Refka Demam Dengue (Fix)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

REFLEKSI KASUS MEI 2018

DEMAM DENGUE TANPA PERDARAHAN

Nama : I Made Andi Saputra


No. Stambuk : N 111 17 101
Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

Demam dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh


virus genus flavivirus , mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1,DEN-2,DEN-
3,DEN-4 dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau Aedes
abopticus. Dari 4 serotipe dengan yang terdapat diindonesia, DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat , diikuti
dengan serotipe DEN-2.1
Indonesia merupakan negara endemi Dengue dengan kasus tertinggi di
Aisa Tenggara. Pada tahun 2006 Indonesia melaporkan 53% dari kasus Dengue
dan hampir 80% kematian dengue dalam daerah Asia Tenggara. WHO
memperkirakan terjadi 50 juta kasus infeksi Dengue di seluruh dunia setiap
tahun.2
Pada tahun 2008 didapatkan angka kesakitan 58,85/ 100.000 penduduk.
Angka kematian menurun dengan stabil dari 41% pada tahun 1968 menjadi
kurang dari 2% sejak tahun 2000, dan pada tahun 2008 angka kematian menurun
menjadi 0,86%. Semua serotipe virus dengue ditemukan di Indonesia, namun
serotipe virus den-3 masih dominan menyebabkan kasus dengue yang berat dan
fatal.1
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi
klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile
illness), demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) dan demam berdarah
dengue disertai syok (dengue shock syndrome = DSS). Di dalam tubuh manusia,
virus berkembang biak dalam sistem retikuloendotelial dengan target utama
adalah APC (Antigen presenting cell) dimana pada umumnya makrofag jaringan
seperti sel kuppfer di sinusoid hepar. 2
Pertolongan yang cepat dan tepat sangat membantu penyelamatan hidup
pada kasus kegawatan demam berdarah dengue. Disfungsi sirkulasi atau syok
pada DBD, dengue shock syndrome (DSS), disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas vaskular yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya perfusi

2
organ. Pemberian cairan resusitasi yang tepat dan adekuat pada fase awal syok
merupakan dasar utama pengobatan DSS. Prognosis kegawatan DBD tergantung
pada pengenalan, pengobatan yang tepat segera dan pemantauan ketat syok. Oleh
karena itu peran dokter sangat membantu untuk menurunkan angka kematian.3

Berikut ini kasus demam dengue yang didapatkan di RSUD Undata Palu
pada tanggal `28 Maret 2018.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
 Nama Penderita : An. R
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 5 tahun 8 bulan
 Agama : Islam
 Alamat : Jl.Tinombala
 Tanggal masuk : 28 Maret 2018

II. ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Panas

 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien anak perempuan usia 5 tahun masuk RS dengan keluhan
panas. Panas dirasakan sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk RS. Panas
dirasakan terus menerus. Panas turun dengan pemberian obat penurun
panas hanya beberapa jam dan kemudian naik kembali. Panas tidak
disertai menggigil dan berkeringat. Pasien mengeluhkan sakit kepala(+)
sbersamaan dengan panas 5 hari yang lalu. Ibu pasien juga mengelukan
anaknya mengalami BAB cair pada hari ke 4 sebanyak 2 kali dalam sehari,
BAB cair disertai ampas, lendir(-), darah (-). BAB cair bersamaan dengan
muntah, muntah sebanyak 1 kali dalam sehari, muntah berisi air. Batuk (-),
pilek (-), sesak (-). Sakit menelan (-),kejang(-). Sejak sakit, pasien menjadi
kurang nafsu makan. Buang air kecil lancar.

 Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Pasien belum pernah memiliki keluhan seperti ini sebelumnya.

4
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama
 Riwayat Sosial-Ekonomi :
Menengah.
 Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Pasien merupakan anak yang aktif dalam lingkungan bermain. Lingkungan
tempat tinggal pasien merupakan lingkungan padat penduduk.
 Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
Ibu pasien sering memeriksakan diri ke bidan selama masa kehamilan,
tidak pernah mengalami kelainan selama masa kehamilan, hipertensi (-).
Pasien lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis dengan berat badan
lahir 2800 gram, panjang badan 49 cm. Proses persalinan dibantu oleh
bidan di Puskesmas.
 Riwayat Kemampuan dan Kepandaian :
Tengkurap dan telentang :4 bulan
Duduk :8 bulan
Merangkak :8 bulan
Berbicara :1 tahun
Berjalan :1 tahun
 Penyakit yang Pernah di Alami:
- Morbili : (-)
- Varicella : (-)
- Pertussis : (-)
- Diare : (-)
- Cacing : (-)
- Batuk / pilek : (+)
- Lain – lain : (-)
 Anamnesis Makanan:
Pasien mengkomsumsi ASI eksklusif saat berusia 0-4 bulan. Pasien
mengkonsumsi susu formula sejak usia 4 bulan hingga usia 5 tahun. Pasien

5
makan bubur saring sejak usia 4 bulan, dan makan nasi sejak usia 2 tahun
sampai sekarang.
 Riwayat Imunisasi:
Imunisasi dasar lengkap
III. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Berat Badan : 16 kg
 Tinggi Badan : 105 cm
 Status Gizi : Gizi Baik
BB/TB : 16/17 x 100% = 94%
BB/U : 16/20 x 100% = 80%
TB/U : 105/110 x 100% =95%
 Tanda Vital
- Denyut nadi : 110 Kali/menit
- Suhu : 38,5o C
- Respirasi : 30 kali/menit
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
 Kulit
Warna kulit kuning langsat, turgor kulit kembali cepat (<2 detik).Rumple
leed test (+).
 Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Tidak mudah tercabut, berwarna hitam
Mata : Edema palpebral (-/-), Conjungtiva: anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Cornea reflex : Normal
Pupil : Isokor (+/+)
Lensa : Jernih
Telinga : Otorrhea (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-), nafas cuping hidung (-)

6
Mulut : Bibir: sianosis (-), kering (-)
Lidah : Kotor (-)
Gigi : Caries (-)
Selaput mulut : Normal
Gusi : Perdarahan (-)
Tenggorokan : Tonsil T1/T1
Pharynx : Hiperemis (-)
Kelenjar : Pembesaran kelenjar getah bening (-); pembesaran
kelenjar tiroid (-)
 Thorax
Bentuk simetris, retraksi otot dinding dada (-)
 Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : vesiculer (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
 Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V
lineaparasternal dextra, batas kiri jantung SIC V
linea axilla anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-)
 Abdomen
- Inspeksi : Permukaan kesan datar
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Tympani (+).
- Palpasi : Organomegali (-), nyeri tekan (+)regio epigastrium,
hepatomegaly (-), lien tidak teraba (-).

7
 Genitalia : Tidak ada kelainan
 Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
 Punggung : Tidak ada deformitas
 Otot-otot : Eutrofi, tonus otot baik
 Refleks : Fisiologis (+/+), Patologis (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Rutin
Jenis Hasil
Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan Pemeriksaan
WBC 6,6 x 103 /uL 4,8 – 10,0 Normal
RBC 5,29 x 106 /uL 4,0 – 5,40 Normal
HGB 15 g/dl 11,5 – 14,5 Normal
HCT 45% 37,0 – 45,0 Normal
PLT 89 x 103 /uL 200 – 400 ↓

V. RESUME
Pasien anak perempuan usia 5 tahun masuk RS dengan keluhan
demam. Demam dirasakan sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk RS.
Demam dirasakan terus menerus. Demam turun dengan pemberian obat
penurun panas hanya beberapa jam dan kemudian naik kembali. Demam
tidak disertai menggigil dan berkeringat. Pasien mengeluhkan sakit kepala
(+) sejak demam 5 hari yang lalu. Ibu pasien juga mengelukan anaknya
mengalami BAB cair pada hari ke 4 sebanyak 2 kali dalam sehari, BAB
cair disertai ampas, lendir(-), darah (-). BAB cair bersamaan dengan
muntah, muntah sebanyak 1 kali dalam sehari, muntah berisi air. Batuk (-),
pilek (-), sesak (-). Sakit menelan (-),kejang(-). Sejak sakit, pasien menjadi
kurang nafsu makan. Buang air kecil lancar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis, status gizi : gizi baik (CDC 94%). Tanda-tanda

8
vital tekanan darah: 90/60 mmHg, suhu: 38,5°C, denyut nadi: 110x/menit,
dan respirasi: 30x/menit. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri
tekan epigastrium (+), Pemeriksaan rumple leed test (+). Hasil pemeriksaan
penunjang untuk darah rutin menunjukkan adanya trombositopenia sebesar
89 x 103/uL tanpa hemokonsentrasi (HCT: 45% normal).

VI. DIAGNOSIS KERJA


Demam dengue

VII. TERAPI
a. Medikamentosa
- IVFD RL 100 ml/jam
- Paracetamol Syr 4 x 1 ½ cth
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan biasa
- Anak dianjurkan cukup minum
- Observasi tanda-tanda vital per jam.
- Observasi diuresis

VIII. ANJURAN:
- Pemerikaan serologi dengue anti IgG dan dengue anti IgM
- Pemeriksaan darah rutin control
- Uji serologi widal

9
FOLLOW UP

(29 Maret 2018)


Subjek (S):
Demam (-) bebas demam hari ke-1, mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), sakit
kepala (-). Nafsu makan menurun, minum baik (+). BAB dan BAK lancar dan
biasa.
Objek (O):
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Status gizi : Gizi (CDC 94%)
d. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 80 kali/menit
o Respirasi : 24 kali/menit
o Suhu : 370C
o Tekanan darah : 90/60 mmHg
e. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-)
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Mulut: bibir:cyanosis (-)
Sistem pernapasan: Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi intercostal (-), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi sonor,
batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI, bunyi
auskultasi paru vesiculer (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-) regio epigastrium,hepatomegaly (-) dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).

10
Genitalia: Tidak ada kelainan (-).
Assesment (A):
Demam dengue

Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD RL 16 tpm
- PCT Syr 4 x 1 ½ cth (K/P)
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan biasa
- Anak dianjurkan cukup minum.
- Observasi tanda-tanda vital.
- Observasi diuresis

(30 Maret 2018)


Subjek (S):
Demam (-) bebas demam hari ke-2, mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), sakit
perut (-), sakit kepala (-). Nafsu makan kurang, minum baik (+). BAB (-) dan
BAK lancar.
Objek (O):
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Status gizi : Gizi (CDC 94%)
d. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 100 kali/menit
o Respirasi : 24 kali/menit
o Suhu : 36,70C
o Tekanan darah : 90/60 mmHg
e. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-)

11
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Mulut: bibir: cyanosis (-)
Sistem pernapasan: Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi intercostal (-), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi sonor,
batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI, bunyi
auskultasi paru vesiculer (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-), hepatomegaly (-) dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).
Genitalia: Tidak ada kelainan (-).

Assesment (A):
Demam dengue

Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD RL 16 tpm
- Paracetamol Syr 4 x 1 cth (K/P)
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan biasa
- Anak diajurkan cukup minum.
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi diuresis
Anjuran
Cek darah rutin

12
(31 Maret 2018)
Subjek (S):
Demam (-) bebas demam hari ke-3, mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), sakit
perut (-), sakit kepala (-). Nafsu makan baik, minum baik (+). BAB (-) dan BAK
lancar.
Objek (O):
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
f. Status gizi : Gizi (CDC 94%)
g. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 80 kali/menit
o Respirasi : 26 kali/menit
o Suhu : 36,70C
o Tekanan darah : 90/60 mmHg
h. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-)
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Mulut: bibir: cyanosis (-)
Sistem pernapasan: Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi intercostal (-), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi sonor,
batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI, bunyi
auskultasi paru vesiculer (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-), hepatomegaly (-) dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).

13
Genitalia: Tidak ada kelainan (-).

Assesment (A):
Demam dengue dengan perdarahan.

Plan (P):
c. Medikamentosa
- IVFD RL 16 tpm
- Paracetamol Syr 4 x 1 ½ cth (K/P)
d. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan biasa
- Anak diajurkan cukup minum.
- Observasi tanda-tanda vital.
- Observasi diuresis
Darah rutin (13 November 2017)
Jenis Hasil
Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan Pemeriksaan
WBC 6,45 x 103 /uL 4,8 – 10,0 Normal
RBC 4,46 x 106 /uL 3,8 – 5,2 Normal
HGB 13,8 g/dl 11,5 – 14,5 Normal
HCT 41,5% 35,0 – 47,0 Normal
PLT 105 x 103 /uL 150 – 440 ↓

14
DISKUSI

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan seorang
pasien anak perempuan usia 5 tahun masuk RS dengan keluhan demam. Demam
dirasakan sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk RS. Demam dirasakan terus
menerus. Demam turun dengan pemberian obat penurun panas hanya beberapa
jam dan kemudian naik kembali. Demam tidak disertai menggigil dan berkeringat.
Pasien mengeluhkan sakit kepala(+) sejak demam 5 hari yang lalu. Batuk (-),
pilek (-),sesak (-). Sakit menelan(-) ,kejang(-), mual (+), muntah (+). Sejak sakit,
pasien menjadi kurang nafsu makan, Buang air kecil lancar. Pada pemeriksaan
fisis didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, status
gizi : gizi baik (CDC 94%). Tanda-tanda vital tekanan darah: 90/60 mmHg, suhu:
38,5°C, denyut nadi: 110 x/menit, dan respirasi: 30 x/menit. Pemeriksaan rumple
leed test (+). Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan adanya nyeri tekan pada
epigastrium(+). Hasil pemeriksaan penunjang untuk darah rutin menunjukkan
trombositopenia sebesar 89 x 103/uL tanpa hemokonsentrasi (HCT: 45% normal).
Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara nyamuk
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Keempat serotipe dengue terdapat di
Indonesia, DEN-3 merupakan serotipe dominan dan banyak berhubungan dengan
kasus berat, diikuti serotipe DEN-2. Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi
rata-rata 10-25 per 100.000 penduduk, namun angka kematian telah menurun
bermakna <2%. Umur terbanyak yang terkena infeksi dengue adalah kelompok
umur 4-10 tahun, walaupun makin banyak kelompok umur lebih tua. Spektrum
klinis infeksi dengue dapat dibagi menjadi (1) gejala klinis paling ringan tanpa
gejala (silent dengue infection), (2) demam dengue (DD), (3) demam berdarah

15
dengue (DBD) dan (4) demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok
dengue/DSS).4
Secara umum patogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh interaksi
berbagai komponen dari respon imun atau reaksi inflamasi yang terjadi secara
terintegrasi. Sel imun yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus dengue
yaitu sel dendrit, monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit. Akibat interaksi
tersebut akan dikeluarkan berbagai mediator antara lain sitokin, peningkatan
aktivasi sistem komplemen, serta terjadi aktivasi limfosit T. Apabila aktivasi sel
imun tersebut berlebihan, akan diproduksi sitokin (terutama proinflamasi),
kemokin dan mediator inflamasi lain dalam jumlah banyak. Akibat produksi
berlebih dari zat-zat tersebut akan menimbulkan berbagai kelainan yang akhirnya
menimbulkan berbagai bentuk dan gejala infeksi virus dengue.5
Demam dengue sering ditemukan pada anak besar, remaja, dan dewasa.
Setelah melalui masa inkubasi dengan rata-rata 4-6 hari (rentang 3-14 hari),
timbul gejala berupa demam, myalgia, sakit punggung, dan gejala konstitusional
lain yang tidak spesifik seperti rasa lemah (malaise), anoreksia, dan gangguan rasa
kecap. Demam pada umumnya timbul mendadak, tinggi (39oC-40oC), terus
menerus (pola demam kurva kontinua), bifasik, biasanya berlangsung antara 2-7
hari. Pada hari ketiga sakit pada umumnya suhu tubuh menurun, namun masih di
atas normal, kemudian suhu naik tinggi kembali, pola ini disebut sebagai pola
demam bifasik. Demam disertai myalgia, sakit punggung (karena gejala ini,
demam dengue pada masa lalu disebut sebagai breakbone fever), arthralgia,
muntah, fotofobia (mata seperti silau saat terkena cahaya dengan intensitas
rendah) dan nyeri retroorbital pada saat mata digerakkan atau ditekan. Gejala lain
dapat ditemukan berupa gangguan pencernaan (diare atau konstipasi), nyeri perut,
sakit tenggorokan, dan depresi.5
Pada kasus ini, anak datang dengan keluhan demam naik turun sejak 5 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demam disertai sakit kepala. Nafsu makan
anak berkurang serta anak terlihat lemas. Anak juga BAB cair sebanyak 2 kali
sebelum MRS, BAB cair disertai ampas, lendir(-), darah(-).

16
Pada hari sakit ke-3 atau 4 ditemukan ruam maculopapular atau
rubeliformis, ruam ini segera berkurang sehingga sering luput dari perhatian orang
tua. Pada masa penyembuhan timbul ruam di kaki dan tangan berupa ruam
maculopapular dan petekie diselingi bercak-bercak putih (white islands in the sea
of red), dapat disertai rasa gatal yang disebut sebagai ruam konvalesens.
Manifestasi perdarahan pada umumnya sangat ringan berupa uji tourniquet yang
positif atau beberapa petekie spontan. Pada beberapa kasus demam dengue dapat
terjadi perdarahan massif.5
Kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO 2011 dibagi menjadi
infeksi dengue dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue
simtomatik terbagi menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus) dan
demam dengue (DD) sebegai infeksi dengue ringan; sedangkan infeksi dengue
berat terdiri dari demam berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue.
Perembesan plasma sebagai akibat plasma leakage merupakan tanda
patognomonik DBD, sedangkan kelainan organ lain serta manifestasi yang tidak
lazim dikelompokkan ke dalam expanded dengue syndrome atau isolated
organopathy. Secara klinis, DD dapat disertai perdarahan atau tidak, sedangkan
DBD dapat disertai syok atau tidak.5
Diagnosis demam dengue dengan dapat ditegakkan berdasarkan penilaian
klinis pada pasien yaitu terdapat:(1) demam 2-7 hari yang timbul mendadak,
tinggi, terus-menerus, bifasik; (2) ada manifestasi perdarahan baik spontan seperti
petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau
melena; maupun berupa uji tourniquet positif. (3) nyeri kepala, myalgia,
arthralgia, nyeri retroorbital; (4) dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah,
rumah atau di sekitar rumah; (5) leukopenia <4.000/mm3 serta (6)
trombositopenia <100.000/mm3. Apabila ditemukan gejala demam dengan adanya
dua atau lebih tanda dan gejala lain, diagnosis klinis demam dengue dapat
ditegakkan.5
Pada kasus ini, anak didiagnosis demam dengue dengan memenuhi kriteria
demam,nyeri kepala, serta trombositopenia 89.000/mm3, Uji tourniquet (+). Pada

17
kasus ini tidak ditemukan adanya hemokonsentrasi sehingga anak ini belum
didiagnosis DBD.
Pengobatan demam dengue bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas
adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan.
Perembesan plasma dapat mengakibatkan syok, anoksia, dan kematian. Deteksi
dini terhadap adanya perembesan plasma dan penggantian cairan yang adekuat
akan mencegah terjadinya syok, Perembesan plasma biasanya terjadi pada saat
peralihan dari fase demam (fase febris) ke fase penurunan suhu (fase afebris).
Oleh karena itu pada periode kritis tersebut diperlukan pengawasan klinis dan
pemantauan kadar hematokrit dan jumlah trombosit. Pemilihan jenis cairan dan
jumlah yang akan diberikan merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Kunci
keberhasilan tatalaksana DBD/SSD terletak pada ketrampilan para dokter dapat
mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis,
fase syok) dengan baik.5
Terapi yang diberikan pada pasien ini meliputi terapi suportif dan
simtomatik. Terapi suportif yang diberikan adalah pemasangan infus cairan
intravena berupa ringer laktat. Menurut referensi Ringer laktat adalah salah satu
larutan kristaloid yang direkomendasikan WHO pada terapi DBD. Secara umum,
penggunaan kristaloid dalam tatalaksana DBD aman dan efektif. Ada dua hal
yang penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairan khususnya pada
penatalaksanaan demam berdarah dengue: pertama adalah jenis cairan kedua
adalah jumlah serta kecepatan cairan yang akan diberikan. Karena tujuan terapi
cairan adalah untuk mengganti kehilangan cairan di ruang intravascular, pada
dasarnya baik kristaloid maupun koloid dapat diberikan. WHO menganjurkan
terapi kristaloid sebagai cairan standar dibandingkan koloid, dikarenakan
kristaloid lebih mudah didapat dan lebih murah. Jenis cairan yang ideal yang
sebenarnya dibutuhkan dalam penatalaksanaan antara lain memiliki sifat bertahan
lama di intravascular, aman dan relatif mudah di ekskresi, tidak mengganggu
sistem koagulasi tubuh, dan memiliki efek alergi yang minimal.5
Anak yang menderita infeksi dengue perlu diperhatikan warning signs.
Warning signs yaitu: (1) Tidak ada perbaikan klinis setelah demam reda; (2)

18
Menolak makan/minum; (3) Muntah berulang; (4) Nyeri perut hebat; (5) Lethargi,
perubahan perilaku; (6) Pucat, ekstremitas dingin; (7) Perdarahan, epistaksis,
BAB hitam, hematemesis, menoragia, BAK coklat (hemoglobinuria atau
hematuria); serta (8) Diuresis menurun selama 4-6 jam. Apabila terdapat tanda
bahaya sebaiknya anak diberikan rawat inap serta pemantauan klinis dan
laboratorium.7
Terapi suportif pada kasus ini anak dengan tanda-tanda vital stabil,
diberikan cairan IVFD RL awlanya 5 ml/kgBB/jam, yaitu pada kasus ini diberikan
100 ml/KgBB/Jam, Kemudian amati tanda-tanda vital setiap jam, dan observasi
diuresis . Karena sudah ada perbaikan diuresis maka cairan ditrunkan menjadi 3
ml/kgBB/jam, yaitu menjadi 16 tetes per menit.
Terapi simtomatik diberikan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan.
Terapi simtomatis yang dapat diberikan yaitu pemberian Sirup paracetamol 4x1
cth jika perlu, diberikan apabila anak demam. Hindari pemakaian
aspirin/NSAID/ibuprofen. Serta pemberian kompres hangat. Terapi lain yang
dapat diberikan seperti tirah baring, diet makanan biasa serta anak diajurkan
cukup minum, boleh air putih atau teh namun lebih baik jika diberikan cairan
yang mengandung elektrolit seperti jus buah, oralit atau air tajin. Jus buah seperti
jus jambu biji banyak memiliki kandungan vitamin C dan vitamin A yang tinggi.
Vitamin C berfungsi dalam meningkatkan kecerdasan sel, sedangkan vitamin A
berfungsi menjaga regenerasi sel agar selalu tepat waktu. Kehadiran dua vitamin
ekstra dalam jambu biji tadi amat penting bagi asam amino dalam jambu biji
mampu membentuk trombopoietin dari serin dan threonine, yang berfungsi dalam
maturase megakariosit menjadi trombosit. Memperbanyak minum air putih untuk
mengembalikan homestasis (kecenderungan menetap dalam keadaaan tubuh
normal dalam organisme) cairan tubuh.5,6
Nasihat yang diberitahukan kepada orang tua tentang melakukan kegiatan
pencegahan yakni 3M plus: menutup, menguras, mengubur barang-barang bekas
yang menampung air. Plus jangan menggantung pakaian, menabur bubuk abate di
dalam penampungan air serta menggunakan kelambu ketika tidur.5

19
Komplikasi pada infeksi dengue seperti (1) kelebihan cairan yang dapat
ditemukan pada fase kritis dan konvalesens, (2) perdarahan massif akibat adanya
aktivasi koagulasi yang luas menyebabkan pembentukan fibrin intravascular dan
oklusi pembuluh darah kecil yang mengakibatkan timbulnya thrombosis, serta (3)
kelainan ginjal sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Pada
pasien ini, tidak terdapat komplikasi.5
Kriteria pasien dapat dipulangkan apabila sudah tidak demam selama 48
jam tanpa antipiretik, nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara klinis,
hematokrit stabil, hematokrit stabil, tiga hari setelah syok teratasi, jumlah
trombosit > 50.000/mm3 dan cenderung meningkat, serta tidak dijumpai adanya
distress pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis), diuresis >1
ml/kgBB/jam, tidak ada tanda penimbunan cairan seperti edema, acites,
hepatomegali. 5
Pada kasus ini, pasien sudah di pulangkan karena sudah memenuhi kriteria
tidak demam selama 48 jam tanpa antipiretik, nafsu makan membaik, tampak
perbaikan secara klinis. Serta jumlah trombosit 105.000/ μl (>50.000/ μl) dan
cenderung meningkat, dan tidak ada distress pernapasan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Soegeng Soegijanto. 2008. Demam Berdarah Dengue – Edisi 2. Surabaya:


Airlangga University Press
2. Depkes RI. 2004. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan
3. IDAI 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia
4. Sumarmo, 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jakarta.
5. IDAI, 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue
pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
6. Sunaria, M.D, 2015. Ekstrak Jambu Biji Bisa Mengatasi Demam Berdarah
Dengue. Artikel Kesehatan IDAI Cabang Ngada Nusa Tenggara Timur.

21

Anda mungkin juga menyukai