Panduan Kewaspadaan Isolasi
Panduan Kewaspadaan Isolasi
Panduan Kewaspadaan Isolasi
KEWASPADAAN ISOLASI
A. Latar Belakang
Infeksi rumah sakit atau Healthcare Associated Infaction (HAIs) merupakan infeksi yang
didapat dari pekerjaan, dimana hal tersebut menjadi masalah penting diseluruh dunia yang
meningkat (Alvarado, 2000). Sebagai perbandingan bahwa tingkat infeksi rumah sakit yang
terjadi di beberapa negara Eropa dan Amerika rendah yaitu sekitar 1% dibandingkan dengan
kejadian di negara-negara Asia yang tinggi hingga mencapai 40% (Lynch dkk, 1997).
Di Indonesia telah dikeluarkan surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
27/Menkes/SK/III/2017 tentang Pelaksanaan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di
Rumah Sakit Maupun Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain sebagai upaya untuk memutus
siklus penularan penyakit dan melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan
masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, baik dirumah sakit atau fasilitas pelayanan
keseahatan lainnya. Sedangkan petugas kesehatan termasuk petugas pendukung seperti
petugas laboratorium, rumah tangga, CSSD, pembuangan sampah, laundry dan lainnya juga
terpajan pada risiko besar terhadap penyakit. RSIA Limijati berkomitmen untuk
meminimalisasikan pencegahan dan pengendalaian infeksi rumah sakit salah satunya dengan
adanya fasilitas kesehatan kewaspadaan isolasi yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkan transmisi agar tidak terjadi infeksi, serta adanya edukasi dan pelatihan seluruh
petugas mengenai kewaspadaan isolasi khususnya bagi ruangan atau unit yang memiliki
ruang isolasi.
B. Definisi
1. Perkembangan Kewaspadaan
Kewaspadaan standar atau Standar Precautions disusun oleh CDC tahun 1996 dengan
menyatukan Universal Precution atau kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh
(1985) untuk mengurangi risiko infeksi terhadap patogen yang berbahaya melalui darah
dan cairan tubuh lainnya dan Body Subtance Isolation (BSI). Kewaspadaan standar
dirancang untuk mengurangi risiko terinfeksi penyakit menular pada petugas kesehatan
baik dari sumber infeksi yang diketahui meupun yang tidak diketahui.
2. Macam-Macam Kewaspadaan Isolasi
a. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar dirancang untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan
seluruh pasien dalam rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik
terdiagnostik infeksi, diduga terinfeksi atau kononisasi.
Kewaspadaan standar untuk pelayanan semua pasien. Kategori I meliputi :
1) Kebersihan tangan/Handhygiene
2) Alat pelindung diri (APD) : sarung tangan, kacamata pelindung, gaun/apron dan
sepatu pelindung
3) Peralatan perawatan pasien
4) Pengendalian lingkungan
5) Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6) Kesehatan karyawan/pelindungan petugas kesehatan
7) Penempatan pasien
8) Hygiene respirasi/etika batuk
9) Praktek penyuntikan yang aman
10) Praktek untuk lumbal punksi
b. Kewaspadaan Bedasarkan Transmisi
Kewaspadaan berdasarkan trnsmisi untuk memutus mata rantai transmisi mikroba
penyebab infeksi yang diterapkan terhadap pasien yang diketahui maupun dugaan
terinfeksi atau terkolonisasi pathogen yang dapat ditransmisikan lewat udara, droplet
dan kontak dengan kulit atau permukaan terkolonisasi. Jenis kewaspadaan
berdasarkan transmisi :
1) Kontak
2) Melalui droplet
3) Melalui udara (Airborne)
4) Melalui common vechicle (makanan, air, obat, alat dan peralatan)
5) Melalui vector (lalat, nyaman dan tikus)
Kewaspadaan transmisi dapat dilaksanakan secara terpisa ataupun kombinasi dengan
kewaspadaan standar seperti kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan menggunakan sabun ataupun dengan cairan antiseptic
berbasis alcohol, memakai sarung tangan sekali pakai bila kontak dengan cairan
tubuh, apron pelindung dipakai bila terdapat kemungkinan terkena percikan cairan
tubuh dan memakai masker.
1) Kewaspadaan transmisi kontak
Cara transmisi sering menimbulkan HAIs, untuk risiko transmisi mikroba yang
secara epidemiologi ditransmisikan melalui kontak langsung atau tidak langsung.
Kontak langsung meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang yang
rentan, petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi. Misalnya perawat
membalikan tubuh pasien, memandikan, membantu pasien bergerak, dokter bedah
dengan luka basah saat menggantikan verban, petugas tanpa sarung tangan
merawat oral pasien HSV atau scabies.
Transmisi kontak tidak langsung terjadi kontak antara orang yang rentan dengan
benda yang terkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan, instrument yang
terkontaminasi, jarum kasa, tengan terkontaminasi dan belum dicuci atau sarung
tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan yang lainnya dan
melalui mainan anak. Kontak sengan cairan sekresi pasiien terinfeksi yang
ditransmisikan melalui tangan petugas atau benda mati dilaingkungan pasien.
2) Kewaspadaan transmisi droplet
Kewaspadaan transmisi droplet merupakan kewaspadaan standar dengan infeksi
yang diketahui atau suspek mengidap mikroba yang dapat ditransmisikan melalui
droplet ( >5µm). droplet yang besar dapat melayang di udara dan akan jatuh
dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi droplet dapat melibatkan kontak
konjungtiva atau mucus membrane hidung, mulut yang berasal dari pasien yang
mengidap atau carrier dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, bicara selama
tindakan bronkoskopi dibutuhkan jarak dekat dengan sumber atau respien < 1m.
droplet tidak bertahan diudara maka dibutuhkan penanganan khusus udara atau
ventilasi misalnya Adenovirus.
Transmisi droplet langsung dapat mencapai mucus membrane atau terinhalasi,
sedangkan transmisi droplet kontak dapat mengkontaminasi permukaan tangan
dan ditransmisikan ke sisi lain misalnya mukosa memberane. Transmisi jenis inin
sering terjadi daripada transmisi droplet langsung, misalnya commoncold,
respiratory syncitial virus (RSV), dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin,
bicara, intubasi endotrakeal, batuk akibat induksi fisioterapi dada dan resusitasi
kardiopulmonal.
3) Kewaspadaan transmisi udara (Airborne)
Kewaspadaan transmisi melalui udara (kategori IB) merupakan kewaspadaan
standar untuk pasien yang diduga atau telah diketahui terinfeksi mikroba yang
secara epidemiologi penting dan ditransmisikan melalui jalur udara. Misalnya
seperti transmisi partikel trinhalasi (Varicella zozter) langsung melalui udara.
Kewaspadaan ini untuk menurunkan risiko transmisi udara transmisi udara
mikroba penyeban infeksi baik yang ditransmisikan berupa droplet nuclei (sisa
partikel kecil < 5µm evaporasi dari droplet yang bertahan lama di udara) atau
partikel debu yang mengandung mikroba penyebab infeksi mikroba tersebut akan
terbawa aliran udara > 2m dari sumber dapat terinhalasi oleh individu rentan di
ruangan yang sama dan jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada factor
lingkungan, misalnya penanganan udara atau ventilasi yang penting dalam
pencegahan transmisi melalui udara, droplet nuclei atau sisik kulit luka
terkontaminasi (S. aureus).
Penggunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang mengidap penyakit
infeksi menular yang dianggap mudah menular, immunocompromaise dan penyakit berbahaya.
Pelaksana panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien dan keluarga.
Setiap pasien dengan infeksi menular dan dianggap berbahaya dirawat diruang terpisah dari
pasien lainnya yang mengidap penyakit bukan infeksi.
Penggunaan alat pelindung diri diterapkan kepada setiap pengunjung dan petugas kesehatan
terhadap pasien yang dirawat di kamar isolasi.
Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan penurunan system imun
1 di ruang (terpisah) isolasi rumah sakit.
dikarenakan pengobatan atau penyakitnya, dirawat
Pasien yang tidak termasuk kriteria diatas dirawat diruang rawat inap biasa
Pasien yang dirawat di ruang isolasi, dapat di pindahkan keruang rawat inap biasa apabila telah
dinyatakan bebas dari penyakit atau menurut petunjuk dokter penanggung jawab pasien.
BAB III
TATALAKSANA
Apron
Untuk melindungi baju
dari kontak dengan
pasien terutama cairan
tubuh pasien.
Peralatan untuk Bila memungkinkan Tidak perlu Transmisi pada TB
perawatan pasien peralatan nonkritikal penanganan udara Sesuai dengan
dipakai untuk 1 secara khusus karena pedoman TB CDC
pasien dengan infeksi mikroba tidak
mikroba yang sama bergerak jauh.
jika tidak
memungkinkan
peralatan nonkritikal
seperti thermometer
dan stetoskop setelah
dipakai dibersihkan
dan didisinfeksi
terlebih dahulu
dengan menggunakan
alhokol 70%.
B. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah 3 atau 6 bulan sudah sejauhmana kewaspadaan tersebut terlaksana
dilapangan dan bias dilihat dari hasil monitoring tersebut yang kemudian untuk ditindak
lanjuti melalui rapat koordinasi antar unit.