Laporan Praktikum Uji Antimikroba
Laporan Praktikum Uji Antimikroba
Laporan Praktikum Uji Antimikroba
1
BAB I
DASAR TEORI
2
proteus,enterobacter, klebsiella, serratia, dan strainstrain gram negatif lain
yang kemungkinan resisten terhadap antibiotik lainnya. Gentamisin tidak
memiliki efektifitas terhadap organisme anaerob (Katzung, 2010).
Gentamisin digunakan pada septikemia dan infeksi berat lain yang
disebabkan oleh bakteri gram-negatif aerob, infeksi saluran kemih, infeksi
saluran empedu, dan infeksi serius lain. Kombinasi gentamisin dengan beta-
laktam dapat digunakan untuk endokarditis bakterial. Gentamisin juga dapat
digunakan sebagai kemoprofilaksis pada operasi abdominal (Hardjosaputra
dkk, 2008). Tingginya penggunaan gentamisin yang tidak rasional yang
berlebihan dan tidak tepat guna sangat meningkatkan prevalensi patogen
yang resisten terhadap beberapa obat, serta meningkatnya toksisitas dan
efek samping obat, menurunnya efektifitas dan meningkatnya biaya
pelayanan kesehatan (Katzung, 2010).
5. Efek Samping
Gentamisin memiliki efek samping neurotoksisitas, ototoksisitas
(auditori dan vestibular), nefrotoksik (meningkatkan klirens kreatinin)
dengan kejadian lebih dari 10%. Edema, gatal, dan kemerahan adalah reaksi
samping yang terjadi pada kurang dari 10% pengguna. Efek samping lain
yang lebih jarang (< 1%) yaitu agranulositosis, reaksi alergi, dispnea,
granulositopenia, fotosensitif, pseudomotor serebral, dan trombositopenia
(Katzung, 2010). Gentamisin juga bersifat toksik pada berbagai organ
seperti ginjal, hepar, paru-paru, dan kulit karena menginduksi radikal bebas
dan stress oksidatif (Khan dkk, 2011).
3
yang sama (Sacher & McPherson, 2004). Kelemahan metode ini
yaitu hanya dapat digunakan untuk isolasi tipe organisme yang
b. Difusi agar
Metode difusi digunakan untuk menentukan aktivitas agen
antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan
pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan
berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih pada permukaan
media agar mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan
mikroorganisme oleh agen antimikroba (Pratiwi, 2008).`
Metode difusi agar dibedakan menjadi dua yaitu cara Kirby
Bauer dan cara sumuran.
2. Cara sumuran
c. Metode dilusi
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair dan
4
dilusi padat.
1) Metode dilusi cair
Metode ini mengukur KHM (Kadar Hambat Minimum)
dan KBM (Kadar Bakterisidal Minimum). Cara yang dilakukan
adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba
pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji
(Pratiwi, 2008).
5
Prinsip dasar metode ini adalah dengan cara memberikan bakteri /
kuman uji dengan kepadatan tertentu kepada bahan antibakteri yang akan
diuji pada konsentrasi yang semakin kecil. Kepekaan bahan uji terhadap
bahan anti-bakteri ditentukan dengan pengamatan secara makroskopis
setelah masa inkubasi berakhir yaitu dengan melihat ada tidaknya
pertumbuhan koloni kuman / bakteri uji dalam tabung ( medium cair ) yang
ditandai keruhnya medium cair yang dipakai (Pelczar, 1988).
6
efeknya masing-masing pada mikroorganisme tertentu (Microchemlab,
2105).
7
BAB II
PROSEDUR KERJA
8
2.4 Prosedur Kadar Hambat Minimum
1. Mengambil suspensi bakteri dari seluruh tabung jernih dengan menekan
pada dinding tabung
dan memutar dengan menggunakan cotton swab.
2. Mendekatkan plate ke bunsen untuk fiksasi
3. Melakukan streaking pada masing – masing plate (ada 3 plate yang sudah
diberi label)
4. Diplester dengan menggunakan plester rekat
5. Diinkubasi selama 18 – 24 jam
6. Mengamati hasil biakan bakteri pada plate.
9
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
Gambar 2. Tabung 1 terlihat lebih jernih dari K+ Gambar 3. Tabung 2 terlihat lebih jernih dari K+
Gambar 4. Tabung 3 terlihat lebih jernih dari K+ Gambar 5. Tabung 4 terlihat mulai keruh mendekati K+
10
Gambar 6. Tabung 5 terlihat keruh yang kekeruhannya sama dengan K+
3.1.3 Pembahasan
Dari hasil percobaan di atas dapat ditentukan KHM dengan
cara pengamatan kekeruhan secara visual. Dari masing-masing tabung
yang dibandingkan dengan kontrol positif (K+) di dapatkan tabung 4
dan 5 terlihat keruh yang berarti bakteri masih memiliki kemampuan
bertumbuh. Akan tetapi pada tabung 1-3 terlihat kekeruhannya mulai
berkurang yang berarti pertumbuhan bakterinya mulai terhambat.
11
Dari tabel 1 didapatkan bahwa konsentrasi 20 mg
gentamycin pada tabung 1 mendapatkan hasil paling jernih
dibandingkan dengan kontrol positif. Pada tabung 2 dengan
konsentrasi 10 mg gentamycin mendapatkan hasil yang lebih jernih
daripada kontrol positif. Sedangkan tabung 3 dengan konsentrasi 5 mg
gentamycin mendapatkan hasil yang lebih jernih dari kontrol positif.
Namun, pada tabung 4 dengan konsentrasi gentamycin yang lebih
sedikit lagi yaitu 2,5 mg didapatkan hasil cairan yang mulai berkurang
kejernihannya, dan terlihat hampir sama kekeruhannya dengan
kontrol positif. Dan tabung 5 dengan konsentrasi gentamycin yang
paling sedikit yaitu 1,25 mg didapatkan hasil yang kekeruhannya
sama dengan kontrol postif. Hal ini menandakan bahwa bakteri masih
memiliki kemampuan bertumbuh.
Sedangkan pada tabung 1-3 mulai berkurang kekeruhannya
yang berarti pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis yang
digunakan pada praktikum kali ini mulai terhambat oleh gentamycin
sebagai antibiotik yang menghambat sintesis protein dan
menyebabkan kesalahan translokasi kode genetik. Dengan ini, dapat
disimpulkan bahwa tabung 3 merupakan nilai konsentrasi hambat
minimumnya karena dengan konsentrasi paling sedikit yang masih
mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
12
Gambar 7. Hasil percobaan pada lempeng agar Mueller-Hinton pertama
Gambar 8. Hasil pada lempeng agar Mueller-Hinton kedua (kiri) dan ketiga (kanan)
13
Dari hasil pengamatan di dapatkan nilai KBM pada tabung 3
dengan konsentrasi gentamycin 5 mg. Hal ini dibuktikan dengan tidak
didapatkan koloni pada lempeng agar Mueller Hinton.
3.2.3 Pembahasan
Percobaan KBM menggunakan larutan yang berisi campuran
bakteri Streptococcus epidermidis dan antibiotik gentamycin yang
ditumbuhkan pada agar Muller Hinton. Terdapat tiga larutan yang
ditumbuhkan pada agar Muller Hinton. Ketiga larutan tersebut
merupakan larutan yang berwarna jernih ketika percobaan KHM.
Percobaan KBM menggunakan Tabung 1, Tabung 2, dan Tabung 3
pada percobaan KHM.
Dari hasil percobaan di atas dapat ditentukan KBM dengan cara
pengamatan apakah terdapat koloni atau tidak setelah diinkubasi selama
24 jam dengan suhu 35°C. Masing masing cawan petri dibandingkan
apakah terdapat koloni atau tidak.
Hasil pada tabel 2 memperliahtkan pada tabung 1 dengan
konsentrasi gentamycin 20 mg tidak didapatkan koloni pada agar
Muller Hinton. Tabung 2 dengan konsentrasi gentamycin 10 mg juga
tidak didapatkan adanya koloni ketika dilakukan pengamatan. Tabung
3 dengan konsentrasi gentamycin 5 mg memiliki hasil yang sama
dengan tabung-tabung sebelumnya, yaitu tidak didapatkan koloni. Hal
ini menandakan bahwa tidak terdapat bakteri Streptococcus
epidermidis yang hidup pada agar Muller Hinton.
Tidak adanya bakteri Streptococcus epidermidis yang hidup pada
cawan petri dengan konsentrasi gentamycin paling rendah menandakan
bahwa konsentrasi gentamycin tersebut merupakan Kadar Bunuh
Minimum. Percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
KBM terdapat pada tabung 3 dengan konsentrasi gentamycin 5 mg.
Pada percobaan kelompok 3 terdapat kesalahan dalam
menghitung koloni. Penghitungan koloni yang sesuai diharuskan
menggunakan colony counter, sedangkan penghitungan koloni pada
14
kelompok 3 hanya dilakukan dengan pengamatan visual. Pengamatan
visual yang digunakan tidak dapat menjadi acuan apakah dalam cawan
petri tersebut benar-benar tidak terdapat koloni. Karena ketika
dilakukan pengamatan secara visual tidak terdapat koloni, mungkin saja
ketika menggunakan colony counter didapatkan koloni S. epidermidis.
15
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, Robert F., 1980. General Microbiology. Second Edition. Times
Mirror/Mosby College Publishing.
Dorland. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed. 28. EGC. Jakarta.
Hardjosaputra, S.L.P., L. Purwanto., T. Kemalasari. 2008. Daftar Obat Indonesia.
Ed 11. Nusantara Lestari Ceriapratama. Jakarta
Jawetz et. al. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. EGC:Jakarta.
Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A. 2001. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi
XXII, diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Jawetz, E, J. melnick, et al. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Katzung, B.G. 2010. Farmakologi Dasar dan Kinik. Edisi 10. EGC. Jakarta
Khan, M.R., I. Badar., A. Siddiquah. 2011. Prevention of hepatorenal toxicity with
Sonchus asper in gentamicin treated rats. BMC Complementary and
Alternative Medicine. 11:113.
Mahon C.R, & Manuselis J.R. 1995. Textbook of Diagnostic Microbiology.
Philadelphia USA: WB Saunders Company.
Microchemlab. 2015. Minimum Bactericidal Concentration (MBC) Test.
Microchemlab [internet]. [diunduh 4 September 2018]. Tersedia pada:
http://microchemlab.com/test/minimum-bactericidal-concentration-
mbc-test
Pelczar, Michael, J., dan E.C.S. Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi I. UI Press,
Jakarta.
Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Ronald, A. Sacher. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
16