengadaan, produksi, penyimpanan dan pendistribusian serta pengendalian

distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan/sediaan farmasi di

Universitas Sumatera Utara


2

rumah sakit (Siregar, 2004). Perencanaan kebutuhan obat merupakan salah satu

tahapan yang sangat penting dalam pengelolaan obat.Perencanaan kebutuhan obat

bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan sesuai dengan pola

penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Obat merupakan salah satu unsur yang penting dalam upaya kesehatan,

mulai dari upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan dan

pemulihan harus diusahakan agar selalu tersedia pada saat dibutuhkan

(Kepmenkes, 2006).

Sesuai dengan Kepmenkes tahun 2015 tentang Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019 bahwa, aksesibilitas obat ditentukan

oleh ketersediaan obat bagi pelayanan kesehatan. Pada tahun 2013, tingkat

ketersediaan obat mencapai 96,82%, meningkat dari pada tahun sebelumnya yang

mencapai 92,5%. Walaupun demikian, ketersediaan obat belum terdistribusi

merata antar-provinsi. Data tahun 2012 menunjukkan terdapat 3 provinsi dengan

tingkat ketersediaan di bawah 80%, sementara terdapat 6 Provinsi yang memiliki

tingkat ketersediaan obat lebih tinggi dari 100%.Disparitas ini mencerminkan

belum optimalnya perencanaan obat yang merupakan salah satu bagian dari

pengelolaan obat.

Walaupun ketersediaan obat cukup baik, tetapi pelayanan kefarmasian di

fasilitas pelayanan kesehatan pada umumnya masih belum sesuai standar. Pada

tahun 2013, baru 35,15% Puskesmas dan 41,72% Instalasi Farmasi RS yang

memiliki pelayanan kefarmasian sesuai standar. Penggunaan obat generik sudah

cukup tinggi, tetapi penggunaan obat rasional di fasilitas pelayanan kesehatan

Universitas Sumatera Utara


3

baru mencapai 61,9%. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya penerapan

formularium dan pedoman penggunaan obat secara rasional. Di lain pihak,

penduduk yang mengetahui tentang seluk-beluk dan manfaat obat generik, masih

sangat sedikit, yakni 17,4% di pedesaan dan 46,1% di perkotaan. Pengetahuan

masyarakat tentang obat secara umum juga masih belum baik, terbukti sebanyak

35% rumah tangga melaporkan menyimpan obat termasuk antibiotik tanpa adanya

resep dokter (Kemenkes, 2013).

Menurut Suciati (2006), bahwa kegiatan perencanaan obat dan fasilitas

yang memadai merupakan salah satu upaya meningkatkan motivasi kerja pegawai

dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Namun tidak selamanya fasilitas

tersebut ada di instalasi farmasi.Artinya sekalipun instalasi farmasi merupakan

revenue center utama rumah sakit namun masih ditemukan fasilitas pelayanannya

minim dan memprihatinkan, misalnya gudang yang tidak memenuhi

syarat.Akibatnya instalasi farmasi bekerja lambat mengantisipasi keperluan dan

sulit berkembang.

Menurut Pudjaningsih (2011) bahwa dalam menjalankan aktivitasnya,

rumah sakit memerlukan bermacam-macam sumber daya.Salah satu sumber daya

yang penting adalah persediaan obat-obatan.Persediaan obat-obatan harus

disesuaikan dengan besarnya kebutuhan pengobatan. Karena persediaan obat-

obatan yang tidak lancar akan menghambat pelayanan kesehatan, hal ini

disebabkan karena obat tidak tersedia pada saat dibutuhkan.

Hasil penelitian Hasratna (2016), mengenai kendala dan penyebab

terjadinya kekosongan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Universitas Sumatera Utara


4

bahwa dalam proses perencanaan pengelolaan persediaan obat di instalasi farmasi

RSUD Kabupaten Muna adalah kekurangan dana dimana dana persediaan obat

tidak menetap sehingga kebutuhan persediaan obat tidak semua terpenuhi. Dan

penyebab terjadinya kekosongan obat dikarenakan waktu pengirimannya yang

lama.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Porsea adalah rumah sakit kelas C

yang merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah yang ada di Kabupaten

Toba Samosir. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea merupakan

salah satu unit pelayanan yang memberikan pelayanan pemberian obat,

pengelolaan obat, penyimpanan obat.Instalasi Farmasi RSUD Porsea memiliki

pegawai sebanyak 15 orang.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di RSUD Porsea pada 18

Maret 2017, didapatkan informasi bahwa perencanaan obat di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit tidak berjalan dengan maksimal hal tersebut dibuktikan dengan

adanya kekosongan obat di RSUD Porsea yang mengakibatkanbeberapa pasien

harus membeli obat di luar apotek rumah sakit. Berdasarkan informasi yang saya

peroleh ada 4 dari 10 pasien yang saya wawancarai tidak memperoleh obat yang

diminta ketika datang ke RSUD Porsea. Kelebihan obat pada beberapa item obat

juga terjadi di rumah sakit ini.Hal ini dibuktikan karena adanya beberapa item

obat yang tidak digunakan yang ada di dalam gudang obat.

Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah

Porsea Kabupaten Toba Samosir tahun 2017”.

Universitas Sumatera Utara


5

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana input (Sumber Daya Manusia, Metode, Data dan Sarana dan

Prasarana) dalam perencanaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah

Porsea Kabupaten Toba Samosir.

2. Bagaimana proses (Pemilihan Jenis Obat dan Penentuan Jumlah Obat)

dalam perencanaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Toba Samosir.

3. Bagaimana output (Tersusunnya dokumen perencanaan obat tahun yang

akan datang) dalam perencanaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Toba Samosir.

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka dapat dirumuskan tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskaninput (sumber daya manusia, metode dan data) dalam

perencanaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

Kabupaten Toba Samosir tahun 2017.

2. Untuk menjelaskan proses (pemilihan jenis obat dan penentuan jumlah obat)

dalam perencanaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah

Porsea Kabupaten Toba Samosir tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


6

3. Untuk menjelaskan output berupa dokumen perencanaan obat tahun yang

akan datangdi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

Kabupaten Toba Samosir.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, menambah

pengetahuan dan wawasan ilmiah, diantaranya:

1. Sebagai bahan masukan bagi instalasi farmasi rumah sakit dalam

pelaksanaan perencanaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

Kabupaten Toba Samosir.

2. Bagi institusi pendidikan (FKM USU) sebagai masukan yang dapat

memperkaya kepustakaan atau mungkin dapat dikembangkan dalam

penelitian selanjutnya.

3. Sebagai bahan pembelajaran, menambah pengetahuan dan wawasan ilmiah

bagi penulis dalam mengkaji perencanaan obat di instalasi farmasi Rumah

Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir.

Universitas Sumatera Utara


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit

merupakan salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personil terlatih dan terdidik

dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan serta mempunyai peranan yang penting untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yaitu pelayanan

kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

karakteristik tersendiriyang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang

harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau

oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (UU

No.44 tahun 2009).

Sekarang ini rumah sakit adalah suatu lembaga komunitas yang

merupakan instrumen masyarakat.Rumah sakit merupakan titik fokus untuk

mengkoordinasi dan menghantarkan pelayanan penderita pada

komunitasnya.Berdasarkan hal tersebut, rumah sakit dapat dipandang sebagai

struktur terorganisasi yang menggabungkan bersama-sama semua profesi

7
Universitas Sumatera Utara
8

kesehatan, fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan perbekalan serta fasilitas fisik

kedalam suatu sistem terkoordinasi untuk penghantaran pelayanan kesehatan bagi

masyarakat.Dulu rumah sakit dianggap hanya sebagai suatu tempat penderita

ditangani, sekarang ini rumah sakit dianggap suatu lembaga yang giat memperluas

layanannya kepada penderita dimana pun lokasinya (Siregar, 2004).

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa rumah

sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna.Hal ini

diperjelas bahwa tugas utama rumah sakit adalah untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan

kesehatan perorangan, kelompok dan ataupun masyarakat.

Adapun fungsi rumah sakit adalah sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


9

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014,

menjelaskan bahwa sesuai jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit

dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit

umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit dan rumah sakit khusus

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau sejenis penyakit atau

kekhususan lainnya. Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan meliputi rumah sakit umum kelas A, kelas B, kelas C dan

Kelas D.

Adapun klasifikasi rumah sakit umum adalah :

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar yaitu : pelayanan penyakit

dalam, kesehatan anak, bedah, obstetrik dan ginekologi, ada 5 (lima)

spesialis penunjang medik yaitu : pelayanan anestesiologi, radiologi,

rehabilitasi medik, patologi klinik dan patologi anatomi, 12 (dua belas)

spesialis lain yaitu: mata, telinga, hidung tenggorokan, syaraf, jantung, dan

pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedik,

urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik dan 16 (enam

belas) subspesialis yaitu: bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetrik

dan ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan

Universitas Sumatera Utara


10

pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedik,

urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan gigi mulut.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit

dalam, kesehatan anak, bedah, obstetrik dan ginekologi, 5 (lima) spesialis

penunjang medik yaitu: pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik,

patologi anatomi dan rehabilitasi medik. Sekurang-kurangnya 8 (delapan)

pelayanan spesialis lain yaitu: mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf,

jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru,

orthopedik, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik

mata, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran

jiwa, paru, urologi dan kedokteran forensik. Pelayanan medik subspesialis 2

(dua) subspesialis dasar meliputi : bedah, penyakit dalam, kesehatan anak,

obstetrik dan ginekologi.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar : pelayanan penyakit dalam,

kesehatan anak, bedah, obstetrik dan ginekologi, radiologi, rehabilitasi

medik dan patologi klinik.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Universitas Sumatera Utara


11

Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) spesialis dasar yaitu : pelayanan

penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetrik dan ginekologi.

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

2.2.1 Pengertian IFRS

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit, instalasi farmasi adalah bagian dari rumah sakit yang harus

menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu,

bermanfaat, aman dan terjangkau yang bertugas menyelenggarakan,

mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi

serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di rumah sakit, seperti

pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi dan bahan habis pakai.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan suatu bagian/unit di

rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasiaan

yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.Seperti pembuatan,

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan,

penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional (Siregar, 2004).

Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu departemen atau unit bagian di

suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa

orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang

Universitas Sumatera Utara


12

berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan

yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian,

yang terdiri atas pelayanan paripurna (Siregar, 2004).

Menurut Siregar, IFRS adalah suatu unit dirumah sakit yang dipimpin oleh

seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa apoteker yang memenuhi persyaratan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional dan

merupakan tempat penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh

pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah

sakit itu sendiri (Febriawati, 2013).

2.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab IFRS

Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan,

penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai

dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan

dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat inap, rawat jalan maupun semua

unit termasuk poliklinik rumah sakit. IFRS harus menyediakan terapi obat yang

optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan bermutu tertinggi dan

yang paling bermanfaat dengan biaya minimal.

IFRS adalah satu-satunya unit di rumah sakit yang bertugas dan

bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan

dengan obat/perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit

tersebut.IFRS bertanggung jawab mengembangkan suatu farmasi yang luas dan

terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi kebutuhan berbagai

bagian/unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik, dan

Universitas Sumatera Utara


13

rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang lebih baik

(Siregar, 2004).

2.2.3 Pengorganisasian IFRS

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bahwa, pengorganisasian

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) harus mencakup penyelenggaraan

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,

pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi

sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu.

Organisasi IFRS harus didesain dan dikembangkan sedemikian rupa agar

faktor-faktor teknis, administratif dan manusia yang memengaruhi mutu produk

dan pelayanannya berada di bawah kendali.

Tugas instalasi farmasi rumah sakit, meliputi:

1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh

kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai

prosedur dan etik profesi.

2. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.

3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi,

alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek

terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko.

4. Melaksanakan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) serta memberikan

rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien

Universitas Sumatera Utara


14

5. Berperan aktif dalam tim farmasi dan terapi

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan pelayanan

kefarmasian.

7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit (Permenkes RI, 2014).

Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), sebagai berikut:

1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

2. Pelayanan farmasi klinik (Permenkes RI Nomor 58 Tahun 2014).

2.2.4 Sumber Daya Manusia IFRS

Berdasarkan Kepmenkes RI No.1197 tahun 2004, instalasi farmasi harus

memiliki apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja

dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi

rumah sakit. Ketersediaan jumlah tenaga apoteker dan tenaga teknis kefarmasian

di rumah sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan perizinan rumah

sakit yang ditetapkan oleh menteri.

Sumber daya manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah

sakit yang termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan persyaratan:

1. Terdaftar di Departemen Kesehatan

2. Terdaftar di asoaiasi profesi

3. Mempunyai izin kerja

4. Mempunyai Surat Keputusan (SK) penempatan (Febriawati, 2013).

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan olehtenaga farmasi

profesional yang berwewenang berdasarkanundang-undang, memenuhi

Universitas Sumatera Utara


15

persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun

kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu

profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan

dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi

rumah sakit (Kepmenkes, 2004).

Instalasi farmasi rumah sakit harus dikepalai oleh seorang apoteker yang

merupakan apoteker penanggung jawab seluruh pelayanan kefarmasian di rumah

sakit.Kepala IFRS diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit minimal 3 (tiga) tahun. Instalasi farmasi juga harus

memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja

dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi

rumah sakit (Permenkes RI, 2014).

Sumber daya manusia yang dibutuhkan di instalasi farmasi rumah sakit

(Kepmenkes, 2004), sebagai berikut:

1) Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga:

a. Apoteker

b. Sarjana Farmasi

c. Asisten Apoteker (AMF, SMF)

2) Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga:

a. Operator komputer/ teknisi yang memahami kefarmasian

b. Tenaga administrasi

3) Pembantu pelaksana

Universitas Sumatera Utara


16

2.2.5 Prosedur Operasional Baku

Instalasi farmasi rumah sakit memerlukan berbagai prosedur yang

terdokumentasi.Salah satu golongan prosedur yang diperlukan oleh IFRS adalah

Prosedur Operasional Baku (POB), yang selalu digunakan untuk melakukan

kegiatan tertentu dan rutin di IFRS.POB harus selalu mutakhir mengikuti

perkembangan pelayanan dan kebijakan rumah sakit.

Inti POB perencanaan perbekalan kesehatan, penetapan spesifikasi produk

dan pemasok, serta pembelian perbekalan kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Semua perbekalan kesehatan/ sediaan farmasi, yang digunakan di rumah

sakit harus sesuai dengan formularium rumah sakit.

2. Semua perbekalan kesehatan/ sediaan farmasi yang digunakan di rumah

sakit harus dikelola hanya oleh IFRS.

3. IFRS harus menetapkan spesifikasi produk semua perbekalan kesehatan/

sediaan farmasi yang akan diadakan berdasarkan persyaratan resmi

(Farmakope Indonesia edisi terakhir) dan atau persyaratan lain yang

ditetapkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT).

4. Pemasok perbekalan kesehatan/ sediaan farmasi harus memenuhi

persyaratan yang ditetapkan oleh PFT.

5. Jika perbekalan kesehatan/ sediaan farmasi diadakan dari suatu pemasok

atau industri, apoteker rumah sakit harus mengunjungi pemasok/ industri

tersebut untuk memeriksa kesesuaian penerapan sistem mutu dan jaminan

mutu (Siregar, 2004).

Universitas Sumatera Utara


17

2.3 Perencanaan

2.3.1 Pengertian Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses untuk merumuskan sasaran dan

menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam mencapai tujuan

yang telah ditentukan (Febriawati, 2013). Sedangkan menurut Siagian (2014),

perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang

tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Azwar (2010), ada beberapa pengertian perencanaan dan

dipandang cukup penting olehnya adalah yang dikemukakan oleh:

a. Maloch dan Deacon, mengemukakan bahwa perencanaan adalah upaya

menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok yang dipandang paling

penting dan yang dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang

telah ditetapakan.

b. Ansoff dan Brendenburg, mengemukakan bahwa perencanaan adalah

prosesmenetapkan pengarahan yang resmi dan menetapkan berbagai hambatan

yang diperkirakan ada dalam menjalankan suatu program guna dipakai sebagai

pedoman dalam suatu organisasi.

c. Drucker, perencanaan adalah suatu proses kerja yang terus menerus yang

meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang

akan dilaksanakan secara sistematik, melakukan perkiraan dengan

menggunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan,

mengorganisir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk

Universitas Sumatera Utara


18

melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur

keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan

hasil yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan

umpan balik yang diterima dan yang telah disusun seara teratur dan baik.

d. Dan menurut Levey dan Loomba, mengemukakan bahwa perencanaan adalah

suatu proses menganalisis dan memahami sistem yang dianut, merumuskan

tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala

kemampuan yang dimiiki, menguraikan segala kemungkinan yang dapat

dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, menganalisis

efektivitas dari berbagai kemungkinan tersebut, menyususn perincian

selengkapnya dari kemungkinan yang terpilih, serta mengikatnya dalam suatu

sistem pengawasan yang terus menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang

optimal antara rencana yang dihasilkan dengan sistem yang dianut.

2.3.2 Tujuan Perencanaan

Adapun tujuan perencanaan menurut Azwar (2010), antara lain :

a. Membantu para pelaksana dalam melaksanakan program dengan perencanaan

yang baik maka setiap pelaksana akan memahami rencana tersebut dan akan

merangsang para pelaksana untuk dapat melakukan beban tugas masing-

masing dengan sebaik-baiknya.

b. Membantu para pelaksana untuk membuat perencanaan pada masa depan,jadi

hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan perencanaan pada saat ini dapat

Universitas Sumatera Utara


19

dimanfaatkan sebagai pedoman untuk menyusun rencana kerja pada masa

depan dan demikian seterusnya.

c. Sebagai upaya pengaturan baik dalam bidang waktu, tenaga pelaksana, sarana,

biaya, tujuan, lokasi serta macam organisasi pelaksananya. Jadi dengan

perencanaan yang baik akan menghindari kemungkinan terjadinya duplikasi,

bentrokan ataupun penghamburan dan penyia-nyiaan dari setiap program kerja

ataupun aktivitas yang dilakukan, jadi pemanfaatan dari sumber data dan tata

cara yang dipunyai dapat diatur secara lebih efisien dan efektif.

d. Untuk memperoleh dukungan baik berupa dukungan legislatif (melalui

peraturan ataupun perundang-undangan), dapat berupa dukungan moril

(persetujuan masyarakat, ataupun dukungan materiil dan finansial (biasanya

dari para sponsor).

2.3.3 Ciri-ciri Perencanaan

Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri yang harus diperhatikan

sebagai berikut:

1. Bagian dari sistem administrasi

Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan pekerjaan

perencanaan sebagai dari sistem administrasi secara

keseluruhan.Sesungguhnya, perencanaan pada dasarnya merupakan salah satu

dari fungsi administrasi yang amat penting.Pekerjaan administrasi yang tidak

didukung oleh perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasi yang

baik.

2. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan

Universitas Sumatera Utara


20

Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus menerus dan

berkesinambungan.Perencanaan yang dilakukan hanya sekali bukanlah

perencanaan yang dianjurkan. Menurut Mary Arnold ada hubungan yang

berkelanjutan antara perencanaan dengan berbagai fungsi administrasi lain

yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting unuk pelaksanaan, yang

apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan.Demikian

seterusnya sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir.

3. Berorientasi pada masa depan

Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan.

Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat

dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada saat

ini, tetapi juga pada masa yang akan datang.

4. Mampu menyelesaikan masalah

Suatu perencanaan yang baik adalah yang mampu menyelesaikan berbagai

masalah atau tantangan yang dihadapi.Penyelesaian masalah atau tantangan

yang dimaksudkan disini tentu harus disesuaikan dengan kemampuan. Dalam

arti penyelesaikan masalah atau tantangan tersebut dilakukan secara bertahap,

yang harus tercermin pada pentahapan perencanaan yang akan dilakukan.

5. Mempunyai tujuan

Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang

dicantumkan secara jelas.Tujuan yang dimaksudkan di sini biasanya

dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum yang berisikan uraiansecara

garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih spesifik.

Universitas Sumatera Utara


21

6. Bersifat mampu kelola

Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti

bersifat wajar, logis, objektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah disesuaikan

dengan sumber daya.Perencanaan yang disusun tidak logis serta tidak runtun,

apalagi yang tidak sesuai dengan sumber daya, bukanlah perencanaan yang

baik (Azwar, 2010).

2.4 Perencanaan Kebutuhan Obat

2.4.1 Definisi Perencanaan Kebutuhan Obat

Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan

menentukan jumlah obat dalam rangka pengadaan (Depkes, 1990).

Adapun tujuan perencanaan kebutuhan obat adalah untuk mendapatkan:

a) Jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan

b) Menghindari terjadinya kekosongan obat

c) Menghindari penggunaan obat secara rasional

d) Meningkatkan efisiensi penggunaan obat (Febriawati, 2013).

Berdasarkan Permenkes RI Nomor: 58 tahun 2014 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, bahwa pedoman perencanaan dalam

perencanaan obat adalah sebagai berikut:

1) Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium Rumah Sakit, Standar

Terapi Rumah Sakit, Ketentuan setempat yang berlaku

2) Data catatan medik

3) Anggaran yang tersedia

Universitas Sumatera Utara


22

4) Penetapan prioritas

5) Siklus penyakit

6) Sisa persediaan

7) Data pemakaian periode yang lalu

Berdasarkan Kepmenkes Nomor: 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang

Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk

Pelayanan Kesehatan Dasar, bahwa manfaat perencanaan obat meliputi:

7. Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran.

8. Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan.

9. Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran.

10. Estimasi kebutuhan obat lebih tepat.

11. Koordinasi anatara penyedia anggaran dan pemakai obat.

12. Pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal.

2.4.2 Proses Dalam Perencanaan Obat

Menurut Kepmenkes RI (2008), tahapan perencanaan obat adalah sebagai

berikut:

2.4.2.1 Tahap Pemilihan Obat

Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan obat yang benar-benar

diperlukan sesuai dengan pola penyakit. Untuk mendapatkan perencanaan obat

yang tepat, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yang

meliputi:

Universitas Sumatera Utara


23

a) Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan

efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan

ditimbulkan.

b) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari

duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila terdapat beberapa jenis obat dengan

indikasi yang sama dalam jumlah banyak, maka kita memilih berdasarkan

Drug of Choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

c) Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk terapi yang lebih baik.

d) Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat tersebut mempunyai

efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan obat adalah, sebagai

berikut:

a) obat yang dipilih sesuai dengan standar mutu yang terjamin.

b) dosis obat sesuai dengan kebutuhan terapi.

c) obat mudah disimpan.

d) obat mudah didistribusikan.

e) obat mudah didapatkan/diperoleh.

f) biaya pengadaan dapat terjangkau.

g) dampak administrasi mudah diatasi.

Sebelum melakukan perencanaan obat perlu diperhatikan kriteria yang

dipergunakan sebagai acuan dalam pemilihan obat, yaitu:

a) Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit

b) Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah

Universitas Sumatera Utara


24

c) Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal

d) Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas

maupun bioavailabilitasnya

e) Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang baik

f) Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa

maka pilihan diberikan kepada obat yang: Sifatnya paling banyak diketahui

berdasarkan data ilmiah, sifat farmakokinetiknya diketahui paling banyak

menguntungkan, stabilitas yang paling baik dan paling mudah diperoleh.

g) Harga terjangkau

h) Obat sedapat mungkin sediaan tunggal.

Pada tahap seleksi obat, untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi

harus mempertimbangkan :(a) kontra indikasi, (b) peringatan dan perhatian, (c)

efek samping dan (d) stabilitas.

2.4.2.2 Tahap Kompilasi Pemakaian Obat

Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui penggunaan

bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan selama setahun

dan sebagai data pembanding bagi stok optimum.

Adapun informasi yang diperoleh adalah:

1. Pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan kesehatan

pertahun.

2. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun

seluruh unit pelayanan kesehatan.

3. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat secara periodik.

Universitas Sumatera Utara


25

2.4.2.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan yang berat yang harus

dihadapi oleh Apoteker yang bekerja di pelayanan kesehatan dasar ataupun di unit

pengelolaan obat/gudang farmasi.Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat

dapat terjadi apabila informasi semata-mata hanya berdasarkan informasi yang

teoritis kebutuhan pengobatan. Melalui koordinasi dan proses perencanaan untuk

pengadaan obat secara terpadu, maka diharapkan obat yang direncanakan dapat

tepat jenis, jumlah serta waktu.

Langkah-langkah dalam menghitung perkiraan kebutuhan obat (Depkes,

1990):

a. Menghitung pemakaian nyata pertahun

Pemakaian nyata pertahun adalah jumlah obat yang dikeluarkan dengan

kecukupun dengan untuk jangka waktu tertentu.

b. Menghitung pemakaian rata-rata perbulan

c. Menghitung kekurangan obat

Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan pada saat terjadi

kekosongan obat.

d. Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya pertahun

Adalah jumlah obat yang sesungguhnya dibutuhkan selama 1 (satu) tahun.

e. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang

Adalah ramalan kebutuhan obat yang sudah mempertimbangkan

peningkatan jumlah penduduk yang akan dilayani. Data ini dapat diperoleh

Universitas Sumatera Utara


26

dari data perkembangan jumlah penduduk dan perkembangan jumlah

kunjungan beberapa tahun.

f. Menghitung leadtime (waktu tunggu)

Jumlah waktu tunggu adalah jumlah obat yang diperlukan sejak rencana

kebutuhan diajukan sampai dengan obat diterima.

g. Menghitung stok pengaman

Adalah jumlah obat yang diperlukan untuk menghindari terjadinya

kekosongan obat.Nilai stok pengaman diperoleh berdasarkan pengalaman

dari monitoring dinamika logistik.

h. Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan

datang.

i. Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun anggaran yang

akan datang.

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,

dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan

antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan

epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (Kepmenkes, 2004),

yaitu:

1. Metode Konsumsi, yaitu yang didasarkan atas analisis data

konsumtif/pemakaian pembekalan obat tahun sebelumnya dengan berbagai

penyesuaian dan koreksi. Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan

Universitas Sumatera Utara


27

berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut,

yaitu:

a) Pengumpulan dan pengolahan data

b) Analisa data untuk informasi dan evaluasi

c) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat

d) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.

Data-data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode

konsumsi sebagai berikut: daftar obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran,

sisa stok, obat hilang/rusak dan kadaluarsa, kekosongan obat, pemakaian

rata-rata/pergerakan obat pertahun, waktu tunggu, stok pengaman dan

perkembangan pola kunjungan.

Rumus perencanaan perbekalan farmasi berdasarkan metode

konsumsi adalah sebagai berikut:

Rumus : CT= (CA x T) + SS – Sisa Stock

Keterangan :

CT = kebutuhan per periode waktu

CA = kebutuhan rata-rata waktu (bulan)

T = lama kebutuhan (bulan/tahun)

SS = Safety Stock

Metode konsumsi memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut:

b) Kelebihan

 Data konsumsi akurat (metode paling mudah).

Universitas Sumatera Utara


28

 Tidak membutuhkan data epidemiologi maupun standar

pengobatan

 Jika data konsumsi dicatat dengan baik, pola preskripsi tidak

berubah dan kebutuhan relatif konstan.

c) Kekurangan

 Data konsumsi, data obat dan data jumlah kontak pasien

kemungkinan sulit untuk didapat

 Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat

dan perbaikan pola preskripsi

 Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok obat lebih

dari 3 bulan, obat yang berlebih atau adanya kehilangan

 Pencatatan data morbiditas yang baik tidak diperlukan

2. Metode epidemiologi, yaitu yang didasarkan pada data jumlah kunjungan

frekuensi penyakit, dan standar pengobatan yang ada.

Langkah-langkah perhitungan metode epidemiologi adalah:

1) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur –

penyakit.

2) Menyiapkan data populasi penduduk

3) Menyediakan data masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh

populasi pada kelompok umur yang ada

4) Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun untuk

seluruh populasi pada kelompok umur yang ada

Universitas Sumatera Utara


29

5) Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat

menggunakan pedoman pengobatan yang ada

6) Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang

akan datang.

Rumus perencanaan pembekalan farmasi berdasarkan metode

epidemiologi adalah sebagai berikut:

Rumus : CT = (CE x T) + SS – Sisa Stock

Keterangan :

CT = kebutuhan per periode waktu

CE = perhitungan standar pengobatan

T = lama kebutuhan (bulan/tahun)

SS = safety stock

Metode epidemiologi memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut:

a) Kelebihan

 Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran.

 Program-program yang baru dapat digunakan.

 Usaha memperbaiki pola penggunaan obat dapat didukung oleh

standar pengobatan.

b) Kekurangan

 Memerlukan waktu yang banyak dan tenaga yang terampil.

 Data penyakit sulit diperoleh secara pasti dan kemungkinan

terdapat penyakit yang tidak termasuk dalam daftar/tidak

melapor.

Universitas Sumatera Utara


30

 Memerlukan sistem pencatatan dan pelaporan

 Pola penyakit dan pola preskripsi tidak selalu sama

 Dapat terjadi kekurangan obat karena ada wabah atau kebutuhan

insidentil tidak terpenuhi.

 Variasi obat terlalu luas.

c) Metode Kombinasi

Metode kombinasi merupakan kombinasi metode konsumsi dan

metode epidemiologi.Metode kombinasi merupakan metode perhitungan

kebutuhan obat yang mana telah mempunyai data konsumsi yang jelas

namun kasus penyakit cenderung berubah (naik atau turun).Gabungan

perhitungan metode konsumsi dengan koreksi epidemiologi yang sudah

dihitung dengan suatu prediksi (persentase kenaikan kasus atau analisis

trend).

Metode kombinasi digunakan untuk obat yang terkadang fluktuatif,

maka dapat dengan menggunakan metode konsumsi dengan koreksi-koreksi

pola penyakit, perubahan, jenis/jumlah tindakan, perubahan pola peresepan,

perubahan kebijakan pelayanan.

Rumus perencanaan pembekalan farmasi berdasarkan metode

kombinasi adalah sebagai berikut:

Rumus : C Kombinasi = (CA + CE) x T + SS –Sisa stock

Keterangan :

CE = Perhitungan standar pengobatan

CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)

Universitas Sumatera Utara


31

T = Lama kebutuhan (bulan/tahun)

SS = Safety stock

Analisis perencanaan persediaan farmasi rumah sakit adalah sebagai

berikut (Kepmenkes, 2008) :

1. Analisis ABC

Berdasarkan berbagai pengamatan dalam pengelolaan obat, yang paling

banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun hanya diwakili oleh

relative sejumlah item. Sebagai contoh, dari pengamatan terhadap pengadaan

obat dijumpai bahwa sebagian besar daba obat (70%) digunakan untuk

pengadaan, 10% dari jenis/item obat yang paling banyak digunakan sedangkan

sisanya sekitar 90% jenis/item obat menggunakan dana sebesar 30%.

Oleh karena itu analisa ABC mengelompokkan item obat berdasarkan

kebutuhan dananya, dibagi dalam tiga kelompok yaitu:

a. Kelompok A :Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah

dana obat keseluruhan.

b. Kelompok B :Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.

c. Kelompok C :Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah

dana obat keseluruhan.

Langkah-langkah menentukan kelompok A, B dan C :

Universitas Sumatera Utara


32

1) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat dengan

cara mengalikan kuantum obat dengan harga obat

2) Tentukan rankingnya mulai dari yang terbesar dananya sampai yang

terkecil

3) Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan

4) Hitung kumulasi persennya

5) Obat kelompok A termasuk dalam kumulasi 70%

6) Obat kelompok B termasuk dalam kumulasi 70% - 90%

7) Obat kelompok C termasuk dalam kumulasi 91% - 100%

2. Analisis VEN

Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang

terbatas adalah dengan mengelompokkan obat yang didasarkan kepada

dampak tiap jenis obat pada kesehatan. semua jenis obat yang tercantum

dalam daftar obat dikelompokkan tiga kelompok berikut:

a. Kelomok Vital (V) : Adalah kelompok obat yang vital, yang termasuk

dalam kelompok ini antara lain: obat penyelamat (life saving drugs), obat

untuk pelayanan kesehatan pokok (vaksin, dll) dan obat untuk mengatasi

penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar.

b. Kelompok Esensial (E) : Adalah kelompok obat yang bekerja kausal,

yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit.

c. Kelompok Non-esensial (N) : Merupakan obat penunjang yaitu obat yang

kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan

atau untuk mengatasi keluhan ringan.

Universitas Sumatera Utara


33

Adapun penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk:

1. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia.

2. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok vital

agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat.

3. Untuk menyususn daftar VEN perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria

penentuan VEN. Dalam penentuan kriteria perlu mempertimbangkan

kebutuhan masing-masing spesialisasi (Febriawati, 2013).

Langkah-langkah menentukan VEN, sebagai berikut:

1. Menyusun kriteria menentukan VEN’

2. Menyediakan data pola penyakit

3. Standar pengobatan

3. Kombinasi ABC dan VEN

Jenis obat yang termasuk kategori A dari analisis ABC adalah benar-benar

jenis obat yang diperlukan untuk penanggulangan penyakit terbanyak dan

obat tersebut statusnya harus E dan sebagian V dari analisa VEN. Sebaliknya

jenis obat dengan status N harusnya masuk dalam kategori C, digunakan

untuk menetapkan prioritas pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak

sesuai kebutuhan. Metode gabungan ini digunakan untuk melakukan

pengurangan obat. Mekanismenya adalah sebagai berikut:

a. Obat yang termasuk kategori NC menjadi prioritas pertama untuk

dikurangi atau dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih

kurang, maka obat kategori NB menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah

Universitas Sumatera Utara


34

dilakukan dengan pendekatan ini dana yang tersedia masih juga kurang,

lakukan langkah selanjutnya.

b. Pendekatan sama sengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC,

NB, NA dimulai dengan pengurangan obat kategaori EC, EB dan EA.

2.5 Kerangka Pikir

Input: Output:
Process:
 SDM Tersusunnya
 Pemilihan Jenis
 Metode dokumen
Obat perencanaan
 Data
 Perhitungan obat tahun
 Sarana dan
Jumlah Obat yang akan
Prasarana
datang

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Dari kerangka pikir di atas, dapat dijelaskan bahwa perencanaan obat

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang mendukung dan dibutuhkan

dalam melaksanakan perencanaan obat agar dapat berjalan dengan baik,

meliputi: SDM, Metode,Data dan Sarana dan Prasarana.

 Sumber daya manusia atau tenaga adalah orang-orang yang terlibat

dalam pekerjaan di instalasi farmasi rumah sakit, dengan latar

belakang ahli dibidang kefarmasian.

Universitas Sumatera Utara


35

 Metode adalah cara yang digunakan untuk merumuskan atau

menyusun perencanaan obat meliputi penentuan jumlah dan jenis

obat.

 Data adalah dokumen yang dapat dijadikan bahan acuan atau

informasi di dalam perencanaan obat seperti data pemakaian obat

tahun-tahun sebelumnya meliputi jenis, jumlah dan kondisi dalam

satu tahun anggaran.

 Sarana dan prasarana termasuk didalamnya yaitu komputer, printer,

buku laporan mengenai obat masuk dan keluar yang mendukung

proses perencanaan obat.

2. Proses (process) adalah pelaksanaan yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, meliputi:

 Pemilihan jenis obat adalah proses yang dilaksanakan untuk

menentukan jumlah obat yang dibutuhkan.

 Perhitungan kebutuhan obat adalah proses yang dilakukan untuk

menentukan jumlah obat yang dibutuhkan.

3. Keluaran (output) adalah hasil dari perencanaan obat, yaitu tersusunnya

dokumen perencanaan obat tahun yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk menganalisis

perencanaan obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

kabupaten Toba Samosir tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten

Toba Samosir.Peneliti tertarik melakukan penelitian dirumah sakit ini karena

berdasarkan permasalahan yang ada di rumah sakit tersebut yaitu perencanaan

obat yang tidak sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2017 sampai Agustus 2017.

3.3 Informan Penelitian

Untuk mendapatkan data yang tepat perlu juga ditentukan sumber

informasi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan data (purposive).Dengan

demikian penentuan informasi dilakukan dengan teknik purposive sampling,

karena penentuan sumber informasi secara purposive sampling cocok dengan

penelitian kualitatif.(Sugiyono, 2009).

Teknik purposive sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih

informan yang mengetahui permasalahan dengan jelas, mampu mengemukakan

36
Universitas Sumatera Utara
37

pendapat secara baik dan benar, dapat dipercaya untuk dapat menjadi sumber data

yang baik serta bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan

dengan topik penelitian. Adapun informan penelitian saya berjumlah 7 orang,

terdiri atas direktur rumah sakit, kepala sub bagian perencanaan, kepala bidang

pelayanan penunjang medik, kepala instalasi farmasi dan 3 orang staf instalasi

farmasi di RSUD Porsea.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a) Wawancara mendalam (indepth interview), yaitu melakukan tanya jawab

terhadap informan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b) Triangulasi

Dalam penelitian kualitatif validitas data merupakan hal yang penting,

oleh karena itu, pada penelitian ini untuk menjaga validitas data yang

diperoleh, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu

mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama,

yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan

jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2009).

3.5 Jenis dan Sumber Data

a) Data Primer

Diperoleh dari wawancara mendalam (indepth interview).Sumber data

adalah informan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b) Data Sekunder

Universitas Sumatera Utara


38

Diperoleh dari telaah dokumentasi, sumber datanya adalah dokumen-

dokumen terkait dengan penelitian.

3.6 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan instrumen

wawancara mendalam (indepth interview) berupa daftar pertanyaan yang disusun

sesuai dengan topik yang akan dibicarakan dan telaah dokumentasi. Untuk

memperjelas informasi yang akan diperoleh, peneliti juga menggunakan alat tulis

dan voice recorder.

3.7 Metode Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode

tertentu.Menurut Miles dan Huberman, aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas

(Sugiyono,2010).

Universitas Sumatera Utara


39

Adapun langkah-langkah dalam analisis data, sebagai berikut:

1. Reduksi data

Adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting.

2. Penyajian data

Adalah penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.Yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks

yang bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan

Adalah penarikan kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti yang valid

dan konsisten sehingga kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan

kredibel.

Universitas Sumatera Utara


40

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD Porsea

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Porsea merupakan satu-satunya

rumah sakit pemerintah kabupaten Toba Samosir dengan tipe C. Rumah Sakit ini

memiliki area seluas 20.650 m2dengan luas bangunan 5.673 m2.Rumah Sakit

Umum Daerah Porseadulunya bertempat di jantung ibu kota Porsea tetapi karena

perkembangan pembangunan membuat tidak layak lagi keberadaannya di pusat

kota Porsea, maka dipindahkan ke Parparean yang pembangunannya dimulai

tahun 1979 dandiresmikan pada tahun 1982 oleh Bapak EWP Tambunan selaku

kepala daerah Tingkat I Sumatera Utara dengan status rumah sakit tipe D sesuai

SK Menkes RI No.526/MENKES/SK/VI/1966. Kemudian diangkat menjadi tipe

C dengan status milik pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli Utara.

Tahun 1988 resmi menjadi milik pemerintah Kabupaten Toba Samosir

sesuai UU No.12 Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Toba

Samosir.Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Porsea yang satu-satunya rumah

sakit milik pemerintah kabupaten Toba Samosir sebagai pusat rujukan dari

puskesmas-puskesmas yang ada di kabupaten Toba Samosir dan melayani pasien

BPJS dan asuransi lainnya.Dalam meletakkan tugas dan fungsi, RSUD Porsea

dipimpin oleh seorang direktur dibantu oleh kepala tata usaha, kepala bidang

pelayanan medik, kepala bidang penunjang medikdan kepala seksi,masing masing

bidang serta staf dan kepala-kepala unit didukung oleh spesialis penyakit THT,

spesialis mata, patologi,jiwa, radiologi, kemudian ahli madya fsiotherapi, dokter

40
Universitas Sumatera Utara
41

umum, dokter gigi, SKM, apoteker besertasarjana keperawatan (ners), ahli madya

keperawatan, kebidanan, gizi, fisioterapi, radiologi beserta tenaga medis lainnya

dengan latar belakang pegawai negeri sipil ditambah tenaga honor.

Rumah Sakit Umum Daerah Porsea mempunyai wilayah kerja yang efektif

di semua kecamatan yang ada di kabupaten Toba Samosir, yaitu:

1. Kecamatan Porsea

2. Kecamatan Uluan

3. Kecamatan Siantar Narumonda

4. Kecamatan Lumban Julu

5. Kecamatan Meranti

6. Kecamatan Silaen

7. Kecamatan Sigumbar

8. Kecamatan Laguboti

9. Kecamatan Balige

10. Kecamatan Borbor

11. Kecamatan Nassau

12. Kecamatan Habinsaran

13. Kecamatan Tampahan

14. Kecamatan Ajibata

15. Kecamatan Parmaksian

16. Kecamatan Bonatua Lunasi

Universitas Sumatera Utara


42

4.1.2 Letak Geografis

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Toba Samosir terletak di Jl. Raja

Sipakko Napitulu, desa Parparean, kecamatan Porsea, kabupaten Toba

Samosir.Kabupaten Toba Samosir berada pada 2003’-2040’ LU dan 98056’-

99040’BT dengan luas wilayah 2.021,80 km2. Kabupaten Toba Samosir berada

diantara lima kabupaten, yaitu:

1. Sebelah utara : Kabupaten Simalungun

2. Sebelah Timur : Labuhan Batu dan Asahan

3. Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Utara

4. Sebelah Barat : Kabupaten Samosir

Kabupaten Toba Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi dengan

ketinggian antara 300-2.200 m di atas permukaan laut, dengan topografi dan

contour tanah yang beraneka ragam yaitu datar, landau, miring dan terjal. Wilayah

administrasi pemerintah kabupaten Toba Samosir terdiri atas 16 kecamatan, 231

desa dan 13 kelurahan.

Rumah Sakit Umum Daerah Porsea terletak di daerah ibu kota kecamatan

Porsea dan hanya berjarak ±26 km dari ibu kota Kabupaten Toba Samosir yang

jarak tempuhnya ±30 menit.

4.1.3 Demografi

Berdasarkan data dari profil kesehatan Kabupaten Toba Samosir tahun

2016, jumlah penduduk kabupaten Toba Samosir tahun 2016 tercatat 179.704 jiwa

dengan tingkat kepadatan penduduk 88,88 per km2.

Universitas Sumatera Utara


43

Jumlah penduduk laki-laki di kabupaten Toba Samosir lebih sedikit dibandingkan

dengan jumlah perempuan. Jumlah penduduk perempuan sebanyak 90.943 jiwa

dan laki-laki sebanyak 89.211 jiwa, dengan sex ratio sebesar 98,58%. Bila dilihat

berdasarkan rata-rata banyaknya anggota keluarga di kabupaten Toba Samosir

pada tahun 2016 adalah sebesar 4,08 (yang berarti rata-rata pada setiap keluarga

terdiri atas 4-5 orang anggota keluarga).

4.1.4 Visi, Misi dan Tujuan RSUD Porsea Kabupaten Toba Samosir
a. Visi

Visi rumah sakit adalah terwujudnya Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

Kabupaten Toba Samosir menjadi rumah sakit umum tipe C terbaik di

Sumatera Utara

b. Misi

Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Toba Samosir, yaitu:

1. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit dan kualitas sumber

daya manusia rumah sakit

2. Meningkatkan mutu pelayanan dan manajemen rumah sakit

3. Meningkatkan peran RSUD Porsea dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat

4. Mengembangkan sistem pembiayaan kesehatan dalam bentuk pola tarif

yang terjangkau untuk masing-masing jenis pelayanan.

c. Tujuan

Tujuan dari Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Toba Samosir, yaitu:

1. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sakit

Universitas Sumatera Utara


44

2. Membangun sistem manajemen pelayanan kesehatan dengan

pembangunan sistem informasi rumah sakit

3. Meningkatkan sumber dana pembiayaan kesehatan

4. Pembiayaan pelayanan kesehatan dalam bentuk pola tarif dapat

terjangkau

4.1.5 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan di RSUD Porsea sebanyak 245 orang. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 4.1 Data Tenaga Kesehatan RSUD Porsea

No Jenjang Pendidikan Jumlah


1 S2 (Dokter Spesialis) 20
2 S1 (Dokter Umum) 9
3 S1 (Dokter Gigi) 4
4 Sarjana Kesehatan Masyarakat 2
5 Apoteker 3
6 Sarjana Keperawatan 10
6 Asisten Apoteker/D III Farmasi/ SMF 15
7 Bidan 5
8 Perawat Kesehatan/SPK 11
9 Ahli Gizi/Nutrisionis 2
10 Sarjana Sains Terapan 5
11 Sarjana Administrasi 2
12 Akademi Kebidanan 29
13 Akademi Perawat 63
14 Akademi Fisioterapi 2
15 Akademi Analisis Kesehatan 6
16 Akademi Kesehatan Gigi 1
17 Akademi Radiologi 4
18 Akademi Gizi 1
19 Akademi Refraksi Optisi 3
20 Analisis Kesehatan 4
21 ATEM 1
22 D III Komputer 3
23 D III Perpajakan 1
24 D I Komputer 3
25 SMA/SMEA/SMK/STM 35

Universitas Sumatera Utara


45

26 SD 1
TOTAL 245
Sumber : Profil RSUD Porsea Tahun 2016

4.1.6 Sarana dan Prasarana di RSUD Porsea

Table 4.2 Data Sarana dan Prasarana di RSUD Porsea

No Jenis Sarana/Prasarana Jumlah


1 UGD 1
2 ICU 1
3 Ruang OK 1
4 Poli Anak 1
5 Poli Paru dan Jantung 1
6 Poli Mata 1
7 Poli THT 1
8 Poli Gigi 1
9 Poli Jiwa 1
10 Poli Patologi Anatomi 1
11 Poli penyakit dalam I 1
12 Poli penyakit dalam II/ Neurologi 1
13 Ruang USG/EKG 1
14 Ruang operasi kamar 1
15 Laboratorium 1
16 Poliklinik 1
17 Unit Transfusi Darah 1
18 Unit Pelayanan Kebidanan dan Kandungan 1
19 Instalasi Radiologi 1
20 Instalasi Gizi 1
21 Instalasi Farmasi 1
22 Instalasi Rehabilitasi Medik 1
23 Ruang Rawat Inap Kelas I 1
24 Ruang Rawat Inap Kelas II 1
25 Ruang Rawat Inap Kelas III 1
26 Ruang Rawat Inap Anak 1
27 Ruang Direktur 1
28 Ruang Bendahara 1
29 Ruang Kabid Pelayanan Medik 1
30 Ruang Kabid Penunjang Medik 1
31 Ruang Kasubag Program/Akuntabilitas 1
32 Ruang Kasubag Keuangan/Kepegawaian 1
33 Ruang Kabag Tata Usaha 1
34 Ruang Rapat 1
35 Ruang Tunggu 1
36 Loket 2

Universitas Sumatera Utara


46

37 Tempat Tidur 78
38 Alat-alat Kedokteran Radiologi 28
39 Alat-alat Kedokteran Bedah 46
40 Alat-alat penyakit dalam 10
41 Alat-alat USG/EKG 6
42 Alat-alat Poli Anak 9
43 Alat-alat Poli Paru 11
44 Ambulance 1
Sumber: Profil RSUD Porsea Tahun 2016

4.2 Instalasi Farmasi RSUD Porsea Kabupaten Toba Samosir

Instalasi farmasi merupakan salah satu bagian instalasi yang ada di RSUD

Porsea Kabupaten Toba Samosir yang memberikan pelayanan kepada pasien

berupa pelayanan farmasi, serta menjamin ketersediaan obat-obatan untuk pasien

rawat jalan dan rawat inap melalui manajemen farmasi, yang dimulai dari tahap

perencanaan sampai dengan pendistribusian.Letak instalasi farmasi RSUD Porsea

berada di sebelah kiri pintu masuk dan apotek berada di depan instalasi farmasi

sehingga mempermudah dalam pelayanan kefarmasian.

Instalasi farmasi RSUD Porsea dikepalai oleh seorang apoteker dan

dibantu oleh 14 tenaga kefarmasian lainnya, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.3Tenaga Kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Porsea

No Tenaga Kefarmasian Jumlah (Orang)


1 Apoteker 3
2 D-III Farmasi 5
3 SKM 1
4 Bidan 1
5 SMF 5
Jumlah 15
Sumber : Instalasi Farmasi RSUD Porsea

Universitas Sumatera Utara


47

Table 4.4 Daftar sepuluh penggunaan obat terbanyak di RSUD Porsea tahun 2016

No Nama obat
1 Ranitidine Tablet 150 mg
2 N.Acethyl Sistein Tablet
3 Natrium Diklofenak Tablet 25 mg
4 Cefadroxil Kapsul 500 mg
5 Paracetamol Tablet 500 mg
6 Curcuma Tablet
7 Asam Folat Tablet
8 Ulsidex Tablet
9 Rethapyl Tablet
10 Vitamin B Kompleks
Sumber : Insatalasi Farmasi RSUD Porsea Tahun 2016

4.3 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang, yang terdiri atas direktur

rumah sakit, kepala sub bagian perencanaan, kepala bidang pelayanan penunjang

medik, kepala instalasi farmas dan 3 orang staf instalasi farmasi. Secara rinci

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Karakteristik Informan

No Jabatan Jenis Kelamin Umur (tahun) Pendidikan


1 Direktur Laki-laki 46 tahun S1
2 Kepala Sub Bagian Laki-laki 36 tahun S1
Perencanaan
3 Kepala Bidang Perempuan 56 tahun D3
Pelayanan
Penunjang Medik
4 Kepala Instalasi Perempuan 39 tahun S1
Farmasi
5 Staf instalasi Laki-laki 32 tahun S1
6 Staf instalasi Perempuan 24 tahun D3
7 Staf instalasi Perempuan 34 tahun D3
Sumber: Instalasi Farmasi RSUD Porsea Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara


48

4.4 Input Dalam Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Porsea

Input adalah segala sesuatu yang mendukung dan dibutuhkan dalam

melaksanakan perencanaan obat agar dapat berjalan dengan baik, meliputi: SDM,

metode, data dan sarana/prasarana.

4.4.1 Sumber Daya Manusia

a. Ketersediaan Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

sumber daya manusia di instalasi farmasi RSUD Porsea dapat diketahui bahwa

sumber daya manusia di instalasi farmasi berjumlah 15 orang, dengan rincian 3

apoteker dan 12 orang petugas yang membantu apoteker. Sehingga tenaga

apoteker belum tercukupi sesuai dengan Permenkes yang berlaku di rumah sakit

tipe C seharusnya ada 6 apoteker.Maka perlu dilakukan penambahan apoteker

untuk memaksimalkan kinerja di instalasi farmasi.

b. Kualitas Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

kualitas sumber daya manusia di instalasi farmasi RSUD Porsea, dapat diketahui

bahwa kualitas SDM yang ada di instalasi farmasi masih kurang baik, karena

belum memiliki SK dan pembagian kerja yang belum dilaksanakan setiap tim

masing-masing, sehingga masih diperlukan SDM yang memiliki kemampuan dan

kompeten terkait perencanaan obat supaya upgrade ilmu terkait perencanaan obat

lebih maksimal.

Universitas Sumatera Utara


49

c. Pelatihan terhadap Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

pelatihan terhadap sumber daya manusia, dapat diketahui bahwa pelatihan terkait

perencanaan obat terhadap SDM di instalasi farmasi belum pernah

dilakukan.Sehingga pelatihan perlu dilakukan bagi tenaga perencanaan obat, agar

dapat melakukan perencanaan kebutuhan obat yang lebih baik di instalasi farmasi

RSUD Porsea.

4.4.2 Metode

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

metode yang digunakan dalam perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD

Porsea, dapat diketahui bahwa metode yang digunakan adalah metode konsumsi

yaitu berdasarkan data penggunaan obat tahun laludan ditambahkan 20% dari

jumlah tahun sebelumnya yang mewakili jumlah pasien.Metode konsumsi ini

bagus digunakan di rumah sakit, jika setiap tahapannya dilakukan oleh tenaga

perencanaan kebutuhan obat.

4.4.3 Data

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai data

yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD

Porsea, dapat diketahui bahwa data yang digunakan adalah rekapitulasi resep

harian dan bulanan, data dari pihak gudang, laporan pemakaian obat tahun lalu,

daftar obat yang dibutuhkan dokter untuk pasiennya dan formularium nasional.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

kekosongan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea, dapat diketahui bahwa

Universitas Sumatera Utara


50

kekosongan obat sering terjadi di instalasi farmasi RSUD Porsea. Karena

disebabkan oleh pengiriman obat dari distributor terlambat, obat tidak tersedia di

e-catalogue dan beberapa obat yang diresepkan oleh dokter ke pasien adalah obat

yang diluar formularium nasional. Kekosongan obat ini berdampak bagi pasien

umum dan BPJS.Kebijakan yang dibuat oleh rumah sakit untuk mengatasi

kekosongan obat yaitu bagi pasien BPJS, petugas instalasi farmasi rumah sakit

membeli obat diluar apotek rumah sakit bagi pasien BPJS tersebut.Sedangkan

untuk pasien umum, pasien atau keluarga pasien yang membeli obat keluar apotek

rumah sakit.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

resep obat yang ditulis diluar formularium nasionaldi instalasi farmasi RSUD

Porsea, dapat diketahui bahwa ada beberapa resep yang dituliskan oleh dokter di

luar formularium nasional.Misalnya provagin, proster, neuro plus, noveron dan

lain-lainnya.Padahal petugas sudah memberikan daftar obat sesuai formularium

nasional ke dokter supaya tidak meresepkan obat diluar formularium nasional

kepada pasien.Berikut daftar obat yang diresepkan di luar formularium nasional.

Tabel 4.6 Daftar obat yang di luar formularium nasional

No Nama Obat
1 Provagin
2 Proster
3 Neuro Plus
4 Noveron
5 Uterogestan
6 Noresteril
7 Bisolfon My
8 Almen Tablet
9 Amox Tablet

Universitas Sumatera Utara


51

10 Tracetate Tablet
11 Proliva Tablet
12 D Vit Tablet
13 Tofedex
14 Myotonic
15 Emibion Tablet
Sumber: Instalasi Farmasi RSUD Porsea Tahun 2016

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

prosedur tetap tentang perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea, dapat

diketahui bahwa prosedur tetap tentang perencanaan obat di instalasi farmasi

RSUD Porsea belum ada. Sehingga prosedur tetap itu perlu dibuat agar

mempermudah proses perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea.

4.4.4. Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

sarana dan prasarana di instalasi farmasi RSUD Porsea, dapat diketahui bahwa

sarana dan prasarana di instalasi farmasi sudah memadai misalnya buku

pengeluaran harian, kartu stok barang, kulkas/pendingin, lemari, gedung farmasi,

plastik dan stempel, tempat untuk peracikan obat dan buku harian untuk obat yang

keluar.

4.5 Proses Dalam Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Porsea

Proses adalah tahapan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan

tertentu, meliputi: pemilihan jenis obat dan perhitungan kebutuhan obat.

4.5.1 Pemilihan Jenis Obat

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

pemilihan jenis obat, dapat diketahui bahwa proses pemilihan jenis

Universitas Sumatera Utara


52

obatberdasarkan rekapitulasi pemakaian obat perbulan,data penggunaan obat

tahun sebelumnya,daftarobat permintaan dari dokter,prevalensi penyakit dari

pasien yang berkunjungdan data stok.

4.5.2 Perhitungan Kebutuhan Obat

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

perhitungan kebutuhan obat, dapat diketahui bahwa proses perhitungan kebutuhan

obat dengan menggunakan metode konsumsi yang didasarkan dari pemakaian

obat tahun sebelumnya.

Adapun langkah-langkah dalam menghitung perkiraan kebutuhan obat

dalam proses perencanaan obat adalah, sebagai berikut:

1. Menghitung pemakaian nyata pertahun

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

perhitungan kebutuhan obat menggunakan datapemakaian nyata pertahun, dapat

diketahui bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat petugas instalasi

farmasi RSUD Porsea menggunakan sisa stok tahun sebelumnya untuk

perencanaan obat tahun yang akan datang, yang dilihat dari pemakaian obat yang

paling banyak.

2. Menghitung pemakaian rata-rata perbulan

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

perhitungan kebutuhan obat menggunakan data pemakaian rata-rata perbulan,

dapat diketahui bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat petugas instalasi

farmasi RSUD Porsea menggunakan data sisa stok yang dihitung dari rata-rata

pemakaian setiap bulan yang diolah jadi data pemakaian obat tahunan. Dan obat

Universitas Sumatera Utara


53

yang paling banyak dikeluarkan oleh pihak rumah sakit untuk setiap bulan tidak

berubah-ubah, karena pasien yang berobat ke rumah sakit ini tidak gonta ganti.

3. Menghitung kekurangan obat

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

perhitungan kebutuhan obat menggunakan data kekurangan obat, dapat diketahui

bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat menggunakan data kekurangan

obat untuk perencanaan kebutuhan obat tahun berikutnya.

4. Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya pertahun

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

perhitungan kebutuhan obat menggunakan data kebutuhan obat sesungguhnya

pertahun, dapat diketahui bahwadalam proses menghitung kebutuhan obat dilihat

dari data pemakaian tahun lalu. Yang digunakan sebagai acuan untuk perencanaan

obat tahun yang akan datang.

5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

perhitungan kebutuhan obat menggunakan data kebutuhan obat tahun yang akan

datang, dapat diketahui bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat kenaikan

jumlah pasien tidak dilibatkan karena tidak dapat diprediksi. Dalam perencanaan

kebutuhan obat biasanya berpatokan pada pemakaian obat tahun lalu.

6. Menghitung leadtime (waktu tunggu)

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

perhitungan kebutuhan obat menggunakan data leadtime atau waktu tunggu, dapat

Universitas Sumatera Utara


54

diketahui bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat leadtime atau waktu

tunggu tidak digunakan dalam proses perencanaan kebutuhan obat.

7. Menentukan stok pengaman

Buffer stok adalah jumlah obat yang diperlukan untuk menghindari

terjadinya kekosongan obat.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

perhitungan kebutuhan obat menggunakan data buffer stock atau stok

pengaman,dapat diketahui bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat tidak

melibatkan data stok pengaman. Karena stok pengaman atau buffer stock memang

tidak disediakan oleh pihak rumah sakit. Untuk menghindari kekosongan obat,

pihak rumah sakit melakukan pergantian jenis obat. Misalnya novorapid, obat ini

diganti dengan jenis yang sama seperti apindra dan lansusdengan persetujuan dari

dokter yang bersangkutan.

8. Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan

datang

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

perhitungan kebutuhan obat menggunakan data obat yang akan diprogramkan

untuk tahun yang akan datang, dapat diketahui bahwa dalam proses menghitung

kebutuhan obat sebagai acuan pada obat yang akan diprogramkan adalah

pemakaian obat tahun lalu. Dan obat yang ingin dipesan lagi diluar formularium

nasional.Daftar obat inilah yang di list untuk perencanaan obat tahun berikutnya.

Universitas Sumatera Utara


55

9. Menghitung jumlah obat yang akan dianggarkan

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

perhitungan kebutuhan obat menggunakan data jumlah obat yang akan

dianggarkan, diketahui bahwa obat yang akan dianggarkan harus dipaparkan

terlebih dahulu baik dari segi jumlah dan harga obat. Kemudian ditawarkan ke

distributor.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

evaluasi penggunaan obat sebelumnya di instalasi farmasi RSUD Porsea, dapat

diketahui bahwa evaluasi penggunaan obat sebelumnya rutin dilakukan tepatnya

pada akhir tahun.Evaluasi ini dilakukan agar perhitungan untuk perencanaan

tahun berikutnya lebih tepat dan untuk penyesuaian obat yang keluar antara

gudang dengan apotek.Cara evaluasi dilakukan berdasarkan dari rekapan harian

dan bulanan baik dari gudang maupun apotek, sisa stok dan penggunaan obat

terbanyak.

4.6 Output Dalam Perencanaan Obat di RSUD Porsea

Output dalam perencanaan obat yaitu tersusunnya dokumen perencanaan

kebutuhan obat.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan mengenai

kendala dalam proses perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea, dapat

diketahui bahwa kendala yang terjadi di instalasi farmasi RSUD Porsea

adalahterjadinya kekosongan obat.Berdasarkan data di e-catalogue,obat yang akan

dipesan ke pihak distributor sedang habis atau kosong. Sehingga distributor tidak

langsung mengirim obat tersebut.

Universitas Sumatera Utara


56

BAB V

PEMBAHASAN

Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan salah satu fungsi

yang menentukan dalam proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, yang

bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang

tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Kepmenkes,

2008).

5.1 Masukan (Input)

Masukan (input) adalah segala sesuatu yang mendukung dan dibutuhkan

dalam melaksanakan perencanaan obat agar dapat berjalan dengan baik. Adapun

aspek yang ditinjau dalam masukan (input) meliputi sumber daya manusia,

metode, data dan sarana/prasarana.

5.1.1 Sumber Daya Manusia

Instalasi farmasi RSUD Porsea dikepalai oleh seorang apoteker. Hal ini

sesuai dengan Permenkes No.58 Tahun 2014 tentang standar pelayanan farmasi di

rumah sakit, bahwa instalasi farmasi rumah sakit harus dikepalai oleh seorang

apoteker yang merupakan penanggung jawab seluruh pelayanan kefarmasian di

rumah sakit. Kepala instalasi farmasi rumah sakit diutamakan telah memiliki

pengalaman bekerja di instalasi farmasi rumah sakit minimal 3 tahun. Instalasi

farmasi juga harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis kafarmasian yang sesuai

dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan

instalasi farmasi rumah sakit.

56
Universitas Sumatera Utara
57

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014 tentang

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, bahwa tenaga kefarmasian di Rumah Sakit

tipe C terdiri atas 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah

sakit, 2 (dua) orang apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling

sedikit 4 (empat) orang tenaga teknis kefarmasian, 4 (empat) orang apoteker di

rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis

kefarmasian, dan 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan,

distribusi dan produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi

klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian

yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian rumah

sakit.

Kelancaran dan keberhasilan tugas tenaga kefarmasian yang ada di

instalasi farmasi RSUD Porsea sangat didukung oleh kualitas sumber daya

manusianya. Kualitas sumber daya manusia yang ada di instalasi farmasi RSUD

Porsea masih kurang baik dan masih membutuhkan SDM yang memiliki

kemampuan dan kompeten terkait perencanaan obat supaya upgrade ilmu terkait

perencanaan lebih maksimal. Kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan

salah satunya dengan pelatihan.Pelatihan adalah salah satu upaya peningkatan

pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas dalam rangka meningkatkan mutu

dan kinerja petugas (Kemenkes, 2010).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan 7 orang informan terkait

ketersediaan sumber daya manusia yang ada di instalasi farmasi RSUD Porsea

masih kurang.Informan mengatakan bahwa sesuai dengan permenkes yang

Universitas Sumatera Utara


58

berlaku di rumah sakit tipe C masih kurang, seharusnya ada 6 apoteker.Maka

masih perlu dilakukan penambahan apoteker untuk memaksimalkan kinerja di

instalasi farmasi RSUD Porsea.Dan kualitas sumber daya manusia yang ada di

instalasi farmasi RSUD Porsea masih kurang baik, hal ini dikarenakan

kemampuan dan pengetahuan tenaga perencanaan masih kurang.Sehingga

pelatihan mengenai perencanaan obat perlu dilakukan.Sedangkan terkait pelatihan

terhadap SDM mengenai perencanaan obat belum pernah dilakukan di instalasi

farmasi RSUD Porsea karena masih minimnya anggaran rumah sakit untuk

melaksanakan pelatihan.

Dari penjelasan diatas bahwa instalasi farmasi RSUD Porsea masih

kekurangan tenaga kefarmasian dan belum sesuai dengan Permenkes RI nomor 56

Tahun 2014. Adapun sumber daya manusia yang ada di instalasi farmasi RSUD

Porsea berjumlah 15 orang, terdiri atas 3 apoteker dan 12 asisten apoteker.

5.1.2 Metode

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan terkait

metode yang digunakan dalam perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD

Porsea adalah menggunakan metode konsumsi.Yaitu berdasarkan penggunaan

obat tahun sebelumnya, metode konsumsi ini digunakan karena merupakan

metode yang paling gampang digunakan dari pada metode lainnya oleh petugas

instalasi farmasi RSUD Porsea.

Perencanaan kebutuhan farmasi merupakan proses kegiatan dalam

pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


59

kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan

menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar

perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi

metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia

(Kepmenkes, 2004).

Metode konsumsi yaitu yang didasarkan atas analisis data konsumtif atau

pemakaian obat tahun sebelumnya. Pada proses perhitungan jumlah obat yang

dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan pengumpulan dan

pengolahan data penggunaan obat setiap tahun, analisa data untuk informasi dan

evaluasi dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat. Sedangkan metode morbiditas

adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.

5.1.3 Data

Dalam perencanaan obat harus didukung dengan data yang dapat dijadikan

sebagai acuan dalam proses perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea.

Adapun data yang digunakan adalah data rekapitulasi resep harian dan bulanan,

data dari pihak gudang, laporan pemakaian obat tahun lalu, daftar obat yang

dibutuhkan oleh dokter untuk pasiennya dan formularium nasional. Instalasi

farmasi RSUD Porsea dalam proses perencanaan obat menggunakan metode

konsumsi. Untuk data konsumsi obat didapat dari kartu stok dari bagian gudang

dan apotek yang telah di rekapitulasi oleh petugas.

Menurut Kepmenkes (2008), untuk memperoleh data kebutuhan obat yang

mendekati ketepatan, perlu dilakukan analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun

Universitas Sumatera Utara


60

sebelumnya atau lebih. Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan

metode konsumsi:

1) Daftar obat

2) Stok awal

3) Penerimaan

4) Pengeluaran

5) Sisa stok

6) Obat hilang/rusak, kadaluarsa

7) Kekosongan obat

8) Pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun

9) Waktu tunggu

10) Stok pengaman

11) Perkembangan pola kunjungan

Kekurangan data dalam perencanaan kebutuhan obat dapat mengakibatkan

perencanaan kebutuhan obat tidak sesuai dengan jumlah dan kebutuhan rumah

sakit.Hal ini berdampak terhadap ketersediaan obat yang kurang optimal sehingga

mengalami stok kosong dan sebagian lagi jumlahnya berlebih.

Kekosongan obat juga terjadi di RSUD Porsea disebabkan oleh stok obat

di distributor kosong, pengiriman obat dari distributor terlambat dan obat yang

diresepkan oleh dokter ke pasien tidak sesuai dengan formularium

nasional.Karena sebagian obat yang diresepkan itu adalah obat yang berada diluar

formularium nasional.Kekosongan obat ini berdampak bagi pasien umum dan

BPJS.Adapun kebijakan yang dibuat oleh rumah sakit untuk mengatasi

Universitas Sumatera Utara


61

kekosongan obat yaitu bagi pasien BPJS, petugas instalasi farmasi rumah sakit

membeli obat diluar apotek rumah sakit bagi pasien BPJS tersebut.Sedangkan

bagi pasien umum, pasien atau keluarga pasien yang membeli obat keluar apotek

rumah sakit.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan terkait

resep yang ditulis di luar formularium nasional, seperti provagin, proster, neuro

plus, noverondan lain-lainnya Sehingga yang dibutuhkan tidak langsung tersedia

karena ketika proses pemesanan, obat yang diresepkan tersebut tidak tersedia di e-

catalogue. Salah satu upaya mengatasi kekosongan obat yang ada di instalasi

farmasi RSUD Porsea adalah petugasinstalasi farmasi sudah memberikan daftar

obat terlebih dahulu yang sesuai formularium nasional ke dokter agar tidak

meresepkan obat di luar formularium nasional.

Perencanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan kekosongan obat.Data

yang digunakan dalam merencanakan kebutuhan obat sangat mempengaruhi

ketersediaan obat, sebab perencanaan bertujuan untuk menetapkan jenis dan

jumlah obat sesuai.Agar tidak terjadi kekosongan maupun kelebihan obat. Apabila

kebutuhan obat tidak direncanakan dengan baik, maka akan terjadi kekosongan

yang akan mempengaruhi pelayanan dan kelebihan obat akan menyebabkan

kerusakan dan merugikan anggaran yang dipakai untuk obat tersebut.

Instalasi farmasi RSUD Porsea belum memiliki prosedur tetap tentang

perencanaan obat. Sehingga prosedur tetap itu perlu dibuat agar mempermudah

proses perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea.

5.1.4 Sarana dan Prasarana

Universitas Sumatera Utara


62

Dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus didukung dengan

sarana dan prasarana yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku di rumah sakit.Lokasi rumah sakit harus mudah dijangkau

oleh semua masyarakat.Prasarana rumah sakit harus memenuhi standar sesuai

dengan pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit dan harus dievaluasi secara

berkala dan berkesinambungan (UU No.44 Tahun 2009).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan terkait

sarana dan prasarana rumah sakit sudah memadai, misalnya buku pengeluaran

harian, kartu stok barang, kulkas/pendingin, lemari, gedung farmasi, plastik dan

stempel, tempat untuk peracikan obat dan buku harian untuk obat yang keluar.

5.2 Proses

Proses adalah tahapan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan

tertentu. Adapun proses perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea yaitu

pemilihan jenis obat dan perhitungan kebutuhan obat.

5.2.1 Pemilihan Jenis Obat

Pada proses pemilihan jenis obat di instalasi farmasi RSUD Porsea

berdasarkan jumlah obat yang paling banyak digunakan dalam waktu satu tahun.

Proses pemilihan jenis obat yaitu dengan mengumpulkan semua yang perlu terkait

perencanaan obat, misalnya data penggunaan obat tahun lalu, obat yang

dibutuhkan oleh dokter dan sisa stok yang ada di gudang. Kemudian dilakukan

pemilahan jenis dan jumlah obat yang paling banyak digunakan dalam kurun

waktu satu tahun.

Universitas Sumatera Utara


63

Pemilihan jenis obat adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi

benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola

penyakit di rumah sakit.Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu

meliputi:

1. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari

kesamaan jenis.

2. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai

efek yang baik dibanding obat tunggal.

3. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug

of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

Perencanaan obat di RSUD Porsea masih kurang baik, karena belum

sesuai dengan tahapan yang seharusnya dilaksanakan di pelayanan kefarmasian

rumah sakit yaitu tahap pemilihan jenis obat, tahap kompilasi pemakaian obat dan

tahap perhitungan kebutuhan obat.Sedangkan tahapan yang dilaksanakan di

RSUD Porsea yaitu tahapan pemilihan jenis obat dan perhitungan kebutuhan obat.

5.2.2 Perhitungan Kebutuhan Obat

Perkiraan kebutuhan obat adalah perkiraan jumlah obat yang akan

dikonsumsi setiap tahun. Proses perkiraan kebutuhan obat di instalasi farmasi

RSUD Porsea dengan menggunakan metode konsumsi yang didasarkan pada

pemakaian obat tahun sebelumnya.Menentukan kebutuhan obat merupakan

tantangan berat yang harus dihadapi oleh tenaga kefarmasian yang ada di rumah

sakit.

Universitas Sumatera Utara


64

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1990, bahwa masalah

kekosongan atau kelebihan obat dapat terjadi apabila informasi semata-mata

hanya berdasarkan informasi yang teoritis kebutuhan pengobatan.Dalam

menghitung kebutuhan obat dapat dilihat berdasarkan informasi obatnya,

informasi segi pelayanan kesehatannya, dan kebiasaan suplai obatnya.Jumlah obat

yang dipesan harus memperhitungkan sisa stok, stok pengaman dan lead time.

Menentukan jumlah obat diperlukan data dan informasi yang lengkap,

akurat dan dapat dipercaya.Pengadministrasian, pencatatan dan pengolahan data

diarahkan untuk mendukung pengelolaan yang dititikberatkan pada aspek

dinamika logistik obat.Sejalan dengan pendekatan ini, pencatatan, pelaporan dan

pengolahan data yang berkaitan dengan perencanaan, diarahkan untuk mendukung

metode perhitungan kebutuhan obat.

Adapun langkah-langkah dalam menghitung perkiraan kebutuhan obat

dalam proses perencanaan obat adalah, sebagai berikut:

1. Menghitung pemakaian nyata pertahun

Pemakaian nyata pertahun adalah jumlah stok obat yang telah dikeluarkan

dalam satu tahun atau pada periode sebelumnya.Data dapat diperoleh dari

laporan perbulan atau kartu stok yang ada di instalasi farmasi rumah

sakit.Dalam menghitung pemakaian nyata pertahun, staf yang ada di instalasi

farmasi RSUD Porsea selalu mencatat dan membuat laporan pemakaian obat

perbulannya. Sehingga dapat dengan mudah dikompilasi menjadi laporan

tahunan pada akhir tahun dan mempermudah untuk proses perhitungan

pemakaian untuk tahun atau periode selanjutnya. Pegawai yang ada di instalasi

Universitas Sumatera Utara


65

farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea menggunakan data ini dalam

proses perencanaan kebutuhan obat.

2. Menghitung pemakaian rata-rata perbulan

Menghitung pemakaian rata-rata obat dalam kurun waktu satu bulan adalah

dengan cara menghitung pemakaian nyata pertahunnya dibagi dengan jumlah

bulan. Pemakaian rata-rata perbulan didapat dengan cara menghitung seluruh

pemakaian obat yang terdapat dalam laporan pemakaian dan membagi dengan

12 bulan sehingga didapatkan laporan pemakaian rata-rata perbulannya.Dalam

menghitung pemakaian rata-rata perbulan, dilihat dari data pemakaian obat

setiap tahun.Perhitungan ini dilakukan agar dengan mudah menghitung

konsumsi obat dalam satu bulan.Pihak instalasi farmasi juga melibatkan data

ini dalam perhitungan kebutuhan obat tahun berikutnya di Rumah Sakit

Umum Daerah Porsea.

3. Menghitung kekurangan obat

Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan saat terjadinya

kekosongan obat pada tahun atau periode sebelumnya.Cara untuk menghitung

kekurangan obat adalah waktu kekosongan obat dikali dengan rata-rata

pemakaian dalam satu bulan.Data ini juga diperlukan dalam proses

perencanaan obat guna mempermudah perhitungan kebutuhan obat yang tepat

di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea.

4. Menghitung obat yang sesungguhnya

Kebutuhan obat yang sesungguhnya adalah kebutuhan obat yang

sesungguhnya dibutuhkan oleh rumah sakit dalam periode sebelumnya. Cara

Universitas Sumatera Utara


66

menghitung kebutuhan obat sesungguhnya adalah dengan cara menghitung

jumlah pemakaian nyata dijumlahkan dengan kekurangan obat pada tahun atau

periode sebelumnya.Pihak instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah

Porsea juga menggunakan data ini sebagai acuan dalam perencanaan obat,

untuk mendapatkan obat yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang

Kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah perkiraan kebutuhan obat yang

sudah mempertimbangkan peningkatan jumlah pelanggan yang akan dilayani.

Cara menghitung kebutuhan obat yang sesungguhnya ditambah kebutuhan

obat yang sesungguhnya kemudian dikali dengan 15%.Data ini tidak

digunakan oleh pihak instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

dengan alasan tidak dapat memprediksi kenaikan jumlah pasien dan rumah

sakit ini hanya berpatokan pada data pemakaian obat tahun lalu untuk

pelaksanaan perencanaan obat tahun berikutnya.

6. Menghitung kebutuhan leadtime

Leadtime adalah waktu yang dibutuhkan sejak rencana diajukan sampai

dengan obat yang diterima. Cara menghitung kebutuhan leadtime adalah

dengan cara menghitung pemakaian rata-rata dikali waktu tunggu (bulan)

sejak perencanaan obat diajukan sampai obat diterima.Data ini tidak

digunakan oleh pihak RSUD Porsea dalam proses perencanaan obat, dengan

alasan tidak terlalu penting dalam proses menghitung kebutuhan obat dan ribet

menghitungnya.

7. Menentukan stok pengaman (Buffer Stock)

Universitas Sumatera Utara


67

Buffer sock adalah jumlah obat yang diperlukan untuk menghindari terjadinya

kekosongan obat. Pihak instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

tidak menyediakan buffer stock atau stok pengaman. Namun untuk

menghindari kekosongan obat pihak instalasi melakukan pergantian jenis obat

lain, yang memiliki fungsi atau kegunaan yang sama.

8. Menghitung jumlah obat yang akan diprogramkan ditahun yang akan datang

Cara untuk menghitung jumlah obat yang diprogramkan ditahun yang akan

datang adalah dengan cara menghitung kebutuhan obat yang akan datang

dijumlah dengan kebutuhan leadtime dan ditambah dengan buffer stock. Pihak

instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea menggunakan data ini

guna mempermudah perhitungan kebutuhan obat dalam proses perencanaan

obat, dengan melihat dari pemakaian obat tahun lalu ditambah dengan daftar

obat yang diinginkan oleh dokter.

9. Menghitung jumlah obat yang akan dianggarkan

Cara menghitung jumlah obat yang akan dianggarkan adalah dengan cara

menghitung kebutuhan obat yang diprogramkan dikurangi dengan sisa stok

obat yang ada. Pihak instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

menggunakan data obat yang akan dianggarkan dalam proses perhitungan

kebutuhan obat, dengan jumlah dan harga obat yang dipaparkan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan terkait

perhitungan jumlah kebutuhan obat menggunakan metode konsumsi di instalasi

farmasi RSUD Porsea.Penggunaan metode konsumsi ini didasarkan pada analisa

data konsumsi obat tahun sebelumnya.Dalam perhitungan perkiraan kebutuhan

Universitas Sumatera Utara


68

obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea belum sesuai dengan

langkah-langkah yang ada pada metode konsumsi.Karena tidak menggunakan

semua tahapan yang ada dalam melakukan perhitungan kebutuhan obat.Data

leadtime dan buffer stock tidak digunakan dalam perhitungan ini. Dapat

diasumsikan pihak instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

beranggapan bahwa pengertian metode konsumsi adalah murni melihat dari

pemakaian obat pada tahun sebelumnya.

5.3 Output

Tujuan dari manajemen logistik obat antara lain adalah ketersediaan

jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan serta ketepatan waktu tersedianya obat.

Sedangkan tujuan perencanaan kebutuhan obat yaitu untuk ketersediaan jumlah

dan jenis obat sesuai dengan kebutuhan, sehingga menghindari terjadinya

kekosongan obat, meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan

meningkatkan efisiensi penggunaan obat berdasarkan formularium nasional.

Hasil dari proses perencanaan yaitu berupa tersusunnya dokumen dalam

perencanaan kebutuhan obat. Dokumen perencanaan obat di instalasi farmasi

RSUD Porsea terdiri dari nama obat yang dibutuhkan, satuan dan jumlah obat

yang dibutuhkan, dan harga obat yang dibutuhkan. Dokumen ini kemudian

diserahkan ke direktur rumah sakit untuk meminta persetujuan terkait perencanaan

kebutuhan obat yang dilakukan di RSUD Porsea.

Perencanaan obat terkadang terdapat kendala dan hambatan sehingga

tujuan dari perencanaan obat itu tidak tercapai atau dengan kata lain obat tidak

tersedia dengan jumlah, jenis atau tidak tersedia tepat waktu. Instalasi farmasi

Universitas Sumatera Utara


69

RSUD Porsea dalam penyediaan obat dan perbekalan farmasi pernah mengalami

kekosongan obat.Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal yaitu dampak dari

obat yang diresepkan oleh dokter di luar formularium nasional dan dampak dari

sistem pengadaan secara elektronik (e-catalogue). Pada proses ini stok di

distributor kadang kosong jadi obat yang dipesan tidak langsung tersedia dan ada

beberapa jenis obat yang jarang digunakan sehingga terjadi kelebihan obat.

Berdasarkan data daftar obat kosong yang ada di lampiran 3 dapat

diketahui obat yang mengalami kekosongan obat berjumlah 30 jenis obat.Hal ini

terjadi karena sebagian daftar obat yang diresepkan oleh dokter adalah diluar

formularium nasional dan sebagian obat yang dipesan tidak tersedia di e-

catalog.Dari data obat yang berlebih diatas dapat diketahui obat yang mengalami

kelebihan stok obat berjumlah 16 jenis obat, dikarenakan obat tersebut jarang

digunakan dan sebagian obat ada yang sama sekali tidak digunakan oleh pihak

RSUD Porsea. Sehingga dapat diasumsikan bahwa perencanaan obat di instalasi

farmasi RSUD Porsea belum sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

Dengan adanya berbagai faktor yang mendukung terhadap perencanaan

obat di instalasi farmasi RSUD Porsea seperti SDM, metode, data dan

sarana/prasarana yang terkait dengan perencanaan obat diharapkan mampu

mencapai ketersediaan perbekalan obat yang sesuai dengan jumlah dan jenis yang

dibutuhkan oleh rumah sakit serta tepat waktu sehingga tidak akan terjadi

kekosongan ataupun kelebihan stok obat dalam perencanaan karena akan

mempengaruhi pelayanan dan status kesehatan di RSUD Porsea.

Universitas Sumatera Utara


70

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil akhir dari penelitian mengenai perencanaan obat di

instalasi farmasi RSUD Porsea kabupaten Toba Samosir dapat disimpulkan

bahwa:

1. Masukan (Input)

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia di instalasi farmasi RSUD Porsea yang terlibat

terkait perencanaan kebutuhan obat dari segi kualitas dan kuantitas masih

kurang.Perencanaan obat di RSUD Porsea belum sesuai dengan kebutuhan

rumah sakit, dikarenakan tenaga perencanaan obat di rumah sakit belum

memahami tentang cara merencanakan kebutuhan obat yang tepat dan

tenaga perencanaan obat juga masih belum pernah mengikuti pelatihan

terkait perencanaan kebutuhan obat di RSUD Porsea.Sehingga perlu

dilakukan pelatihan terkait perencanaan obat di RSUD Porsea.

b. Metode

Metode yang digunakan dalam proses perencanaan kebutuhan obat di

instalasi farmasi RSUD Porsea adalah metode konsumsi, yaitu dengan

menyesuaikan penggunaan obat pada tahun sebelumnya.

70
Universitas Sumatera Utara
71

c. Data

Data-data yang diperlukan dalam proses perencanaan obat belum

mencukupi, karena data penerimaan, pengeluaran, perkembangan pola

kunjungan, waktu tunggu atau leadtime dan stok pengaman atau buffer

stock tidak digunakan. Hal ini menyebabkan tenaga perencanaan obat

dalam melakukan perhitungan kebutuhan obat kurang optimal, sehingga

mengakibatkan terjadinya kekosongan obat dan stok berlebih.

d. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang mendukung perencanaan kebutuhan obat sudah

memadai.

2. Proses

Proses perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea belum

sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Pengelola obat di instalasi farmasi

RSUD Porsea belum melakukan perencanaan dengan menggunakan metode

konsumsi yang sesuai dengan langkah-langkah yang ada.Beberapa tahap tidak

dilakukan dengan baik sehingga mengakibatkan ada beberapa stok obat yang

kosong dan kadang juga berlebih.

3. Keluaran (Output)

Instalasi farmasi RSUD Porsea dalam penyediaan obat pernah mengalami

kekosongan obat.Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal yaitu dampak

dari obat yang diresepkan oleh dokter diluar formularium nasional dan

pengiriman obat dari distributor terlambat.Dan ada beberapa jenis obat yang

jarang digunakan sehingga mengakibatkan terjadi kelebihan obat.

Universitas Sumatera Utara


72

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada pihak direktur RSUD Porsea Kabupaten Toba Samosir

untuk melakukan penambahan tenaga perencanaan obat yang berkompeten

dan mengikutkan pelatihanterhadap petugas instalasi farmasi secara rutin

mengenai perencanaan obat sehingga meningkatkan kualitas tenaga

perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea.

2. Diharapkan kepada kepala instalasi farmasi RSUD Porsea Kabupaten Toba

Samosir untuk melakukan perhitungan kebutuhan obat dengan metode

konsumsi berdasarkan pedoman pengelolaan obat di instalasi farmasi rumah

sakit.

3. Diharapkan kepada tenaga perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea

Kabupaten Toba Samosir untuk mempelajari lebih lanjut mengenai tata cara

perencanaan obat, dan tata cara menghitung kebutuhan obat dengan

menggunakan metode konsumsi.

4. Diharapkan kepada pihak gudang dan pegawai instalasi farmasi untuk lebih

teliti dalam melakukan pencatatan dan pelaporan terkait dengan data yang

dibutuhkan dalam perencanaan obat agar perencanaan yang dilakukan lebih

tepat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Depkes R.I. 1990. Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat.Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.Jakarta.
Febriawati, Henni. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit, Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Hasratna.2016. Jurnal Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna. Raha: Universitas
Halu Oleo.
Kemenkes R.I. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.
Kepmenkes R.I. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit.Jakarta.
______2006.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
189/MENKES/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat Nasional. Jakarta.
______2008.Keputusan Menteri Kesehatan No
1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis
Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk
Pelayanan Kesehatan Dasar.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia..
______2015.Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan tahun 2015-2019.Jakarta
Permenkes R.I Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit.Jakarta: Depkes Republik Indonesia.
______Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Jakarta.
Profil Kesehatan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016
______Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Porsea Tahun 2016
Pudjaningsih, Dwi. 2011. Jurnal Analisis Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Temenggung. Surakarta: USM.
Siagian, P. 2014. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara
Siregar, C.J.P. 2004.Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:
EGC.

1
Universitas Sumatera Utara
2

Suciati, Susi. 2006. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Tentang Analisis


Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Karya Husada. Depok: UI.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Undang-undang R.I. Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara


3

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARAPERENCANAAN OBAT DI

INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAHPORSEAKABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN

2017

I. Daftar pedoman wawancara kepada DirekturRumah Sakit Umum

DaerahPorsea

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah tercukupi?

2. Apakah tim perencanaan obat telah dibentuk ?

3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait perencanaan

kebutuhan obat?

4. Metode apa yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat?

5. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat?

6. Bagaimana tahapan dalam melakukan proses perencanaan obat?

Universitas Sumatera Utara


4

7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?

Apakah sudah sesuai dengan formularium rumah sakit?

8. Bagaimana anda menentukan jumlah obat? Menggunakan metode apa?

Bagaimana perhitungannya?

9. Apakah ada kendala dalam melakukan perencanaan obat?

10. Apakah ada obat yang kosong dan stok berlebih? Jenis obat apa saja yang

kosong dan berlebih tersebut? Bagaimana cara mengatasi kekosongan dan

kelebihan tersebut?

II.Daftar pedoman wawancara kepada Kepala Sub Bagian

PerencanaanRumah Sakit UmumDaerahPorsea

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah tercukupi?

2. Apakah tim perencanaan obat telah dibentuk ?

3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait perencanaan

kebutuhan obat?

4. Metode apa yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat?

Universitas Sumatera Utara


5

5. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat?

6. Bagaimana tahapan dalam melakukan proses perencanaan obat?

7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?

Apakah sudah sesuai dengan formularium rumah sakit?

8. Bagaimana anda menentukan jumlah obat? Menggunakan metode apa?

Bagaimana perhitungannya?

9. Apakah ada kendala dalam melakukan perencanaan obat?

10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang

kosong dan berlebih tersebut? Bagaimana cara mengatasi kekosongan dan

kelebihan tersebut?

III. Daftar pedoman wawancara kepada Kepala Bidang Pelayanan

PenunjangMedik di Rumah Sakit Umum DaerahPorsea

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah tercukupi?

2. Apakah tim perencanaan obat telah dibentuk ?

Universitas Sumatera Utara


6

3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait perencanaan

kebutuhan obat?

4. Metode apa yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat?

5. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat?

6. Bagaimana tahapan dalam melakukan proses perencanaan obat?

7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?

Apakah sudah sesuai dengan formularium rumah sakit?

8. Bagaimana anda menentukan jumlah obat? Menggunakan metode apa?

Bagaimana perhitungannya?

9. Apakah ada kendala dalam melakukan perencanaan obat?

10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang

kosong dan berlebih tersebut? Bagaimana cara mengatasi kekosongan dan

kelebihan tersebut?

IV. Daftar pedoman wawancara kepada Kepala Instalasi Farmasi dan Staf

Farmasi di Rumah Sakit Umum DaerahPorsea

1. Menurut Bapak/Ibu, dokumen apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan

perencanaan obat?

2. Bagaimana proses pemilihan atau seleksi obat yang dilakukan ?

3. Apakah Bapak/Ibu melakukan evaluasi pada penggunaan obat sebelumnya ?

a. Jika Ya, bagaimana caranya ?

b. Jika Tidak, mengapa tidak dilakukan ?

Universitas Sumatera Utara


7

4. Menurut Bapak/Ibu bagaimana sumber daya manusia yang terlibat dalam

perencanaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, termasuk jumlah,

kemampuan dan pengembangan pengetahuan melalui pelatihan ?

5. Metode apa yang digunakan dalam proses perencanaan obat ?

6. Mengapa menggunakan metode tersebut ?

7. Apakah dilakukukan tim perencanaan obat ?

8. Apakah data jenis obat dan harganya disiapkan sebelum dipesan ?

9. Dalam tahap pemilihan jenis obat didasarkan atas apa saja ?

10. Jika perhitungan kebutuhan obat didasarkan atas metode konsumsi, data apa

saja yang dikumpulkan ?

11. Jika perhitungan kebutuhan obat didasarkan atas metode morbiditas, data apa

saja yang dikumpulkan ?

12. Jika jumlah dana yang dialokasikan terlalu sedikit, bagaimana pihak instalasi

farmasi untuk memenuhi kebutuhan obat yang harus tersedia?

13. Apa usaha yang dilakukan untuk mengatasi obat-obat yang kosong?

Universitas Sumatera Utara


8

Lampiran 2.Tabel Matriks Hasil Wawancara

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang Ketersediaan Sumber Daya


Manusia
Informan Pernyataan
Informan 2 “Sesuai dengan permenkes yang berlaku tentang
ketenagakerjaan di rumah sakit tipe C, SDM disini masih
kuranglah. Karena apoteker di rumah sakit tipe C seharusnya
ada 6 apoteker, perlu dilakukan untuk penambahan apoteker.”
Informan 3 “Sesuai dengan rumah sakit tipe C masih kuranglah.”
Informan 4 “Kalau untuk jumlahnya jelas masih kuranglah di instalasi
farmasi rumah sakit.”
Informan 5 “Kalau berdasarkan jumlah belum memenuhi, masih
kekurangan sumber daya manusia.”
Informan 6 “Untuk jumlah sumber daya manusia disini masih kurang,
pegawai disini keseluruhannya berjumlah 15 orang dek. Terdiri
dari 3 apoteker dan 12 asisten apoteker.”

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Kualitas Sumber Daya


Manusia
Informan Pernyataan
Informan 1 “Mengenai kualitas SDM masih kurang, tentu saja tingkat
pendidikan berpengaruh dengan kemampuannya terkait
perencanaan obat di bidang kefarmasian.”
Informan 3 “Jelaslah berpengaruh antara tingkat pendidikan dengan
kemampuannya mengenai kefarmasian.”
Informan 5 “Dari segi kualitas masih kurang, karena masih kekurangan
jumlah SDM maka untuk upgrade ilmu terkait perencanaan itu
masih kurang maksimal. Masih diperlukan penambahan SDM
yang kompeten terkait perencanaanlah. Tingkat pendidikan
tentu berpengaruh dengan kemampuannya, karena di farmasi itu
kan ada jenjangnya, kalau untuk D-III wewenang dan joblistnya
apa-apa saja, sudah beda dengan apoteker yaitu ada wewenang
dan tanggungjawabnya. Setiap posisi mempunyai wewenang
dan tanggungjawab masing-masing.”

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang Pelatihan terhadap Sumber


Daya Manusia
Informan Pernyataan
Informan 1 “Kalau pelatihan terkait perencanaan obat belum pernah.”
Informan 2 “Kalau pelatihan itu terkait perencanaan obat belum pernah,
karena rumah sakit ini yaa dananya masih minimlah. Kalau
untuk pelatihan-pelatihan itu masih jauh. Kalau terkait

Universitas Sumatera Utara


9

perencanaan obat, SDM-nya paling baca buku ajalah dan dari


internet gitu.”
Informan 4 “Pelatihan pernah dilakukan, tapi itu untuk akreditasi rumah
sakit saja. Kalau terkait perencanaan obat belum pernah
dilakukan.”
Informan 5 “Kalau untuk perencanaan kebutuhan obat belum pernah.”

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang Metode dalam


Perencanaan Obat
Informan Pernyataan
Informan 1 “Setau saya pada proses perencanaan obat menggunakan
metode konsumsi, yaitu berdasarkan penggunaan obat tahun
sebelumnya.”
Informan 2 “Metode konsumsilah… dari pemakaian obat tahun lalu dan
ditambahkan 20%. Kita menggunakan metode ini karena
metode ini yang paling gampang dek”
Informan 3 ”Dalam perencanaan itu menggunakan metode konsumsi,
berdasarkan pemakaian obat sebelumnya.”
Informan 4 “Menggunakan metode konsumsi yaitu dari segi pemakaian
obat atau rutinitas obat yang keluar, dari situlah nanti kita
hitung.”
Informan 5 “Metode perencanaan sebetulnya kita ambil dari histori
pemakaian obat yang lama dan jumlah obatnya ditambahkan
dengan 20% dari jumlah tahun 2016. Kita gak hitung dari
pasien, jadi perencanaan pengeluaran obat tahun 2016 itu
ditambahkan 20%. Berarti kan itu mewakili yang jumlah pasien
tahun 2016 juga dek. Itu yang masih kita lakukan disini, metode
konsumsilah.”

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan tentang Data dalam Perencanaan


Obat
Informan Pernyataan
Informan 1 “Dokumen yang dijadikan sebagai acuan pada perencanaan
obat yaitu berupa data rekap obat setiap bulan dan formularium
nasional.”
Informan 2 “Datanya yaa… data obat yang keluar dari gudang, data
rekapitulasi pemakaian obat setiap bulan dan formularium
nasional.”
Informan 3 “Datanya yaitu pemakaian obat sebelumnya, perencanaan
kebutuhan obat sesuai dengan kebutuhan dokter atau obat apa
saja yang dibutuhkan dokter untuk pasiennya dan keadaan
pengadaan obat tahun lalu atau sisa stoknya.”
Informan 4 “Data dari gudang, data pemakaian setiap bulan dan data dari

Universitas Sumatera Utara


10

segi permintaan dokterlah.”


Informan 5 “Data yang diperlukan untuk proses perencanaan obat, ya dari
rekapitulasi resep itu ajalah dek, dari jumlah penyakit, yaitu
laporan pemakaian obat tahun lalu dan formularium nasional.”
Informan 6 “Data yang kita gunakan itu data dari pihak gudang, data
rekapan harian dan bulanan.”

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan tentang Kekosongan Obat di


Instalasi Farmasi
Informan Pernyataan
Informan 2 “Pernah, sering. Itu akibat dari terlambatnya pengiriman obat.
Karena sistem sekarangkan e-catalog, jadi barang itu obat yang
kita pesan datang pada waktu tertentu, biasanya 3 bulan atau 4
bulan sekali.”
Informan 3 “Pernah, itulah efek dari e-catalog. Kalau rumah sakit
pemerintah tidak bisa sembarangan membeli obat. Harus sesuai
dengan e-catalog, kadang obat yang kita pesan ke distributor
stoknya lagi kosong. Kebijakan yang dibuat oleh rumah sakit
yaitu petugas instalasi farmasi rumah sakit membeli obat diluar
apotek rumah sakit untuk pasien BPJS dan untuk pasien umum,
pasien atau keluarga yang membeli obat keluar apotek rumah
sakit.”
Informan 4 “Pernah, dampaknya pasien tidak mendapatkan obat. Karena
kadangkan stok di distributor itu kosong, jadi kita gak bisa
langsung ada barang. Karena kita berdasarkan e-catalog,
makanya ada kekosongan obat.”
Informan 5 “Pernah, inilah akibat dari obat yang diresepkan oleh dokter di
luar formularium nasional.”
Informan 6 “Ya, pernah. Kadang-kadang penyakit ini ada yang membludak
datangnya gitu. Kadang-kadang gak setimpal obat yang habis
dengan obat yang mau datang lagi. jadinya obat kosong lah...
Akibatnya pasien pun mengeluh ke kita. Terutama pasien BPJS,
seringkali obat yang diresepkan dokter itu yang gak ada di
apotek.”

Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan tentang Resep Obat yang Ditulis
DiluarFormularium Nasional
Informan Pernyataan
Informan 2 “Ada, padahal kita udah kasih ke dokter obat-obat apa saja yang
ada di apotek supaya dokter tidak meresepkan obat yang diluar
formularium nasional. Tapi tetap saja dokternya itu kadang
meresepkannya.”
Informan 4 “Ada beberapa jenis obat, karena kadangkan udah kita kasih

Universitas Sumatera Utara


11

daftar obat yang ada di gudang. Tapi dokter tetap meresepkan


obat diluar formularium nasional ke pasien.”
Informan 7 “Ada misalnya provagin, proster, neuro plus, noveron dan lain-
lainnya.”

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang Prosedur Tetap dalam


Perencanaan Obat
Informan Pernyataan
Informan 4 “Belum ada, tapi itu didasarkan dari metode konsumsi jugalah.
Kalau untuk perencanaan obat, lead timenya juga harus tau kita.
Misalnya kita memesan obat ke distributor, kan kita harus tau
berapa lama obat tersebut sampai.”
Informan 5 “Setau saya belum ada, sebaiknya itu dibuat untuk
mempermudah proses perencanaan obat.”

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang Sarana dan Prasarana di


Instalasi Farmasi RSUD Porsea
Informan Pernyataan
Informan 2 “Sudah memadai, seperti buku pengeluaran harian, kartu stok,
kulkas dan lemari.”
Informan 3 ”Sesuailah dengan kelas rumah sakitnya, sudah memadai
misalnya gedung farmasi, lemari, kulkas/pendingin dan kartu
stok barang.”
Informan 4 “sudah, misalnya plastik dan stempel, tempat untuk racikan
obat, kartu stok, buku harian untuk obat yang keluar, lemari dan
kulkas.”

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang Pemilihan Jenis Obat


Informan Pernyataan
Informan 2 “Kalau untuk pemilihan jenis obat kita lihat dari rekapitulasi
pemakaian obat perbulan.”
Informan 3 “Untuk pemilihan jenis obat kita kumpulkan dululah semua
yang perlu terkait perencanaan, misalnya data penggunaan obat
tahun lalu, obat yang dibutuhkan atau yang diminta oleh dokter
dan kita lihat dari prevalensi penyakit pasien yang berkunjung.”
Informan 4 “Pemilihan jenis obat kita lihat dari stok yang ada di gudang
yang sisa sedikit, data pemakaian obat dan daftar obat
permintaan dari dokter.”
Informan 5 “Menurut saya dari data pemakaian obat sebelumnya dan data
stok.”

Universitas Sumatera Utara


12

Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan tentang Perhitungan Kebutuhan


Obat
Informan Pernyataan
Informan 2 “Kalau untuk perhitungan kebutuhan obat menggunakan
metode konsumsi yang didasarkan dari pemakaian obat tahun
sebelumnya.”
Informan 4 “Perhitungan kebutuhan obat itu menggunakan metode
konsumsi.”
Informan 5 “Menurut saya kalau untuk perhitungan jumlah obat dari data
pemakaian obat tahun sebelumnya.”

Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan tentang Menghitung Pemakaian


Nyata Pertahun
Informan Pernyataan
Informan 2 “Untuk proses menghitung kebutuhan obat, kita menggunakan
sisa stok tahun sebelumnya.”
Informan 4 “Iyalah dek, kita menggunakan sisa stok. Sisa stok tahun 2016
kemarin, kita gunakan untuk perencanaan tahun 2017. Misalnya
kita mau melakukan perencanaan untuk tahun berikutnya, kita
lihat dari pemakaian obat yang paling banyak. Jadi volume atau
jumlah obatnya yang akan kita rencanakan, kita lihat
berdasarkan sisa stok tahun lalu itu dek.”

Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Informan tentang Menghitung Pemakaian


Rata-rata Perbulan
Informan Pernyataan
Informan 2 “Ya sama dek, dari sisa stok itu juga. Karena kan rata-rata
pemakaian setiap bulan itu yang kita buat jadi data pemakaian
tahunan.”
Informan 4 ”Dari sisa stok itu juga dek. Setiap bulan kan ada laporan, itu
yang kita buat jadi data tahunan. Biasanya kan dek, obat yang
paling banyak keluar itu gak berubah-ubah. Karena pasien yang
berkunjung kesini kan dek gak gonta ganti. Misalnya pasien
penderita penyakit jantung, obatnya yang digunakan captopril.
Jadi obat itu juga yang pengeluarannya lebih banyak nanti
untuk setiap bulan.”

Tabel 4.19 Matriks Pernyataan Informan tentang Menghitung Kekurangan


Obat
Informan Pernyataan
Informan 2 ”Iyalah dipakai dek, Misalnya tahun lalu kita kekurangan obat

Universitas Sumatera Utara


13

penenang, untuk perencanaan 2017 obat itu diperbanyak. Obat-


obat yang berpotensi sering dipakai atau mengalami
kekosongan itu yang diperbanyak.”

Tabel 4.20 Matriks Pernyataan Informan tentang Menghitung Kebutuhan


Obat Sesungguhnya Pertahun
Informan Pernyataan
Informan 2 “Iya kita pakai dek, kita lihat dari data pemakaian tahun lalu.
Kita gunakan sebagai acuan untuk perencanaan obat tahun
berikutnya dek.”

Tabel 4.21 Matriks Pernyataan Informan tentang Menghitung Kebutuhan


Obat Tahun yang Akan Datang
Informan Pernyataan
Informan 4 ”Kalau kenaikan jumlah pasien kan gak bisa kita prediksi dek.
Misalnya kenaikan pasien rawat jalan, kan dimana-mana sudah
banyak rumah sakit yang melayani pasien BPJS. Biasanya
patokan kita hanya berdasarkan pada pengeluaran kita setiap
bulan yang diolah jadi data tahunan tadi dek. Dari situlah kita
evaluasi untuk perencanaan obat tahun berikutnya.”

Tabel 4.22 Matriks Pernyataan Informan tentang Menghitung Leadtime


(Waktu tunggu)
Informan Pernyataan
Informan 4 “Kalau leadtime obat itu maksimal 2 minggu. Tapi kan kadang-
kadang sering kurang pengawasan. Ternyata obat itu sudah
habis, jadinya kan terjadi kekosongan. Kita memesan ke
distributor itu kan butuh waktu, sekitar 2 atau 4 minggu lah.
Gak kita pakai data ini dek, karena kan data ini tidak terlalu
penting dalam proses menghitung kebutuhan obat dan ribet
menghitungnya dek.”

Tabel 4.23 Matriks Pernyataan Informan tentang Menentukan Stok


Pengaman
Informan Pernyataan
Informan 4 “Kalau untuk stok cadangan gak ada dek. Untuk menghindari
kekosongan obat itu kita lakukan pergantian jenis obat lain.
Kita komunikasi ke dokter, kira-kira obat ini bisa diganti gak
dengan jenis ini. Gitu sih dek.”

Universitas Sumatera Utara


14

Tabel 4.24 Matriks Pernyataan Informan tentang Menghitung Kebutuhan


Obat yang Akan Diprogramkan Untuk Tahun yang Akan
Datang
Informan Pernyataan
Informan 2 “Kalau untuk obat yang akan diprogramkan itu, biasanya gini
dek pemakaian tahun lalu kan udah ada. Kita tanya ke dokter
kira-kira ada atau gak obat yang mau dipesan lagi diluar dari
pemakaian tahun lalu itu. Itulah yang kita list untuk kita
ajukan.”

Tabel 4.25 Matriks Pernyataan Informan tentang Menghitung Jumlah Obat


yang Akan Dianggarkan
Informan Pernyataan
Informan 4 “Kan obat yang mau kita pesan itu harus dipaparkan dulu,
jumlah unit, box dan tablet untuk tahun 2017. Jumlah dan harga
obat itu harus jelas, itulah yang kita tawarkan ke distributor
nanti.”

Tabel 4.25 Matriks Pernyataan Informan tentang Evaluasi Penggunaan Obat


Sebelumnya di Instalasi Farmasi RSUD Porsea
Informan Pernyataan
Informan 1 “Ya dilakukanlah, caranya kita lihat dari stoknya dan
penggunaan obat terbanyak.”
Informan 2 “Kita evaluasi, kita melakukan evaluasi ketika kita mau
membuat perencanaan untuk tahun berikutnya. Biasanya kita
lakukan di akhir tahun agar kita tau perhitungan untuk
perencanaan tahun berikutnya. Caranya ya dari penggunaan
obat paling banyak lah.”
Informan 4 “Ya harus dievaluasilah, kita evaluasi berdasarkan rekapan
harian, rekapan bulanan baik dari gudang dan apotek supaya
kita tau berapa sisa stoknya. Evaluasi ini dilakukan untuk
menyesuaikan obat yang keluar antara gudang dengan apotek”

Tabel 4.26 Matriks Pernyataan Informan tentang Kendala dalam Proses


Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Porsea
Informan Pernyataan
Informan 1 “Kendalanya yaitu terjadi kekosongan obat.”
Informan 2 “Kalau kendalanya kekosongan obat.”
Informan 3 “Kendalanya terjadi obat kosonglah, inilah dampak dari e-
catalog. Kita pesan ke distributor, mereka tidak langsung
mengirimnya dengan alasan barang kosong.”

Universitas Sumatera Utara


15

Informan 4 “Kendalanya itu kekosongan obat, karena kita melakukan


pembelian di e-catalog kadang stoknya lagi habis dan obat yang
mau kita pesan kadang tidak tersedia di e-catalog.”
Informan 7 “Kendalanya sering terjadi kekosongan obat.”

Universitas Sumatera Utara


16

Lampiran 3.DaftarObat di RSUD Porsea

Tabel 5.1 Daftarobat yang pernahmengalamikekosonganstokpadatahun 2016

NO Kekosonganstokobat

1 Almen Tab

2 AlbendazoleSyr

3 Alprazolam

4 Aspirin

5 Azythromycin Tab 250 mg

6 BisolvonInj 2 mg/ml

7 Dextrose 5%/ 100 ml

8 Dorner 20 mcg

9 Dulcolax sup Inf

10 Epinephrine

11 Euthyrox 50 mcg

12 Euthyrox 100 mcg

13 Fenofibrate 100 mg

14 Fenofibrate 300 mg

15 FloxaBtl

16 Gentamicin ttsmata

17 HidrocortisonSalapKulit

18 Homatro 2%

19 Humalog Mix

Universitas Sumatera Utara


17

20 Humalog Kwikpen

21 Imox Tab

22 Isoniazid 300 mg

23 Itraconazole

24 Keto-G Tab

25 Ketorolac 10 mg inj

26 Kloramfenicolkap. 250 mg

27 KloramfenicolTetesTelinga

28 Loratadine

29 Lisinopril

30 Penisilin

Tabel 5.2Daftarobat yang pernahmengalamikelebihanstokpadatahun 2016

NO Kelebihanstokobat

1 Aminoleban

2 Allopurinol 100 mg

3 Allopurinol Tab 300 mg

4 Betametason Cream

5 BerotecInj

6 Bisoprol Tab 5 mg

7 Calcium GlucanosInj

8 Cylostazol Tab

Universitas Sumatera Utara


18

9 Cotrimoxazol Tab

10 Doxicycline Tab 100 mg

11 Ethambutol 500 mg

12 FasorbidInj

13 Ketamine

14 Permetherin

15 Riboflavin

16 Vasopressin

Universitas Sumatera Utara


19

Universitas Sumatera Utara


20

Lampiran 4.Dokumentasi

Universitas Sumatera Utara


21

Universitas Sumatera Utara


22

Universitas Sumatera Utara


23

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai