Kebijakan KLB
Kebijakan KLB
Kebijakan KLB
TENTANG
PANDUAN KLB
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAIBONAT,
Hal 1 dari 33
2007;
MEMUTUSKAN
Hal 2 dari 33
Peraturan Direktur RS Umum Daerah Naibonat
Nomor : 2016
Tanggal : 2016
Tentang Panduan KLB
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Mencegah meluasnya (penanggulangan)
b. Mencegah terulangnya KLB dimasa yang akan mencegah
dating (pengendalian )
2. Tujuan Khusus :
a. Diagnosis kasus yang terjadi dan
mengidentifikasipenyebab penyakit.
b. Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
C. PENGERTIAN
Hal 3 dari 33
Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang
Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :
1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak
ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus
selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian/kematian > 2 kali dibandingkan
dengan periode sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan
kenaikan >2 kali bila dibandingkan dengan angka rata-rata
per bulan tahun sebelumnya
5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan
kenaikkan > 2 kali dibandingkan angka rata-rata per bulan
tahun sebelumnya.
BAB II
Hal 4 dari 33
TATA LAKSANA
Hal 5 dari 33
BAB III
PENUTUP
Hal 6 dari 33
PEMERINTAH KABUPATEN KUPANG
KEPUTUSAN DIREKTUR
TENTANG
Hal 7 dari 33
MEMUTUSKAN
Hal 8 dari 33
Lampiran
Keputusan Direktur RSUD
Naibonat
Nomor : …………/2016
Tanggal : ……… 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
• Mencegah meluasnya (penanggulangan).
• Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang
(pengendalian).
b. Tujuan khusus :
• Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi
penyebab penyakit .
• Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB,
Hal 9 dari 33
• Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
• Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
• Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang
beresiko akan terjadi KLB (CDC, 1981; Bres, 1986).
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan penanganan kejadian luar biasa di RSUD
Naibonat meliputi:
a. Persiapan penelitian lapangan.
b. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB.
c. Memastikan Diagnosis Etiologis
d. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
e. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu dan tempat.
f. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika
diperlukan).
g. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
h. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB
i. Merencanakan penelitian lain yang sistimatis
j. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan.
k. Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan
komplikasi.
l. Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan
setempat dan kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi
Hal 10 dari 33
BAB II
Hal 11 dari 33
3. Pertemuan Dengan Pejabat Setempat
a. Membicarakan rencana dan pelaksanaan penyidikan KLB.
b. Kelengkapan sarana dan tenaga di daerah.
c. Memperoleh ijin dan pengamanan.
B. PENETAPAN KLB
Hal 12 dari 33
3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-
penderita baru dari suatu penyakit menular di suatu Kecamatan,
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila dibandingkan
dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari
penyakit yang sama di Kecamatan yang sama pula.
4. Case Fatality rate suatu penyakit menular tertentu dalam satu
bulan di suatu kecamatan, menunjukkan kenaikan 50 % atau
lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang sama dalam bulan
yang lalu di Kecamatan tersebut.
5. Proporsional rate penderita baru dari suatu penyakit menular
dalam waktu satu bulan, dibandingkan dengan proportional rate
penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode
waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih.
6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS :
Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit
tersebut di atas di suatu daerah endemis yang sesuai
dengan ketentuan-ketentuan di atas
Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena
penyakit tersebut diatas, di suatu Kecamatan yang d atas, d
eca ata ya g telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut,
paling sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.
7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu
kelompok masyarakat.
8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang
sebelumnya tidak ada/dikenal.
PENTING DIINGAT :
1. KLB Tersembunyi, sering terjadi pada penyakit yang belum
dikenal atau penyakit yang tidak mendapat perhatian karena
dampaknya belum diketahui.
2. KLB Palsu (pseudo-epidemic), terjadi oleh karena :
- Perubahan cara mendiagnosis penyakit,
- Perubahan perhatian terhadap penyakit tersebut, atau
perubahan organisasi pelayanan kesehatan,
- Perhatian yang berlebihan
Pada suatu KLB keracunan makanan di Z, tahun 1996 didapatkan
Data gejala klinis penderita sebagai berikut:
Hal 13 dari 33
Dari Tabel tersebut :
a. Buat Distribusi frekuensi Gejala Klinis.
b. Diagnosis sementara
Diagnosis sementara:
Dengan melihat gejala di atas maka diagnosis sementara keracunan
makanan di Z tahun 1996 disebabkan karena kuman clostridum
batulinum (Bandingkan gejala dengan buku /teori yang
diacu /Communicable Disieses Manual)
Definisi operasional kasus:
Kasus keracunan makanan dengan penyebab kuman clostridum
batulinum
Dengan gejala; sakit tenggorokan, mual/muntah,diare, rash, sakit
perut
Hal 14 dari 33
POLA MAXIMUM DAN MINIMUM
Kegunaan :
1. Untuk Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) .
2. Evaluasi Trend / Kecenderungan pola penyakit.
Hal 15 dari 33
IDENTIFIKASI KASUS ATAU PAPARAN
Identifikasi Kasus :
1. Untuk membuat perhitungan kasus dengan teliti.
2. Hasil perhitungan kasus ini digunakan selanjutnya untuk
mendeskripsikan KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang
dengan lebih teliti.
Hal 16 dari 33
Identifikasi Paparan :
1. Arahan untuk identifikasi sumber penularan.
2. Identifikasi paparan ini selanjutnya dapat dipakai sebagai
arahan untuk identifikasi sumber penularan yang lebih spesifik
(tingkat resiko penularan) atau untuk membantu penegakan
diagnosis penyakit.
DESKRIPSI KLB
1. Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu
Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah
(lamanya KLB berlangsung), digambarkan dalam suatu kurva
epidemik.
kurva epidemik.
- Grafik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat
mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah
- Axis horizontal adalah saat mulainya sakit , axis vertical adalah
jumlah kasus.
Kegunaan kurva epidemik.
- Menentukan / memprakirakan sumber atau cara penularan
penyakit dengan melihat tipe kurva epidemik tersebut (common
source atau propagated).
- Mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus awal
(index case). dengan cara menghitung berdasarkan masa
inkubasi rata-rata atau masa inkubasi maksimum dan minimum.
Hal 17 dari 33
Interval yang terlalu pendek akan menimbulkan puncak-
puncak palsu.
Pedoman memilih interval waktu ialah memilih sebesar
seperdelapan atau seperempat inkubasi penyakit.
Ada baiknya membuat beberapa kurva epidemik dengan
interval yang berbeda, sehingga dapat diperoleh grafik yang
yang paling baik untuk menyajikan data (Friedman, 1974;
Kelsey et al., 1986; CDC, 1979).
Hal 18 dari 33
Deskripsi kasus berdasarkan tempat
- Tujuan untuk mendapatkan petunjuk populasi yang rentan
kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat pekerjaaan).
- Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
sumber penularan.
Agar supaya tujuan ini tercapai, maka kasus dapat dikelompokkan
menurut :
Daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus),
Tempat pekerjaaan, tempat (lingkungan) pembuangan limbah,
tempat rekreasi rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan
(kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari
orang ke orang atau melalui vektor (CDC, 1979, Friedman,
1980).
Hal 19 dari 33
PENANGGULANGAN SEMENTARA
- Penanggulangan sementara sudah dapat dilakukan atau
diperlukan, sebelum semua tahap penyidikan dilampaui.
- Kecepatan keputusan cara penanggulangan sangat tergantung
dari diketahuinya etiologi penyakit sumber dan cara
penularannya (Goodman et al., 1990), sebagai berikut :
Hal 20 dari 33
PERENCANAAN PENELITIAN LAIN YANG SISTEMATIS
- KLB merupakan kejadian yang alami (natural)
- Penyidikan KLB merupakan kesempatan baik untuk melakukan
penelitian.
- Setiap Penyidikan KLB, digunakan sebagai sarana mendapatkan
informasi untuk perbaikan program kesehatan pada umumnya
dan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
dan sistim surveilens pada khususnya.
- Penyidikan KLB selalu dilakukan : Pengkajian terhadap sistim
surveilens yang ada, untuk mengetahui kemampuannya sebagai
alat deteksi dini adanya KLB, kecepatan informasi dan
pemenuhan kewajiban pelaksanaan sistim surveilens.
- Evaluasi terhadap program kesehatan.
PENYUSUNAN REKOMENDASI
1. Tujuan utama penyidikan KLB adalah merumuskan tindakan
untuk mengakhiri KLB pada situasi yang dihadapi
(penanggulangan) dan mencegah terulangnya KLB dimasa
mendatang (pengendalian).
2. Tindakan penanggulangan KLB didasari atas diketahuinya :
etiologis, sumber dan cara penularan.
SISTIM SURVEILANS
Sistem Surveilens diperlukan untuk :
Untuk evaluasi terhadap tindakan penanggulangan yang
dijalankan.
Sistim surveilans penyakit di masyarakat (menggunakan
tenaga masyarakat) biasanya lebih dapat dipergunakan untuk
memantau kasus baru dan komplikasinya.
Hal 21 dari 33
Tujuan SKD
1. Antisipasi/prediksi sehingga KLB dapat dicegah
2. Deteksi dini : mengetahui kapan ada masalah, mis. PWS
3. Reaksi cepat
a. pedoman/ staff terlatih/bahan
b. tersedia sebelum KLB
4. Effective Response
a. metoda penanggulangan yang tepat
b. sumber daya dan logistik yang memadai
KRITERIA KLB
1. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukan
kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka
rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya.
2. Case Fatality Rate ( CFR ) dari suatu penyakit dalam satu
kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50 % atau lebih,
dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
3. Proporsional Rate ( PR ) penderita baru dari suatu periode
tertentu menunjukan kenaikan dua kali atau lebih disbanding
periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
Hal 22 dari 33
b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada
periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut
dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
2. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a. Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida
Pelaksanaan SKD
1. Surveilans epidemiologi rutin
a. Statistik morbiditas & mortalitas dikumpulkan oleh semua
jenjang pelayanan kesehatan, sehingga idealnya wabah
dapat terdeteksi oleh jenjang pelayanan terkecil.
b. Namun mungkin sulit karena jumlah pasien yang diperiksa
sedikit dengan wilayah terbatas. Mana kala ada satu atau
dua pasien dengan gejala tertentu tidak memperoleh
perhatian dan tidak disadari sebenarnya wabah sedang
mulai berlangsung.
c. Biasanya terdeteksi pada level Kabupaten , sehingga perlu
kriteria lokal dan tiap kasus diplot bersama dengan data
dasar dari surveilans rutin tahun sebelumnya misalnya
saja variasi musiman. Kriteria nilai ambang epidemik perlu
ditetapkan , sehingga unit pelayanan kesehatan di bawah
tahu persis kapan harus lapor segera tentang adanya
kejadian penyakit .
2. Surveilans epidemiologi aktif
a. Pencarian kasus-kasus tertentu secara tuntas.
b. Pengaturan permanen diperlukan agar kasus yang
dicurigai dapat segera diselidiki lebih lanjut, dan harus
dinilai dengan selang waktu tertentu melalui
pemeriksaan kasus, laboratorium atau reservoir bila ada.
c. Hal ini penting dari sisi kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan endemisitas atau berkaitan fokus aktif
di wilayah lain.
d. Juga pada daerah dimana dimungkinkan tingkat
kekebalan penduduk belum baik, atau adanya serangga
penular yang berperan.
e. Basis surveilans biasanya pada lembaga kesehatan dan
masyarakat.
Hal 23 dari 33
f. Contoh nyata pelaksanaan ini adalah SURVEILANS
AKTIF AFP.
3. Surveilans epidemiologi Mobile / lapangan
a. Lazim dikenal sebagai penyelidikan epidemiologi.
b. Pencarian kasus-kasus tambahan
c. Sifat-sifat penyebab
d. Faktor yang mempengaruhi kejadian
e. Tindakan seperlunya
Instrumen SKD
Indikator yang diwujudkan dalam :
Tabel misalnya SKD malaria.
PWS misalnya PWS Imunisasi.
Grafik misalnya Pola maksimal, Minimal, atau rata-rata dengan
Standart Deviasi sebagai Nilai ambang Batas Epidemik.
Hal 24 dari 33
b. Penyakit-penyakit yang sebelum bencana bersifat Indemis,
karena dengan terjadinya bencana dimungkinkan akan menjadi
faktor risiko terjadinya KLB penyakit yang bersangkutan.
Hal 25 dari 33
IV. Upaya-upaya Rehabititasi Medik
Rehabilitasi medik ditujukan pada kasus-kasus :
a. Trauma Fisik.
b. Trauma Mental (gangguan Jiwa Pasca Bencana)
Kesimpulan
1. Penyakit-Penyakit yang harus disurveilans pasca bencana
Yang khas merupakan akibat bencana (langsung maupun tak
langsung)
Yang dapat meningkat kejadiannya pasca bencana (karena
perubahan kondisi pasca bencana)
Yang sebelum bencana bersifat endemik
2. Tim PPI melakukan
investigasi KLB :
Penemuan kasus
Menetapkan situasi KLB
Menetapkan penyebab, sumber penularan dan cara penularan
penyakit
Membentuk Tim Pengendali KLB
3. Verifikasi kasus
Telusuri hasil laboratorium
Telusuri rekam medik pasien
Diskusi dengan dokter yang merawat
4. Evaluasi besar masalah
(Morbiditas dan mortallitas)
5. Definisi kasus
Kasus Confirm/pasti (definisi kasus tepat dan ada hasil
laboratorium positif)
Kasus probable/kemungkinan (Klinis positif tapi tanpa dan
hasil lab yang pasti)
Suspect/tersangka (hanya beberapa gejala)
6. Lakukan upaya
pengendalian dengan menerapkan kewaspadaan berdasarkan
transmisi kuman
Kewaspadaan kontak
Kewaspadaan droplet
Kewaspadaan airborn
Hal 26 dari 33
7. Buat laporan harian ke
kepala rumah sakit.
8. Jika diperlukan
melakukan pertemuan dengan media
9. Lakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan penganganan KLB
Pelaksanaan Kewaspadaan berdasarkan transmisi
Memberikan Imunisasi jika diperlukan
Memberikan antibiotika profilaksis jika dibutuhkan
Pertemuan rutin Tim Penanganan KLB
10. Bila KLB sudah berakhir
Umumkan KLB telah berakhir secepatnya
Buat laporan yang lengkap tentang KLB kepada Komite PPI dan
Direktur Rumah Sakit
Hal 27 dari 33
RUMAH SAKIT UMUM KEJADIAN LUAR BIASA
DAERAH NAIBONAT (KLB)
No. Dokumen
NO. REVISI HALAMAN
A 1/8
Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Naibonat
STANDAR TANGGAL
PROSEDUR TERBIT
OPERASIONAL Dr.Tjokorda I. S.Febriana
Swastika
NIP. 19750219 200501 2 005
Hal 28 dari 33
- Infusion set : 2 buah
- Blood set : 2 buah
- Larutan RL : 5 botol
5. Mobil angkutan RS
6. Alat komunikasi (telepon, megaphone)
7. Brankar, ranjang pasen, kasur, tiang infus dan
oksigen cadangan
8. Peralatan dan obat-obatan scsuai kebutuhan.
9. Kartu Rekam Medis Korban (merah, kuning,
dan hijau).
1. Kartu pengenal petugas
PERSIAPAN 2. Kartu izin masuk
3. Formulir permintaan peralatan dan obat-abatan
Hal 29 dari 33
jumlah korban.
7. Bila diperkirakan jumlah korban lebih dari
kapasitas lCD, Ketua Tim menetapkan Aula
RSU. Materna untuk tempat penampungan
Darurat dan membentuk Tim Medis Tempat
Penampungan Darurat di bantu petugas lain
yang dirujuk.
8. Tim Medis Tempat Penampungan Darurat
clibantu petugas lain mempersiapkan aula
untuk menampung dan menolong korban
sesuai kapasitasnya.
9. Petugas kamar bedah, laboratorium dan rontgen
mempersiapkan bagian masing-masing untuk
melayani korban bencana. Jika dipandang
perlu, ketua tim membatalkan semua bedah
elektif agar Bagian Bedah dapat memberi
pertolongan bedah darurat korban bencana.
10. Satpam segera mengamankan IGD dan lokasi
penanggulangan darurat sehingga tidak
seorangpun yang bukan petugas tim
penanggulangan bencana dikenakan masuk
tanpa izin masuk yang sudah dipersiapkan.
PROSEDUR 11. Mobilisasi Petugas
a. Yang dimobilisasi :
- Dokter jaga IGD
- Dokter Bangsal, IPI
- Dokter consulen on call
- Perawat dari IGD, Bedah, IPI
- Pembantu perawat di lCD, Kamar Bedah,
IPI
- Sopir, satpam, petugas registrasi, dapur
dan logistik
- Dokter dan perawat RSU.Materna yang
datang secara suka rela.
b. Operator berusaha sedapat mungkin
menghubungi para dokter dan perawat tidak
dalam tugas melalui telepon namun tidak
menghambat komunikasi tim bencana.
c. Bagi yang tidak dapat dihubungi melalul
telepon, mobilisasi berlaku spontan (melalui
pemberian mass media masyarakat) dan
berantai (orang ke orang).
Hal 30 dari 33
- Lokasi Bencana-dapat/tidak dapat
dicapai ambulans.
- Keamana Petugas
- Informasi mengenai kondisi para korban.
2. Bia telah ditetapkan, ketua tim segerah
membentuk tim lapanganyang terdiri dari : 1
orang dokter IGD sebagai kepalah regu, 2
orang perawat IGD dan 1 orang supir
Ambulan.
3. Tim Lapangan ini segera menipersiapkan
peralatan yang diperlukan :
- Perangkat basic life support
- Peralatan lain dan obat-obatan yang
diperlukan berdasarkan informasi
nlengenai kondisi dan jumlah korban.
- Kartu Rekam Medik Korban Bencana
- Alat Kornunikasi (telepon genggam)
4. Di lokasi bencana, dokter tim lapangan segera
melapor ke Ketua Satgas Penanggulangan
Bencana di lanpangan. Semun aktivitas
selanjutnya dikoordinasikan dengan Satgas di
lokasi dan dengan Ketua Tim Bericana RS.
5. Tugas pokok tim lapangan adalah:
- Melakukan triase prehospital.
- Melakukan basic life support hagi korban
yang dalam keadaan gawat darurat.
- Mongirim korban ke rumah sakit sesuai
prioritas.
- Memberi pertolongan medis kepada
korban luka ringan yang tidak
memerlukan pertolongan lanjutan di
rumah sakit.
REGISTRASI
1. Petugas regitrasi mendata semua korban yang
diterima oleh rumah sakit, terdiri dan
Idenfifikasi korban, kondisinya (herdasarkan
keterangan dari tim medis) dan tempat
penampungan korban.
2. Data ini secara terus menerus dikirim ke pos
penerangan dan bagian dapur
LOGISTIK
PROSEDUR
1. Petugas tim bencana membuat daftar nama
dan banyak peralatan dan obat-obatan yang
dibutuhkan.
2. Catatan diteruskan ke ketua tim melalui
petugas administrasi.
3. Setelah disetujui dan ditanda tangani oleh
Hal 31 dari 33
ketua tim, daftar diteruskan ke petugas
logistik.
4. Petugas logistik menyiapkan peralatan dan
obat-ohatan berdasarkan daftar yang telah
ditandatangani ketua tim. Semua pengeluaran
harus dicatat dan Iampirannya diserakan ke
petugas administrasi untuk dicocokkan dan
untuk penyusunan laporan pertanggung j
awaban.
KONSUMSI
1. Petugas konsumsi mempersiapkan konsumsi
bagi petugas dan korban berdasarkan data dari
petugas registrasi.
2. Semua pengeluaran dicatal dan lampirannya
diserahkan kepada ketua tim.
PENERANGAAN.
1. Petugas penerangan menyiapkan pos
penerangan di pos satpam dekat gerbang
Rumah Sakit serta perlengkapan yang terdiri
dari papan pengumuman, megaphone, kartu
pengenal untuk keluarga korban dan
pengunjung lain.
2. Petugas penerangan menerima informasi dan
data korban yang ditolong di rumah sakit
melalui petugas registrasi.
3. Petugas penerangan menginformasikan kepada
PROSEDUR masyarakat yang mencari anggota keluarganya
yang ditimpa bencana, dengan cara :
- Mencatat data-data korban di papan
pengumuman sehingga bisa terbaca oleh
masyarakat yang datang mencari keluarganya
yang ditimpa bencana.
- Petugas penerangan memberikan informasi
kepada anggota masyarakat yang mencari
informasi anggota keluarganva yang menjadi
korban berdasarkan data yang diterima ini.
4. Keluarga korban yang akan menemui korban
dibuatkan kartu pengenal. Setiap korban hanya
boleh ditemui satu orang.
5. Masvarakat yang mencari anggota keluarga
yang hilang dapat diberi kartu masuk guna
mengidentifikasi korban anonim, dan hanya
diperkenankan masuk ke lokasi penampungan
dengan waktu dibatasi 30 menit. Setelah
Hal 32 dari 33
waktunya, pengunjung ini harus kembali ke pos
penerangan dan melaporkan hasilnya.
6. Pada bencana massal disebabkan huru-hara,
penerangan kepada masyarakat dikoordinasi
bersama piliak kepolisian/pihak lain yang
berwenang.
KEAMANAN
1. Pengamanan lokasi :
- Satpam segera mengamankan lokasi
penampungan dan lGD.
- IGD di lokasi penampungan korban
dinyatakan sehagai daerah tertutup. Semua
orang yang tidak berkepentingan diminta
keluar/tidak masuk ke lokasi kecuali
mempunyai kartu masuk yang dibuat oleh
petugas penerangan.
2. Pengaman benda milik korban :
- Semua milik korban yang telah diinventaris
oleh petugas administrasi, ditempatkan pada
tempat penampungan dan djaga agar tidak
hilang.
- Benda milik korban hanya boleh diambil oleh
pemiliknva/keluarganya setelah
dikonfirmasikan oleh petugas administrasi.
- Milik korban yang akan diambil oleh petugas
kepolisian/ pihàk lain untuk barang
bukti/keperluan lain, harus membawa surat
perintah.
- Keluarga/petugas yang mengambil milik
korban diminta menandatangani surat
penyerahan barang.
Hal 33 dari 33