Panduan Kaji Banding
Panduan Kaji Banding
Panduan Kaji Banding
Halaman :
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Panduan ini disusun untuk menjelaskan mekanisme penyelenggaraan kunjungan
kegiatan kaji banding dan peninjauan puskesmas lain untuk mempelajari mendapatkan
pengalaman kegiatan uang serupa dalam proses bisnis mutu dan kinerja layanan kesehatan
yang diimplementasikan di UPT Puskesmas Leles Kabupaten Garut. Panduan yang
dijelaskan akan mencakup kebijakan dan uraian singkat proses pelaksanaan kegiatan yang
di jalankan puskesmas leles untuk berbagai pengalaman sebagai kaji banding pelayanan
mutu dan kinerja kesehatan dalam mempersiapkan kinerja puskesmas dan akselerasi
kesiapan akreditasi fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) puskemas, serta gambaran
implementasi peningkatan system manajemen mutu yang berkelanjutan dalam
penyelengaraan pelayanan kesehatn di puskesmas leles.
Regulasi peleyanan kesehatan FKTP puskesmas sebagai mana yang tercantum
dalam Permenkes nomor 75 tahun 2014 dan permenkes no 46 tahun 2015 bahwa pusat
kesehatan masyarakat yang selanjutkan di sebut puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama , dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehtan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Penyelenggaraan puskesmas perlu di tata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas,
keterjangkauan , dan kualitas pelayanan dalam rangka menngkatkan derajat kesehatan
masyarakat serta menyukseskan program jaminan social nasional. Dengan demikian dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan, puskesmas wajib di akreditasi secara berkala paling
sedikit 3 (tiga) tahun sekali yang bertujuan untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
b. Meningkatkan perlidungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan
lingkungannya, serta puskesmas sebagai institusi
c. Meningkatkan kinerja puskesmas, dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan
atau kesehtan masyarakat.
Oleh karena itu dalam rangka penataan ulang penyelenggaraan puskesmas untuk
kegiatan kaji banding sangat memungkinkan dilaksnakan oleh setiap FKTP puskesmas lain
yang belum di survei akreditasi maupun dalam upaya bisnis meningkatkan performance
kinerja puskesmas. Kegiatan kaji banding merupakan kesempatan untuik belajar dari
pengelolaan dan pelaksanaan di puskesmas yang lain, dan akan memberi manfaat bagi
kedua belah pihak untuk perbaikan pelaksanaan upaya/kegiatan puskesmas. Hasil kaji
banding ini berguna untuk memenuhi elemen penilaian dalam survey akreditasi (lampiran 1
permenkes 46/2015;bab I,III,VI;ep:1.3.2.4-5 dan 3.1.7.1-7 dan 6.1.6.1-7=16 ep)
Melakukan kaji banding ketersediaan sumber daya manusia dan tim/kelompok kerja (
pokja) mutu dengan kelengkapan manajemen administrasinya (SK, TUPOKSI,
STRUKTUR TIM MUTU, dll)
Mengetahui kaji banding ketersediaan sarana prasarana, maupun alkes dan obat
dalam persyaratan minimal dan implementasi mutu pada layanan kesehatan,
termasuk UGD, rawat inap yang meliputi system ADMEN, UKM, dan UKP.
Melaksanakan kaji banding kinerja puskesmas (PKP) dan system informasi,
komunikasi serta koordinasi internal maupun eksternal
Mangetahui kaji banding dokumen-dokumen mutu (dokumen eksternal/internal) serta
system pengendalian dokumen mutu dan dokumen elemen penilaian akreditasi
Melaksanakan kaji banding system tata graha dan lingkungan berisiko dalam
keselamatan klien puskesmas.
Mengetahui kaji banding system penganggaran dan pengeloaan aset.
Mengetahui kaji banding tatakala/manajemen waktu untuk persiapan yang cukup
dalam implementasi mutu untuk akreditasi
Mengetahui kaji banding tatanilai puskesmas dan komitmen bersama untuk
implementasi mutu yang berkelanjutan
Mengetahui kaji banding kebijakan peningkatan mutu dan keselamatan klien
puskesmas
Mengetahui kaji banding mekanisme perencanaan program dan proses peningkatan
mutu yang berkelanjutan (PDCA siklus)
C. RUANG LINGKUP
Lingkup panduan ini disusun berdasarkan kebutuhan persyaratan minimal standar
akrediatsi puskesmas, yang meliputi: persyaratan umum system manajemen mutu,
tanggung jawab manajemen , menejemen dan administrasi, manejamen sumber
daya, proses pelayana yang terdiri dari penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat, pelayanan klinis perseorangan, dan upaya kesehatan pengembangan
serta penunjang upaya kesehatan yang harus dilaksanakan.
Efektifitas pelaksanaan ruang lingkup kaji banding diatas, maka puskesmas lain yang
mempunyai rencana kaji banding ke upt puskesmas leles umtuk berbagi pengalaman
ini dengan 3 (tiga ) pase atau pilihan, yaitu;
1. Program peningkatan kinerja puskesmas (PKP), dapat dilaksanakannya
program dan kegiatan pelayanan kesehatan secara umum dengan baik sesuai
aturan pedoman pelaksanaan masing-masing program kegiatan pelayanan
kesehatan.
2. Implementasi mutu upaya kesehatan puskesmas akrediatsi (kaji banding
akreditasi/ KBA ), yaitu adanya manajemen mutu dan kinerja dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemenuha sarana prasarana
kesehatan, tatanilai dan kinerja maupun performance puskesmas untuk
mengembangkan profesionalisme dan proporsionlitas dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pelanggan.
3. Peninjauan puskesmas untuk mendorong akselerasi persiapan dalam survey
akreditasi, yaitu dengan dimengertinya dan meningkatnya perolehan asesmen
pada dokumen setiap elemen penilaian, serta terwujudnya performance tau
tata graha puskesmas yang mencukupi sarat minimal survey akrediatsi.
D. BATASAN OPRASIONAL
1. Dokumen adalah segala benda yang berbentuk barang, gambar, ataupun tulisan
sebagai bukti dan dapat memberikan keterangan yang penting dan absah.
2. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,
kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang
dicapai, maka tinggi efektifitasnya.
3. Efisiensi adalah sebagai kemampuan suatu unit pelayanan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, efisiensi selalu dikaitkan dengan tujuan organisasi yang harus
dicapai.
4. Kebijakan mutu adalah maksud dan arahan memnyeluruh dari suatu organiasi
tentang mutu yang di nyatakan secara resmi oleh manajmen puncak. Poin dalam
kebijakn ini haruslah mencakup komitemen untuk mengikutsertakan persyaratan
dan meningkatkan keefektipan secara terus menerus dari suatu system
manajemen mutu dan harus kinsisten dengan kebikjakan organisasi secara
keseleuruhan.
5. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi/ kesannya terhadap pelayanan yang telah
diterima.
6. Pasien adalah seorang individu yang mencari atau menerima
pelayanan/perawatan medis.
7. Pedoman/manual mutu adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah
langkah-langkah yang harus dilakukan dan merupakan dasar untuk menetukan
dan melaksanakan kegiatan.
8. Pelanggan adalah orang atau pasien yang dating ke puskesmas dengan maksud
dan tujuan serta harapan tertentu untuk mendapatkan pelayanan yang mereka
inginkan, dengan baik dan menyenangkan.
9. Perencanaan mutu adalah suatu proses kegiatan secara urut yang harus dilakukan
untuk mengatasi permaslahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan dengan memnafaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil
guna dan berdaya guna.
10. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses ( usaha, pembangunan, proyek). Antara sarana
dan prasarana tidak terlalu jauh berbeda, karena keduanya saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan . untuk membedakannya, sarana lebih ditunjukan kepada
benda-benda yang bergerak sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk benda-
benda yang tidak bergerak.
11. Proses adalah serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat
ditempuh berulang kali, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika ditempuh,
setiap tahapan itu secara konsiisten mengarah pada hasil yang di inginkan.
12. Rekaman adalah keterangna baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas,
anamnesa, penetuan fisik, laboratorium, dianosa segala pelayanan dan tindakan
medis yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap,
rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.
13. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat yang dapat dicapai
maksud atau tujuan pencapain proses pelayanan yang bermutu.
14. Sasaran mutu adalah target dari masing-masing layanan/ program yang ingin
dicapai dalam jangka waktu tertentu.
15. Tindakan korektif adalah tindakan perbaikan penting yang dilakukan untuk
menjamin system manajemen mutubebas dari permasalahan dalam segi
pelayanan medis maupun program dengan mengidentifiksai masalah,
menganalisis akar masalah, mencari bentuk perbaikan, dan pencegahannya, dan
melaporkan kepada pihak manjamen.
16. Tindakan preventif sebuah tindakan pencegahan penting yang dilakukan untuk
menjamin system manajemen mutu bebas dari permasalahan dalam segi
pelayanan medis maupun program dengan cara mengidentifikasi masalah,
menganalisisss akar masalah, mencari bentuk perbaikan dan pencegahannya,
dan melaporkannya kepada pihak manajemen.
E. LANDASAN HUKUM DAN ACUAN
Landasan hokum yang digunakan dalam menyusun panduan ini adalah :
1. Undang-undang republik Indonesia no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran,
lembaran Negara republik Indonesia tahun 2004 no 116;
2. Undang-undang republik Indonesia no 36 tahun 2009 tentang kesehasatan,
lembaran Negara republik Indonesia tahun 2009 no 144, tambahan lembaran
Negara republik Indonesia no 5063;
3. Undang-undang no 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, lembaran
Negara republik Indonesia tahun 2014 no 244, tambahan lembaran Negara
republik Indonesia no 5587;
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan (lembaran
Negara republik Indonesia tahun 1996 no 49, tambahan lembaran Negara republik
Indonesia no 3637);
5. Peraturan pemerintah no 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan
antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota (lembaran republik Indonesia tahun 2007 no 82, tambahan
lembaran republik Indonesia no 8737);
6. Peraturan pemerintah no 46 tahun 2014 tentang system informasi kesehatan;
7. Peratauran pemerintah no 66 tahun 2014 tentang kesehatan linkungan,;
8. Peraturan priseden no 72 tahun 2012 tentang system kesehatan nasioanl
(lembaran Negara republik Indonesia tahun 2012 no 193);
9. Peraturan mentri kesehatan no 741 tahun 2008 tentang standar pelayanan minimal
bidang kesehatan dikabupaten/kota;
10. Keputusan mentri kesehatan republik Indonesia no 857 tahun 2009 tentang
pedoman penilaian kinerja sumber daya manusia kesehatan puskesmas;
11. Pertauran mentri keehatan no 001 tahun 2012 tentang system rujuakn pelayanan
kesehtan perseorangan (berita Negara republik Indonesia tahun 2013 no 122);
12. Pertauran mentri kesehatan no 37 tahun 2012 tentang penyelengaraan
laboratorium puskesmas ( berita negara republik Indonesia tahun 2013 no 1118);
13. Peraturan mentri kesehatan no 30 tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian di puskesmas (berita Negara republik Indonesia tahun 2013 no 906);
14. Peraturan mentri kesehatan republik Indonesia no 59 tahun 2014 tentang standar
tariff pelayanan kesehatan dalam penyelenggraan program jaminan kesehatan;
15. Pertauran mentri kesehatan republik Indonesia no 75 tahun 2014 tentang pusat
kesehatan masyarakat;
16. Peraturan mentri kesehatan republik Indonesia no 46 tahun 2015 tentang
akreditasi puskesmas, klinik pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat
praktik mandiri dokter gigi;
17. Keputusan mentri kesehatan kpmenkes republik Indonesia no
HK.02.02/Menkes/52/2012 tentang rencana strategis kementrian kesehatan tahun
2015-2019;
18. Peraturan pemerintah no 23 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan badan
layanan umum sebagai mana telah diubah dengan peraturan pemerintah no 74
tahun 2012 tentang pengelolaan keuangan badan layanan umum, tambahan
lembaran Negara republik Indonesia no 4578;
19. Peraturan daerah kabupaten garut no 22 tahun 2008 tentang pembentukan dan
susunan organisasi secretariat daerah;
20. Keputusan kepala dinas kesehatan kabupaten garut no 050/507/TU tahun 2007
tentang penataan wiayah kerja puskesmas dinas kesehatan kabupaten garut;
21. Keputusan bupati garut no 060 tahun 2015 tentang penetapan unit pelaksana
teknis dinas puskesmas DTP dan NONDTP serta unit pelaksana tekhnis dinas
laboratorium kesehatan daerah sebagai unit kerja yang menerapkan status pola
pengelolaan keungan badan layanan umum daerah penuh;
22. Keputusan kepala puskesmas nomor 231 tahun 2017 tentang studi banding di UPT
Puskesmas Leles.
F. INDIKATOR KINERJA DAN SASARAN KAJI BANDING
Pelaksanaan kaji banding ini diharapkan puskesmas lain dan UPT Puskesmas Leles
sendiri dapat mencapai indikator-indikator program kesehatan yang ditetapkan
sebagai mana dalam sasaran mutu (PKP) yang tercantum pada instrument kaji
banding, adapun pencapaian indicator program kesehatan maupun sasaran dalam
kaji banding ini adalah terbangunnya system mutu pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan, antara lain:
Adanya manajemen yang baik dala penyelenggaraan pelayanan kesehatn
terhadap masyarakat sesuai dengan regulasi, pedoman, maupun SPO yang
ada
Pelayanan kesehatan dapat di sesuaikan dengan kebutuha yang ada
Masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan mudah dan
terjangkau serta saling menghormati
Mendorong pembangunan inovasi pelayanan publik
Mendorong pengembangan dan transfer inovasi pelayanan publik
Mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik
Meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik
Sasaran terbangunnya inovasi pelayanna publik
Terciptanya pengembangan dan transfer inovasi pelayanan publik
Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik
Terwujudnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik
Adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mengembangkan
profesionalisme dan proforsionalitas dalam memberikan pelayan kesehatan
masyarkat.
Contoh instrument kaji banding conversi dari format penilaian kinerja puskesmas
(PKP);
Tanggal pelaksanaan :
Tempat pelaksanaan :
CAKUPAN (%)
UPT
Target Puskesmas Keterangan
no Jenis kegiatan Puskesmas
(%) …xx… (Gap)
Leles
A Upaya promosi kesehatan
……….
B Upaya kesehatan
lingkungan
……….
C Upaya KIA/KB
………..
D Upaya perbaikan gizi
………..
E Upaya pencegahan P2m
…………
F Upaya pengobatan
………..
Contoh format identifikasi masalah/evaluasi hasil dari instrumen kaji banding :
IDENTIFIKASI MASALAH/EVALUASI
Program : Jiwa
Ttd pelaksana
II. STANDAR KETENAGAAN
A. KEDUDUKAN
1. Kepala TU Puskesmas Leles sebagai ketua Manajemen Mutu berada dibawah
pembinaan dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Garut.
2. Tim manajemen mutu UPT puskesmas leles berada dibawah pembinaan dan
bertanggung jawab kepada kepala UPt puskesmas leles yang terdiri dari wakil
manajemen mutu yang mengkoordinasikan Sekretaris, kelompik kerja mutu I/II/III
(Pokja:Admen/UKM/UKP) dan tim auditor internal dilingkup UPT Puskesmas
Lelesserta seluruh karyawan UPT puskesmas leles lainnya bertanggung jawab untuk
menerapkan seluruh persyaratan yang ada pada panduan kaji banding ini.
B. TUGAS
Tim manajemen mutu melaksanakan koordinasi atas seluruh kegiatan kaji banding untuk
berbagi pengalaman kepada puskesmas lain dalam proses kinerja dan implementasi
mutu pelayanan kesehatan serta proses akreditasi di UPT Puskesmas Leles, dan dalam
pelaksanaan tugas dibantu oleh tim Sekretaris, tim auditor internal dan pokja mutu
(admen/UKM/UKP) serta petugas unit-unit layanan di puskesmas.
C. FUNGSI
Tim manajemen mutu memastikan penerimaan tim kaji banding puskesmas lain dan
kunjungan ke puskesmas tujuan melaksanakan koordinasi secara intensif dalam waktu -
1 bulan sampai dengan -3 hari terhadap seluruh rencana persiapan atau kebutuhan
Puskesmas lain dan persiapan penerimaan di UPT puskesmas Leles atau peninjauan ke
puskesmas tujuan.
D. URAIAN TUGAS
Tim manajemen mutu dalam penerimaan kunjungan kaji banding dan peninjauan
puskesmas lain mempunyai uraian tugas antara lain:
1. Menerima surat/intruksi dari dinas kesehatan atau merespon kontak telepon/surat dari
puskesmas lain untuk kaji banding dan mengkoordinasikannya dengan dinas
kesehatan (bidang Yankesfar) serta mendaftrakan jadwal kunjungan/peninjauan
sesuai kesepakatan.
2. Menyiapkan akomodasi dan konsumsi pelaksanaan kaji banding
3. Menyiapkan Lay out
4. Menyiapkan jadwal acara
5. Menyiapkan materi dan pemateri
6. Pendokumentasian kaji banding
7. Menyimpan dokumen
8. Mengevaluasi penyelenggaraan
9. Memberikan respon dari saran atau pengaduan klien terhadap kepuasan klien kaji
banding
10. Melaporkan pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawabannya kepada pimpinan
manajemen mutu.
E. TANGGUNG JAWAB
Tim manajemen mutu bertanggungjawab untuk mengkoordinir seluruh kegiatan
penerimaan kunjungan maupun peninjauan kaji banding FKTP puskesmas:
1. Memastikan system manajemen penerimaan kunjungan maupun peninjauan dalam
rangka kaji banding ditetapkan, diimplementasikan, dan dipeliahara serta
berkesinambungan mutu pelayanan penerimaan kunjungan maupun peninjauan
puskesmas lain;
2. Melaporkan kepada manajemen kinerja dari system manajemen mutu dan kinerja
pelayanan penerimaan kunjungan maupun peninjuan puskesmas lain;
3. Memastikan kesadaran dan kesiapan seluruh karyawan UPT Puskesmas Leles
terhadap kebutuhan dan harapan peserta kaji banding di UPT Puskesmas Leles.
4. Membina dan melakukan hubungan baik dengan pihak peserta kaji banding dalam
hubungannya dengan system manajemen mutu dan standar.
F. WEWENANG
1. Mengawasi dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan penerimaan kunjungan maupun
peninjauan puskesmas lain dalam kaji banding.
2. Mengajukan usulan kepada pimpinan manajemen mutu tentang prosedur-prosedur
penyelenggaraan mutu penerimaan kunjungan maupun peninjauan ke puskesmas
lain.
III. STANDAR FASILITAS
KANDANGMUKTI LELES
JANGKURANG
CIPANCAR SALAMNUNGGAL
CANGKUANG
SUKARAME
DANO
LEMBANG
MARGALUYU
HARUMAN
0 0,5 1 CIBURIAL
miles
KET :
ORANGGE : PUSKESMAS
KUNING : POSKESDES
BIRU : PUSTU
ANGGARAN BIAYA
Penyelenggaraan kaji banding (phase/pilihan II) berdasarkan SK kepala UPT
puskesmas leles tahun 2017 tentang kaji banding di UPT puskesmas tentang
kegiatan penerimaan peserta kaji banding bagi puskesmas di wilayah kerja
UPT puskesmas leles tahun 2017, dan keputusan bupati garut nomor 1172
tentang tarif layanan pad unit pelaksana teknis dinas puskesmas DTP dan non
DTP dengan status pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah
penuh :
Sarana dan prasarana Rp. 100.000 poer orang
kit kaji banding (plakat, manual mutu, PKP, instrument SA, panduan
benchmarking, instrument tindak lanjut, instrument survey kategorisasi
puskesmas, instrument survey persyaratan minimal puskesmas) jumlah
minimal peserta kaji banding di UPT puskesmas leles adalah 25 – 30 orang.
V. PENGENDALIAN MUTU
Dilakukan evaluasi penyelenggaraan dengan membagikan kuesioner kepada
peserta dan meng up date perkembangan terbaru system akreditasi dari regulasi
terkini.
VI. PENUTUP
Demikian panduan ini dibuat dalam penyelenggaraan kaji banding di UPT
puskesmas leles sebagai upaya berbagai pengalaman dalam pelaksanaan
manajemen mutu untuk peningkatan kinerja dan implementasi mutu yang
berkelanjutan dan terakreditasi nasional pada level FKTP Puskesmas, semoga
bermanfaat.