Bab 8

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

Bab 8

Materialitas

Materilaitas merupakan besarnya informasi akuntansi yang bergantung pada ukuran dan
sifatnya serta jika terjadi suatu kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat pos pos laporan keuangan, baik secara sendiri sendiri maupun secara
bersamaan, yang dapat mempengaruhi keputusan keputusan ekonomi pengguna laporan
keuangan.

Materialitas dan rules based standard

Rules based standards merupakan Standar akuntansi berbasis aturan (rule based
accounting standard) adalah sebuah sistemakuntansi di mana aturan rinci menentukan
bagaimana standar akuntansi harus diterapkan untuk berbagai kegiatan usaha. Prinsip
akuntansi yang berlaku umum di AS (GAAP) dianggap sebagai sistem berbasis aturan.
Standar ini kurang memberikan keleluasan dibandingkanstandar akuntansi berbasis
prinsip.

Kelemahan Standar Berbasis Peratutan (Rule Based standart)


Beberapa kelemahan dari standar yang berbasis aturan antara lain :
Standar berbasis aturan selalu dirasa kurang lengkap.
Karena eksplesit, standar akuntasi berbasis aturan beresiko berumur pendek karena
turbulensi perubahan lingkungan akuntansi.
Terasa over-regulated atau berlebihan oleh pengguna standar.
Garis Besar Haluan Standar Akuntansi (GBHSA) terbesar antara lain adalah penyusunan
standar akan standar berbasis aturan (Rule based) atau standar berbasis prinsip (Principle
based). Perdebatan mengenai principal based dan rules based telah berlangsung selama
lebih dari satu decade. Proses konvergensi IASB dengan FASB terus berjalan untuk
menghilangkan perbedaan mendasar dari dua standar akuntansi dunia tersebut.

Oleh karena itu,auditor wajib menggunakan kewaspadaan dan kearifan profesionalnya,


auditor dapat menjelaskan inkonsistensi dalam dua jawaban yang kontradiktif, dan
memberikan jawaban akhir atas pertanyaan : apakah salah saji tersebut material?

Proses penentuan materialitas

1. Langkah pertama, yaitu mempelajari informasi informasi yang berkenaan dengan


laporan keuangan yang akan diauditnya. Auditor mengidentifikasi risiko salah saji : pada
akun mana, atau tentang pengungkapan apa, dalam laporan keuangan yang mana
( laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan seterusnya). Dalam langkah pertama ini,
auditor seperti membaca peta lencana, dan berusaha melokalisasi wilayah bencana.
2. Langkah yang kedua, auditor mengubah titik pandangnya kepada pengguna laporan
keuangan, dimana mereka menggunakan laporan keuangan untuk mebuat berbagai
macam keputusan ekonomis, seperti menanam modal dalam perusahaan tersebut,
berbisnis dengan entitas, meminjamkan uang, dan lain lain. Langkah kedua dalam proses
menetapkan besarnya materialitas besifat konseptual. Auditor tidak betul betul bertemu
dengan investor dan mengajukan pertanyaan. Proses konseptual imajinatif ini bisa disebut
dengan fictie. Contohnya seperti membaca analisis yang dibuat para analis pasar modal
tentang prospek PT Tbk ABC dan masalah yang dihadapi. Atau, auditor mempelajari
rekasi pimpinan perusahaan jika terjadi “ bencana”, seperti sanksi hukum ( tuntutan ganti
rugi korban bencana lapindo), putusan pengadilan, kehilangan pemasok penting atau
pelanggan besar.
3. Langkah ketiga, menentukan besarnya materialitas. Dimana terdapat ambang batas
yang disebut dengan” materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh “ disingat “
overaall materiality “, dimana tidak didasarkan pada penilaan risiko audit, namun
ditentukan sepenuhnya oleh pemahaman auditor mengenai reasonable user. Secara
konseptual, materialitas menyeluruh sama dengan materialitas yang digunakan pengguna
laporan keuangan.

Materilaitas dalam proses audit

Terbagi menjadi 4 tahap :


1. Risk assesment ( penilaian risiko)
2. Risk respone ( menanggapi risiko)
3. Reporting ( pelaporan)

Materialitas pada dua tingkat

Konsep materialitas pada dua tingkat


 Tingkat laporan keuangan secara menyeluruh ( financial statement level)
 Tingkat saldo akun, jenis transaksi, dan pengungkapan ( account balance, class of
transactions, and disclosure level)

Ditingkat laporan keuangan, pengguna laporan mempunya keipentingan. Dalam


melaksanakan auditnya, auditor harus turun ke tingkat kedua untuk memastikan apakah
saldo akun, transaksi, dan pengungkapan sudah disajikan sesuai dengan asersi yang
dibuat manajemen.

Oleh karena itu, auditor harus menetapkan materialitas untuk unsur unsur laporan
keuangan. Jika tingkat pertama bersifat overall, tingkat kedua specific.

Dalam melaksanakan auditnya

Sebelum audit dimulai, dapat dihitung dengan rumus AR=RMM X DR

Anda mungkin juga menyukai