Metode Perencanaan Dan Pengadaan
Metode Perencanaan Dan Pengadaan
Metode Perencanaan Dan Pengadaan
SKRIPSI
OLEH
RAMONA MANURUNG
NIM :131000210
OLEH
RAMONA MANURUNG
NIM :131000210
2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri , dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
RAMONA MANURUNG
ii
iii
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
2017”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih
semangat, bimbingan, doa, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu proses penyelesaian skripsi ini dan juga selama menempuh pendidikan
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Kebijakan Kesehatan
iv
diselesaikan.
6. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku dosen penguji I yang telah memberikan
banyak saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
7. Dr. Juanita SE, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
banyak saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
9. Seluruh Dosen Departemen AKK FKM USU yang telah memberikan bekal
dengan baik.
11. Saudara yang sangat kusayangi dan kukasihi, Lenni Manurung Amd, Ripson
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya
semua.
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
terimakasih.
Ramona Manurung
vi
Halaman
vii
viii
Tabel 4.4 Daftar sepuluh penggunaan obat terbanyak di RSUD Porsea ........ 48
ix
xi
Lumban Gorat. Berasal dari Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu
Manurung dan Arida Sirait. Penulis bersuku Batak Toba dan beragama Kristen
Protestan.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi.Farmasi rumah sakit bertanggung
jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.Tujuan
Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu bagian atau fasilitas di rumah
ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri yang mencakup perencanaan,
rumah sakit (Siregar, 2004). Perencanaan kebutuhan obat merupakan salah satu
bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan sesuai dengan pola
Obat merupakan salah satu unsur yang penting dalam upaya kesehatan,
(Kepmenkes, 2006).
oleh ketersediaan obat bagi pelayanan kesehatan. Pada tahun 2013, tingkat
ketersediaan obat mencapai 96,82%, meningkat dari pada tahun sebelumnya yang
belum optimalnya perencanaan obat yang merupakan salah satu bagian dari
pengelolaan obat.
fasilitas pelayanan kesehatan pada umumnya masih belum sesuai standar. Pada
tahun 2013, baru 35,15% Puskesmas dan 41,72% Instalasi Farmasi RS yang
baru mencapai 61,9%. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya penerapan
penduduk yang mengetahui tentang seluk-beluk dan manfaat obat generik, masih
masyarakat tentang obat secara umum juga masih belum baik, terbukti sebanyak
35% rumah tangga melaporkan menyimpan obat termasuk antibiotik tanpa adanya
yang memadai merupakan salah satu upaya meningkatkan motivasi kerja pegawai
revenue center utama rumah sakit namun masih ditemukan fasilitas pelayanannya
sulit berkembang.
obatan yang tidak lancar akan menghambat pelayanan kesehatan, hal ini
RSUD Kabupaten Muna adalah kekurangan dana dimana dana persediaan obat
tidak menetap sehingga kebutuhan persediaan obat tidak semua terpenuhi. Dan
lama.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Porsea adalah rumah sakit kelas C
Toba Samosir. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea merupakan
Rumah Sakit tidak berjalan dengan maksimal hal tersebut dibuktikan dengan
harus membeli obat di luar apotek rumah sakit. Berdasarkan informasi yang saya
peroleh ada 4 dari 10 pasien yang saya wawancarai tidak memperoleh obat yang
diminta ketika datang ke RSUD Porsea. Kelebihan obat pada beberapa item obat
juga terjadi di rumah sakit ini.Hal ini dibuktikan karena adanya beberapa item
1.2.Perumusan Masalah
1. Bagaimana input (Sumber Daya Manusia, Metode, Data dan Sarana dan
1.3.Tujuan Penelitian
2. Untuk menjelaskan proses (pemilihan jenis obat dan penentuan jumlah obat)
1.4.Manfaat Penelitian
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
7
Universitas Sumatera Utara
8
kesehatan, fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan perbekalan serta fasilitas fisik
ditangani, sekarang ini rumah sakit dianggap suatu lembaga yang giat memperluas
diperjelas bahwa tugas utama rumah sakit adalah untuk memelihara dan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit
umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit dan rumah sakit khusus
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau sejenis penyakit atau
kemampuan pelayanan meliputi rumah sakit umum kelas A, kelas B, kelas C dan
Kelas D.
spesialis lain yaitu: mata, telinga, hidung tenggorokan, syaraf, jantung, dan
urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik dan 16 (enam
jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru,
mata, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran
medik paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) spesialis dasar yaitu : pelayanan
tentang Rumah Sakit, instalasi farmasi adalah bagian dari rumah sakit yang harus
penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu departemen atau unit bagian di
suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa
Menurut Siregar, IFRS adalah suatu unit dirumah sakit yang dipimpin oleh
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa apoteker yang memenuhi persyaratan
dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat inap, rawat jalan maupun semua
unit termasuk poliklinik rumah sakit. IFRS harus menyediakan terapi obat yang
optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan bermutu tertinggi dan
bagian/unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik, dan
rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang lebih baik
(Siregar, 2004).
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek
kefarmasian.
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
memiliki apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja
dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi
rumah sakit. Ketersediaan jumlah tenaga apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
di rumah sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan perizinan rumah
sakit yang termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan persyaratan:
persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun
keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu
profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan
dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi
Instalasi farmasi rumah sakit harus dikepalai oleh seorang apoteker yang
Farmasi Rumah Sakit minimal 3 (tiga) tahun. Instalasi farmasi juga harus
memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja
dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi
a. Apoteker
b. Sarjana Farmasi
b. Tenaga administrasi
3) Pembantu pelaksana
2.3 Perencanaan
tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
penting dan yang dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang
telah ditetapakan.
yang diperkirakan ada dalam menjalankan suatu program guna dipakai sebagai
c. Drucker, perencanaan adalah suatu proses kerja yang terus menerus yang
meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang
hasil yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
umpan balik yang diterima dan yang telah disusun seara teratur dan baik.
tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala
sistem pengawasan yang terus menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang
yang baik maka setiap pelaksana akan memahami rencana tersebut dan akan
hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan perencanaan pada saat ini dapat
c. Sebagai upaya pengaturan baik dalam bidang waktu, tenaga pelaksana, sarana,
ataupun aktivitas yang dilakukan, jadi pemanfaatan dari sumber data dan tata
cara yang dipunyai dapat diatur secara lebih efisien dan efektif.
sebagai berikut:
baik.
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus menerus dan
seterusnya sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir.
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan.
5. Mempunyai tujuan
dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum yang berisikan uraiansecara
garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih spesifik.
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti
bersifat wajar, logis, objektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah disesuaikan
dengan sumber daya.Perencanaan yang disusun tidak logis serta tidak runtun,
apalagi yang tidak sesuai dengan sumber daya, bukanlah perencanaan yang
4) Penetapan prioritas
5) Siklus penyakit
6) Sisa persediaan
berikut:
yang tepat, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yang
meliputi:
a) Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan
efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan
ditimbulkan.
b) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari
duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila terdapat beberapa jenis obat dengan
indikasi yang sama dalam jumlah banyak, maka kita memilih berdasarkan
c) Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk terapi yang lebih baik.
berikut:
b) Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah
d) Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas
maupun bioavailabilitasnya
e) Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang baik
f) Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa
maka pilihan diberikan kepada obat yang: Sifatnya paling banyak diketahui
g) Harga terjangkau
Pada tahap seleksi obat, untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi
harus mempertimbangkan :(a) kontra indikasi, (b) peringatan dan perhatian, (c)
pertahun.
dihadapi oleh Apoteker yang bekerja di pelayanan kesehatan dasar ataupun di unit
pengadaan obat secara terpadu, maka diharapkan obat yang direncanakan dapat
1990):
Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan pada saat terjadi
kekosongan obat.
peningkatan jumlah penduduk yang akan dilayani. Data ini dapat diperoleh
Jumlah waktu tunggu adalah jumlah obat yang diperlukan sejak rencana
h. Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan
datang.
i. Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun anggaran yang
akan datang.
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
yaitu:
yaitu:
Keterangan :
SS = Safety Stock
b) Kelebihan
pengobatan
c) Kekurangan
penyakit.
akan datang.
Keterangan :
SS = safety stock
a) Kelebihan
standar pengobatan.
b) Kekurangan
melapor.
c) Metode Kombinasi
kebutuhan obat yang mana telah mempunyai data konsumsi yang jelas
trend).
Keterangan :
SS = Safety stock
1. Analisis ABC
obat dijumpai bahwa sebagian besar daba obat (70%) digunakan untuk
pengadaan, 10% dari jenis/item obat yang paling banyak digunakan sedangkan
terkecil
2. Analisis VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang
dampak tiap jenis obat pada kesehatan. semua jenis obat yang tercantum
a. Kelomok Vital (V) : Adalah kelompok obat yang vital, yang termasuk
dalam kelompok ini antara lain: obat penyelamat (life saving drugs), obat
untuk pelayanan kesehatan pokok (vaksin, dll) dan obat untuk mengatasi
3. Standar pengobatan
Jenis obat yang termasuk kategori A dari analisis ABC adalah benar-benar
obat tersebut statusnya harus E dan sebagian V dari analisa VEN. Sebaliknya
untuk menetapkan prioritas pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak
dilakukan dengan pendekatan ini dana yang tersedia masih juga kurang,
b. Pendekatan sama sengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC,
Input: Output:
Process:
SDM Tersusunnya
Pemilihan Jenis
Metode dokumen
Obat perencanaan
Data
Perhitungan obat tahun
Sarana dan
Jumlah Obat yang akan
Prasarana
datang
obat.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2017 sampai Agustus 2017.
36
Universitas Sumatera Utara
37
pendapat secara baik dan benar, dapat dipercaya untuk dapat menjadi sumber data
yang baik serta bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan
terdiri atas direktur rumah sakit, kepala sub bagian perencanaan, kepala bidang
pelayanan penunjang medik, kepala instalasi farmasi dan 3 orang staf instalasi
b) Triangulasi
oleh karena itu, pada penelitian ini untuk menjaga validitas data yang
mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama,
a) Data Primer
b) Data Sekunder
sesuai dengan topik yang akan dibicarakan dan telaah dokumentasi. Untuk
memperjelas informasi yang akan diperoleh, peneliti juga menggunakan alat tulis
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas
(Sugiyono,2010).
1. Reduksi data
2. Penyajian data
3. Penarikan kesimpulan
kredibel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
rumah sakit pemerintah kabupaten Toba Samosir dengan tipe C. Rumah Sakit ini
memiliki area seluas 20.650 m2dengan luas bangunan 5.673 m2.Rumah Sakit
Umum Daerah Porseadulunya bertempat di jantung ibu kota Porsea tetapi karena
tahun 1979 dandiresmikan pada tahun 1982 oleh Bapak EWP Tambunan selaku
kepala daerah Tingkat I Sumatera Utara dengan status rumah sakit tipe D sesuai
Samosir.Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Porsea yang satu-satunya rumah
sakit milik pemerintah kabupaten Toba Samosir sebagai pusat rujukan dari
BPJS dan asuransi lainnya.Dalam meletakkan tugas dan fungsi, RSUD Porsea
dipimpin oleh seorang direktur dibantu oleh kepala tata usaha, kepala bidang
bidang serta staf dan kepala-kepala unit didukung oleh spesialis penyakit THT,
40
Universitas Sumatera Utara
41
umum, dokter gigi, SKM, apoteker besertasarjana keperawatan (ners), ahli madya
Rumah Sakit Umum Daerah Porsea mempunyai wilayah kerja yang efektif
1. Kecamatan Porsea
2. Kecamatan Uluan
5. Kecamatan Meranti
6. Kecamatan Silaen
7. Kecamatan Sigumbar
8. Kecamatan Laguboti
9. Kecamatan Balige
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Toba Samosir terletak di Jl. Raja
99040’BT dengan luas wilayah 2.021,80 km2. Kabupaten Toba Samosir berada
contour tanah yang beraneka ragam yaitu datar, landau, miring dan terjal. Wilayah
Rumah Sakit Umum Daerah Porsea terletak di daerah ibu kota kecamatan
Porsea dan hanya berjarak ±26 km dari ibu kota Kabupaten Toba Samosir yang
4.1.3 Demografi
2016, jumlah penduduk kabupaten Toba Samosir tahun 2016 tercatat 179.704 jiwa
dan laki-laki sebanyak 89.211 jiwa, dengan sex ratio sebesar 98,58%. Bila dilihat
pada tahun 2016 adalah sebesar 4,08 (yang berarti rata-rata pada setiap keluarga
4.1.4 Visi, Misi dan Tujuan RSUD Porsea Kabupaten Toba Samosir
a. Visi
Visi rumah sakit adalah terwujudnya Rumah Sakit Umum Daerah Porsea
Sumatera Utara
b. Misi
kepada masyarakat
c. Tujuan
Tujuan dari Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Toba Samosir, yaitu:
terjangkau
Tenaga kesehatan di RSUD Porsea sebanyak 245 orang. Untuk lebih jelas
26 SD 1
TOTAL 245
Sumber : Profil RSUD Porsea Tahun 2016
37 Tempat Tidur 78
38 Alat-alat Kedokteran Radiologi 28
39 Alat-alat Kedokteran Bedah 46
40 Alat-alat penyakit dalam 10
41 Alat-alat USG/EKG 6
42 Alat-alat Poli Anak 9
43 Alat-alat Poli Paru 11
44 Ambulance 1
Sumber: Profil RSUD Porsea Tahun 2016
Instalasi farmasi merupakan salah satu bagian instalasi yang ada di RSUD
rawat jalan dan rawat inap melalui manajemen farmasi, yang dimulai dari tahap
berada di sebelah kiri pintu masuk dan apotek berada di depan instalasi farmasi
Table 4.4 Daftar sepuluh penggunaan obat terbanyak di RSUD Porsea tahun 2016
No Nama obat
1 Ranitidine Tablet 150 mg
2 N.Acethyl Sistein Tablet
3 Natrium Diklofenak Tablet 25 mg
4 Cefadroxil Kapsul 500 mg
5 Paracetamol Tablet 500 mg
6 Curcuma Tablet
7 Asam Folat Tablet
8 Ulsidex Tablet
9 Rethapyl Tablet
10 Vitamin B Kompleks
Sumber : Insatalasi Farmasi RSUD Porsea Tahun 2016
Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang, yang terdiri atas direktur
rumah sakit, kepala sub bagian perencanaan, kepala bidang pelayanan penunjang
medik, kepala instalasi farmas dan 3 orang staf instalasi farmasi. Secara rinci
melaksanakan perencanaan obat agar dapat berjalan dengan baik, meliputi: SDM,
sumber daya manusia di instalasi farmasi RSUD Porsea dapat diketahui bahwa
apoteker belum tercukupi sesuai dengan Permenkes yang berlaku di rumah sakit
kualitas sumber daya manusia di instalasi farmasi RSUD Porsea, dapat diketahui
bahwa kualitas SDM yang ada di instalasi farmasi masih kurang baik, karena
belum memiliki SK dan pembagian kerja yang belum dilaksanakan setiap tim
kompeten terkait perencanaan obat supaya upgrade ilmu terkait perencanaan obat
lebih maksimal.
pelatihan terhadap sumber daya manusia, dapat diketahui bahwa pelatihan terkait
dapat melakukan perencanaan kebutuhan obat yang lebih baik di instalasi farmasi
RSUD Porsea.
4.4.2 Metode
Porsea, dapat diketahui bahwa metode yang digunakan adalah metode konsumsi
yaitu berdasarkan data penggunaan obat tahun laludan ditambahkan 20% dari
bagus digunakan di rumah sakit, jika setiap tahapannya dilakukan oleh tenaga
4.4.3 Data
yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD
Porsea, dapat diketahui bahwa data yang digunakan adalah rekapitulasi resep
harian dan bulanan, data dari pihak gudang, laporan pemakaian obat tahun lalu,
daftar obat yang dibutuhkan dokter untuk pasiennya dan formularium nasional.
disebabkan oleh pengiriman obat dari distributor terlambat, obat tidak tersedia di
e-catalogue dan beberapa obat yang diresepkan oleh dokter ke pasien adalah obat
yang diluar formularium nasional. Kekosongan obat ini berdampak bagi pasien
umum dan BPJS.Kebijakan yang dibuat oleh rumah sakit untuk mengatasi
kekosongan obat yaitu bagi pasien BPJS, petugas instalasi farmasi rumah sakit
membeli obat diluar apotek rumah sakit bagi pasien BPJS tersebut.Sedangkan
untuk pasien umum, pasien atau keluarga pasien yang membeli obat keluar apotek
rumah sakit.
resep obat yang ditulis diluar formularium nasionaldi instalasi farmasi RSUD
Porsea, dapat diketahui bahwa ada beberapa resep yang dituliskan oleh dokter di
No Nama Obat
1 Provagin
2 Proster
3 Neuro Plus
4 Noveron
5 Uterogestan
6 Noresteril
7 Bisolfon My
8 Almen Tablet
9 Amox Tablet
10 Tracetate Tablet
11 Proliva Tablet
12 D Vit Tablet
13 Tofedex
14 Myotonic
15 Emibion Tablet
Sumber: Instalasi Farmasi RSUD Porsea Tahun 2016
prosedur tetap tentang perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea, dapat
RSUD Porsea belum ada. Sehingga prosedur tetap itu perlu dibuat agar
sarana dan prasarana di instalasi farmasi RSUD Porsea, dapat diketahui bahwa
plastik dan stempel, tempat untuk peracikan obat dan buku harian untuk obat yang
keluar.
perencanaan obat tahun yang akan datang, yang dilihat dari pemakaian obat yang
paling banyak.
dapat diketahui bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat petugas instalasi
farmasi RSUD Porsea menggunakan data sisa stok yang dihitung dari rata-rata
pemakaian setiap bulan yang diolah jadi data pemakaian obat tahunan. Dan obat
yang paling banyak dikeluarkan oleh pihak rumah sakit untuk setiap bulan tidak
berubah-ubah, karena pasien yang berobat ke rumah sakit ini tidak gonta ganti.
dari data pemakaian tahun lalu. Yang digunakan sebagai acuan untuk perencanaan
perhitungan kebutuhan obat menggunakan data kebutuhan obat tahun yang akan
datang, dapat diketahui bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat kenaikan
jumlah pasien tidak dilibatkan karena tidak dapat diprediksi. Dalam perencanaan
perhitungan kebutuhan obat menggunakan data leadtime atau waktu tunggu, dapat
diketahui bahwa dalam proses menghitung kebutuhan obat leadtime atau waktu
melibatkan data stok pengaman. Karena stok pengaman atau buffer stock memang
tidak disediakan oleh pihak rumah sakit. Untuk menghindari kekosongan obat,
pihak rumah sakit melakukan pergantian jenis obat. Misalnya novorapid, obat ini
diganti dengan jenis yang sama seperti apindra dan lansusdengan persetujuan dari
8. Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan
datang
untuk tahun yang akan datang, dapat diketahui bahwa dalam proses menghitung
kebutuhan obat sebagai acuan pada obat yang akan diprogramkan adalah
pemakaian obat tahun lalu. Dan obat yang ingin dipesan lagi diluar formularium
nasional.Daftar obat inilah yang di list untuk perencanaan obat tahun berikutnya.
terlebih dahulu baik dari segi jumlah dan harga obat. Kemudian ditawarkan ke
distributor.
tahun berikutnya lebih tepat dan untuk penyesuaian obat yang keluar antara
dan bulanan baik dari gudang maupun apotek, sisa stok dan penggunaan obat
terbanyak.
kebutuhan obat.
kendala dalam proses perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea, dapat
dipesan ke pihak distributor sedang habis atau kosong. Sehingga distributor tidak
BAB V
PEMBAHASAN
yang menentukan dalam proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, yang
bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang
2008).
dalam melaksanakan perencanaan obat agar dapat berjalan dengan baik. Adapun
aspek yang ditinjau dalam masukan (input) meliputi sumber daya manusia,
Instalasi farmasi RSUD Porsea dikepalai oleh seorang apoteker. Hal ini
sesuai dengan Permenkes No.58 Tahun 2014 tentang standar pelayanan farmasi di
rumah sakit, bahwa instalasi farmasi rumah sakit harus dikepalai oleh seorang
rumah sakit. Kepala instalasi farmasi rumah sakit diutamakan telah memiliki
farmasi juga harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis kafarmasian yang sesuai
dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan
56
Universitas Sumatera Utara
57
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, bahwa tenaga kefarmasian di Rumah Sakit
tipe C terdiri atas 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah
sakit, 2 (dua) orang apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling
rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis
klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian
sakit.
instalasi farmasi RSUD Porsea sangat didukung oleh kualitas sumber daya
manusianya. Kualitas sumber daya manusia yang ada di instalasi farmasi RSUD
Porsea masih kurang baik dan masih membutuhkan SDM yang memiliki
kemampuan dan kompeten terkait perencanaan obat supaya upgrade ilmu terkait
ketersediaan sumber daya manusia yang ada di instalasi farmasi RSUD Porsea
instalasi farmasi RSUD Porsea.Dan kualitas sumber daya manusia yang ada di
instalasi farmasi RSUD Porsea masih kurang baik, hal ini dikarenakan
farmasi RSUD Porsea karena masih minimnya anggaran rumah sakit untuk
melaksanakan pelatihan.
Tahun 2014. Adapun sumber daya manusia yang ada di instalasi farmasi RSUD
5.1.2 Metode
metode yang paling gampang digunakan dari pada metode lainnya oleh petugas
pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan
(Kepmenkes, 2004).
Metode konsumsi yaitu yang didasarkan atas analisis data konsumtif atau
pemakaian obat tahun sebelumnya. Pada proses perhitungan jumlah obat yang
pengolahan data penggunaan obat setiap tahun, analisa data untuk informasi dan
5.1.3 Data
Dalam perencanaan obat harus didukung dengan data yang dapat dijadikan
sebagai acuan dalam proses perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea.
Adapun data yang digunakan adalah data rekapitulasi resep harian dan bulanan,
data dari pihak gudang, laporan pemakaian obat tahun lalu, daftar obat yang
konsumsi. Untuk data konsumsi obat didapat dari kartu stok dari bagian gudang
mendekati ketepatan, perlu dilakukan analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun
sebelumnya atau lebih. Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan
metode konsumsi:
1) Daftar obat
2) Stok awal
3) Penerimaan
4) Pengeluaran
5) Sisa stok
7) Kekosongan obat
9) Waktu tunggu
perencanaan kebutuhan obat tidak sesuai dengan jumlah dan kebutuhan rumah
sakit.Hal ini berdampak terhadap ketersediaan obat yang kurang optimal sehingga
Kekosongan obat juga terjadi di RSUD Porsea disebabkan oleh stok obat
di distributor kosong, pengiriman obat dari distributor terlambat dan obat yang
nasional.Karena sebagian obat yang diresepkan itu adalah obat yang berada diluar
kekosongan obat yaitu bagi pasien BPJS, petugas instalasi farmasi rumah sakit
membeli obat diluar apotek rumah sakit bagi pasien BPJS tersebut.Sedangkan
bagi pasien umum, pasien atau keluarga pasien yang membeli obat keluar apotek
rumah sakit.
resep yang ditulis di luar formularium nasional, seperti provagin, proster, neuro
karena ketika proses pemesanan, obat yang diresepkan tersebut tidak tersedia di e-
catalogue. Salah satu upaya mengatasi kekosongan obat yang ada di instalasi
obat terlebih dahulu yang sesuai formularium nasional ke dokter agar tidak
jumlah obat sesuai.Agar tidak terjadi kekosongan maupun kelebihan obat. Apabila
kebutuhan obat tidak direncanakan dengan baik, maka akan terjadi kekosongan
perencanaan obat. Sehingga prosedur tetap itu perlu dibuat agar mempermudah
undangan yang berlaku di rumah sakit.Lokasi rumah sakit harus mudah dijangkau
dengan pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit dan harus dievaluasi secara
sarana dan prasarana rumah sakit sudah memadai, misalnya buku pengeluaran
harian, kartu stok barang, kulkas/pendingin, lemari, gedung farmasi, plastik dan
stempel, tempat untuk peracikan obat dan buku harian untuk obat yang keluar.
5.2 Proses
tertentu. Adapun proses perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Porsea yaitu
berdasarkan jumlah obat yang paling banyak digunakan dalam waktu satu tahun.
Proses pemilihan jenis obat yaitu dengan mengumpulkan semua yang perlu terkait
perencanaan obat, misalnya data penggunaan obat tahun lalu, obat yang
dibutuhkan oleh dokter dan sisa stok yang ada di gudang. Kemudian dilakukan
pemilahan jenis dan jumlah obat yang paling banyak digunakan dalam kurun
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola
meliputi:
kesamaan jenis.
3. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug
rumah sakit yaitu tahap pemilihan jenis obat, tahap kompilasi pemakaian obat dan
RSUD Porsea yaitu tahapan pemilihan jenis obat dan perhitungan kebutuhan obat.
tantangan berat yang harus dihadapi oleh tenaga kefarmasian yang ada di rumah
sakit.
yang dipesan harus memperhitungkan sisa stok, stok pengaman dan lead time.
Pemakaian nyata pertahun adalah jumlah stok obat yang telah dikeluarkan
dalam satu tahun atau pada periode sebelumnya.Data dapat diperoleh dari
laporan perbulan atau kartu stok yang ada di instalasi farmasi rumah
farmasi RSUD Porsea selalu mencatat dan membuat laporan pemakaian obat
pemakaian untuk tahun atau periode selanjutnya. Pegawai yang ada di instalasi
farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea menggunakan data ini dalam
Menghitung pemakaian rata-rata obat dalam kurun waktu satu bulan adalah
pemakaian obat yang terdapat dalam laporan pemakaian dan membagi dengan
konsumsi obat dalam satu bulan.Pihak instalasi farmasi juga melibatkan data
jumlah pemakaian nyata dijumlahkan dengan kekurangan obat pada tahun atau
Porsea juga menggunakan data ini sebagai acuan dalam perencanaan obat,
Kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah perkiraan kebutuhan obat yang
digunakan oleh pihak instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea
dengan alasan tidak dapat memprediksi kenaikan jumlah pasien dan rumah
sakit ini hanya berpatokan pada data pemakaian obat tahun lalu untuk
digunakan oleh pihak RSUD Porsea dalam proses perencanaan obat, dengan
alasan tidak terlalu penting dalam proses menghitung kebutuhan obat dan ribet
menghitungnya.
Buffer sock adalah jumlah obat yang diperlukan untuk menghindari terjadinya
kekosongan obat. Pihak instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea
8. Menghitung jumlah obat yang akan diprogramkan ditahun yang akan datang
Cara untuk menghitung jumlah obat yang diprogramkan ditahun yang akan
datang adalah dengan cara menghitung kebutuhan obat yang akan datang
dijumlah dengan kebutuhan leadtime dan ditambah dengan buffer stock. Pihak
instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea menggunakan data ini
obat, dengan melihat dari pemakaian obat tahun lalu ditambah dengan daftar
Cara menghitung jumlah obat yang akan dianggarkan adalah dengan cara
obat yang ada. Pihak instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea
obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea belum sesuai dengan
leadtime dan buffer stock tidak digunakan dalam perhitungan ini. Dapat
5.3 Output
jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan serta ketepatan waktu tersedianya obat.
RSUD Porsea terdiri dari nama obat yang dibutuhkan, satuan dan jumlah obat
yang dibutuhkan, dan harga obat yang dibutuhkan. Dokumen ini kemudian
tujuan dari perencanaan obat itu tidak tercapai atau dengan kata lain obat tidak
tersedia dengan jumlah, jenis atau tidak tersedia tepat waktu. Instalasi farmasi
RSUD Porsea dalam penyediaan obat dan perbekalan farmasi pernah mengalami
kekosongan obat.Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal yaitu dampak dari
obat yang diresepkan oleh dokter di luar formularium nasional dan dampak dari
distributor kadang kosong jadi obat yang dipesan tidak langsung tersedia dan ada
beberapa jenis obat yang jarang digunakan sehingga terjadi kelebihan obat.
diketahui obat yang mengalami kekosongan obat berjumlah 30 jenis obat.Hal ini
terjadi karena sebagian daftar obat yang diresepkan oleh dokter adalah diluar
catalog.Dari data obat yang berlebih diatas dapat diketahui obat yang mengalami
kelebihan stok obat berjumlah 16 jenis obat, dikarenakan obat tersebut jarang
digunakan dan sebagian obat ada yang sama sekali tidak digunakan oleh pihak
obat di instalasi farmasi RSUD Porsea seperti SDM, metode, data dan
mencapai ketersediaan perbekalan obat yang sesuai dengan jumlah dan jenis yang
dibutuhkan oleh rumah sakit serta tepat waktu sehingga tidak akan terjadi
BAB VI
6.1 Kesimpulan
bahwa:
1. Masukan (Input)
terkait perencanaan kebutuhan obat dari segi kualitas dan kuantitas masih
b. Metode
70
Universitas Sumatera Utara
71
c. Data
kunjungan, waktu tunggu atau leadtime dan stok pengaman atau buffer
memadai.
2. Proses
dilakukan dengan baik sehingga mengakibatkan ada beberapa stok obat yang
3. Keluaran (Output)
kekosongan obat.Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal yaitu dampak
dari obat yang diresepkan oleh dokter diluar formularium nasional dan
pengiriman obat dari distributor terlambat.Dan ada beberapa jenis obat yang
6.2 Saran
sakit.
Kabupaten Toba Samosir untuk mempelajari lebih lanjut mengenai tata cara
4. Diharapkan kepada pihak gudang dan pegawai instalasi farmasi untuk lebih
teliti dalam melakukan pencatatan dan pelaporan terkait dengan data yang
tepat.
1
Universitas Sumatera Utara
2
2017
DaerahPorsea
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah tercukupi?
3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait perencanaan
kebutuhan obat?
7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?
Bagaimana perhitungannya?
10. Apakah ada obat yang kosong dan stok berlebih? Jenis obat apa saja yang
kelebihan tersebut?
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah tercukupi?
3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait perencanaan
kebutuhan obat?
7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?
Bagaimana perhitungannya?
10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang
kelebihan tersebut?
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah tercukupi?
3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait perencanaan
kebutuhan obat?
7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?
Bagaimana perhitungannya?
10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang
kelebihan tersebut?
IV. Daftar pedoman wawancara kepada Kepala Instalasi Farmasi dan Staf
perencanaan obat?
10. Jika perhitungan kebutuhan obat didasarkan atas metode konsumsi, data apa
11. Jika perhitungan kebutuhan obat didasarkan atas metode morbiditas, data apa
12. Jika jumlah dana yang dialokasikan terlalu sedikit, bagaimana pihak instalasi
13. Apa usaha yang dilakukan untuk mengatasi obat-obat yang kosong?
Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan tentang Resep Obat yang Ditulis
DiluarFormularium Nasional
Informan Pernyataan
Informan 2 “Ada, padahal kita udah kasih ke dokter obat-obat apa saja yang
ada di apotek supaya dokter tidak meresepkan obat yang diluar
formularium nasional. Tapi tetap saja dokternya itu kadang
meresepkannya.”
Informan 4 “Ada beberapa jenis obat, karena kadangkan udah kita kasih
NO Kekosonganstokobat
1 Almen Tab
2 AlbendazoleSyr
3 Alprazolam
4 Aspirin
6 BisolvonInj 2 mg/ml
8 Dorner 20 mcg
10 Epinephrine
11 Euthyrox 50 mcg
13 Fenofibrate 100 mg
14 Fenofibrate 300 mg
15 FloxaBtl
16 Gentamicin ttsmata
17 HidrocortisonSalapKulit
18 Homatro 2%
19 Humalog Mix
20 Humalog Kwikpen
21 Imox Tab
22 Isoniazid 300 mg
23 Itraconazole
24 Keto-G Tab
25 Ketorolac 10 mg inj
26 Kloramfenicolkap. 250 mg
27 KloramfenicolTetesTelinga
28 Loratadine
29 Lisinopril
30 Penisilin
NO Kelebihanstokobat
1 Aminoleban
2 Allopurinol 100 mg
4 Betametason Cream
5 BerotecInj
6 Bisoprol Tab 5 mg
7 Calcium GlucanosInj
8 Cylostazol Tab
9 Cotrimoxazol Tab
11 Ethambutol 500 mg
12 FasorbidInj
13 Ketamine
14 Permetherin
15 Riboflavin
16 Vasopressin
Lampiran 4.Dokumentasi