BAB II Fraktur Intertrochanter
BAB II Fraktur Intertrochanter
BAB II Fraktur Intertrochanter
PENDAHULUAN
Klasifikasi fraktur ada dua jenis yaitu fraktur tertutup dan frakturterbuka.
Fraktur tertutup yaitu bila tidak terdapat hubungan antara fragmentulang dengan
dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka yaitu bila terdapathubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Bentuk-bentuk perpatahan
antara lain transfersal , oblique, spiral, kompresi atau crush, comminuted dan greenstick.2
umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau
luka yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Mobilisasi yang lebih banyak
pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang
mayor terdapat musculus gluteus medius dan minimus (ekstensi dan abduksi
panggul).3
1
Untuk mendiagnosis fraktur, pertama-tama dapat dilakukan anamnesis
baik dari pasien maupun pengantar pasien. Informasi yang digali adalah
Pemeriksaan fisik yang dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu look,
pembengkakan dan lain-lain. Palpasi dilakukan untuk menilai area rasa sakit,
dari ekstrimitas termasuk warna, suhu, perfusi, perabaan denyut nadi, capillary
fraktur diberlakukan rule of two, yaitu : dua sudut pandang, dua sendi, dua
2
BAB II
STATUS PENDERITA
2.1. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Turen
Status perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal MRS : 22 agustus 2018
No. Reg : 455272
2.2. Anamnesa
1. Keluhan utama : Paha kiri terasa nyeri kalau berjalan.
Keluhan penyerta : bengkak pada paha
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kanjuruhan pada tanggal 22 agustus
2018 dengan keluhan sakit pada paha kiri, nyeri dirasakan sejak 1
minggu yang lalu setelah pasien jatuh dari kursi saat akan duduk, nyeri
dirasakan saat berjalan dan berkurang saat istirahat, kemudian pasien
dibawa ke rumah sakit Bokor, pasien diminta dilakukan pemeriksaan foto
rontgen dan didapatkan fraktur collum femur sehingga pasien dirujuk ke
RSUD Kanjuruhan.
3. Riwayat penyakit dahulu
• Diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu, rutin kontrol dan minum
obat.
4. Riwayat pengobatan
• Metformin dan glibenclamid
3
5. Riwayat Keluarga
• Trauma (-)
• Operasi (-)
• DM (-)
• Hipertensi (-)
6. Riwayat Kebiasaan
Makan : 3-4 kali sehari.
Alkohol : (-)
Olahraga : (-)
Merokok : (-)
7. Riwayat Alergi : tidak ada
4
8. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-).
9. Paru
Inpeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri.
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor | sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-).
10. Jantung
Inpeksi : iktus kordis tak tampak
Palpasi : iktus kordis tak kuat angkat
Perkusi :
Batas kiri atas : SIC II 1 cm linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : SIC II linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : SIC V medial Linea midclavicula sinistra
Batas kanan bawah : SIC IV linea para sternalis dekstra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).
11. Abdomen
Inpeksi : perut datar, tidak tampak adanya massa
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
5
12. Ekstremitas
Status Lokalis: Regio Femur Sinistra
• Look : Warna kulit sedikit memerah, deformitas (+), pemendekan
dan rotasi eksternal, oedema/pembengkakan (+), tidak ada
luka/lesi/vulnus (-).
• Feel : Suhu teraba hangat (+) Nyeri tekan setempat (+),
deformitas (+), krepitasi (-), oedem (+), sensibilitas (+), pulsasi a.
tibialis posterior (+), pulsasi a. dorsalis pedis (+), capileri refil time
<2 detik.
• Move : Active ROM Hip terbatas karena nyeri
Active ROM Genu terbatas karena nyeri
Active ROM Ankle (+) 30/45
• True leg length: kanan 80 cm, kiri 77 cm
Foto klinis
13. Genitalia
Dalam batas normal
2.4. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Kanjuruhan pada tanggal 22 agustus
2018 dengan keluhan sakit pada paha kiri, nyeri dirasakan sejak 1
minggu yang lalu setelah pasien jatuh dari kursi saat akan duduk, nyeri
dirasakan saat berjalan dan berkurang saat istirahat, kemudian pasien
6
dibawa ke rumah sakit Bokor, pasien diminta dilakukan pemeriksaan foto
rontgen dan didapatkan fraktur collum femur sehingga pasien dirujuk ke
RSUD Kanjuruhan. RPD: Diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu, rutin
kontrol dan minum obat. Riwayat pengobatan: Metformin dan
glibenclamid.
Pemeriksaan Fisik, Keadaan Umum: Cukup, kesadaran compos mentis
(GCS 456). Tekanan darah: 140/75 mmHg. Nadi: 75 x/menit. RR: 18 x
/menit, Suhu: 36,4 oC. Status Lokalis: Regio Femur Sinistra (Look):
Warna kulit sedikit memerah, deformitas (+), pemendekan dan rotasi
eksternal, oedema/pembengkakan (+), tidak ada luka/lesi/vulnus (-).
(Feel) : Suhu teraba hangat (+) Nyeri tekan setempat (+), deformitas (+),
krepitasi (-), oedem (+), sensibilitas (+), pulsasi a. tibialis posterior (+),
pulsasi a. dorsalis pedis (+), capileri refil time <2 detik. (Move): Active
ROM Hip terbatas karena nyeri, Active ROM Genu terbatas karena nyeri,
Active ROM Ankle (+) 30/45, True leg length: kanan 80 cm, kiri 77 cm.
7
Foto Rontgen Region AP
c. EKG
2.8. Planing Terapi
1. Terapi Konservatif
Immobilisasi: Bidai.
2. Terapi Farmakologis
- Analgetik : Ketorolac inj 3x30 mg
- Antibiotik : Cefoperazone 2x1 gr
3. Terapi operatif
- Pro Orif
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. ANATOMI
9
femur, berakhir menjadi dua condylus, epicondylus medialis dan
5
epicondylus lateralis yang melengkung bagaikan ulir.
3.2 Fraktur
yang diakibatkan oleh trauma langsung atau tidak langsung maupun patologis.
Fraktur dapat bersifat tunggal maupun multiple dimana pada fraktur ini dapat
10
mengenai beberapa tulang yang terjadi secara bersamaan dan dapat menimbulkan
Fraktur atau yang dikenal dengan istilah patah tulang, biasanya disebabkan
oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang dan
jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
disebut lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap atau komplit apabila patah
tulang mengenai seluruh ketebalan tulang, sedangkan fraktur tiding lengkap atau
inkomplit merupakan fraktur yang tidak mengenai seluruh ketebalan tulang (Price,
dengan kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma
kelainan patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada tulang yang
lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang sering kali tampak
penurunan densitas.
3) Fraktur stress : terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu.
11
Secara umum, keadaan fraktur secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
melalui luka pada kulit dan jaringan lunak depat berbentuk from within (dari
dalam) atau fram without (dari luar). Secara klinis pembagian derajat patah
Garis patah sederhana dengan luka kurang atau sama dengan 1 cm bersih
Garis patah sederhana dengan luka > 1 cm, bersih, tanpa kerusakan
Patah tulang yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak luas termasuk
kulit, otot, syaraf, pembuluh darah. Patah tulang ini disebabkan oleh gaya
derajat III:
- Luka tembak.
- Gangguan neurovaskuler.
12
- Amputasi traumatika.
Derajat IIIA : bila patah tulang masih dapat ditutup dengan jaringan
lunak.
yang bersifat patologis dan hilangnya fungsi tulang sebagai organ penyangga.
yang cukup maka akan menyebabkan rasa nyeri. Kemudian akan dilepaskan
senyawa-senyawa tubuh dari sel-sel yang rusak, yang disebut mediator nyeri,
lain ion H+, ion K+, histamin, asetilkolin, serotonin, bradikinin, dan prostaglan,
13
- Setelah terjadi fraktur, pergeseran tulang atau fragmen pada ekstremitas
- Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya akibat
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
- Saat bagian fraktur diperiksa dan dilakukan perabaan dapat ditemukan adanya
krepitasi yang muncul karena gesekan antara fragmen satu dengan yang
lainnya. Uji krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan jarngan lunak yang lebih
berat.
- Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat
pada area di antara trochanter mayor dan trochanter minor yang bersifat ekstrakapsular.2
1. Fraktur intrakapsuler
2. Fraktur ekstrakapsuler
a. Terjadi diluar sendi dan kapsul, melalui trochanter femur yang lebih
besar atau yang lebih kecil atau pada daerah intert rochanter.
14
b. Terjadi dibagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2
1. Anamnesis
aktivitas tertentu atau pada kondisi trauma. Beberapa hal penting yang
perlu ditanyakan :
15
- Kebiasaan makan yang buruk dapat menimbulkan gangguan sistem
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Observasi wajah pasien yang tampak menahan sakit, gaya berjalan yang
tidak seperti orang biasa. Pasien dengan displaced fraktur collum femur
biasanya tidak dapat berdiri atau biasanya dibawa dengan tempat tidur.
pada kaki yang fraktur, selain itu juga tampak terputar ke arah luar
(eksorotasi). Lihat juga apakah terjadi atrofi otot pada kaki yang
mengalami fraktur.
Palpasi
Tentukan titik nyeri tekan di region panggul dan inguinal bagian depan.
Range of Motion
16
Pemeriksaan Sensoris
kerusakan saraf.
Kekuatan Otot
berfungsi dengan cedera saraf. Tes fleksi (L2, L3), ekstensi (L5, S1,
Tata Laksana
1. Terapi konservatif
– Proteksi
– Traksi
2. Terapi operatif
– ORIF
17
Segera lakukan foto x-ray dengan posisi antero-posterior dan lateral.
3. Rehabilitasi Medik
Waktu Treatment
Tindakan pencegahan
Menghindari passive ROM
Kekuatan otot
Isometric exercises pada m.gluteus dan m.quadriceps
Weight bearing
Weight bearing sesuai toleransi untuk fraktur yang
stabil. Toe-touch sampai partial weight bearing atau
non-weight bearing untuk fraktur tidak stabil.
18
Tindakan pencegahan
Menghindari berdiri pada kaki yang cedera tanpa
bantuan.
Menghindari passive ROM.
Range of Motion
Active ROM pada hip dan knee. Hip difleksikan
mencapai 900.
Kekuatan otot
Isometric exercises pada glutei, quadriceps dan
hamstrings.
2 Minggu
Aktivitas fungsional
Tergantung pada weight bearing, patien melakukan
tranfer stand-pivot atau menggunakan ekstremitas
tang dterkena selama transfer. Untuk ambulasi,
menggunakan alat bantu.
Weight bearing
Tergantung prosedur, weight bearing sesuai
toleransi. Non-weight bearing sampai partial weight
bearing, sampai toe-touch untuk fraktur yang tidak
stabil.
Tindakan pencegahan
Menghindari puntiran atau putaran pada sisi fraktur.
19
hamstrings. Active resistive exercise pada
quadriceps, glutei dan hamstrings, jika gerak sendi
mempuntai toleransi yang baik.
Aktivitas fungsional
Tergantung dari weight bearing, transfer stand-pivot
atau weight bearing sesuai toleransi pada ekstremitas
yang terkena selama transfer. Ambulasi dengan alat
bantu.
Weight bearing
Weight bearing sesuai toleransi untuk fraktur yang
stabil. Partial weight bearing, non-weight bearing
sampai toe-touch untuk fraktur yang tidak stabil.
Tindakan pencegahan
Tidak ada
Range of Motion
Melanjutkan active, active-asisstive ROM. Memulai
passive ROM dan pemanasan pada hip dan knee.
Kekuatan otot
Progressive resistive exercises pada hip dan knee.
8 sampai 12 minggu
Aktivitas fungsional
Pasien menggunakan ekstremitas yang diliputi
dengan weight bearing sesuai toleransi atau weight
bearing yang penuh selama transfer dan ambulasi.
Menghentikan penggunaan alat bantu.
Weight bearing
Penuh
12 sampai 16 minggu Tidak berubah
20
Komplikasi fraktur
Komplikasi lokal pada fraktur dapat timbul secara dini maupun lanjut
Komplikasi dini pada fraktur
Tulang : infeksi
Jaringan lunak
Otot dan tendon robek
Cedera vaskular
Cedera saraf
Sendi
Hemartrosis dan infeksi
Cedera ligament
Komplikasi lanjut pada fraktur
Tulang
Nekrosis avaskular
Delayed union dan non-union
Mal-union
Jaringan lunak
Tendinitis dan rupture tendon
Tekanan dan terjepitnya saraf
Sendi
Kekakuan
Pasien dengan fraktur intertrochanter femur mempunyai resiko
menderita penyakit tromboemboli dan mempunyai resiko kematian, sama
halnya pada fraktur colum femur. Selain itu resiko osteonekrosis dan non-
union minimal, karena suplai darah yang baik pada regiofemur.7
21
DAFTAR PUSTAKA
22