Sandy
Sandy
Sandy
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
Sandy Meylaz
109011000134
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi Allah
SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Ungkapan cinta dan tadzim terhaturkan kepada baginda Muhammad saw. Puncak
kecintaan kita kepada baginda Rasul semoga menghatarkan kita menjadi hamba yang
istiqomah menjalankan sunah dan ajarannya.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak
sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis
sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Abdul Majid Khon, MA Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Marhamah Shaleh, MA, Lc, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Dimyati, M.Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia dengan
tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada peneliti selama
menyelesaikan skripsi ini
iv
5. Kedua Orangtuaku tersayang dan tercinta Ayahanda Zawawi dan Ibunda
Suanah yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, doa, dan
dukungan moril, spiritual maupun material yang tiada henti. Terima kasih
semua atas jasamu, semoga apa yang Ayahanda dan Ibunda berikan
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
6. Drs. K.H. Burhanuddin Marzuki, sebagai pengasuh pondok pesantren Qotrun
Nada, beserta staf pondok pesantren Qotrun Nada yang telah membantu
proses penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan peneliti.
7. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis selama
penulis menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
9. Teman-teman PAI angkatan 2009, terutama PAI D yang sama-sama telah
memberikan doa’a, saran dan krtik dalam penulisan skripsi ini.
Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan terima
kasih dari penulis, semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka, dan
akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan
umumnya kepada pembaca.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi masalah ................................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 8
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
vi
3. Pengertian Pesantren khalaf (Modern) .............................................. 34
4. Ciri khas dan kurikulum pesantren modern ...................................... 38
C. Kajian Yang Relevan ........................................................................... 41
vii
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
No Judul Hal
JADWAL PELAJARAN IDHOFI MADRASAH TSANAWIYAH
4.1 77
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang
menentukan terhadap eksistensi dan perkembangan masyarakatnya, hal ini karena
pendidikan merupakan proses usaha melestarikan, mengalihkan, serta
mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya
kepada generasi penerus.1 Demikian pula dengan pendidikan Islam,
keberadaannya merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup Islam
yang bisa melestarikan, mempertahankan serta mengembangkan nilai-nilai Islam
kepada generasi penerus sehingga kultural religius tetap dapat berfungsi pada
generasi pendidikan Islam khususnya dan masyarakat umumnya.
Berbicara pendidikan Islam tersebut, di Indonesia memang terdapat banyak
jenis dan bentuknya. Seperti: Sekolah, Masjid, Majlis taklim, dan Pondok
Pesantren. Akan tetapi dalam skripsi ini penulis hanya menjelaskan tentang
pendidikan Islam yang berada di Pondok Pesantren.
Membicarakan Pesantren atau Pondok Pesantren sebagai lembaga Pendidikan
Islam sangat penting dan menarik. Karena Pesantren merupakan sebuah lembaga
pendidikan Islam tradisional telah lama tumbuh dan berkembang di Indonesia
jauh sebelum sekolah-sekolah umum memasuki wilayah pedesaan, jauh sebelum
sekolah-sekolah umum atau madrasah-madrasah berdiri.2
Pesantren dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam Tradisional tertua di
Jawa, sudah sering menjadi objek penelitian, khususnya mereka yang berminat
mendalami sejarah perkembangan Islam di Jawa, Brumund telah menulis sebuah
buku tentang sistem pendidikan Islam di Jawa pada tahun 1875, kemudian diikuti
oleh sejumlah sarjana lain seperti Clifford Ceetz, Karl Steenbrink, Martin Van
Bruineesen dan zamarkhsyari Dhofier dengan masing-masing karyanya. Namun,
menurut professor Johns sebagaimana dikutip oleh Dhofier bahwa penelitian yang
1
H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT Bumi
Aksara,2009), hal.8
2
Syafi’i Noor, Orientasi Pengembangan Pendidikan Pesantren Tradisional,
(Jakarta:Prenada, 2009), hal.15
1
2
3
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta:LP3ES,2011) Cet. IX, h.38
4
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: Logos, 1999), hal. 10
5
Ahmad Munjin, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail, (Kediri: P.P Lirboyo, 2002),
h. 1.
3
8
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren,(Jakarta: INIS, 1994), hlm. 21
9
A. Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:Raja
Grafindo Persada, 2005), hal. 172
10
Mujamil Qomar, ibid, hlm. 148
5
dalam bekal ilmu agama yang harus dimiliki santri melainkan ilmu yang menjadi
tuntutan kekinian yang semakin mengglobal. Dan juga yang menjadi dasar
masalah yang harus dikaji karena ada beberapa pesantren yang masih ttap
mempertahankan model salafnya, contohnya Pesantren Hidayatul Mubtadi’in
Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, begitupun ada Pesantren yang telah melaksanakan
modernisasi dengan menyatukan antara pesantren salaf dan modern, akan tetapi
berjalannya waktu, tidak mampu bertahan lama. Dengan adanya peristiwa seperti
itu, penulis mencoba menganalisis pelaksanaan Integrasi Pesantren Salaf dan
khalaf di Pondok Pesantren Qotrun Nada, yang sampai saat ini masih tetap suvive
dalam mengintegrasikan pesantren Salaf dan Modern. Tentunya ini merupakan
strategi Pendikan Islam di dalam Pesantren dengan menekankan kepada anak
didik tidak hanya ilmu ukhrawi yang dituntut begitupun ilmu duniawi. Tetapi
harus memadukan antara tafaqquh fi al-din dan penguasaan ilmu pengetahuan
umum. Seperti yang ditujukan Allah dalam firmanNya dalam surat Al-Qoshos
ayat 77 antara lain. :
Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.”
6
Pondok Pesantren Qotrun Nada didirikan pada tahun 1996 oleh K.H
Burhanuddin Marzuki setelah beliau menyelesaikan pendidikannya di berbagai
pesantren dan gelar sarjana S 1. Dengan pendidikan agama yang di perolehnya,
beliau bersikap optimis untuk mendirikan Pondok Pesantren yang pada saat itu
terbilang umur beliau masih muda, tentunya dibantu dengan 3 orang sahabat
beliau yang sama-sama lulusan pesantren Darurrahman Jakarta asuhan K.H
Syukron Ma’mun.
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang sebenarnya sudah tua sekali
usianya, boleh dikatakan ada sejak permulaan penyebaran Islam di Indonesia.
Pada lembaga ini inti pokok materi yang dipelajari adalah ilmu-ilmu diniyah
(keagamaan) dari sumber aslinya yang berbahasa arab atau lebih popular dengan
istilah kitab kuning. Berdasarkan tujuan kurikuler yang hendak dicapai di
Pesantren tentu menguasai ilmu-ilmu keagamaan, dan juga santri menguasai sama
ilmu-ilmu pengetahuan umum yang lain.
11
Achyanuddin Syakier., Wakil Direktur, wawancara Pribadi, Depok,09 Oktober 2013
7
Integrasi antara dua dua model Pesantren yang diterapkan oleh Pondok
Pesantren Qotrun Nada secara sekilas kelihatan sekali tidak menghilangkan satu
elemen penting dalam tradisi pendidikan Pesantren, yaitu kitab-kitab klasik yang
sering disebut kitab kuning. Kenyataan kesan dan asumsi itu benar tepat, karena
yang dilakukan oleh Qotrun Nada pelajaran kitab kuning itu dikemas sedemikian
rupa di sesuaikan dengan jenjang pendidikan para santri.
Dalam usianya yang cukup dewasa Pondok Pesantren Qotrun Nada tetap
konsisten memegang tujuan Pendidikan Islam yaitu untuk membentuk pribadi
Muslim yang bertakwa kepada Allah dan juga muslim yang dapat menyiarkan
ajaran Islam kepada muslim lainnya. Dengan demikian Qotrun Nada adalah
termasuk salah satu dari pesantren-pesantren yang lain didalam menerapkan dua
sistem pendidikan yaitu menggabungkan antara sistem pendidikan salafy dan
modern dan mengatur serta menata seluruh kegiatan-kegiatan Pondok dalam
organisasi-organisasi yang rapi dan terlaksana dengan baik.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Masih adanya Pesantren yang tetap mempertahankan model Pesantren
salaf/tradisional.
2. Adanya Pesantren yang tidak bertahan lama dalam menerapkan integrasi
antara Pesantren Salaf dan modern.
8
C. Pembatasan Masalah
Agar penyusun skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN INTEGRASI
PESANTREN SALAF DAN KHALAF DI PONDOK PESANTREN
QOTRUN NADA” mudah dipahami dan dimengerti, maka penulis perlu
membatasi masalah mengenai:
1. Integrasi Pesantren salaf dan khalaf yang ada di Pondok Pesantren Qotrun
Nada
2. sistem kurikulum, metode pengajaran, dan sistem evaluasi yang digunakan
berhubung dengan diterapkannya kedua model tersebut di Qotrun Nada
D. Perumusan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah, maka penulis memberikan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana permulaan terbentuknya integrasi Pesantren Salaf dan Khalaf
di Pondok Pesantren Qotrun Nada?
2. Bagaimana kurikulum dan metode yang di terapkan di Pondok Pesantren
Qotrun Nada dalam integrasi tersebut?
3. Bagaimana pelaksanaan evaluasi yang dilakukan lembaga dalam
pelaksanaan integrasi tersebut?
E. Tujuan Penelitian
2. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat di tindak lanjuti
oleh penulis berikutnya.
3. Memberikan sumbangsih karya ilmiah yang bermanfaat untuk
dipersembahkan kepada para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi
penulis sendiri.
10
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Pengertian atau definisi pesantren telah banyak disampaikan oleh tokoh-
tokoh atau orang-orang dalam mengartikan pesantren. Pesantren berasal dari
kata santri dengan awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal
santri.12
Dengan nada yang sama Soegarda Poerbakawatja, seperti yang dikutip
Haidar Putra Daulay menjelaskan “pesantren asal katanya adalah santri, yaitu
seorang yang belajar agama Islam”. “Prof Jhons dikutip Haidar Putra Daulay
juga berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti
mengaji”, “sedang CC Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari
istilah Shastri yang dalam bahasa India orang yang tahu buku-buku suci
agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab agama suci agama Hindu”.13
Dalam pandangan Nurcholish Madjid seperti yang dikutip Yasmadi asal
usul kata “santri” dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang
menganggap bahwa “santri” berasal dari kata “sastri”, kata “sastri” berasal
dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini dalam
pandangan Nurcholish Madjid agaknya didasarkan atas kaum santri adalah
kelas literary bagi orang Jawa yang mendalami agama melalui kitab-kitab
yang bertuliskan dan berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan
bahwa kata santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa yatitu dari
kata”cantrik” yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru
kemanapun guru tersebut pergi menetap.14
Dari asal-usul kata santri juga banyak orang yang mengartikan bahwa
lembaga pendidikan Pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendididkan
12
Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta; LP3ES, 1982), h. 18.
13
Haidar Putra Daulay, Sejarah pertumbuhan dan Pembahruan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: kencana, 2009), h. 4.
14
Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan
Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. 1, h. 62
11
15
Zamakhsyari Dofier, Tradisi pesantren: Studi pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2011), h. 41.
16
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta,
PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 60.
17
HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta Bumi Aksara, 2000),
Cet. 4, h. 240.
18
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta,
PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 4.
12
19
Wahjoetmo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1997), h. 70.
20
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo, 1995),
Cet. 1, h. 24.
21
Rofiq Nurhadi, Sistem Pendidikan Pesantren di Tengah Arus Demokratisasi, dalam
jurnal studi An-Nur vol. II, No. 3, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an An-Nur,, 2005),
h. 51.
13
22
Sulthon Masyhud,dkk, Manajemen Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), Cet.2, h.
10.
23
Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta: PT
LKis, 2001), Cet. 1, h. 10.
24
Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, (Jakarta: CV Dharma Bhakti, 1987), h
9-10.
14
27
Amin Haedari, Transformasi Pesantren: Pengembangan Apek Kependidikan,
Keagamaan, dan Sosial, (Jakarta: LekDIS & Media Nusantara, 2006), Cet. 1, h. 88.
28
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), Cet. 1, h. 47.
16
29
Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IRD PRESS, 2004), Cet. 1, h. 31.
30
Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga, tt), h. 21.
31
Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, terjemah: Butche B. Soendjojo,
(Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, 1986), Cet. 1, h. 115.
17
Hubungan masjid dan pendidikan Islam sangat dekat dan erat dalam
tradisi Islam. Kaum muslimin menggunakan masjid bukan untuk tempat
beribadah atau shalat saja, akan tetapi masjid dimanfaatkan juga sebagai
tempat lembaga pendidikan Islam. Dalam konteks pesantren masjid dianggap
sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik santri, terutama dalam hal
praktik shalat lima waktu, khutbah, shalat jum’at, dan pengajian atau
pengajaran kitab-kitab Islam klasik.32
Upaya menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pengkajian dan
pendidikan Islam memiliki dampak terhadap tiga hal.
1) Mendidik anak untuk selalu beribadah dan mengingat Allah
2) Menanamkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan dan menumbuhkan
rasa solidaritas sosial yang tinggi sehingga bisa menyadarkan hak-hak
dan kewajiban manusia
3) Memberikan ketentraman, kedamaian, kemakmuran, dan potensi-potensi
positif melalui pendidikan kesabaran, keberanian, dan semangat dalam
hidup beragama. 33
32
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta,
PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 52-53.
33
Amin Haedari, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan
Komplesitas Global, (Jakarta: IRD PRESS, 2004), Cet. 4, h. 34.
34
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), Cet. 1, h. 49.
18
ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan
mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya.35
Keempat, Santri, santri dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti
orang yang mendalami agama Islam.36 Santri adalah nama untuk siapa saja
yang telah memilih pondok pesantren sebagai tempat untuk menuntut ilmu.
Secara umum santri di pesantren dapat dikategorikan pada dua kelompok,
yaitu santri mukim dan santri tidak mukim atau santri kalong.37
Santri mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan
menetap atau tinggal dalam pondok pesantren. Sedangkan santri kalong
adalah santri-santri yang berasal dari sekitar pesantren, mereka tidak menetap
di pesantren, mereka pulang ke rumah masing-masing setelah selesai
mengikuti pelajaran di sebuah pesantren.38
Ada beberapa alasan mengapa santri tinggal dan menetap di pesantren.
1. Dikarenakan santri ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas
Islam secara mendalanm di bawah bimbingan kyai
2. Santri ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren
3. Santri ingin fokus dalam studinya di pesantren tanpa disibukan oleh
kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya.39
35
Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren: Studi pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES,
1982), Cet. 1, h. 55.
36
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), Cet. 1, h. 997.
37
Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2006),
h. 17.
38
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), Cet. 1, h. 49.
39
Zamakhsyari Dofier, Tradisi pesantren: Studi pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2011), h. 89-90.
19
40
Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2006),
h. 12.
41
Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren: Study tentang Pandangan Hidup Kyai,
(Jakarta: LP3ES, 1982), h. 50.
42
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. 2, h. 144.
43
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurkholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 63.
20
Dari segi materi, secara umum isi kitab kuning yang dijadikan ruju’an
sebagai kurikulum pesantren dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama,
kelompok ajaran dasar sebagaimana terdapat pada al-Qur’an dan al-Hadits,
sedang ajaran yang timbul sebagai hasil penafsiran para ulama-ulama Islam
terhadap ajaran-ajaran dasar yang ada dalam al-Qur’an dan al-Hadits tersebut.
Kedua, kelompok kitab kuning yang tidak termasuk kelompok ajaran agama
Islam, tetapi kajian yang masuk ke dalam Islam sebagai hasil perkembangan
Islam dalam sejarah, seperti kitab yang membahas lembaga-lembaga
kemasyarakatan, kebudayaan, dan metode keilmuan. Sementara metode yang
digunakan dalam memproses materi kitab kuning, secara global dapat
dipetakan ke dalam metode deduktif, induktif, dan dialektif.
21
Pesantren dan kitab kuning adalah dua sisi yang tak terpisahkan dalam
keping pendidikan Islam di Indonesia. Sejak sejarah awal berdirinya,
pesantren tidak dapat dipisahkan dari literatur kitab buah pemikiran para
ulama salaf yang dimulai sekitar abad ke-9 itu. Boleh dibilang, tanpa
keberadaan dan pengajaran kitab kuning, suatu lembaga pendidikan tak absah
disebut pesantren. Begitulah fakta yang mengemuka di lapangan.
Abdurrahman Wahid dalam konteks ini meneguhkan dengan menyatakan,
kitab kuning telah menjadi salah satu sistem nilai dalam kehidupan pesantren.
Namun realitanya perubahan dan perkembangan pesantren mengisyaratkan
tambahnya beban belajar para santri pesantren, yang semula hanya mempejari
kurikulum pesantren dituntut menguasai kurikulum pendidikan formal,
akibatnya kurikulum pesantren makin tergerus dan santri lebih
mengutamakan penguasaan kurikulum pendidikan formalnya. Untuk itu,
pengembangan kurikulum pesantren pada pesantren kholaf (pesantren yang
menyelenggarakan pendidikan formal) sebagai upaya menjaga dan
melestariakan ciri khas pesantren merupakan konsekuensi logis dari dinamika
kebutuhan masyarakat yang menjadi kekuatan utama kelangsungan pesanten,
baik pada lingkup lokal, nasional, dan global.
44
Nana Syaodih S., Pengembangan Kurikulum Teori da Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2010), cet.XIII h.5
45
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2005), cet.
Ke-1,hlm. 175
46
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,2010), cet. Ke-2,hlm. 124
25
49
Ibid., h.151
50
Omar Muhammad Al-Tommy al –Syaibany,Falsafah Pendidikan Islam,alih bahasa:
Hasan Galunggung, (Jakarta:Bulan Bintang,1979), hal.519
27
51
Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV.Rajawali,1992). Cet.XV
h. 71
52
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h.50
29
53
Ubay Mashudi A, Metamorfosa Pesantren, Tradisi, Modernitas dan
Postradisionalisme, Mozaik Pesantren,2005, h.13
30
54
Ibid., h. 25.
31
57
Moh. Ali Aziz, Makna Manajemen dan Komunikasi bagi Pengembangan Pesantren,(
Yogtakarta: Pustaka Pesantren,2005), hlm.67
58
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
(Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2010), hlm.8.
33
59
Ahmad Munjin N, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail, tudi Kasus PP. Lirboyo
Kediri(Kediri: t.p, t.t), h.62
34
60
Ibid., hlm. 66.
61
Sholeh Rosyad, Sebuah Pembaharuan Dunia Pesantren Di Banten,(Banten:LPPM
La Tansa), h.249
62
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia Pasca
Kemerdekaan,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2009) h.204
63
W.J.S Poerdarminto,…. Hlm.618
35
66
Ibid.,Syafi’i Noer,…., 72
67
Sukamto,Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, (Jakarta:Pustaka, LP3ES 1999), Cet.I,
hlm.188
38
Pada era 1970-an, pesantren mengalami perubahan yang sangat signifikan yang
tampak dalam beberapa hal. Pertama, peningkatan secara kuantitas terhadap
jumlah pesantren. Tercatat di Departemen Agama, bahwa pada tahun 1977, ada
4.195 pesantren dengan jumlah santri sebanyak 667.384 orang. Jumlah tersebut
meningkat menjadi 5.661 pesantren dengan 938.397 orang santri pada tahun 1981.
kemudian jumlah tersebut menjadi 15.900 pesantren dengan jumlah santri
sebanyak 5,9 juta orang pada tahun 1985. Kedua, menyangkut penyelenggaraan
pendidikan. Perkembangan bentuk-bentuk pendidikan di pesantren tersebut
diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
(2) Lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial (social control). (3)
Lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial (Social engineering).
Perbedaan-perbedaan tipe pesantren di atas hanya berpengaruh pada bentuk
aktualisasi peran-peran ini.
68
Hendra Hidayat, “Efektivitas penerapan metode Amtsilati terhadap Siswa MA Pondok
Pesantren Qotrun Nada, Tesis pada Pasca Sarjana UIK Bogor.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dan metode
yang digunakan Metode Deskriptif. Yaitu penelitian yang datanya berbentuk kata-
kata atau gambar daripada angka-angka, sehingga tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu.69 Ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui
penelitian lapangan.
Dalam melakukan penelitian lapangan ini, digunakan beberapa teknik
mengumpulkan data-data yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Receach)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data atau teori dari
berbagai sumber seperti buku, majalah, atau sumber-sumber lain yang ada
hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
2. Penelitian Lapangan (field research)
Penelitian yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke objek
penelitian yaitu Pondok Pesantren Qotrun Nada, penulis juga berusaha
mencari dan menemukan jawaban dari penulisan skripsi ini, yakni sumber
69
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), Cet. 2, h. 3.
43
dan profil dan juga alasan pihak pesantren dalam menerapkan kedua sistem
tersebut.
C. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Dalam proses menemukan dan mengumpulkan data tentunya harus tercipta
sebuah harmonisasi hubungan peneliti dengan informan sehingga tercipta
hubungan yang baik diantara keduanya. Menurut Sparadley ada beberapa tahapan
untuk menciptakan harmonisasi yang baik antara peneliti dan informan, tahapan-
tahapan itu adalah Apprehenssion, ekploration, cooperation, dan participation.
1) Apprehenssion. Pada tahap ini antara peneliti dan objek penelitian atau
informan belum saling mengenal. Untuk melewati tahap ini dengan
memuaskan, maka peneliti harus melakukan upaya secara langsung atau
tidak dapat mempengaruhi cara berfikir dan minat objek penelitian atau
informan. Untuk selanjutnya juga selalu berupaya agar kontak personal
setiap saat terjadi dengan informan.
2) Eksplorasi. Pada tahap ini antara peneliti dan informan lebih jauh saling
melacak latar belakang keduanya, sehingga tidak jarang muncul interaksi
saling uji, saling lacak kemampuan, jalan pikiran, kepercayaan, serta
asal-usul. Dalam menghadapi kondisi ini, peneliti harus menciptakan
kondisi yang amat menguntungkan terhadap tujuan peneliti berada di
tempat penelitian
3) Cooperation. Pada tahap ini antara peneliti dan informan saling percaya,
saling menerima, sehingga informan bersedia bekerjasama dengan
peneliti untuk membantu jalannya tugas peneliti.
4) Participation. Pada tahap ini setelah informan bersedia bekerjasama
biasanya dilanjutkan dengan upaya-upaya konkret untuk berpartisipasi
membantu peneliti menghimpun informasi yang dibutuhkan.70
70
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 137-138.
44
a. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara melakukan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang
dilakukan oleh peneliti kepada subjek atau informan penelitian untuk
mendapatkan jawaban.71
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi, yaitu
cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada yang
diwawancarai.72
Wawancara tidak hanya sekedar percakapan biasa, dalam wawancara
diperlukan kemampuan mengajukan pertanyaan yang dirumuskan secara
tajam, halus, dan tepat, dan kemampuan untuk mendapatkan pokok pikiran
orang lain dengan cepat.73
Metode wawancara yang yang digunakan dalam studi tokoh dapat
dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur atau wawancara mendalam.
Wawancara tidak terstruktur artinya responden mendapat kebebasan dan
kesempatan untuk mengeluarkan pikiran-pikirannya, pandangan, perasaannya
tanpa diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi kemudian, setelah peneliti
memperoleh keterangan-keterangan, peneliti dapat mengadakan wawancara
yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan
oleh responden.74
Sedangkan wawancara secara mendalam secara umum adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, pewawancara
dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama, sehingga
kekhasan wawancara mendalam keterlibatannya dalam kehidupan informan.75
71
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), Cet. 1, h. 1270.
72
Masri Singarimbun, Sofian Efendi (Penyunting), Metode Penelitian Survai, (Jakarta:
LP3ES, 1989), h. 192.
73
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Cet. 6, h. 114.
74
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), h. 72.
75
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 108.
45
76
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2011), Cet. 1, h. 141.
77
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3,h. 116.
78
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), h. 59.
46
79
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011), Cet. 2, h. 79-80.
47
80
Ibid., Emzir, ... h. 81.
81
Ibid., Emzir, ... h. 85.
82
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 155-159.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Qotrun Nada
Cipayung Kota Depok Jawa Barat. Meskipun terletak didaerah yang agak
terdalam dan berada persis ditepi sungai namun tidak meruntuhkan niat
para santri untuk menuntut ilmu disini, dengan keyakinan yang kuat
itulah yang membuat ratusan santri berkumpul dalam sebuah wadah yang
selalu dinantikan hasilnya.Meskipun mereka terdiri dari
keberanekaragaman daerah, adat dan budaya seperti dari daerah Jawa,
Sunda, Betawi bahkan ada juga yang berasal dari Aceh dan Jambi,
namun mereka semua dengan teguh memegang prinsip “Bhineeka
Tunggal Ika” sampai mereka akhirnya bersatu dalam kesatuan yang
kokoh bak sebuah bangunan yang mana antara satu dengan yang lainnya
saling menguatkan.83
Awalnya Qotrun Nada hanyalah sebuah Majlis Ta’lim kecil yang
hanya digunakan oleh masyarakat Cipayung untuk kegiatan mengajarkan
Al Qur’an namun tanpa disangka lambat laun akhirnya Majlis Taklim ini
semakin diminati oleh masyarakat Cipayung dan sekitarnya, sampai
akhirnya atas dorongan dan keyakinan yang kuat maka pada tahun 1995
mulailah diadakan penerapan pendidikan islam yang dikembangkan
melalui pengajian kitab pada luar jam sekolah atau pada bahasa
masyarakat cipayung adalah santri kalong.Santri kalong adalah santri
yang pada saat itu mengikuti kegiatan pengajian kitab salafi pada waktu-
waktu tertentu dan setelah selesai pengajian santri pulang kerumah
masing-masing.
Dikarenakan peminat santri kalong semakin banyak dan permintaan
dari para wali santri agar pengajian yang selama ini diadakn agarlebih
dimaksimalkan lagi, maka pada saat itulah para santri diwajibkan untuk
bermukim di majlis ta’lim,khusus putra bermukim disebelah kediaman
kyai sedangkan khusus putri bermukim dikediaman orang tua sang kyai,
yaitu al-walid H. Marzuki karena pada waktu itu belum tersedia tempat
yang memadai untuk dijadikan tempat bemukim bagi para santri.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan,
83
Qotrun Nada, Sejarah singkat Qotrun Nada,(Bogor:Qotrun Nada,2004)
50
d. Ukhuwah Islamiyah
e. Kebebasan
5. Motto Pondok Pesantren Qotrun Nada
a. Berakhlakul Karimah
b. Berbadan Sehat
c. Berpengetahuan Luas
d. Berpikiran Bebas
6. Visi Pondok Pesantren Qotrun Nada
B. STRUKTUR ORGANISASI
Kegiatan harian
Kegiatan Mingguan
Setiap hari Rabu pagi : Kegiatan olahraga untuk santri putra dan
pengajian umum untuk santri putrid
Setiap hari Jum’at Pagi : Kegiatan olahraga untuk santri putrid
dan pengajian umum untuk santri putra
Setiap malam Jum’at : Pembacaan Dzikir, Tahlil, Ratib dan
Maulid
Setiap sabtu siang : Kegiatan ke-Pramukaan
Setiap malam minggu : Latihan Muhadloroh 3 bahasa
Setiap minggu pagi : Kegiatan olahraga seluruh Santri
Setiap minggu siang : Kegiatan ekstra Kurikuler Santri
Kegiatan Bulanan
Setiap minggu pertama : Pengajian bulanan dan waktu kunjungan
59
Santri
Setiap tanggal 17 pagi : Upacara Bendera
Waktu Terprogram : Kegiatan Organisasi Santri
6. Qotrun Nada dan Program Khasnya
Program khas yang ada pada Qotrun Nada adalah:
a. Praktek Mengajar (Amaliyah Tadris) Khusus santri tingkat akhir
b. Praktek pengabdian masyarakat (PPM) khusus santri tingkat akhir
c. Program pemberdayaan alumni dalam manajemen PP Qotrun Nada
d. Program beasiswa kuliah bagi alumni berprestasi
e. Program cepat penguasaan Kitab Kuning metode Amtsilaty
f. Program Pengalaman Organisasi santri
g. Penempatan alumni dalam masa pengabdianya pada tenaga teknis
dan penunjang di beberapa pesantren lain.
h. Dan lain sebagainya yang terumuskan dalam rencana strategis
pengembangan Qotrun Nada.
7. Qotrun Nada dan alumninya
Alumni bagi qotrun nada adalah asset yang tidak ternilai.Melalui
merekalah siklus perkembangan qotrun nada terus berputar. Lewat mereka
jualah eksistensi qotrun nada dikenal masyarakat luas.Iklan berjalan lewat
jaringan kegiatan alumni baik individu dan kelompok menjadikan qotrun
nada menyebar kedaerah dimana alumninya berkiprah.perjuangan mereka
selama 6 tahun masa pendidikan di Qotrun Nada adalah bekal yang berharga
dalam mengarungi perjalanan hidup mereka.
Menurut data yang telah dihimpun oleh manajemen, alumni qotrun nada
berjumlah :
1. Angkatan pertama tahun 2003 berjumlah : 19 orang
2. Angkatan kedua tahun 2004 berjumlah : 22 orang
3. Angkatan ketiga tahun 2005 berjumlah : 25 orang
4. Angkatan keempat tahun 2006 berjumlah : 39 orang
5. Angkatan kelima tahun 2007 berjumlah : 50 orang
6. Angkatan keenam tahun 2008 berjumlah : 99 orang
60
Sebagaimana yang telah kita ketahui mengenai dasar dan tujuan pendidikan
Islam tradisional,sangat sulit menemukan rumusan tujuan secara terulis tentang
tujuan pendidikan pesantren tradisional secara umum. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa hal, pertama karena setiap pesantren sering memiliki arah
perkembangan yang berbeda. Perbedaan waktu berdirinya sebuah pesantren,
misalnya ada sebutan pesantren salaf (pesantren tradisional) dan pesantren khalaf
(pesantren moderen) atau bahkan sebuah pesantren yang sekaligus merupakan
gabungan antara sistem salaf dan khalaf, contohnya adalah pesantren Qotrun
Nada.
yang menginduk kepada satu sistem kurikulum dan tujuan yang sama, kedudukan
tiap-tiap pesantren sangat bersifat personal, berdiri sendiri-sendiri sangat
tergantung pada kualitas yang dimiliki oleh Kiai. Dan karena umumnya sebuah
pesantren didirikan secara indiwidual oleh seorang kiai, sebagai figur sentral yang
berdaulat penuh menetapkan tujuan pesantrennya, maka setiap pesantren
mempunyai tujuan tidak tertulis yang berbeda-beda.
Jika antara pesantren salaf itu sendiri mempunyai tujuan tidak tertulis yang
berbeda-beda, yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kualitas kiai itu
sendiri, tentu berbeda pula dengan tujuan pesantren khalaf yang mengembangkan
pendidikan dengan sistem klasikal. San akan berbeda pula dengan pesantren yang
merupakan koaborasi antara sistem salafi dan khalaf.meskipun demikian, dapat
ditarik kesimpulan, yang menggambarkan adanya suatu keagamaan tujuan
berdirinya suatu lembaga pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional.
Yaitu kita harus mengingat kembali latar belakang historis berdirinya pesantren,
oleh karena itu tujuan pendidikan tentu tidak dapat terlepasdari hal itu semua.
seorang muslim itu seimbang hidupnya dalam mengejar kehidupan dunia dan
kehidupan akhirat.
Ungkapan beliau yang didasarkan atas wahyu Allah tersebut lebih lanjut
dijabarkan bahwa untuk menjalani hidup ini, manusia yang diciptakan untuk
menjadi khalifah dibumi harus dapat menciptakan, membina dan menjalani tiga
derajat hubungan secara harmonis. Yaitu hablun minallah (hubungan dengan
Allah) hablun minannaas (hubungan dengan manusia) dan hablun minal’alam
(hubungan dengan alam).84
Begitu juga tujuan yang ditanamkan adalah tertuang didalam panca jiwa
Pondok Pesantren Qotrun Nada
1) Keikhlasan
Jiwa ini berarti melakukan segala perbuatan tanpa pamrih atau tanpa
mengharapkan imbalan sesuatu dari manusia. Segala pekerjaan dilakukan
84
K.H Burhanudin Marzuki, Pengasuh Pon Pes Qotrun Nada, wawancara pribadi,
cipayung jaya Depok,09 Oktober 2013.
63
2) Kesederhanaan
3) Berdikari
4) Ukhuwah Islamiyah
5) Berjiwa Bebas
Bebas di dalam berfikir dan berbuat selama semua itu tidak menyalahi
koridor kesopanan dan keagamaan. Yakni bebas dalam menentukanmasa
depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai
pengaruh negative dari luar.kebebasan ini tidak boleh disalahgunakan
menjadi terlalu bebas sehingga kehilangan arah dan tujuan atau prinsip.
64
Pondok Pesantren Qotrun Nada seperti telah disebutan diawal, berdiri pada
tahun 1997 didirikan oleh santri yang yang baru menyelesaikan pendidikan
agamanya di pesantren dan gelar sarjana yaitu K.H Burhanudin Marzuki.
Dalam sistem salaf tidak ada pembagian kedalam kelas-kelas dan tidak ada
tingkatan. Dan dalam sistem klasikal yang sudah dikenal sejak tahun 1907 di
Sumatera Barat dan baru kemudian di pesantren-pesantren Jawa, didasarkan pada
pembagian kelas dan tingkatan-tingkatan pendidikan dan belajar di dalam kelas,
setiap tingkatan kelas dapat ditempuh dalam waktu satu tahun dengan pembagian
dua semester pada kurikulum sekarang,dan untuk menaiki tingkatan berikutnya
harus ditempuh melalui proses evaluasi dengan bentuk ujian selam 1 tahun
belajar.
Pesantren Qotrun Nada sama hal dengan pesantren lainnya, pada tahap awal
berdinya pesantren hanya menerapkan system salafi (metodologi pendidikan
tradisional), yang melestarikan pesantren dahulu. Namun seiring berjalannya
setelah santri atau siswa yang belajar setiap tahunnya mengalami peningkatan,
pesantren Qotrun Nada dalam waktu singkat sudah mulai menerapkan sistem
modernisasi atau klasikal. para santri belajar di kelas-kelas menurut tingkatan
pendidikannya.
Sedangkan K.H Burhanudin selain sebagai seorang ulama beliau juga sudah
dua periode dari tahun 2005 sampai sekarang beliau adalah ketua PCNU kota
Depok, sebagaimana kita ketahui ulama-ulama di kalangan Nahdlatul Ulama,
dikenal sangat kuat berpegang kepada para imam mazhab, khususnya mazhab
Imam Syafi’i. hal ini disadari bahwa tama jika ijtihad tidak dilakukan olehorang-
orang yang memenuhi syarat justru akan merusak ajaran Islam itu sendiri. Kedua
pra Imam Mazhab lebih dekat denga Rsulullah SAW. Bagaimanapun mereka
lebih tahu dan lebih mengerti maksud dari ayat-ayat dan hadits. Dan ketiga
kejujuran, keikhlasan dan ketaqwaan para imam mazhab itu tidak diragukan lagi.
Dari apa yang telah dipaparkan diatas mengenai respon Pesantren Qotrun
Nada, jelas bahwa apa yang dilakukannya adalah menjaga generasi bangsa dengan
paham agama yang benar, tidak membiarkan mereka terjerumus oleh paham-
67
paham agama yang tanpa disadari pemahaman itu merusak dan menggoyahkan
aqidah.
Setelah berjalan 3 tahun yakni tahun 2000 setelah beliau selalu mendapatkan
bimbingan dari guru-gurunya maka dengn keyakinan yang kuat. Dari yang
tadinya sama sistem pesantren dengan Darurrahman, kemudian melaksanakan dan
mengelola pendidikan madrasah secara mandiri.
Mata pelajaran yang diberikan umumnya pelajaran agama seperti tafsi, hadits,
iman tauhid, ilmu fiqih, praktek ibadah, bahasa arab dengan segala alatnya
(Nahwu shorof) dan lain-lainnya.. Disamping itu diberikan pula ilmu yang tidak
ada dibangku sekolah dengan harapan para santri dapat menerapkannya
dimasyarakat ketika lulus nanti.85
Tingkatan kelas yang ada dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan
tingkatan Mts dan MA. Dan juga program Takhasus, kelas takhsus ini merupakan
tingkatan kelas bagi mereka yang lulusan dari SMP kemudian masuk pesantren
selama 3 tahun. Tahun ajaran dimulai pada bulan sy’ban sebagaimana kebiasaan
sekolah agama. Setiap kelas diasuh oleh seorang guru dan dibantu oleh beberapa
guru pembantu. Guru yang menjadi guru kelas tersebut sifatnya permanen dan
berkesinambungan, artinya seorang guru mengasuh dari kelas satu terus
melanjutkan asuhannya ke kelas 2 dan seterusnya. Sistem ini diterapkan
dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan materi yang disampaikan serta untuk
memudahkan pengawasan dan pembinaan para santri atau siswa secara lebih baik.
Dan sekaligus untuk memudahkan pengontrolan tingkat kemajuan santri.
85
Qotrun Nada, Sejarah berdiri beserta fungsinya,
68
MATERI AL-QUR’AN
1. Al-Qur’an
a. Tajwid
b. Qira’atul Kutub
1. Kelas I : Bab Whudu(Safinah)
2. Kelas II : Bab Whudu (Taqrib)
3. Kelas III : Bab Whudu (Fathul Qarib)
4. Kelas IV : Bab Whudu (Fathul Qarib)
5. Kelas V : Bab Shalat (Fathul Mu’in)
6. Kelas VI : Bab Haji (I’anatutthalibin)
7. Kelas THS I : Bab Whudu (Taqrib)
8. Kelas THS II : Bab Whudu (FathulQarib)
9. Kelas THS III : Bab Haji (I’anatutthalibin)
c. HafalanDo’a-Do’a
1. Kelas I : Do’a Harian, Qunut
2. Kelas II : Do’a Harian, AnggotaWudhu
3. Kelas III : Do’a Harian, Duha, Tahajud, dll
4. Kelas IV : Do’a SholatDuha, Tahajud, dll
5. Kelas V : Do’a SholatDuha, Tahajud, Ma`had
6. Kelas VI : Do’a Ma`had, Tahlil, Kamilin
69
6. Kelas VI :-
7. Kelas THS I : Man JaddaWa Jada s/d Latu`akhirAmalaka
8. Kelas THS II : Al AdabulMujalasati s/d Al-Hikamu
9. Kelas THS III :-
c. Muthola’ah
1. Kelas I : AyamulUsbu`I s/d Manafi`ulA`doi
2. Kelas II : Al-Hariku s/d Al-AsadduWalFa`ru
3. Kelas III : Al HammatuAnnamlatu
4. Kelas IV :AnniatuTiflin s/d Al-Tu`ahiduni
5. Kelas V : Ayulwafa s/d NukronulJamilu
6. Kelas VI :-
7. Kelas THS I : Al- Adabu s/d MalabisulJismi
8. Kelas THS II : Al-Harikuywa Al-Asaddu
9. Kelas THS III :-
d. Nahwu
1. Kelas II : Jumlah Mufidah s/d Fail
2. Kelas III : Isim Mu`tal Akhir
3. Kelas IV : MubtdaKhobar s/d FiilMudhore
4. Kelas V : Mubtada wa Khobar s/d Jumlah Fi`liyah
5. Kelas VI : Materi dari kelas dua
6. Kelas THS I : Jumlah Mufidah s/d Isim, Fiil, Huruf
7. Kelas THS II : MubtadaKhobar s/d FiilMudore
8. Kelas THS III : materi dari kelas Ths 1
e. Shorof
1. Kelas II : IlmuShorof s/d Sigot
2. Kelas III : FiiTasrifil Af``alulMadi
3. Kelas IV :-
4. Kelas V :-
5. Kelas VI : materi dari kelas 2
6. Kelas THS I : IlmuShorof s/d Al-Fi`lu
7. Kelas THS II : ShohihWaMu`tal
71
86
Fitriyadi, ketua panitia ujian, Wawancara Pribadi,13 Oktober 2013
72
87
Anwar zainudin, sekretaris Qotrun Nada, Wawancara Pribadi,13 Oktober 2013
73
a. Nahwu Shorof
b. Mutholaah dan Mahfudzat
c. Keterampilan agama, pelajaran ini mamuat tentang praktek
ibadah dan yang berkaitan dengan kehidupan agama
dimasyarakat.
d. Balagah
e. Fara’id
d. Imrithi
88
Ayub Sholihin, coordinator kutubutthurots,Wawancara Pribadi,15 Oktober 2013
77
Ba’da Tahsin
Tahsin
Tahsin
Tahsin wa wa Tahsin wa
Maghrib wa wa Jami’atul
tahfidz tahfidz tahfidz -
tahfidz tahfidz Qura
Alqur’an Alqur’ Alqur’an
Alqur’an Alqur’an
an
Ba’da Al hadits al
Amtsilatu Kitabu Ayat
At ssaada Almuhth Grammar - -
Ashar muhtharot
tasrifiyah h arot
Ba’da Tahsin
Tahsin
Tahsin wa wa Tahsin wa Tahsin wa
Maghrib wa
tahfidz tahfidz - tahfidz - tahfidz
tahfidz
Alqur’an Alqur’ Alqur’an Alqur’an
Alqur’an
an
Ba’da Tahsin
Tahsin
Tahsin wa wa Tahsin wa Tahsin wa
Maghrib wa
tahfidz tahfidz - tahfidz - tahfidz
tahfidz
Alqur’an Alqur’ Alqur’an Alqur’an
Alqur’an
an
Tabel 4.2
an
Tabel. 4.3
JADWAL PELAJARAN IDHOFI KELAS TAKHASUS
JADWAL PELAJARAN IDHOFI TAKHASUS 1
Waktu senin selasa rabu kamis Jum’at Sabtu Minggu
Ba’da shubuh taqrib Taqrib - taqrib
Talim
Taqrib -
muta’alim
Tidak hanya materi pelajaran yang bersifat formal saja yang di evaluasi,
kitab-kitab yang dikaji yang bersifat tambahan juga dievaluasi, akan tetapi
kitab yang dievaluasi hanya yang berkaitan dengan fiqih, qa’idah arobiyah
(nahwu shorof) dan alqur’an. Untuk kitab tauhid yang dikaji pada waktu
setelah shalat asar tidak diujikan melainkan hanya guru bidang studi saja
yang mengevaluasi tidak menjadi penilaian khusus.
81
Dari penjelasan diatas terlihat dengan jelas bahwa para santri lebih terikat
kepada pendidikan sekolah, mereka merasa lebih baiktidak naik kelas dalam
pengajian daripada tidak naik kelas dari pendidikan sekolah.orientasi ijazah
formal jauh lebih penting bagi para santri. Disinilah kemudian pengajian
kitab menjadi tanggung jawab lembaga untuk peran aktif dalam menjadikan
santri untuk lebih memahami kedua pendidikan tersebut baik pendidikan
salafi yang memuat pelajaran kitab-kitab kuning dan pendidikan modern yang
ada di sekolah.
c. Management Administrasi
Tidak hanya sampai disitu saja bentuk peningkatan mutu guru, tepatnya
tidak hanya mutu guru dalam pendidikan sekolah, banyak juga dari alumni
yang dikirim ke pesantren-pesantren salaf yang mendalami kitab kuning
diantaranya, di pesantren Lirboyo,ploso dan kudus, yang kemudian mereka
akan kembali ke Pesantren ketika mereka lulus. Dengan harapan tidak hanya
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas terlihat dengan jelas bahwa para santri lebih terikat
kepada pendidikan sekolah, mereka merasa lebih baiktidak naik kelas dalam
pengajian daripada tidak naik kelas dari pendidikan sekolah.orientasi ijazah
formal jauh lebih penting bagi para santri. Disinilah kemudian pengajian kitab
menjadi tanggung jawab lembaga untuk peran aktif dalam menjadikan santri
untuk lebih memahami kedua pendidikan tersebut baik pendidikan salafi yang
memuat pelajaran kitab-kitab kuning dan pendidikan modern yang ada di sekolah.
dan modern bagi kehidupan generasi Islam sekaran sehingga tidak hanya
bersandar dari sumber Islam aslinya tetapi terhadap kehidupan sosial.
C. Saran
Demikianlah sejumlah pokok pikiran yang dapat penulis sajikan berkaitan
dengan pengembangan pendidikan agama Islam dengan sistem kolaborasi
pendidikan salafi dan modern.yakni dengan sistem madrasah di pesantren.
Diharapkan model pesantren ini mampu menjadi lembaga pendidikan yang terus
eksis untuk masa depan pendidikan Islam.
Tulisan ini diharapkan bias merangsang pengelola pesnatren untuk terus
mengembangkan pendidikan dengan kolabaorasi dua model pendidikan yakni
slafi dan modern dengan bentuk nadrasah di pesantren, apabila memungkinkan
mampu membentuk perguruan tinggi Islam yang yang menjadi model pendidikan
yang banyak diminati oleh masyarakat muslim.
Harapan ini tentu tidaklah dibangun tanpa dasar. Dewasa ini sistem
pendidikan di sekolah hamper kehilangan nilai-nilai spiritual, yang disebabkan
oleh pengaruh ekonomi matrialisme dan globalisasi, sehingga minat siswa hanya
memburu nilai dan mampu mendapatkan pekerjaan setelah lulus, tanpa dilandasi
dengan nilai keagamaan dan menuntt ilmu karena realisasi dari ibadah.
Sementara itu, lembaga pendidikan pesantren itu mempunyai kelebihan
dalam hal pembinaan mental spiritual dan penanaman moral keagamaan,
kolaborasi pendidikan salafi dan modern ini diharapkan mampu saling
melengkapi satu sama lainnya yaitu adanya sistem madrasah atau sekolah dengan
pendidikan sistem pesantren.
88
Daftar Pustaka
Ali, Mukti, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali, 1987.
Arifin, H.M, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT. Bumi Aksara,2009.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 2001.
WJS, Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka,
1991.
Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan
Islam Tradisional. Jakarta : Ciputat Press, 2002.
Zamiek, Manfred, Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M, 1986.
lI :
I
I(epaclaYth.
Nama : SandyMeylaz
NIM : 1 0 9 0110 0 0 1 3 4
Jurusan : Pendidikan
Aganra
Islarr
Semester : iX (Senibilan)
.ludul Skripsi : Pelnksunctatt PenclitlikonSulafi,dunModern r.liponcJok
Kolabot"ct.:-i
P e.stt t t tret t Qotn rrt N u tlct
at-lalah
benarmahasiswa/iFakultasIlrnu TarbiyahclanKeguruanuIN Iakafta yang
seclaug rrenyllsun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di
instansi/sekol
ah/rradrasahyangSaudara pirnpin.
II,1r.s.s
u I u ntrr' u I ui kttnr t,r,r.u,b.
a.n.Dekair
I(aju1 idikanAgamaIslam
lI, .Ag
;,NIP 80r 071998031 002
Ternbusan:
L DekanFITK
2. PenrbantuDekanf3iclatig
Akademik
3. lVlahasisr,va
vangbcrsangkutan
!o'
!
g#ru@&mm ffi
ilIIIR
|l||TNUil
Wffiffiffiffiffiffi
No- r4
a23/ ro.22IPPQN/rV/20
Hal. Surat Keteransan Penelitian
SURAT KETERANGAN
Nama SandyMeylaz
NIM 10901 1000134
Jurusan PendidikanAgamaIslam
Fakultas Ilmu TarbiyahdanKeguruan
UIN Syarif HidayatullahJakarta
Adatah benar telah melalarkan Penelitian pada Pondok Pesantren Qohun Nada Depok
sebagai bahan dalam penyusunan skripsi yang berjudul 'Pelaksanaan Kolaborasi
Pendidikan Salafy dan Modern di Pondok Pesantren Qotrun Nada", terhitung sejak
bulan Oktober s.d. Desember 2013 dan yang bersangkutantelah melaksanakantuga-mya
dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan benar, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Depok, 2 1pnl20l4
,r:iiiltr:rtii
,: ,:ai
:ll :ll:'
'::r'
:li:i
.,:a:.i:,a...
'::l': l1l
',.:it:r..
r,rr]]ir'""r'l:,
'i:r i:
]:,,
'''t:..
1,,
/
1
Pedoman Wawaneara
l Menrrut bapak kyai bagaimana kondisi objektif mengenai pesantren dan pendidikan
lslam?
Pendidikan Islam saat ini sudah mengalami perkembangan, tebukti dengan
banyaknya lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti halnya pesantren, kalaupun
adanya rintangan itu tugas daripada orang yang didalarn lernbaga itu yang harus
menghadapinya dan diselesaikan. Pesantren sekarang ini sangat rnenjadi sasaran
tepat bagi masyarakat, melihat sekmang banyaknya tawuran pelajman, obat
terlarang bahkan pergaulan bebas, dan pesantren merupakan solusi yang tepat
menurut saya.
disekelilingnya.
3 . Apa Alasan Pak Kyai dalam menerapkankolaborasi pendidikan sala$' dan modern?
Pada awalnya saya tidak menyangka pada kemudian mendirikan pesantren,jelasnya
pesanben Qotrun Nada mengembangkan kolaborasi pendidikan salafi dan modern
disatu sisi sebagai respon terhadap perkembangan zaman dan juga mempunyai
tujuan unhrk dapat mempertahankan dan mengembangkan ide-ide ulama terdahulu.
Tradisi kajian kitab-kitab kuning, karya para ulama adalah satu sisi yang har,us
dipertahankan
4. Apa yang menjadi problem utama dari pengembanganpesantren?
Masalah yang dihadapi adalah tentu saya sadari pembiayaan, karena maaf saya
termasuk orang yang gak mau mudah membuat proposal untuk pembangunan
pesantren. Saya yakin dengan prinsip keberkahan yang diajarkan oleh guru-guru
saya, dan juga dalam Alqur'an dijelaskan siapa yang menolong agaf,naAllah Allah
akan menolonnya,jadi itu yang sayapegangsecaraistiqomah.
5 . Menurut bapak Kyai, apa yang menjadi rahasia sehingga pesantren tetap survive
dalam menerapkan sistem tersebut?
Itu yang tadi saya bilan kberkahan dan juga saya tanamkan kepada guru-guru disini
untuk menanamkan keikhlasan dalam menanamkan ilmu, tetapi bukan berarti kami
mengabaikmr apa yang menjadi hak guru, dan juga sya yakin bekah ari doa orang
tua saya dan guru-guru saya
6. Ide atau hal apa saja yang bapak lalnrkan dalam upaya mengembangkanpesantren?
Terus mningkatkan kualitas guru-guru dan menyalurkan para alumni kepadajenjang
pendidikan selanjutna, karena besarnya pesantren juga dipegang oleh pata
alumninya. Menggabungkan dua kurikulum yang digunakan di pesantren, yakni
kurikulum dinas dan kurikulum pesantreaitu sendiri
/
1I
,'{
/i
t
PedomanWawancara
Tanggal
PesantrenQotrunNada?
1. Apa yangandaketahuitentangPondok
Saya disini sebagai alumni yang kebetulan diangkat oleh pimpinan, Qotrun
nadayangsya ketahui adalah pondok yang menerapkanpendidikan salafy dan
modernjuga dengankedidiplinannya.
penerapanyang dilakukan Qotrun Nada salafy
2. BagaimanapandanganandaTerhadap
dan Modern?
Pandangansaya penerapanini bagus sekali buat santri, karena tidak hanya egama
yang mereka ketahui begitu juga umum. Sehinngamereka dapat menerapkannya
dalamkehidupanbermasyarakat
3. BerapaJumlahsantripadasaatini?
Jumlah santri pada saat ini berjumlah 1600 santri putra putri denganunit Mts dan
MA
4. Apa yang bapak ketahui tentang upaya Kyai Burhanudin dalamupaya
pengembanganpendidikanIslam dan pesantren?
Beliau istiqomah dalam melakukannyadan secarasabarbeliau melakukannya,dan
juga beliau sukamelakukandakwar-dakwah.
5. Menurut ustad bagaimanacara mengetahui,gambarandan rahasia agar pesantren
tetap survive kaloborasipendidikansalaf dan modern?
Dengan cara kurikulum pendidikan yang bisa dilihat dari muatan mata pelajaran
yang tidak hanya menekankandari mata pelajaran nasional, akan tetapi terdapat
r
)
i
IJ
I
Tshrill Jrnnlahiltsclsnrltrr
Aiaran JmLSantri Jml.Rombel
z0tu2O!Z 1095 35
zo12r20t3 t;24 4t
I
I
13 Iernpat lbadah 2 2
t4 R.UKS 1 1 7
15 WC 100 90 10 10
16 Gudang 3 3
t7 R.Sirkulasi
18 TernpatOlahnaga t 7
19 R.Osis 2 2
20 R.Lainnya
No Keterangan lumlah
Pendidik
1 GuruPNSDiperbantukan
Tetap 10
2 GuruTetapYayasan 50
3 GuruHonorer 40
4 GuruTidakTetap
Teraga(ependiditan
1 Pimpinan 1
2 WakilPimpinan 2
3 ru I
4 Pustakawan 1
5 Laboran 1
Pergg:+*,
't
,l
"t
I
I
UJI REFERENSI
Nama :SandyMeylaz
NIM : 109011000134
DosenPembimbing : Bapak.Dr.Dimyati,M.Ag
\ (rhr
4 AbudinNata llmuP endidikanIslam, Jakarta:Kencan420l0,
cet.Ke-2.
\V"
5 MiSasono,dkk, Solusi Islam Atas Problem,aiko
Umat,Jakarta:GemalnsaniPress,1998.
6 Ahmad Munjin, Kajian Fiqih Sosial Dalam Bahtsul Masail,
Kediri: P.PLirboyo,2002.
7 Ahmad Syafi'ie Noor, Orientasi PengembanganPendidikan
Media Group, 2009.
PesantrenTradisional,Jakarta:Prenada
I AhmasFaiz, Pendidikanlslam, Basis PernbangunanUmat.
12.
Solo:Naashirussunnah.20
9 Amir Dalen Indnrkusuma, PengantarllmuPendidikan,Surabaya
: UsahaNasional,1997,cet.Ke-2.
1 0 AzyamafiiAzru Pendidikan Islam Tradisidan Modernisasi
Menuju Miliniem Barat, Ciputat: PT.LogosWacanaIslam, cet,
L.
"{
.E
1
unilwsi' Epanomi'
Jakarta:Kencana'
Kebijakan Publih dan llmu SosiolLainnya'
2008.
Kqita
Uammadin datr Abdullah AIY'
*A rvtu-ttutwtr
Islarn,Bandmg:PustakaSeti41998,cet' Ke-1'
ArulisisData' Iakafia:
RajaGrafindoPersada20 I t "
ngnn,Ya' Jakarta
: LogosWacanallmu,1999,cet' Ke-2'
Il*" Pendidikan Islam' Jal a: PT'BmiAlisara'
H.l/l ffi,
I 995.
Jakarta:BumiAksara"
dan Pembaruan
Media
PendiditrnnIslam di Indonesia,Jakarta:KencanaPrenada
Tengkar Pesantre.n:
Resolusi Konflik tfasyarakat Pesantren'Yogyakarta:Pilar
AsPekttYa'Jakarta:
ttam di
Indonesia,Iakarta:LSlK,I 996'
ol'on Sosial'
Yogyakarta:LkiSPelangiAksara,2007'
I
vI
30 MozaikPesantren,MetamodosisPesantren(Iradisi, Modernitas
dan Postradisionalisme),
Bandung:2005
Islam,kajian
3 1 MuhaimindanAbdul Muj ib, PemikiranPendidikan
Filosofi dan Kerangka Dasm Operasionalisasiny4Bandung:
Tiga Karya,1993.
32 MuhibbinSyah,Psilcologi Pendidikan denganpendekatan Baru,
Bandung PT RemajaRosdakary4
2006.
,q
F
I
I
cet.Ke4.
43 SahilunA. Nasir, Pendidikan Agama (Seiarah Dasar Huhtm
dan Masalahnya),Surabaya:YayasanMPAe 1981,
47
CV.Rajawali,lgBZ.
Syeikh Sajiaddan Syeikh Ali Ashrat Menyongsong
Ap
KeruntuhanPendidikanIslam, Bandung:RisalahPress,1993.
\
48 W.J.S. Poerwadaminta Kamus Urnutn Bahasa Indonesia
edisikctiga, Jakarta:BalaiPustaka"200T
,t
I
--j:--'--::--:=-
UJI REFERENSI
'?elaksanaan
Seluruh refenensi yang digunakan dalam peflulisan skripsi yang berjudul
Kolaborasi Fendidikan Sala$ dan Modern di Pondok Pesantren Qotrun Nada" yarig
disusunolehSandy Meylaz, NIM 109011000134JurusanPendidikanAgarnaIslam Fakultas
Ilnru Tarbiydr dan KeguruanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah diuji kebenarannyaoleh
dose'npembitnbingskripsi padatanggal 17 }.{arct2014
,. I
I
. ;I
.1
"l
r9
I
I
AGAMA
KEMENTERIAN No. Dokumen : FITK-FR-AKD-0BB
UINJAKARTA FoRM (FR) Tgl. Terbit : 5 Januari2009
fITK No. Revisi: : 00
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia Hal : 111
JURUSAN
SUNNTPERNYATAAN
Islam
rogran StudiPendidikanAg.ama
Ketua/Sekretaris Jurusan/P
menyatakanbahwa,
Nama : SandyMeylaz
NIM : 1 0 9 0110 0 0 1 3 4
Semester : 10(Sepuluh)
Iakuta, 17 Marct2}l4
Mengetahui, Ketua/SekretarisJurusan/Prodi
PenasehatAkade
,rr44*z!-
Drs. SaPiudinShidiq.M4
r2l00r
NrP. 194709021967 I ool
2oooo3
/NIP.1967o32s
i,/
j
KEMENTERIANAGAMA
UINJAKARTA
FITK FORM(FR)
Jl. lr. H. Juanda t'lo 95 Cipuaat15412 lndonesia
SURATBIMBINGANSKRIPSI
Nomor : Un.O1/F.
1/KM.01.3t........t2013 Jakarta,13 Februari2013
L a m p .: -
Hal : BimbinganSkripsi
KepadaYth.
Dr. Dimyati,M.Ag
Pembimbing
Skripsi
Fakultasllmu Tarbiyahdan Keguruan
UlN SyarifHidayatuttah
Jakarta.
Assalamu'alaikum wr.wb.
Denganini diharapkankesediaanSaudarauntukmenjadipembimbing| (materi/teknis)
penulisanskripsimahasiswa:
Nama SandyMeylaz
NIM 109011000134
Jurusan PendidikanAgamalslam
Semester Vlll (Delapan)
JudulSkripsi Kolaborasi Pendidikan Salafi dan Modern di pondok pesantren
Qotrun NadaDalam MeningkatkanBelajar Siswa
Judultersebuttelah disetujuioleh Jurusanyang bersangkutanpadatanggal13 Januari
2013,abstraksiloutline
terlampir.Saudaradapat melakukanperubahanredaksionalpadajudul
tersebut.Apabila perubahansubstansialdianggapperlu, mohon pembimbingmenghubungi
Jurusanterlebihdahulu.
Bimbinganskripsiini diharapkanselesaidalam waktu 6 (enam) bulan,dan dapat
diperpanjang
selama6 (enam)bulanberikutnyatanpasuratperpanjangan.
Atas perhatiandan kerjasamaSaudara,kamiucapkanterimakasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
q,Pendidikan
Agamalslam
96803071998031 002
Tembusan:
1. DekanFITK
2. Mahasiswaybs.