Askep Teori Pneumonia
Askep Teori Pneumonia
Askep Teori Pneumonia
DENGAN PNEUMONIA
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat,
karunia dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesikan pembuatan tugas Asuhan
Keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Pneumonia” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari pembuatan Asuhan Keperawatan ini selain untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Respirasi II, juga sebagai informasi
tambahan bagi mahasiswa mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Pneumonia.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing, yang
telah membimbing dan memberi saran serta masukan kepada kami dalam
menyusun Asuhan Keperawatan ini. Selain itu, juga kepada teman-teman yang
selalu memberikan dukungannya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
Asuhan Keperawatan ini tepat pada waktunya.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan Asuhan
Keperawatan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun tetap
kami nantikan demi kesempurnaan Asuhan Keperawatan ini di masa mendatang.
Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, amin
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………......... i
KATA PENGANTAR……...………………………………………….... ii
DAFTAR ISI……….. …………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang............................................................................. . 1
1.2.Tujuan........................................................................................... . 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Konsep Pneumonia....................................................................... 3
2.1.1. Anatomi Fisiologi.............................................................. 3
2.1.2. Definisi................................................................................ 6
2.1.3. Etiologi................................................................................ 6
2.1.4. Klasifikasi........................................................................... 6
2.1.5. Patofisiologi........................................................................ 7
2.1.6. Manifestasi Klinik............................................................. 9
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik................................................... 9
2.1.8. Penatalaksanaan Medis.................................................... 9
2.1.9. Komplikasi......................................................................... 11
2.2.Konsep Asuhan Keperawatan...................................................... 12
2.2.1. Pengkajian.......................................................................... 12
2.2.2. Diagnosa Keperawatan..................................................... 13
2.2.3. Intervensi Keperawatan.................................................... 14
DAFATAR PUSTAKA............................................................................. 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
1.2.Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Pneumonia
Faring
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, terdapat di bawah dasar tenngkorak, di belakang rongga
hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring digunakan pada
saat menelan (digestion) seperti juga pada saat bernafas. Faring
berdasarkan letaknya dibedakan menjadi 3, yaitu:
a) Nasofaring, letaknya superior dimana terdapat epitel bersilia
sebagai muara tuba eutachius serta terdapat tonsil (adenoid) pada
langit-langit nasofaring.
b) Orofaring, letaknya pada bagian tengah yang berfungsi untuk
menampung udara dari nasofaring dan makanan dari mulut.
c) Laringofaring, letaknya paling bawah yang berhubungan dengan
esofagus di bagian belakang serta pita suara di bagian depan yang
berfungsi pada saat proses menelan dan respirasi.
3
Laring
Laring biasanya disebut dengan voice box. Dibentuk oleh struktur
ephitelium-lined yang berhubungan dengan faring pada bagian atas dan
trakea pada bagian bawah. Fungsi utama dari laring adalah untuk
vocalization, selain itu juga berfungsi sebagai proteksi jalan napas bawah
dari benda asing dan memfasilitasi batuk. Laring terdiri atas beberapa
bagian, yaitu:
a) Epiglotis, merupakan katup kartilago yang menutup dan
membuka selama proses menelan
b) Glotis, lubang antara pita suara dan laring
c) Tiroid kartilago, kartilago yang terbesar pada trakea, bagiannya
membentuk jakun
d) Krikoid kartilago, cincin kartilago yang komplit di laring,
letaknya di bawah tiroid kartilago
e) Aritenoid kartilago, digunakan pada pergerakan pita suara dengan
tiroid kartilago
f) Pita suara, sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakkan otot
yang menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring.
Trakea
Trakea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang
vertebra torakal ke-7 yang bercabang menjadi 2 bronkus. Ujung dari
cabang trakea disebut carina. Trakea ini sangat fleksible dan berotot,
panjangnya 12 cm dengan C-shaped cincin kartilago.
4
Alveoli
Alveoli merupakan kantung udara pada akhir bronkiolus yang
memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Seluruh unit alveolar terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolar,
dan kantong alveoli. Fungsi utama alveolar adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida di antara kapiler pulmoner dan alveoli.
Paru-Paru
Paru-paru terletak pada rongga toraks, berbentuk kerucut dengan
apeks berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya pada diafragma.
Paru-paru kanan mempunyai 3 lobus, yaitu lobus inferior, median, dan
superior. Paru-paru kiri, terdiri atas 2 lobus yaitu lobus superior dan
inferior. Setiap lobus dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub bagian
menjadi sekitar 10 unit tekecil yang dinamakan bronkopulmonari segmen.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 pada lobus superior dan 5
pada inferior. Sedangkan paru-paru kanan terdiri atas 10 segmen, yaitu 5
pada lobus superior, 2 pada median, dan 3 pada inferior. Tiap-tiap segmen
ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
2. Fisiologi Pernapasan
5
2.1.2. Definisi
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius
yang sering menyebabkan kematian di Amerika Serikat, dengan tingkat
kejadian pada pria menduduki peringkat keempat dan wanita peringkat
kelima sebagai akibat dari hospitaliasasi (Smeltzer dan Bare, 2001).
Soemantri (2012) menyatakan bahwa pneumonia adalah suatu
proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian
rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada
daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di
sekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi dengan maksimal.
2.1.3. Etiologi
Menurut Somantri (2012), penyebab pneumonia adalah sebagai
berikut :
1. Agen infeksi berupa beberapa jenis mikroba (virus, bakteri, jamur)
2. Aspirasi benda asing
3. Penyebaran patogen ke dalam paru-paru melalui aliran darah
6
c) Pneumonia interstitial (bronkiolitis) proses inflamasi terjadi
dalam dinding alveolar (interstitium) dan jaringan
peribronkial interlobular.
2) Berdasarkan etiologi
a) Bacteria, Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus,
Streptococcus hemolyticuc, Streptococcus aureus,
Hemophillus influenza, Mycobacterium tuberculosis
b) Virus, Respiratory Syncytial Virus, virus influenza,
adenovirus
c) Mycoplasma pneumonia
d) Jamur, Histoplasma capculatum, Cryptococcus neuroform,
Blastomyces dermatitides, Coccidodies immitis, Aspergilus
Sp, Candida albicans
e) Aspirasi, makanan, kerosene (bensin, minyak tanah, amnion,
benda asing)
f) Pneumonia hipostatik
g) Sindrom loeffler
2.1.5. Patofisiologi
Penyebab pneumonia dapat berupa virus, bakteri, jamur, protozoa,
ataupun riketsia. Pneumonia dapat juga terjadi akibat aspirasi, paling jelas
adalah pada klien yang diintubasi, kolonisasi trakea dan terjadinya
mikroaspirasi sekresi saluran pernapasan atas yang terinfeksi (Chirstman,
1995 dalam Asih dan Effendy, 2003).
Tidak semua kolonisasi mengakibatkan pneumonia. Pada individu
yang sehat patogen yang mencapai paru-paru dikeluarkan melalui
mekanisme pertahanan tubuh seperti refleks batuk, klirens mukosiliaris,
dan fagositosis melalui makrofag alveolar. Pada individu yang rentan,
patogen yang masuk ke tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin
yang bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi dan respon
imun, yang keduanya mempunyai efek samping merusak. Reaksi antigen-
antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme
merusak membran mukosa bronkial dan membran alveolarkapiler (Asih
dan Effendy, 2003).
Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh patogen ini akan
menghasilkan eksudat, yang mengganggu pergerakkan dan difusi oksigen
serta karbondioksida. Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan
bronkioli terminalis terisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang berasal
dari sel-sel darah putih (kebanyakan netrofil) yang bermigrasi ke dalam
alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara, sehingga
akan menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi (Smeltzer dan Barre,
2001).
Area paru yang tidak mendapatkan ventilasi yang cukup akibat
adanya sekresi, edema mukosa dan bronkospasme akan mengalami oklusi
parsial bronki atau alveoli sehingga terjadi penurunan tahanan oksigen di
alveolar.
7
Pathway Pneumonia
Demam (menggigil,
Nyeri Membran paru meradang
berkeringat),
Sel darah putih terakumulasi di alveoli
9
f. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
g. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier.
h. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit.
2. Farmakoterapi
Adapun obat-obatan yang bisa diberikan pada pasien pneumonia
diantaranya adalah : antibiotik, antitusif, analgetik, obat-obatan
bronkodilator serta terapi oksigen yang dilembabkan.
Tabel 2.1
Terapi antibiotik untuk pneumonia berat yang didapat dari komunitas
10
pipersilin / tazobactam)
ditambah Mikrolida intravena
(azitromisin) atau Fluoroquinol
nonpseudomonal intravena
Sumber : Morton, Fontaine, Hudak, Gallo, 2011
Tabel 2.2
Terapi antibiotik untuk pasien dengan pneumonia berat yang didapat di
rumah sakit
2.1.9. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien ini diantaranya
adalah: shock septik, hipoksemia, gagal nafas, empiema, bakteremia,
endokarditis, pericarditis, meningitis, abses paru, dan efusi pleura
(Kluwer, 2013).
Tabel 2.3
Komplikasi pneumonia Berdasarkan Penyebabnya
Jenis Komplikasi
Pneumonia mikoplasma Meningitis aseptik, meningoensefalitis,
afasia serebral, sindrom Suillain-Bare,
mielitis transversal, perikarditis dan
miokaditis.
Pneumonia virus Infeksi bakterial superimposed,
11
bronkopneumonia.
Pneumonia pneumosistis Gagal nafas
carinii (PCP)
Pneumonia fungi Reinfeksi dan Adult Respiratory Distress
Syndrome
Pneumonia klamidia Reinfeksi dan Adult Respiratory Distress
Syndrome
Sumber: Suzanne (2002)
2.2.1. Pengkajian
Hal yang perlu dikaji dalam proses keperawatan, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Biodata pasien
Meliputi identitas pasien, berisi nama pasien, umur, tempat tanggal
lahir, alamat, pekerjaan, dan identitas penanggung jawab pasien
(Somantri, 2012).
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama dan riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama yang sering timbul pada pasien pnemonia adalah
adanya awitan yang ditandai dengan keluhan menggigil, demam >
40 ℃, nyeri pleuritik, batuk, sputum berwarna seperti karat,
takipnea terutama setelah adanya konsolidasi paru (Somantri,
2012).
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Pneumonia sering timbul setelah infeksi saluran napas atas
(infeksi pada hidung dan tenggorokan). Resiko tinggi timbul pada
klien dengan riwayat alkoholik, post operasi, infeksi pernapasan,
dan klien dengan immunosupresi, (kelemahan dalam sistem
imun).
c. Pemeriksaan fisik
Sudoyo (2006) dalam Somantri (2012), menjelasakan bahwa
presentasi dari pneumonia bervariasi, tergantung pada etiologi, usia
dan keadaan klinis pasien, dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S. pneumoniae,
streptococcus ssp, dan staphilococcus. Pneumonia virus ditandai
dengan mialgia, malaise, batuk kering yang non produktif
2. Awitan yang tidak terlihat dan ringan pada orang tua /orang
dengan penurunan imunitas akibat kuman yang kurang
patogen/oportunistik
3. Ronchi basah dan gesekan pleura dapat terdengar di atas jaringan
yang terserang karena eksudat dan fibrin dalam alveolus.
12
a. B1 (Breathing)
1. Inspeksi
Gerakan dada simetris, adanya retraksi sternum dan intercostal space
(ICS). Napas cuping hidung dan sesak terutama pada anak-anak.
Selain itu ditemukan pula batuk produktif disertai dengan
peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen
2. Palpasi
Gerakan dada saat bernapas biasanya normal, dan seimbang antara
bagian kanan dan kiri. Taktil fremitus paada klien pneumonia
biasanya normal.
3. Perkusi
Terdapat bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
4. Auskultasi
Bunyi napas melemah, disertai suara napas ronchi basah pada sisi
yang sakit.
b. B2 (Blood)
1. Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
2. Palpasi : Denyut nadi perifer melemah
3. Perkusi : Batas jantung tidak mengalami pergeseran
4. Auskultasi : Bunyi jantung tambahan tidak ditemukan
c. B3 (Brain)
Terjadi penurunan kesadaran, terdapat sianosis perifer apabila gangguan
perfusi jaringan semakin berat.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Memonitor adanya oliguria karena merupakan salah satu tanada shock.
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami muntah, mual, penurunan nafsu makan,
penurunan berat badan.
f. B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering terjadi.
13
3. Hipertermi berhubungan dengan reaksi sistemik bakteremia/viremia,
peningkatan laju metabolisme umum (Mutaqqin, 2013)
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai
dengan nyeri dada pleuritik, sakit kepala, nyeri sendi, gelisah
(Doenges, Moorhouse & Geissler, 2000)
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dari kebutuhan oksigen, kelemahan umum ditandai dengan
kelelahan, keletihan, dispnea karena kerja, takipnea (Doenges,
Moorhouse & Geissler, 2000).
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan
berhubungan dengan kurang terpajan informasi ditandai dengan
permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep, kegagalan
memperbaiki (Doenges, Moorhouse & Geissler, 2000).
7. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, distensi abdomen (Doenges, Moorhouse &
Geissler, 2000).
8. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan berlebih akibat demam, berkeringat banyak,
hiperventilasi, muntah (Doenges, Moorhouse & Geissler, 2000).
14
10. Ajarkan pada klien teknik batuk dahak dengan mudah
efektif dan Anjurkan pada asien 5. Klien dapat melakukan
untuk batuk efektif relaksasi napas dalam dan
11. Ajarkan klien teknik relaksasi batuk efektif
napas dalam dan Anjurkan klien 6. Klien merasa nyaman
untuk istirahat dan napas dalam
Kolaborasi :
1. Berikan bronkodilator
2. Berikan antibiotik
3. Foto thorax
15
Kolaborasi batas normal
1. Berikan bronkodilator
2. Lakukan pemasangan mayo bila
perlu
16
karakteristik, durasi, frekuensi, 2. Mampu melakukan
kualitas dan faktor presipitasi teknik relaksasi napas
4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk dalam, distraksi dan
menentukan intervensi kompres untuk
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri meredakan nyeri
6. Ajarkan tentang teknik non 3. Klien mengatakan nyeri
farmakologi: napas dalam, berkurang
relaksasi, distraksi, kompres 4. Klien dapat beristirahat
hangat/ dingin dengan baik
7. Tingkatkan istirahat 5. Klien merasa nyaman
8. Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
Kolaborasi :
1. Pemberian antibiotik
17
dan penguatan
18
6. Monitor intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Anjurkan banyak minum teratasi dengan indikator :
8. Jadwalkan tindakan dan 1. Albumin serum normal
pengobatan tidak selama jam 2. Pre albumin serum normal
makan 3. Hematokrit normal
9. Atur posisi semi fowler dan 4. Hemoglobin normal
fowler tinggi selama makan 5. Total iron binding capacity
10. Anjurkan banyak minum 6. Jumlah limfosit normal
11. Informasikan kepada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
.
8. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebih akibat demam, berkeringat banyak,
hiperventilasi, muntah (Doenges, Moorhouse & Geissler, 2000).
Intervensi Tujuan dan Kriteria Hasil
NIC : NOC :
Mandiri 1. Fluid balance
1. Monitor intake dan output urin 2. Hydration
selama 8 jam 3. Nutritrional status : Food
2. Monitor status hidrasi, jika and fluid intake
diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai Setelah dilakukan tindakan
dengan retensi cairan keperawatan, resiko
4. Monitor vital sign setiap 15 kekurangan cairan dapat
menit teratasi, dengan kriteria hasil :
5. Pertahankan catatan intake dan 1. Mempertahankan urin
output yang akurat output sesuai dengan usia
6. Berikan cairan oral dan BB, BJ, urin normal
7. Dorong keluarga untuk 2. Tekanan darah, nadi, suhu
membantu pasien makan tubuh dalam batas normal
Kolaborasi 3. Tidak ada tanda-tanda
1. Berikan cairan infus dehidrasi
4. Jumlah irama pernapasan
normal
5. Eleketrolit, Hb, Hematokrit
dalam batas normal
6. pH urin dalam batas normal
7. intake oral dan intravena
adekuat
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di sekitar alveoli, menjadi
terhambat dan tidak berfungsi dengan maksimal.
Pneumonia sebagai salah satu penyakit infeksi masih merupakan
problem kesehatan masyarakat karena tingginya angka kesakitan dan
kematian di berbagai negara termasuk Indonesia. Di antara berbagai hal yang
menyebabkan kenaikan insidensi dan angka kematian akibat penumonia
adalah adanya penurunan proses imunologi. Selain itu, faktor kuman dan
lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan pula. Selain itu,
diperlukan pula penatalaksanaan paripurna dari seluruh disiplin ilmu,
termasuk perawat.
3.2. Saran
Sebelum terjangkit suatu penyakit, langkah yang terbaik sebelum
pengobatan adalah pencegahan. Langkah pencegahan penyakit pneumonia
antara lain:
1. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan lingkungan rumah
2. Membuat rumah dengan ventilasi yang cukup
3. Menghindari kebiasan merokok
4. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin di tempat-tempat
pelayanan kesehatan yang tersedia
5. Memberikan imunisasi dasar lengkap pada anak untuk pencegahan
penyakit infeksi
20
DAFTAR PUSTAKA
Asih, N. G. Y., & Effendy, C. (2003). Keperawatan Medikal Bedah, Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC
Davey, P. (2004). At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan. (I Made Kariasa & Ni Made Sumarwati, Penerjemah). Jakarta:
EGC
Francis, C. (2008). Perawatan Respirasi. Jakarta: Erlangga
Handoko, J. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Gangguan Sistem
Pernapasan : Pneumonia di Ruang Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kluwer, W. (2013). Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan (2nd
ed.). Jakarta: EGC
Mandal, B. K., Wilkins, E. G. L., Dunbar, E. M., & White, R. T. M. (2006).
Lecture Notes Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga
Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C. M., Gallo, B. M. (2011). Keperawatan
Kritis, Pendekatan Asuhan Holistik. (Nike Budhi Subekti, Nurwahyu, Eka
Anisa Mardella & Pamilih Eko Karyuni, Penerjemah). Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Jakarta: Mediaction Publishing.
Smeltzer, C. S., & Barre, G. B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.(Burnner dan Suddart, Penerjemah). Jakarta: EGC
Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Sudoyo, A. W., dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal
Publishing..
Widayanti, T. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Tn. K dengan Gangguan Sistem
Pernapasan : Pneumonia di Ruang Anggrek RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
21