Kebijakan KLB

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

PEMERINTAH KABUPATEN KUPANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAIBONAT


Jl. Timor Raya KM. 37 Oelamasi
Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang
E-mail :[email protected], Telp. (0380) 8562376, 8562377

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAIBONAT


KELAS C KABUPATEN KUPANG
NOMOR :.............../PERDIR/ RSUDN/BULAN/TAHUN

TENTANG

PANDUAN KLB
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAIBONAT,

Menimbang : a. bahwa surveilans dilaksanakan untuk menecegah


meluasnya (penanggulangan) dan mencegah
terulangnya KLB dimasa yang akan mencegah dating
(pengendalian), sehingga dalam pelaksanaannya perlu
adanya panduan;
b. bahwa untuk kepentingan tersebut di atas, perlu
diterbitkan Peraturan Direktur tentang Panduan
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Rumah Sakit Umum
Daerah Naibonat.

Mengingat : 1. Undang – Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah


Sakit;
2. Undang – Undang No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/PER/XI/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
6. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalain
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2007;
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia –
Perhimpunan Pengendalian Infeksi – JHPIEGO tahun

Hal 1 dari 33
2007;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN KLB

KESATU : Panduan KLB sebagaimana tercantum dalam


lampiranPeraturan ini

KEDUA : Panduan ini harus dibahas sekurang-kurangnya


setiap 3 (tiga) tahun sekali dan apabila diperlukan
dapat dilakukan perubahan sesuai dengan
perkembangan yang ada.

KETIGA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemdian hari terdapat kesalahan
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di: Oelamasi


Pada Tanggal : 2016
Direktur RSUD Naibonat

dr. Tjokorda I. S Febriana Swastika


NIP. 19750219 200501 2 005

Surat Keputusan ini dan lampirannya diserahkan kepada:


1. Kepala Tata Usaha ....... RS Umum Daerah Naibonat
2. Ketua Tim Akreditasi RS Umum Daerah Naibonat
3. Arsip
Lampiran

Hal 2 dari 33
Peraturan Direktur RS Umum Daerah Naibonat
Nomor : 2016
Tanggal : 2016
Tentang Panduan KLB

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah


sakit, perlu dilakukan pengendalian infeksi, di antaranya adalah
penanganan kejadian luar biasa. KLB adalah kejadian penyakit
infeksi yang meningkat dari keadaan biasa pada suatu periode
atau kelompok pasien tertentu. Menurut Permenkes RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004, timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang
Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
telah menetapkan kriteria kerja KLB yaitu :
Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama
3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
Peningkatan kejadian/kematian > 2 kali dibandingkan dengan
periode sebelumnya.
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan
kenaikan >2 kali bila dibandingkan dengan angka rata-rata per
bulan tahun sebelumnya
Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan
kenaikkan > 2 kali dibandingkan angka rata-rata per bulan
tahun sebelumnya.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
a. Mencegah meluasnya (penanggulangan)
b. Mencegah terulangnya KLB dimasa yang akan mencegah
dating (pengendalian )
2. Tujuan Khusus :
a. Diagnosis kasus yang terjadi dan
mengidentifikasipenyebab penyakit.
b. Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB

e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah


yang beresiko akan terjadi KLB (CDC, 1981; Bres, 1986).

C. PENGERTIAN

KLB adalah Kejadian penyakit infeksi yang meningkat dari keadaan


biasa pada suatu periode atau kelompok pasien tertentu.

Hal 3 dari 33
Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang
Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :
1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak
ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus
selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian/kematian > 2 kali dibandingkan
dengan periode sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan
kenaikan >2 kali bila dibandingkan dengan angka rata-rata
per bulan tahun sebelumnya
5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan
kenaikkan > 2 kali dibandingkan angka rata-rata per bulan
tahun sebelumnya.

BAB II

Hal 4 dari 33
TATA LAKSANA

1. Tim PPI melakukan


investigasi KLB :
 Penemuan kasus
 Menetapkan situasi KLB
 Menetapkan penyebab, sumber penularan dan cara
penularan penyakit
 Membentuk Tim Pengendali KLB
2. Verifikasi kasus
 Telusuri hasil laboratorium
 Telusuri rekam medik pasien
 Diskusi dengan dokter yang merawat
3. Evaluasi besar masalah (Morbiditas dan
mortalitas)
4. Definisi kasus
 Kasus Confirm/pasti (definisi kasus tepat dan ada hasil
laboratorium positif)
 Kasus probable/kemungkinan (Klinis positif tapi tanpa
dan hasil lab yang pasti)
 Suspect/tersangka (hanya beberapa gejala)
5. Lakukan upaya pengendalian dengan
menerapkan kewaspadaan berdasarkan transmisi kuman
 Kewaspadaan kontak
 Kewaspadaan droplet
 Kewaspadaan airborn
6. Buat laporan harian ke kepala rumah sakit.
7. Jika diperlukan melakukan pertemuan
dengan media
8. Lakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
penganganan KLB
 Pelaksanaan Kewaspadaan berdasarkan transmisi
 Memberikan Imunisasi jika diperlukan
 Memberikan antibiotika profilaksis jika dibutuhkan
 Pertemuan rutin Tim Penanganan KLB
9. Bila KLB sudah berakhir
 Umumkan KLB telah berakhir secepatnya
 Buat laporan yang lengkap tentang KLB kepada Komite
PPI dan Kepala Rumah Sakit

Hal 5 dari 33
BAB III
PENUTUP

Penangnan KLB dibutuhkan komitmen bersama seluruh unit


pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat. Segala sarana
dan prasarana pendukung harus disiapkan dan dibutuhkan
persiapan yang baik guna penangnan KLB dengan baik.

Ditetapkan di: Oelamasi


Pada Tanggal : 2016
Direktur RSUD Naibonat

dr. Tjokorda I. S Febriana Swastika


NIP. 19750219 200501 2 005

Hal 6 dari 33
PEMERINTAH KABUPATEN KUPANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAIBONAT


Jl. Timor Raya KM. 37 Oelamasi
Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang
E-mail :[email protected], Telp. (0380) 8562376, 8562377

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAIBONAT


NOMOR …………………/2015

TENTANG

PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAIBONAT

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ……… semua rumah sakit dan


fasilitas pelayanan kesehatan lainnya harus
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a diatas, dipandang perlu
ditetapkan Keputusan Direktur RSUD Naibonat
tentang Kebijakan Penanganan Kejadian Luar Biasa di
RSUD Naibonat sebagai landasan penyelenggaraan
pelayanan

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun


2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5064);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara RI
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 5072);
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
2382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Kesehatan Lainnya;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 949/Menkes/SK/VII/2004 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Hal 7 dari 33
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH


NAIBONAT TENTANG KEBIJAKAN PENANGANAN
KEJADIAN LUAR BIASA DI RSUD NAIBONAT

KESATU : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah


Kebijakan Penanganan Kejadian Luar Biassa di RSUD
Naibonat yang disusun oleh Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi RSUD Naibonat sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini

KEDUA : Kebijakan ini mengatur bagaimana penananan


kejadian luar biasa di unit pelayanan

KETIGA : Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan


sosialisasi kebijakan dan melaporkan pelaksanaan
kebijakan tersebut.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan


dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini

Ditetapkan di: Oelamasi


Pada Tanggal : 2016
Direktur RSUD Naibonat

dr. Tjokorda I. S Febriana Swastika


NIP. 19750219 200501 2 005

Hal 8 dari 33
Lampiran
Keputusan Direktur RSUD
Naibonat
Nomor : …………/2016
Tanggal : ……… 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit, perlu


dilakukan pengendalian infeksi, di antaranya adalah penanganan
kejadian luar biasa. KLB adalah kejadian penyakit infeksi yang
meningkat dari keadaan biasa pada suatu periode atau kelompok
pasien tertentu. Menurut Permenkes RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004, timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang


Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah
menetapkan kriteria kerja KLB yaitu :
1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus
selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian/kematian > 2 kali dibandingkan dengan
periode sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan
kenaikan >2 kali bila dibandingkan dengan angka rata-rata per
bulan tahun sebelumnya
Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan
kenaikkan > 2 kali dibandingkan angka rata-rata per bulan
tahun sebelumnya.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
• Mencegah meluasnya (penanggulangan).
• Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang
(pengendalian).
b. Tujuan khusus :
• Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi
penyebab penyakit .
• Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB,

Hal 9 dari 33
• Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
• Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
• Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang
beresiko akan terjadi KLB (CDC, 1981; Bres, 1986).

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan penanganan kejadian luar biasa di RSUD
Naibonat meliputi:
a. Persiapan penelitian lapangan.
b. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB.
c. Memastikan Diagnosis Etiologis
d. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
e. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu dan tempat.
f. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika
diperlukan).
g. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
h. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB
i. Merencanakan penelitian lain yang sistimatis
j. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan.
k. Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan
komplikasi.
l. Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan
setempat dan kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi

Hal 10 dari 33
BAB II

PROSEDUR PENANGANAN KLB

II.1. PERSIAPAN PENELITIAN LAPANGAN


Dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah adanya
informasi.
Persiapan penelitian lapangan meliputi :
1. Pemantapan (Konfirmasi) Informasi
a. Asal informasi adanya KLB. Dapat berasal dari :
- laporan Wabah (W1),
- Analisis sistim kewaspadaan dini didaerah tersebut
(laporan W2),
- Hasil laboratorium, laporan Rumah Sakit (RL2a, RL2b) atau
masyarakat.
b. Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit, meliputi:
- Gejala klinis,
- Pemeriksaan yang telah dilakukan untuk menegakkan
diagnosis dan hasil pemeriksaannya, komplikasi yang
terjadi (misalnya kematian, kecacatan, kelumpuhan dan
lainnya)
- Keadaan geografi dan tranportasi yang dapat digunakan
didaerah KLB.
Pembuatan Rencana Kerja (rencana penyidikan /proposal),
yang minimal berisi :
a. Tujuan Penyidikan KLB
b. Memastikan diagnosis penyakit
- Menetapkan KLB
- Menentukan sumber dan cara penularan
- Mengetahui keadaan penyebab KLB
c. Definisi kasus awal,
- Arahan pada pencarian kasus
d. Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit),cara dan
sumber penularan,
e. Macam dan sumber data yang diperlukan,
f. Strategi penemuan kasus,
g. Sarana dan tenaga yang diperlukan

Hal 11 dari 33
3. Pertemuan Dengan Pejabat Setempat
a. Membicarakan rencana dan pelaksanaan penyidikan KLB.
b. Kelengkapan sarana dan tenaga di daerah.
c. Memperoleh ijin dan pengamanan.

PEMASTIAN DIAGNOSIS PENYAKIT DAN PENETAPAN KLB


A. Pemastian diagnosis penyakit dengan cara :
a. Mencocokkan gejala/tanda penyakit yang terjadi pada individu.
b. Menyusun distribusi frekuensi gejala klinisnya.

Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda


dan gejala-gejala yang ada pada kasus adalah sebagai berikut :
a. Buat daftar gejala yang ada pada kasus
b. Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebut
c. Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya
Contoh Kasus :
NO GEJALA KLINIS JUMLAH KASUS FREKUENSI (%)
1 PANAS 50 100
2 NYERI SENDI 48 96
3 DIARE 45 90

B. PENETAPAN KLB

1. Dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang


tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa
(endemik), pada populasi yang dianggap beresiko, pada tempat
dan waktu tertentu.
2. Dengan Pola Maxiumum dan Minimum 5 tahunan atau 3
tahunan.
3. Membandingkan frekuensi penyakit pada tahun yang sama bulan
berbeda atau bulan yang sama tahun berbeda .
Petunjuk penetapan KLB:
1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular disuatu
Kecamatan menunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih selama tiga
minggu berturut-turut atau lebih.
2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit
menular di suatu Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata
sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular yang
sama di kecamatan tersebut itu.

Hal 12 dari 33
3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-
penderita baru dari suatu penyakit menular di suatu Kecamatan,
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila dibandingkan
dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari
penyakit yang sama di Kecamatan yang sama pula.
4. Case Fatality rate suatu penyakit menular tertentu dalam satu
bulan di suatu kecamatan, menunjukkan kenaikan 50 % atau
lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang sama dalam bulan
yang lalu di Kecamatan tersebut.
5. Proporsional rate penderita baru dari suatu penyakit menular
dalam waktu satu bulan, dibandingkan dengan proportional rate
penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode
waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih.
6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS :
 Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit
tersebut di atas di suatu daerah endemis yang sesuai
dengan ketentuan-ketentuan di atas
 Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena
penyakit tersebut diatas, di suatu Kecamatan yang d atas, d
eca ata ya g telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut,
paling sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.
7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu
kelompok masyarakat.
8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang
sebelumnya tidak ada/dikenal.

PENTING DIINGAT :
1. KLB Tersembunyi, sering terjadi pada penyakit yang belum
dikenal atau penyakit yang tidak mendapat perhatian karena
dampaknya belum diketahui.
2. KLB Palsu (pseudo-epidemic), terjadi oleh karena :
- Perubahan cara mendiagnosis penyakit,
- Perubahan perhatian terhadap penyakit tersebut, atau
perubahan organisasi pelayanan kesehatan,
- Perhatian yang berlebihan
Pada suatu KLB keracunan makanan di Z, tahun 1996 didapatkan
Data gejala klinis penderita sebagai berikut:

Hal 13 dari 33
Dari Tabel tersebut :
a. Buat Distribusi frekuensi Gejala Klinis.
b. Diagnosis sementara
Diagnosis sementara:
Dengan melihat gejala di atas maka diagnosis sementara keracunan
makanan di Z tahun 1996 disebabkan karena kuman clostridum
batulinum (Bandingkan gejala dengan buku /teori yang
diacu /Communicable Disieses Manual)
Definisi operasional kasus:
Kasus keracunan makanan dengan penyebab kuman clostridum
batulinum
Dengan gejala; sakit tenggorokan, mual/muntah,diare, rash, sakit
perut

Hal 14 dari 33
POLA MAXIMUM DAN MINIMUM
Kegunaan :
1. Untuk Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) .
2. Evaluasi Trend / Kecenderungan pola penyakit.

Hal 15 dari 33
IDENTIFIKASI KASUS ATAU PAPARAN
Identifikasi Kasus :
1. Untuk membuat perhitungan kasus dengan teliti.
2. Hasil perhitungan kasus ini digunakan selanjutnya untuk
mendeskripsikan KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang
dengan lebih teliti.

Hal 16 dari 33
Identifikasi Paparan :
1. Arahan untuk identifikasi sumber penularan.
2. Identifikasi paparan ini selanjutnya dapat dipakai sebagai
arahan untuk identifikasi sumber penularan yang lebih spesifik
(tingkat resiko penularan) atau untuk membantu penegakan
diagnosis penyakit.

DESKRIPSI KLB
1. Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu
Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah
(lamanya KLB berlangsung), digambarkan dalam suatu kurva
epidemik.
kurva epidemik.
- Grafik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat
mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah
- Axis horizontal adalah saat mulainya sakit , axis vertical adalah
jumlah kasus.
Kegunaan kurva epidemik.
- Menentukan / memprakirakan sumber atau cara penularan
penyakit dengan melihat tipe kurva epidemik tersebut (common
source atau propagated).
- Mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus awal
(index case). dengan cara menghitung berdasarkan masa
inkubasi rata-rata atau masa inkubasi maksimum dan minimum.

Kesalahan yang sering terjadi pada pembuatan kurva epidemik


Penetapan interval waktu
 Interval waktu yang terlalu panjang akan menyembunyikan
perbedaan- perbedaan kecil pada distribusi temporal
(menyembunyikan puncak-puncak kasus).

Hal 17 dari 33
 Interval yang terlalu pendek akan menimbulkan puncak-
puncak palsu.
 Pedoman memilih interval waktu ialah memilih sebesar
seperdelapan atau seperempat inkubasi penyakit.
 Ada baiknya membuat beberapa kurva epidemik dengan
interval yang berbeda, sehingga dapat diperoleh grafik yang
yang paling baik untuk menyajikan data (Friedman, 1974;
Kelsey et al., 1986; CDC, 1979).

Hal 18 dari 33
Deskripsi kasus berdasarkan tempat
- Tujuan untuk mendapatkan petunjuk populasi yang rentan
kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat pekerjaaan).
- Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
sumber penularan.
Agar supaya tujuan ini tercapai, maka kasus dapat dikelompokkan
menurut :
 Daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus),
 Tempat pekerjaaan, tempat (lingkungan) pembuangan limbah,
tempat rekreasi rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan
(kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari
orang ke orang atau melalui vektor (CDC, 1979, Friedman,
1980).

3. Deskripsi KLB berdasarkan Orang


- Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis
sumber penularan atau etiologi penyakit.
- Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin,
ras, status kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau
kebudayaan setempat,
- Distribusi penyakit berdasarkan sifat-sifat yang lain dapat
dikerjakan jika sifat-sifat tersebut ditemukan berulang-ulang di
antara kasus. Misalnya kategori kasus berdasarkan pekerjaan
dilakukan jika diantara kasus jenis pekerjaan tertentu
ditemukan berulang-ulang.

Hal 19 dari 33
PENANGGULANGAN SEMENTARA
- Penanggulangan sementara sudah dapat dilakukan atau
diperlukan, sebelum semua tahap penyidikan dilampaui.
- Kecepatan keputusan cara penanggulangan sangat tergantung
dari diketahuinya etiologi penyakit sumber dan cara
penularannya (Goodman et al., 1990), sebagai berikut :

IDENTIFIKASI SUMBER PENULARAN DAN KEADAAN PENYEBAB


KLB
A. IDENTIFIKASI SUMBER PENULARAN
Mengetahui sumber dan cara :
- Membuktikan adanya agent pada sumber penularan secara
laboratoris atau adanya hubungan secara statistik antara
kasus dan pemaparan (MacMohan and Pugh, 1970; CDC,
1979).
- Menurut MacMahon and Pugh (1970), CDC (1979) dan Kelsey
et al (1986), penentuan dugaan sumber dan cara penularan
penyakit dianggap telah baik jika :
a. Ditemukan agent yang sama antara sumber infeksi dan
penderita.
b. Terdapat perbedaan angka serangan (attack rate) yang
bermakna antara orang-orang yang terpapar dan yang
tidak terhadap sumber penularan
c. Tidak ada cara lain pada semua kasus, atau cara
penularan lain tidak dapat menerangkan distribusi umur
waktu dan geografis pada semua kasus
B. IDENTIFIKASI KEADAAN PENYEBAB KLB
Secara umum keadaan penyebab KLB adalah :
- Perubahan keseimbangan dari agent, penjamu dan
lingkungan yang dapat terjadi oleh karena :
a. Kenaikan jumlah atau virulensi dari agent,
b. Adanya agent penyebab baru atau yang sebelumnya
tidak ada,
c. Keadaan yang mempermudah penularan penyakit,
d. Perubahan imunitas penduduk terhadap agent yang
pathogen, lingkungan dan kebiasaan penduduk yang
berpeluang untuk terjadinya pemaparan.

Hal 20 dari 33
PERENCANAAN PENELITIAN LAIN YANG SISTEMATIS
- KLB merupakan kejadian yang alami (natural)
- Penyidikan KLB merupakan kesempatan baik untuk melakukan
penelitian.
- Setiap Penyidikan KLB, digunakan sebagai sarana mendapatkan
informasi untuk perbaikan program kesehatan pada umumnya
dan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
dan sistim surveilens pada khususnya.
- Penyidikan KLB selalu dilakukan : Pengkajian terhadap sistim
surveilens yang ada, untuk mengetahui kemampuannya sebagai
alat deteksi dini adanya KLB, kecepatan informasi dan
pemenuhan kewajiban pelaksanaan sistim surveilens.
- Evaluasi terhadap program kesehatan.

PENYUSUNAN REKOMENDASI
1. Tujuan utama penyidikan KLB adalah merumuskan tindakan
untuk mengakhiri KLB pada situasi yang dihadapi
(penanggulangan) dan mencegah terulangnya KLB dimasa
mendatang (pengendalian).
2. Tindakan penanggulangan KLB didasari atas diketahuinya :
etiologis, sumber dan cara penularan.

SISTIM SURVEILANS
Sistem Surveilens diperlukan untuk :
 Untuk evaluasi terhadap tindakan penanggulangan yang
dijalankan.
 Sistim surveilans penyakit di masyarakat (menggunakan
tenaga masyarakat) biasanya lebih dapat dipergunakan untuk
memantau kasus baru dan komplikasinya.

Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa ( SKD ) ( KLB )


Apa SKD
 Suatu tatanan pengamatan yang cermat dan teliti terhadap
distribusi dan faktor-faktor risiko kejadian yang
memungkinkan terbangunnya sikap tanggap terhadap
perubahan sehingga dapat dilakukan antisipasi seperlunya.
 Inti SKD adalah surveilans.
 Kegiatan ini mencakup : Pengumpulan data, pengolahan,
Analisa data dan penyebarluasan informasi.

Hal 21 dari 33
Tujuan SKD
1. Antisipasi/prediksi sehingga KLB dapat dicegah
2. Deteksi dini : mengetahui kapan ada masalah, mis. PWS
3. Reaksi cepat
a. pedoman/ staff terlatih/bahan
b. tersedia sebelum KLB
4. Effective Response
a. metoda penanggulangan yang tepat
b. sumber daya dan logistik yang memadai

KRITERIA KERJA KLB


1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada
/tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus-menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya ( jam,
hari, minggu …..)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian , 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya ( jam, hari, minggu,
bulan, tahun )
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukan kenaikan 2
kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.

KRITERIA KLB
1. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukan
kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka
rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya.
2. Case Fatality Rate ( CFR ) dari suatu penyakit dalam satu
kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50 % atau lebih,
dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
3. Proporsional Rate ( PR ) penderita baru dari suatu periode
tertentu menunjukan kenaikan dua kali atau lebih disbanding
periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.

KRITERIA KERJA KLB


1. Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF
a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada
daerah endemis)

Hal 22 dari 33
b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada
periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut
dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
2. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a. Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida

Pelaksanaan SKD
1. Surveilans epidemiologi rutin
a. Statistik morbiditas & mortalitas dikumpulkan oleh semua
jenjang pelayanan kesehatan, sehingga idealnya wabah
dapat terdeteksi oleh jenjang pelayanan terkecil.
b. Namun mungkin sulit karena jumlah pasien yang diperiksa
sedikit dengan wilayah terbatas. Mana kala ada satu atau
dua pasien dengan gejala tertentu tidak memperoleh
perhatian dan tidak disadari sebenarnya wabah sedang
mulai berlangsung.
c. Biasanya terdeteksi pada level Kabupaten , sehingga perlu
kriteria lokal dan tiap kasus diplot bersama dengan data
dasar dari surveilans rutin tahun sebelumnya misalnya
saja variasi musiman. Kriteria nilai ambang epidemik perlu
ditetapkan , sehingga unit pelayanan kesehatan di bawah
tahu persis kapan harus lapor segera tentang adanya
kejadian penyakit .
2. Surveilans epidemiologi aktif
a. Pencarian kasus-kasus tertentu secara tuntas.
b. Pengaturan permanen diperlukan agar kasus yang
dicurigai dapat segera diselidiki lebih lanjut, dan harus
dinilai dengan selang waktu tertentu melalui
pemeriksaan kasus, laboratorium atau reservoir bila ada.
c. Hal ini penting dari sisi kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan endemisitas atau berkaitan fokus aktif
di wilayah lain.
d. Juga pada daerah dimana dimungkinkan tingkat
kekebalan penduduk belum baik, atau adanya serangga
penular yang berperan.
e. Basis surveilans biasanya pada lembaga kesehatan dan
masyarakat.

Hal 23 dari 33
f. Contoh nyata pelaksanaan ini adalah SURVEILANS
AKTIF AFP.
3. Surveilans epidemiologi Mobile / lapangan
a. Lazim dikenal sebagai penyelidikan epidemiologi.
b. Pencarian kasus-kasus tambahan
c. Sifat-sifat penyebab
d. Faktor yang mempengaruhi kejadian
e. Tindakan seperlunya
Instrumen SKD
Indikator yang diwujudkan dalam :
 Tabel misalnya SKD malaria.
 PWS misalnya PWS Imunisasi.
 Grafik misalnya Pola maksimal, Minimal, atau rata-rata dengan
Standart Deviasi sebagai Nilai ambang Batas Epidemik.

I. Surveilens Penyakit Pasca Bencana


Surveilens harus dilakukan pada penyakit-penyakit :
a. Penyakit yang khas akibat adanya bencana (pengalaman bencana
gempa bumi di yogya meningkatkan jumlah kasus : Diare, ISPA,
Campak dan Tetanus).

Hal 24 dari 33
b. Penyakit-penyakit yang sebelum bencana bersifat Indemis,
karena dengan terjadinya bencana dimungkinkan akan menjadi
faktor risiko terjadinya KLB penyakit yang bersangkutan.

II. Surveilens berbasis kesehatan lingkungan


Tujuan:
- Mengidentifikasi kerusakan-kerusakan fasilitas kesehatan
lingkungan yang ada di masyarakat.
- Menganalisis kemungkinan-kemungkinan kejadian penyakit
yang akan muncul yang diakibatkan rusaknya fasilitas
lingkungan.
- Menentukan tindakan yang cepat dan tepat untuk intervensi
lingkungan dalam rangka penanggulangan terjadinya penyakit
yang mengikuti akibat terjadinya bencana.

Tindakan konkrit upaya–upaya berbasis lingkungan pasca


bencana :
a. Penyediaan tempat tinggal / penampungan sementara bagi
masyarakat yang membutuhkan, terutama pada masa tanggap
darurat.
b. Menyediakan fasilitas- fasilitas sarana sanitasi, antara lain :
- Sarana Air bersih.
- Sarana Pembuangan Tinja dan Air limbah (PTAL).
- Sarana pembuangan sampah.
c. Monitoring dan pengendalian perkembangbiakan vektor
penyakit.

III. Upaya-Upaya menanggulangi terjadinya masalah gizi akbibat


bencana :
a. Menyediakan Kebutuhan- kebutuhan pokok (makanan)
terutama pada masa tanggap darurat.
b. Menyediakan makanan pendamping ASI untuk bayi, dan balita.
c. Menyediakan susu formula (terutama diperlukan bagi ibu
menyusui yang dengan terpaksa tidak dapat menyusui pasca
gempa; karena cedera, atau mengalami gangguan jiwa sehingga
tidak mau menyusui).
d. Meningkatkan upaya surveilens gizi buruk di masyarakat.

Hal 25 dari 33
IV. Upaya-upaya Rehabititasi Medik
Rehabilitasi medik ditujukan pada kasus-kasus :
a. Trauma Fisik.
b. Trauma Mental (gangguan Jiwa Pasca Bencana)

Kesimpulan
1. Penyakit-Penyakit yang harus disurveilans pasca bencana
 Yang khas merupakan akibat bencana (langsung maupun tak
langsung)
 Yang dapat meningkat kejadiannya pasca bencana (karena
perubahan kondisi pasca bencana)
 Yang sebelum bencana bersifat endemik
2. Tim PPI melakukan
investigasi KLB :
 Penemuan kasus
 Menetapkan situasi KLB
 Menetapkan penyebab, sumber penularan dan cara penularan
penyakit
 Membentuk Tim Pengendali KLB
3. Verifikasi kasus
 Telusuri hasil laboratorium
 Telusuri rekam medik pasien
 Diskusi dengan dokter yang merawat
4. Evaluasi besar masalah
(Morbiditas dan mortallitas)
5. Definisi kasus
 Kasus Confirm/pasti (definisi kasus tepat dan ada hasil
laboratorium positif)
 Kasus probable/kemungkinan (Klinis positif tapi tanpa dan
hasil lab yang pasti)
 Suspect/tersangka (hanya beberapa gejala)
6. Lakukan upaya
pengendalian dengan menerapkan kewaspadaan berdasarkan
transmisi kuman
 Kewaspadaan kontak
 Kewaspadaan droplet
 Kewaspadaan airborn

Hal 26 dari 33
7. Buat laporan harian ke
kepala rumah sakit.
8. Jika diperlukan
melakukan pertemuan dengan media
9. Lakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan penganganan KLB
 Pelaksanaan Kewaspadaan berdasarkan transmisi
 Memberikan Imunisasi jika diperlukan
 Memberikan antibiotika profilaksis jika dibutuhkan
 Pertemuan rutin Tim Penanganan KLB
10. Bila KLB sudah berakhir
 Umumkan KLB telah berakhir secepatnya
 Buat laporan yang lengkap tentang KLB kepada Komite PPI dan
Direktur Rumah Sakit

Hal 27 dari 33
RUMAH SAKIT UMUM KEJADIAN LUAR BIASA
DAERAH NAIBONAT (KLB)

No. Dokumen
NO. REVISI HALAMAN
A 1/8

Ditetapkan Oleh :
Direktur RSUD Naibonat

STANDAR TANGGAL
PROSEDUR TERBIT
OPERASIONAL Dr.Tjokorda I. S.Febriana
Swastika
NIP. 19750219 200501 2 005

Kejadian Luar Biasa adalah suatu peristiwa yang


tejadi secara mendadak atau secara berlanjut yang
menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan
PENGERTIAN yang normal atau kerusakan ekosistem sehingga
diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk
menolong dan menyelamatkan manusia beserta
lingkungannya.
Memberikan pertolongan medis pada korban
bencana baik ditempat kejadian maupun di rumah
TUJUAN
sakit (dengan prinsip instalasi pelayanan medik
gawat-darurat sehari-hari.
1. Undang-Undang Wabah, 1969
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
KEBIJAKAN 949/MENKES/SK/VII/2004
3. Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa
PERSIAPAN PERALATAN DAN FASILITAS
1. Semua fasilitas tersedia di Instalasi Gawat
Darurat
2. Aula RS sebagai Tempat Penampungan Darurat
3. Post Satpam di dckat gerbang RS sebagai Pos
Penerangan
4. Ambulans dcngan perangkat basic life support
yang terdiri dari :
- Cervical Collar : 1 buah
- Spinal Board : 1 buah
- Oropharyngeal Airways beberapa buab &
berbagai ukuran
- Spctcl lidah : 1 huah
- Suction : 1 buah
- Ambu Bag + Face mask 2 set (dewasa &
anak)
- Tabung oksigen
- Face mask 1 set
- IV Catheter beberapa buah & berbagai
ukuran

Hal 28 dari 33
- Infusion set : 2 buah
- Blood set : 2 buah
- Larutan RL : 5 botol
5. Mobil angkutan RS
6. Alat komunikasi (telepon, megaphone)
7. Brankar, ranjang pasen, kasur, tiang infus dan
oksigen cadangan
8. Peralatan dan obat-obatan scsuai kebutuhan.
9. Kartu Rekam Medis Korban (merah, kuning,
dan hijau).
1. Kartu pengenal petugas
PERSIAPAN 2. Kartu izin masuk
3. Formulir permintaan peralatan dan obat-abatan

Penanggulangan Bencana Mencakup:


1. Persiapan dan Mobilisasi Petugas.
2. Pengiriman Pertugas ke Lokasi Bencana.
3. Identifikasi Korban.
4. Triase
5. Tindakan Medis
6. Tindakan Bedah Darurat.
7. Rujukan dan pindah rawat.
8. Penampungan Korban
9. Korban Meninggal
10. Korban pulang
11. Komunikasi
12. Registrasi
13. Logistik
14. Konsumsi
15. Penerangan
16. Rapat Tim Penanggulangan Bencana,
PROSEDUR 17. Dokumentasi
18. Persetujuan Tindakan
19. Penyusunan Laporan Kerja Tim
Penanggulangan Bencana

Persiapan dan Mobilisasi Petugas


1. Laporan terjadi bencana diterima oleh operator
telepon atau cara lain.
2. Operator menkonfirmasi informasi kepada pihak
kepolisian atau pihak lain, Setelkah menerima
informasi lebih rinci mengenai wujud bencana
(kebakaran, kereta api terguling, huruhara dsb),
waktu terjadinya, perkiraan jumlah korban,
kondisi korban dan lain-lain dianggap perlu.
3. Operator segera melapor ke dokter jaga IGD
4. Dokter jaga IGD segera menghubungi Ketua
Tim Penanggulangan Bencana.

5. Sebelum KetuaTim datang dokter jaga IGD


bertindak sebagai ketua Tim.
6. Ketua Tim mempersiapkan peralatan dan obat-
obatan di !GD sesuai kapasitas dan perkiraan

Hal 29 dari 33
jumlah korban.
7. Bila diperkirakan jumlah korban lebih dari
kapasitas lCD, Ketua Tim menetapkan Aula
RSU. Materna untuk tempat penampungan
Darurat dan membentuk Tim Medis Tempat
Penampungan Darurat di bantu petugas lain
yang dirujuk.
8. Tim Medis Tempat Penampungan Darurat
clibantu petugas lain mempersiapkan aula
untuk menampung dan menolong korban
sesuai kapasitasnya.
9. Petugas kamar bedah, laboratorium dan rontgen
mempersiapkan bagian masing-masing untuk
melayani korban bencana. Jika dipandang
perlu, ketua tim membatalkan semua bedah
elektif agar Bagian Bedah dapat memberi
pertolongan bedah darurat korban bencana.
10. Satpam segera mengamankan IGD dan lokasi
penanggulangan darurat sehingga tidak
seorangpun yang bukan petugas tim
penanggulangan bencana dikenakan masuk
tanpa izin masuk yang sudah dipersiapkan.
PROSEDUR 11. Mobilisasi Petugas
a. Yang dimobilisasi :
- Dokter jaga IGD
- Dokter Bangsal, IPI
- Dokter consulen on call
- Perawat dari IGD, Bedah, IPI
- Pembantu perawat di lCD, Kamar Bedah,
IPI
- Sopir, satpam, petugas registrasi, dapur
dan logistik
- Dokter dan perawat RSU.Materna yang
datang secara suka rela.
b. Operator berusaha sedapat mungkin
menghubungi para dokter dan perawat tidak
dalam tugas melalui telepon namun tidak
menghambat komunikasi tim bencana.
c. Bagi yang tidak dapat dihubungi melalul
telepon, mobilisasi berlaku spontan (melalui
pemberian mass media masyarakat) dan
berantai (orang ke orang).

PROSEDUR d. Semua petugas yang datang melapor ke Ketua


Tim Medisi Dokter Jaga IGD.
e. Ketua Tim Medis mencatat dan mengatur
pembagian mereka dan selanjutnya segera siap
ke pos dan tugas masing-masing.
Peniriman Petugas Ke Lokasi Bencana.
1. Ketua Tim Penanggulangan Bencana
menetapkan pengiriman petugas ke lokasi
bencana berdasarkan pertimbangan :

Hal 30 dari 33
- Lokasi Bencana-dapat/tidak dapat
dicapai ambulans.
- Keamana Petugas
- Informasi mengenai kondisi para korban.
2. Bia telah ditetapkan, ketua tim segerah
membentuk tim lapanganyang terdiri dari : 1
orang dokter IGD sebagai kepalah regu, 2
orang perawat IGD dan 1 orang supir
Ambulan.
3. Tim Lapangan ini segera menipersiapkan
peralatan yang diperlukan :
- Perangkat basic life support
- Peralatan lain dan obat-obatan yang
diperlukan berdasarkan informasi
nlengenai kondisi dan jumlah korban.
- Kartu Rekam Medik Korban Bencana
- Alat Kornunikasi (telepon genggam)
4. Di lokasi bencana, dokter tim lapangan segera
melapor ke Ketua Satgas Penanggulangan
Bencana di lanpangan. Semun aktivitas
selanjutnya dikoordinasikan dengan Satgas di
lokasi dan dengan Ketua Tim Bericana RS.
5. Tugas pokok tim lapangan adalah:
- Melakukan triase prehospital.
- Melakukan basic life support hagi korban
yang dalam keadaan gawat darurat.
- Mongirim korban ke rumah sakit sesuai
prioritas.
- Memberi pertolongan medis kepada
korban luka ringan yang tidak
memerlukan pertolongan lanjutan di
rumah sakit.
REGISTRASI
1. Petugas regitrasi mendata semua korban yang
diterima oleh rumah sakit, terdiri dan
Idenfifikasi korban, kondisinya (herdasarkan
keterangan dari tim medis) dan tempat
penampungan korban.
2. Data ini secara terus menerus dikirim ke pos
penerangan dan bagian dapur

LOGISTIK
PROSEDUR
1. Petugas tim bencana membuat daftar nama
dan banyak peralatan dan obat-obatan yang
dibutuhkan.
2. Catatan diteruskan ke ketua tim melalui
petugas administrasi.
3. Setelah disetujui dan ditanda tangani oleh

Hal 31 dari 33
ketua tim, daftar diteruskan ke petugas
logistik.
4. Petugas logistik menyiapkan peralatan dan
obat-ohatan berdasarkan daftar yang telah
ditandatangani ketua tim. Semua pengeluaran
harus dicatat dan Iampirannya diserakan ke
petugas administrasi untuk dicocokkan dan
untuk penyusunan laporan pertanggung j
awaban.
KONSUMSI
1. Petugas konsumsi mempersiapkan konsumsi
bagi petugas dan korban berdasarkan data dari
petugas registrasi.
2. Semua pengeluaran dicatal dan lampirannya
diserahkan kepada ketua tim.
PENERANGAAN.
1. Petugas penerangan menyiapkan pos
penerangan di pos satpam dekat gerbang
Rumah Sakit serta perlengkapan yang terdiri
dari papan pengumuman, megaphone, kartu
pengenal untuk keluarga korban dan
pengunjung lain.
2. Petugas penerangan menerima informasi dan
data korban yang ditolong di rumah sakit
melalui petugas registrasi.
3. Petugas penerangan menginformasikan kepada
PROSEDUR masyarakat yang mencari anggota keluarganya
yang ditimpa bencana, dengan cara :
- Mencatat data-data korban di papan
pengumuman sehingga bisa terbaca oleh
masyarakat yang datang mencari keluarganya
yang ditimpa bencana.
- Petugas penerangan memberikan informasi
kepada anggota masyarakat yang mencari
informasi anggota keluarganva yang menjadi
korban berdasarkan data yang diterima ini.
4. Keluarga korban yang akan menemui korban
dibuatkan kartu pengenal. Setiap korban hanya
boleh ditemui satu orang.
5. Masvarakat yang mencari anggota keluarga
yang hilang dapat diberi kartu masuk guna
mengidentifikasi korban anonim, dan hanya
diperkenankan masuk ke lokasi penampungan
dengan waktu dibatasi 30 menit. Setelah

Hal 32 dari 33
waktunya, pengunjung ini harus kembali ke pos
penerangan dan melaporkan hasilnya.
6. Pada bencana massal disebabkan huru-hara,
penerangan kepada masyarakat dikoordinasi
bersama piliak kepolisian/pihak lain yang
berwenang.

KEAMANAN
1. Pengamanan lokasi :
- Satpam segera mengamankan lokasi
penampungan dan lGD.
- IGD di lokasi penampungan korban
dinyatakan sehagai daerah tertutup. Semua
orang yang tidak berkepentingan diminta
keluar/tidak masuk ke lokasi kecuali
mempunyai kartu masuk yang dibuat oleh
petugas penerangan.
2. Pengaman benda milik korban :
- Semua milik korban yang telah diinventaris
oleh petugas administrasi, ditempatkan pada
tempat penampungan dan djaga agar tidak
hilang.
- Benda milik korban hanya boleh diambil oleh
pemiliknva/keluarganya setelah
dikonfirmasikan oleh petugas administrasi.
- Milik korban yang akan diambil oleh petugas
kepolisian/ pihàk lain untuk barang
bukti/keperluan lain, harus membawa surat
perintah.
- Keluarga/petugas yang mengambil milik
korban diminta menandatangani surat
penyerahan barang.

Hal 33 dari 33

Anda mungkin juga menyukai