9591 Routing Rip

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

JOB 5

CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS – MULTIUSER

TUJUAN
Untuk memahami asoek dasar DS-CDMA pada kasus saru user dan kasus dua user.

TEORI DASAR
1. Mengapa Mengunakan Teknik Spread Spectrum ?
Rumus Shannon untuk kapasitas kanal adalah sebuah hubungan antara kecepatan bit
yang dapat dicapai, bandwidth snyal dan SNR.
Kapasitas kanal = bandwidth x log2 (1 + SNR)
Ketika sinyal jauh lebih kecil dari noise atau dibawah kondisi SNR yang sangat
rendah hubungan diatas menjadi jauh lebih sederhana yaitu
𝒌𝒂𝒑𝒂𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒌𝒂𝒏𝒂𝒍
= 𝟏, 𝟒𝟒 𝒙 𝑺𝑵𝑹
𝒃𝒂𝒏𝒅𝒘𝒊𝒅𝒕𝒉
Dari hubungan diatas kita dapat menyampaikan bahwa SNR dapat ditukarkan dengan
bandwidth atau sebaliknya. Jika ada sebuah cara untuk mengkodekan data kita
kedalam sebuah bandwidth sinyal yang sangat besar, maka tranmisi bebas error
mungkin akan akan terjadi pada kondisi SNR yang sangat rendah. Ini adalah sebuah
alasan kenapa teknik spread spectrum digunakan.

2. Keuntungan Teknik Spread Spectrum


a. Kemampunan pengalamatan secara selektif

jika sinyal disebar dan dikodekan dengan benar, maka sinyal hanya dapat dikodekan
oleh sebuah penerima yang mana mengetahui kode pamancar dan dengan demikian
sebuah penerima khusus dalam sebuah group dapat dijadikan sasaran. Ini diistilahkan
dengan CdeDivision Multiple Access.
b. Berbagi Bandwidth

Jika kode-kode modulasi yang cocok dipilih, itu mungkin untuk mempunyai
pasangan pemancar dan penerina yang banyak dengan menggunakan bandwidth yang
sama.
c. Keamanan

Itu sangat sulit untuk menangkat sinyal jika kode modulasi pada transmisi spread
spectrum tidak diketahui. Jika kode spreading yang cocok diketahui untuk
memodulasikan maka sinyal akan dilihat sebagai noise acak dan bukan sebagai sinyal
yang berguna. Dan juga link spread spectrum mempunyai sedikit daya dari pada link
radio biasa, yang mempunyai bandwidth radio biasa yang mempunyai bandwidth
lebar dan dengan demikian pengetahuan tentang link kode spreading diperlukan untuk
mendemodulasi. Dengan demikian itu sangat sulit untuk mendeteksi.
d. Tahan terhadap interferensi

Jika sinyal lain berinterferensi dangan sinyal spread spectrum, itu akan ditolak oleh
demodulator sebagai noise acak dan dengan demikian menyediakan nilai error kecil
bahkan dengan sinyal yang kecil.
3. Direct Squence Spread Spectrum
Teknik Spread Spectrum dapat dibagi kedalam Direct Sequence Spread
Spectrum (DSSS) dan Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS). Dalam DSSS
rentetan pseudo random diaplikasikan secara random ke data baseband yang
memasuki modulator carrier. Oleh karena itu, modulator melihat kecepatan bit yang
jauh lebih besar, yang mana sama dengan kecepatan chip pada rentetan PN. Rentetan
kode ini adalah kode biner pseudo random atau PN yang secara khusus dipilih untuk
mempunyai karateristik yang diinginkan .dalam hal efek, kita sedang memancarkan
noise berpita lebar seperti sinyal berisi data pesan yang diikutkan. Periode waktu
sebuah bit dalam kode PN dinamakan chip (durasi chip) dan kecepatan bit kode PN
dinamakan kecepatan chip. Jadi kecepatan chip = kecepatan satu koe bit PN.
4. Kode Spreading
Kode spreading atau rentetan kode PN seharusnya diseimbangkan dengan
jumlah yang sama antara jumlah bit satu dengan jumlah bit nol sepanjang rentetan
tersebut dan juga keamana kriptograpi. Beberapa rentetan kode Pn yang paling poller
adlah Barker, M- Sqeunce, Gold dan Walsh. Rentetan yang lebih komplek
menydiakan link yang lebih kuat tetapi implementasi menjadi lebih mahal. Kita
mempunyai kode spreading orthogonal, kode spreading non-rthogonal, dan kode
spreading campuran.
a. Kode spreading orthogonal
Sebuah himpunan penting kode-kode orthogonal adalah himpunan walsh. Fungsi-
fungsi walsh dihasilkan dengan menggunakan proses iterative untuk menghasilkan
matrix Hadamard yang dimulai dengan H1 =(1)
b. Kode spreading non-orthogonal
Untuk memberikan sifat ortogonalitas diantara user dan untuk interferensi diantara
user dengan menggunakan teknik spread spectrum, kode spreading non-ortogonal
digunakan. Kode non-ortogonal dihasilkan dengan menggunakan metode LFSR.
LFSR adalh shift register tang bit inputnya adalah sebuah fungsi linear dari
keadaan sebelumnya. Nilai LFSR dinamakan Seed.
c. Kode spreading campuran
Kode-kode spreading campuran dihasilkan untuk keuntukngan kedua kode
orthogonal dan non-ortogonal. Kode campuran dihasilkan dengan memperkalikan
kode-kode orthogonal dank ode non-ortogonal.
5. Masalah Nea-Far
Masalah utama CDMA adalah efek near – Far. Pertimbangkanlah sebuah
penerima dan dua pemancar; satu dekat dengan penerima; yang lain jauh. Jika keduap
emancara serempak memancara dengan daya yang sama, maka penerima akan
menerima daya lebih banyak dari pemancara yang dekat daripada pemancar yang
jauh. Ini membuat pemancar yang jauh akan lebih sulit untuk diterima dan bahkan
tidak dipahami. Dalam sebuah system CDMA, umumnya ini diselesaikan dengan
daya output dinamis pada pemancar base station dengan cara pemancar yang leibh
dekat menggunakan daya yang lebih sedikit sehingga SNR untuk semua pemancar
dipenrima kasarnya terlihat sama. Masalah Near-Far sebenarnya adalah sebuah
masalah uplink, tetapi dalam job ini dianggap sebagai masalah downlink untuk
mempermudah implementasi.
6. Efek Delay pada Spreading Data
Jika sinyal dari suatu user tiba dengan sedikit tertunda dibandinkan dengan
user lain, ortogonalitas antara user 1 dan user 2 akan hilang. Ketika sebuah penerima
CDMA men-despread sinyal maka penerima menghitung cross correlation antara
sinyal dan rentetan PN. Efek delay dipelajari untuk 3 jenis kode spreading. Satu user
yang tibe terlambat terhadap user lain dilakukan dengan memperkenalkan delay
antara dua user. Terlihat bahwajenis kode campuran mempunyai konstelasi yang lebih
bagus dibandingkan dua jenis kode lainnya.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Rangkaian WiCOMM-T dalam format baseband loopback seperti gambar di bawah

2. Pasang modul pada gambar diatas pada unit BaseUnit.


3. Hubungkan modul base unit ke PC dengan kabel USB.
4. Hubungkan kabel power WiCOMM-T dan switch on modul maka led reset akan
menyala.
5. Bangkitkan sampel-sampel modem pemancar dengan cara berikut :
a. Buka matlab ketik command berikut pada promt Matlab Command yaitu
Addpath ’C:\WiCOMM-T\Console’
Kemudian ketik enter
b. Ketik command berikutnya
WiCOMM-T
Kemudian enter dan akan muncul gambar seperti di bawah

c. Klik tombol ‘INITIALIZE’ dan akan muncul window “Cyperss USB Console”
d. Pilih Option pada menu paling atas, kemudian pilih ‘EZ-USB Interfsce’
e. Klik tombol download untuk mendownload driver WBU’s USB
f. Setelah didownload, pilih window USB Console dan pilih ‘Alt setting’ as ‘2’ pada
item configuration interface.

Kemudian close

g. Kembali kegambar WiCOMM-T Console pada langkah 5.b lalu klik tombol
Experiment

h. Pada item Experiment pilih ‘DSSS CDMA Multiuser’ dalam kotak sebelah kanal
dan pilih ‘IF’
i. Pilih parameter spreading code dengan orthogonal.
j. Pilih user power dengan A1=1; A2=0 jika menggunakan 1 user
k. Pilih delay dengan 0
6. Transmisikan sampel-sampel model melalui WiCOMM-T untuk setiap parameter
diatas dengan cara sebagai berikut :
a. Kembali kegambar WiCOMM-T console pada langkah 5.b, klik tombol ‘RUN’
dan akan muncul gambar WBU. Jangan mengubah TX dan RX file. Atur sampling
menjadi 2Mbps

b. Pada menu sebelah kanan dari WBU console pilih menu pertama, sehingga akan
muncul gambar berikut

c. Klik tombol START pada WBU concole untuk memulai memancar dan menerima
sampel-sampel modem. Ikon TX dan RX akan berkedip yang menandakan
peralatan memancar dan menerima dengan benar. Ini dapat diyakinkan dengan
melihat window static.
7. Analisa sampel-sampel model yang diterima dengan cara :
a. Apabila paket yang dikirimkan pada static window sudah mencapai 100000 paket,
klik tombol stop. Catat semua nilai yang diperlihatkan static
b. Aktifkan layar WEC kemudian kli tombol ‘ANALIZE’
8. Gambar semua plot yang dihasilkan oleh matlab dan catat hasi analize.
9. Hitung nilai BER
10. Ubah parameter user power ke A1 = 1; A2 = 2 untuk masing-masing nilai delay
3,5,10
11. Ulangi langkah 5.1 – 9
12. Ubah parameter user power ke A1 = 2; A2 = 2 untuk masing-masing nilai delay
3,5,10
13. Ulangi langkah 5.1 – 9
14. Ubah parameter user power ke A1 = 3; A2 = 2 untuk masing-masing nilai delay
3,5,10
15. Ulangi langkah 5.1 – 9
16. Ubah parameter spread code ke non-orthogonal
17. Ulangi langkah 5.j -15
18. Ubah parameter non-orthogonal ke mixed
19. Ulangi langkah 5.j -15
20. Sekarang rangkailah Wicomm-T dalam format IF loop-back seperti pada gambar

21. Ulangi langkah 5-19


22. Sekarang gunakan 2 wicomm-T dan 2 PC dimana yang satu berfungsi sebagai
pemancar dan yang satu sebagai penerima. Pada level baseband denga menggunakan
modul RF seperti pada gambar dibawah.
Hubungkan setiap Wicomm-T ke setiap PC dan ulangi langkah 5 – 19 pada langkah
6.b pilih item Direction pada setiap PC dimana satu PC sebagai Tx dan ayng satu
sebagai Rx. Kemudian klik tombol OK
JOB 6
CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS – MULTIPATH

TUJUAN
Untuk mengamati kinerja BER DS-CDMA yang menggunakan kode-kode campuran dalam
multipath dengan menggunakan penerima RAKE dalam kasus satu user.Untuk mengamati
kinerja BER penggabung MRC dang penggabung equal yang berubah terhadap SNR

TEORI DASAR
1. Apa itu Multipath ?
Multipath terjadi sebuah sinyal radio terbagi menjadi dua atau lebih sinyal yang
menyebabkan antenna penerma menerima lebih banyak sinyal yang sama. Sinyal radio
dapat dibagi oleh penghalang-penghalang seperti meja kursi dll.sebagaimana sinyal
mengenaisebuah objek maka sinyal terpantul menyebakan saluran yang lebih panjang
kepenerima. Semakin panjang saluran, semakin besar delay. Sebagaimana saluran radio
didelay, sinyal akan mencapai antenna penerima dalam waktu yang berbeda yang
kadang-kadang tumpeng tindih. Penerima menjadi dikacaukan oleh banyak sinyal
tersebut dan tidak mendeteksi dengan benar yang menyebabkan kesalahan data
sehingga memerlukan trasmisi ulang sinyal.kinerja dapat dikurangi oleh delaya data
dan transmisi ulang.

2. Efek Multipath Pada Kinerja DS-CDMA


CDMA toleran terhadap delay multipath sinyal spreading sebagaimana sinyal yang
didelay oleh lebih dari satu waktu chip yang menjadi tidak berkolerasi dengan kode PN
yang digunakan untuk mengkodekan sinyal. Ini menyebabkan multipath sebagai noise.
Noise ini menghasilkan peningkatan jumlah interferensi yang terlihat oleh setiap user
yang berhuungan dengan multipath sehingga menyebabkan BER bertambah.

3. Penerima RAKE
Sebuah penerima RAKE adalah sebuah penerima radio yang dirancang untuk
menghilangkan efek multipath fading. RAKE menggunakan sejumlah sub penerima
yang disebut finger. Setiap finger adalah sebuah correrator yang dirancang untuk
sebuah komponen multipath yang berbeda. Setiap fingermengkodekan satu komponen
multipath. Output semua correlator digabung untuk menaikkang SNR dalam
lingkungan multipath. Kanal multipath melalu sebuah gelombang radio yang memancar
dapat dianggap sebagai gelombang LOS yangmemancar plus sejumlah komponen
multipath. Komponen multipath adalah tiruan-tiruan gelombang asli yang didelay yang
merambat melalu salurang echo yang berbeda, masing-masing komponen multipath
mempunya besar aplitudo yang berbeda-beda dan waktu tiba yang berbeda pula.
4. Maximum Ratio Combining (MRC)
Disini sinyal dari path yang berbeda diarahkan untuk mencari ratio tegangannya
masing-masing denga daya noise kemudian dijumlahkan. Dengan demikian maximum
ratio combining menghasilkan output SNR sam dengan penjumlahan masing-masing
SNR yang mana output SNR tersebut adalah SNR yang diterima bahkan ketika tad ada
satupun dari masing-masing sinyal diterima. Dalam MRC penerima membetulkan
perputaran phasa yang disebabkan fading dan kemudian menggabungkan sinyal-sinyal
dari path yang berbeda yang diterima dari setiap kekuatan saluran. Sejak setiap saluran
mengalami redaman yang berbeda, menggabungkan mereka dengan besar yang berbeda
menghasilkan sebuah solusi pada kanal AWGN. MRC adalah optimum 7untuk
menghasilkan informasi dari saluran-saluran yang berbeda untuk mencapai decoding
dari AWGN.

5. Equel Gain Combining (EGC)


Dalam beberapa kasus, itu tidak cocok untuk menggabungkan maximum ratio
combining. Dalam kasus seperi ini, besar setiap finger semua diset ke satu, tapi sinyal-
sinyal dari setiap finger di co-pase yang tuk menyediakan gain combiningdiversity yang
sama. Ini membolehkan penerima untuk menerima sinyal –sinyal yang diterima secara
serempak pada masing-masing cabang. Kemungkinan menghasilkan sinyal yang dapat
diterima dari sejumlah input yang tak dapat diterima masih dapat dijaga, dan kinerja
hanya tidak bagus dibanding MRC. Penerima membetulkan perputaran pahsa yang
diterima, yang disebabkan oleh kanal fading dan menggabungkan sinyal-sinyal yang
diterima dari path yang berbeda dengan besar yang sama. Dalam fading Rayleigh
kinerja MRC paling bagus. Kinerja MRC sama dengan kinerja EGC jika sinyal dari
setiap path sama kuatnya.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Rangkaian WiCOMM-T dalam format baseband

2. Pasang modul pada gambar diatas pada unit BaseUnit


3. Hubungkan modul base unit ke PC dengan kabel USB.
4. Hubungkan kabel power WiCOMM-T dan switch on modul maka led reset akan
menyala.
5. Bangkitkan sampel-sampel modem pemancar dengan cara berikut :
a. Buka matlab ketik command berikut pada promt Matlab Command yaitu
Addpath ’C:\WiCOMM-T\Console’
Kemudian ketik enter
b. Ketik command berikutnya
WiCOMM-T

Kemudian enter

c. Klik tombol ‘INITIALIZE’ dan akan muncul window “Cyperss USB Console”
d. Pilih Option pada menu paling atas, kemudian pilih ‘EZ-USB Interfsce’

e. Klik tombol download untuk mendownload driver WBU’s USB


f. Setelah didownload, pilih window USB Console dan pilih ‘Alt setting’ as ‘2’ pada
item configuration interface.

Kemudian close

g. Kembali kegambar WiCOMM-T Console pada langkah 5.b lalu klik tombol
Experiment

h. Pada item Experiment pilih ‘DSSS CDMA Multipath’ dalam kotak sebelah kana
dan pilih ‘IF’
i. Pilih SNR maximum dan minimum untuk membangkitkan modem pemancar.
6. Transmisikan sampel-sampel model melalui WiCOMM-T untuk setiap parameter
diatas dengan cara sebagai berikut :
a. Kembali kegambar WiCOMM-T console pada langkah 5.b, klik tombol ‘RUN’
dan akan muncul gambar WBU. Jangan mengubah TX dan RX file. Atur sampling
menjadi 2Mbps

PERINGATAN : JANGAN MENGUBAH TX FILE ATAU RX FILE

b. Pada menu sebelah kanandari WBU console pilih menu pertama, sehingga akan
muncul gambar berikut

Kemudian pilih item direction dengan Tx dan Rx dan klik OK.

c. Klik tombol START pada WBU concole untuk memulai memancar dan menerima
sampel-sampel modem. Ikon TX dan RX akan berkedip yang menandakan
peralatan memancar dan menerima dengan benar. Ini dapat diyakinkan dengan
melihat window static.
7. Analisa sampel-sampel model yang diterima dengan cara :
a. Apabila paket yang dikirimkan pada static window sudah mencapai 100000 paket,
klik tombol stop. Catat semua nilai yang diperlihatkan static
b. Aktifkan layar WEC kemudian kli tombol ‘ANALIZE’
8. Gambar plot BER yang dihasilkan untuk teknik MRC dan EGC
9. Sekarang rangkailah Wicomm-T dalam format IF loop-back seperti pada gambar

10. Ulangi langkah 5.i-8


11. Sekarang gunakan 2 wicomm-T dan 2 PC dimana yang satu berfungsi sebagai
pemancar dan yang satu sebagai penerima. Pada level baseband denga menggunakan
modul RF.

Hubungkan setiap Wicomm-T ke setiap PC dan ulangi langkah 5 – 19 pada langkah


6.b pilih item Direction pada setiap PC dimana satu PC sebagai Tx dan ayng satu
sebagai Rx. Kemudian klik tombol OK.
JOB 7
GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION ( GSM )
TUJUAN
 Memahami teknik Gaussian minimum shift keying
 Merancang penerima menggunakan alogaritma viterbi
 Mempelajari BER menggunakan viterbi

TEORI DASAR
1. Modulasi GMSK
Offset QPSK diperloleh dari QPSK dengan mendelay aliran data Q selama 1 bit
dengan merujuk ke aliran data LMSK dari QPSK dengan mengganti amplitude pulsa
rectangular dengan ½ siklus pulsa sinusoidal. Modulasi MSK membuat perubahan
𝜋
phasa yang linear dan dibatasi sampai perubahan phasa sebesar ± 2 melalui interval
bit sebesar T. Karena perubahan phasa yang linear ini, density spectrum daya
mempunyai side lobe yang rendah yang membantu mengontrol inteferensi kanal
bersebelahan. Dalam MSK apabila ½ pulsa sinus diganti dengan pulsa Gaussian maka
modulasi dinamakan GMSK.

2. Mengapa modulasi GMSK digunakan untuk GSM ?


Phasa sinyal yang dipancarkan dalam skema GMSK terus menerus diperhalus dengan
filter Gaussian. Ini menghasikan spectrum yang lebih sesuai yang memungkinkan
penggunaan spectrum frekuensi yang lebih bagus. Energy side lobe GMSK lebih
sedikit dan dengan demikian jarak kanal dapat lebih sempit. Spectrum yang compact
adalah keuntungan sebuah mobile communication dimana operator membayar
premium untuk bandwidth. Selanjutnya modulasi phasa membuat sinyal yang
dipancarkan mempunyai selubung konstan. Selubung yang konstan ini
memungkinkan menggunkan penguat daya kelas C yang berbiaya rendah pada
penerima dan dengan demikian mengurangi seluruh biaya.

3. Pembangkit sinyal GMSK


Untuk menghasilkan sinyal GMSK aliran data input penerima dilewatkan melalui
LPF Gaussian dengan Time-Bandwidth product sebesar 0,3. Filter ini dengan sengaja
menghasilkan ISI yang melebarkan bit-bit dengan periode sebesar 3 bit. Jadi dengan
pulsa 1 bit akan menjadi pulsa selebar 3 bit. Respon impuls LPF Gaussion adalah :
𝑇 𝑇
1 𝑡− 𝑡+
2 2
𝑔(𝑡) = 2𝑇 [𝑄 (2𝜋𝐵𝑇 𝑇√𝐼𝑛 2) − 𝑄 (2𝜋𝐵𝑇 𝑇√𝐼𝑛 2)]

Dimana Q didefinisikan oleh 𝑠(𝑛) = cos(∅(𝑛)) + 𝑓 sin(∅(𝑛))

Kemudian phasa sinyal yang dimodulasi diperoleh dari


𝑡−𝑖𝑇
∅(𝑡) = ∑ 𝑏𝑖 ℎ𝜋 ∫ 𝑔(𝑢)𝑑𝑢
−∞

Dimana h adalah factor modulasi dan 𝑏𝑖 data NRZ yang memodulasi sinyal GMSK
dirumuskan dengan
𝑠(𝑡) = cos(∅(𝑡)) + 𝑗 sin( ∅ (𝑡))

Fungsi respon phasa q{n} adalah q(t) yang disampel dengan frekuensi sampling
sebesar Fs yang diperluas dari -1,5 sampai ∞, dimana
𝑡
𝑞(𝑡) = ℎ𝜋 ∫ 𝑔(𝑢)
−∞

4. Pemancar GSM
Setiap frame pemancar GSM berisi 156,25 simbol. 6 frame dinamakan hyper frame.
Jadi satu hyper frame berisi 6 X 156,25 = 937,5 simbol. 10 hyper frame yang diulangi
1 setelah yang lain merupakan informasi yang dipancarkan. Total jumlah sampel yang
dipancarkan adalah 7500 sampel. Struktur frame pemancar GSM terdiri dari 2 frame
pertama untuk identifikasi yaitu FCCH atau Frequency Control Channel dan SCH
atau Synchronization Channel. 4 frame tersisa membawa data dan informasi untuk
dipancarkan.
 FCCH berisi 148 bit 0 yang diikuti dengan 8,25 bit random guard. FCCH
digunakan untuk menilai selisih frekuensi antara yang diterima dan frekuensi
yang dipancarkan.
 SCH mempunyai rentan 64 bit dengan korelasi yang bagus. Dengan demikian
kanal ini digunakan untuk sinkronisasi frame.
 Kanal trafik berisi catatan data untuk dikodekan

5. Penerima GSM
Sinyal – sinyal GMSK dapat dideteksi dengan banyak cara. Deteksi GMSK optimal
dapat dilakukan dengan MLSE yang mana monlinear dan sangat kompleks. Di sini
alogaritma viterbi untuk bit recovery digunakan.

Sinkronisasi Frekuensi
Mengambil sampel – sampel data yang menghitung FFT. Selisih antara komponen
frekuensi paling dominan dari frekuensi yang dipancarkan dan komponen frekuensi
paling dominan dari frekuensi yang diterima akan memberikan frekuensi offset antara
pemancar dan penerima. Koreksi yang perlu dilakukan pada data yang diterima.

Sinkronisasi Frame
Menghubungkan data yang diterima dengan SCH yang dipancarkan dan mencari
puncak lokasi puncak membantu mengidentifikasi permulaan kanal SCH. Permulaan
kanal FCCH dan permulaan kanal trafik juga diidentifikasi.
Penilaian Phasa Offset
Penilaian phasa offset carrier dilakukan dengan bantuan kanal FCCH. Kanal FCCH
yang diterima yang diidentifikasi sebelumnya melalui sinkronisasi frame, dikurangi
dengan factor 8 dan rentetan S4 dipilih. Autokorelasi determenistik dilakukan melalui
kumpulan data ini untuk menilai phasa offset carrier. Koreksi phasa perlu dibuat
untuk data yang diterima. Data yang diterima sekarang siap untuk proses demodulasi
kanal trafik.

Demodulasi Kanal Trafik


Alogaritma demodulasi yang digambarkan sebelumnya digunakan untuk setiap kanal
trafik untuk menerima data yang dipancarkan.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Rangkailah WiCOMM-T dalam format baseband loopback

2. Pasang modul pada gambar diatas ke modul base unit yang diperlihatkan gambar
dibawah

3. Hubungkan modul BaseUnit ke PC dengan kabel USB


4. Hubungkan kabel power WiCOMM –T
5. Bangkitkan sampel – sampel modem pemancar dengan cara berikut :
a. Buka matlab. Ketik command prompt matlab yaitu :
Addpath C:\\WiCOMM-T\Console
Kemudian Enter
b. Ketik command berikut
WiCOMM-T
Kemudian enter dan akan muncul gambar sebagai berikut
c. Klik tombol INTIALIZE dan akan muncul window Cypress USB Console
d. Pilih option pada menu paling atas, kemudian pilih EZ-USB Interface maka
akan ditampilkan window WBU Seperti berikut

e. Klik tombol download driver WBU’s USB yaitu file WBU_USB.hex ini
dilokasikan pada C:\\WiCOMM-T\Drivers\by default
f. Setelah didownload, pilih window USB Console dan pilih Alt Setting as 2
pada item configuration interfaces seperti pada gambar dibawah
Kemudian Close
g. Kembali ke gambar WiCOMM-T console pada langkah C, Klik tombol
EXPERIMENT dan akan muncul gambar sebagai berikut

h. Pada item Experiment pilih GSMK dan kotak sebelah kanan pilih IF
i. Klik tombol GENERATE yang akan membangkitkan sampel – sampel modem
untuk ditampilkan
6. Transmisikan sampel – sampel modem melalui WiCOMM-T untuk setiap nilai factor
di atas dengan cara sebagai berikut :
a. Kembali ke gambar WiCOMM-T console pada langkah 5b, Klik tombol RUN
dan akan muncul gambar WBU seperti berikut
PERINGATAN: JANGAN MENGUBAH TX FILE ATAU RX FILE

b. Pada menu sebelah kanan dari WBU console pilih menu pertama sehingga
akan nampak gambar seperti dibawah

Kemudian pilih item directional dengan Tx dan Rx dan klik Ok

c. Klik pada tombol start pada WBU console untuk memulai memancar dan
menerima sampel – sampel modem. Ikon Tx dan Rx akan berkedip – kedip
berwarna biru yang menandakan peralatan sedang memancar dan menerima
dengan benar. Ini dapat diyakinkan dengan melihat window statistic. Caranya
aktifkan WBU console dan pada Kolom sebelah kanan dari WBU console klik
item kedua sehingga diperlihatkan gambar window statistic

7. Analisa sampel – sampel modem yang diterima dengan cara :


a. Apabila paket yang dikirim pada statistic window sudah mencapai 100.000
paket, klik tombol stop pada WBU.
b. Aktifkan layar WEC kemudian klik tombol ANALYZE
8. Gambar plot yang dihasilkan oleh matlab
9. Rangkailah WiCOMM-T dalam format IF loop back seperti pada gambar dibawah

10. Ulangi langkah 5i – 8


11. Sekarang gunakan 2 WiCOMM-T dan 2 PC dimana yang satu berfungsi sebagai
pemancar dan yang lain sebagai penerima pada level baseband dengan menggunakan
modul RF seperti pada gambar dibawah

Hubungkan setiap WiCOMM-T ke setiap PC dan ulangi langkah 5i – 8. Pada langkah


6b pilih item Direction pada setiap PC dimana satu PC pilih Tx only dan Rx only
kemudian klik Ok.
JOB VIII
SINKRONISASI OFDM

TUJUAN
 Mempelajari alogaritma ketepatan yang bagus untuk OFDM
 Menilai bagian pecahan offset frekuensi sebagai sebuah by-Product dari alogaritma
Schmidl-Cox
 Menilai secara tepat bagian integer offset frekuensi

TEORI DASAR
1. Mengapa OFDM ?
Orthogonal Frequency Division Multiplexing sudah dipilih sebagai skema modulasi
blok dasar dalam banyak standar wireless seperti IEEE dan LTE. Alasan utama
memilih modulasi OFDM untuk standar wireless modem dan standar wireless yang
muncul adalah fleksibilitasnya menyediakan alokasi sumber daya. Sebuah blok
simbol – simbol dimodulasi dengan sinusoidal secara harmonic dan secara serentak
dipanarkan. Itulah sebabnya OFDM dinamakan Modulasi MultiCarrier dimana setiap
simbol yang berdurasi T dimodulasi dengan sebuah subcarrier yang mempunyai
bandwidth 1/T Hz.

2. OFDM
OFDM adalah sebuah skema modulasi yang efisien spectrumnya. Diantara berbagai
macam skema modulasi blok yang mungkin, OFDM adalah sebuah Cyclic Prefix atau
merupakan awalan lingkaran atau siklus yang berbasis skema modulasi blok multi-
carrier.
Kunci ide OFDM adalah mengirim blok symbol QAM yang pararel, pada berbagai
macam sub carrier yang berhubungan secara harmonis. Modulasi dan demodulasi
digital dari simbol QAM dengan menggunakan sub carrirer ini dilakukan dengan
menggunakan operasi DFT atau FFT. Orthogonalitas symbol – symbol OFDM yang
berututan dijaga dalam sebuah kanal yang tersebar menurut waktu dengan
menambahkan panjang CP dari Cycle Prefix pada permulaan setiap simbol. Cyclic
prefix diperoleh dengan mengambil CP yang terakhir pada setiap simbol. Panjang CP
dipilih lebih besar dari kasus terburuk speard delay kanal untuk menghindari Inter
Block Interference atau IBI. Dengan kata lain, sepanjang respon impuls kanal panjang
L lebih kecil dari CP, IBI dapat dihindari dan IBI juga mungkin untuk menggunakan
sebuah skema sederhana equalisasi kanal domain frekuensi. Jika CP cukup besar,
distorsi yang disebabkan oleh respon impuls kanal hanya mempengaruhi sampel
dalam CP. Penerima membuang CP dan hanya mengambil N sampel terakhir dari
setiap simbol ODFM untuk proses demodulasi yang menggunakan teknik FFT
penerima.
3. Preamble dan Pembangkit Simbol ODFM
Sampel – sampel preamble dihasilkan dengan menggunakan IDcell 9 dalam standar
IEEE seperti yang diperlihatkan pada gambar dibawah

Scan Gambar 8.1 hal 130

Amplitude sampel dijaga sehingga daya rata - rata preamble adalah 3dB lebih besar
dari symbol OFDM. Dengan sub carrier sebanyak 512 sub carrier, 42 sub carrier yang
pertama dan 41 sub carrier yang terakhir mempunyai level 0. Sub carrier DC juga
mempunyai level 0. Jadi sub carrier mempunyai level yang dimulai indeks symbol ke
43 dan berakhir pada indeks symbol ke 471 dengan sub carrier level 0 diinterleave
diantara sub carrier bukan nol yang berurutan. Interleave adalah diselipkan diantara
yang lain. 214 sub carrier yang tidak nol mempengaruhi preamble dimana teknik
IFFT dilakukan pada preamble tersebut yang berisi 512 titik sub carrier.

4. Mengapa Sinkronisasi ?
Sinkronisasi sebuah sinyal OFDM memerlukan 3 hal yaitu :
 Perolehan timing recovery symbol
 Penilaian offset frekuensi carrier
 Pembetulan

Salah satu masalah OFDM adalah offset frekuensi. Sementara error offset adalah
masalah untuk semua teknik modulasi, OFDM sensitive terhadap offset frekuensi
karena penerima OFDM menggunakan FFT untuk mengimplementasikan filter yang
disesuaikan dengan setiap sub carrier. Jika ada offset frekuensi sinyal yang diterima
digeser frekuensinya dan akibatnya matched filter adalah offset dari sinyal diterima.
Akibatnya, energy dari sub carrier sebelahnya akan mempengaruhi setiap output
matched filter dan dengan demikian sub carrier tidak lagi orthogonal. Ini akan
menghasilkan ICI dengan demikian offset frekuensi harus dibetulkan untuk
menghindari ICI.
5. Memperkenalkan Offset frekuensi untuk sampel – sampel pemancar
Error offset frekuensi dalam symbol OFDM disebabkan karena perbedaan frekuensi
osilator diantara pemancar dan penerima. Dalam modul ini frame OFDM dikirim
dengan menggunakan mode baseband loop-back error offset frekuensi tidak ada
karena clocknya sama yang digunakan pada ADC dan DAC dengan demikian tidak
ada perbedaan frekuensi osilator pada pemancar dan penerima. Sehingga untuk
mempelajari efek error offset frekuensi pada frame OFDM, error effect frekuensi
dihasilkan dalam frame OFDM yang dipancarkan pada kode pemancar itu sendiri.
Offset frekuensi dihasilkan akan mempunyai 2 bagian yaitu offset frekuensi integer
dan pecahan.
Error offset frekuensi dalam symbol OFDM disebabkan karena perbedaan frekuensi
osilator diantara pemancar dan penerima. Dalam modul ini frame OFDM dikirim
dengan menggunakan mode baseband loop-back error offset frekuensi tidak ada
karena clocknya sama yang digunakan pada ADC dan DAC dengan demikian tidak
ada perbedaan frekuensi osilator pada pemancar dan penerima. Sehingga untuk
mempelajari efek error offset frekuensi pada frame OFDM, error effect frekuensi
dihasilkan dalam frame OFDM yang dipancarkan pada kode pemancar itu sendiri.
Offset frekuensi dihasilkan akan mempunyai 2 bagian yaitu offset frekuensi integer
dan pecahan.
𝑗2𝜋∆𝑓𝑛
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒 − 𝑛 𝑥 𝑒 512

6. Alogaritma Schmidl Cox


Schmidl Cox mengusulkan sebuah metode untuk memperoleh nilai pecahan frekuensi
offset, timing recovery simbol dan permulaan frame. Metode ini adalah sebuah
korelasi berbasis metode yang menggunakan simbol – simbol training untuk
pewaktuan simbol dan sinkronisasi frekuensi carrier. 2 simbol tranning ditempatkan
di awal frame. Symbol pertama mempunyai setengah identik dalam domain waktu,
sehingga korelasi diantara 2 setengah ini dapat dilakukan untuk memperoleh ukuran
pewaktuan di penerima.
Autokorelasi dilakukan pada rentetan yag diterima dipenerima untuk memperoleh
awal frame. Sampel ke 1 output korelator dapat ditulis
𝑁𝐹𝐹𝑇
2
𝑁𝐹𝐹𝑇
𝑧(𝑙) = ∑ 𝑟𝑥(𝑙 + 𝑚)𝑟𝑥 ∗ (𝑙 + 𝑚 +
2
𝑚=0

Jadi ada sebuah ambiguity sebagaimana 64 sampel sesuai dengan permulaan frame.
Untuk menghilangkan ambiguity ini, diferensiasi Z dilakukan dari yang mana kita
memperoleh batasan frame.
𝑌(𝑙) = 𝑍(𝑙) − 𝑍(𝑙 − 1)

𝐷(𝑖) = ∑ 𝑎𝑏𝑠(𝑌(𝑖))
𝑘=𝑓−63

[𝑐, 𝑚] = min(𝐷)

m + 1 adalah permulaan frame


1
𝑝𝑒𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑜𝑓𝑓𝑠𝑒𝑡 = ( ) 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡(𝑍(𝑚))
𝜋
Pecahan frekuensi offset yang dinilai dihilangkan dengan mengalikan sampel-sampel
2𝜋𝑗
yang diterima dengan 𝑒𝑥𝑝 [512] 𝑋 𝑝𝑒𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑜𝑓𝑓𝑠𝑒𝑡 𝑋 𝑛.

7. Efek Error Sinkronisasi Frekuensi


Error frekuensi carrier menghasilkan pergesseran sintal yang diterima dalam domain
frekunsi. Jika error frekuensi adalah sebuah perkalian (perbanyakan) bilangan bulat
dalam hal jarak setiap sub carrier, maka sub carrier-sub yang diterima yang
dimodulasi quadrature amplitude (QPSK) dalam domain frekuensi carrier bukan
sebuah perkalian bilangan bulat dari dalam hal jarak seriap sub carrier maka energy
spill diantara sub carrier yang menghasilkan rugi-rugi pthogonalitasnya. Kemudian
interferensi diamati diantara sub carrier yang menghasilkan ICI.
8. Efek Error Sinkronisasi Waktu
Tidak seperti error frekuensi di atas, error sinkronisasi waktu tidak menghasilkan
interferensi antar sub carrier. Biarpun begitu, bahkan misalignment pada window FFT
menghasilkan penurunan BER. Jika window FFT penerima digeser dalam aliran
sampling yang diterima maka property time shift pada transformasi fourier dapat
dirumuskan sebagai
𝑓(𝑡) ↔ 𝐹(𝜔)
𝑓(𝑡 − 𝜏) ↔ 𝑒 −𝜔𝜏 𝐹(𝜔)
Misalignment 𝜏 apa saja pada window FFT penerima akan menghasilka sebuah errir
2𝜋∆𝑓𝜏
phasa sebesar diantara dua sub carrier yang bersebelahan. Jika error pewaktuan
𝑇𝑠
tinggi sehingga window FFT penerima mencakup sampel-sampel diluar segmen
berinterferensi yang sangat memperngaruhi kinerja system.
9. Penlaian Bilangan Bulat Frekuensi Offset
Bagian bilangan bulat frekuensi offset dapat dinilai meggunakan carrier guard dan
carrier no dalam simbol preamble OFDM. Untuk mendapatkan bilangan bulat
frekuensi offset, 512 sub carrier pada awal frame digunakan. Sebuah proses FFT yang
berisi 512 titik dilakukan pada symbol OFDM setelah permulaan frame diperoleh.
Pergeseran integral yang dilkaukan pada 512 sub carrier dan dari sini pergeseran
untuk yang mana energy bernilai maksimum diperoleh. Titik permulaan data sub
carrier diperkurangkan dengan pergeseran untuk yang mana energy maksimum untuk
mendapatkan bilangan bulat frekuensi offset. Bilangan bulat frekuensi offset
dihilangkan dengan mengalikan pecahan frekuensi offset sampel-sampel yang
2𝜋𝑗
dihilangkan dengan 𝑒𝑥𝑝 [(512) 𝑋 𝑝𝑒𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑜𝑓𝑓𝑠𝑒𝑡 𝑋 𝑛].
Band guard pada kedua sisi dan 214 sub carrier yang dimodulasi BPSK dalam setiap
detik. Dengan mencari sub carrier-sub carrier ini dalam domain frekuensi, bilangan
bulat frekuensi offset dapat dinilai. Pada posisi-posisi sub carrier disekitar permulaan
sub carrier bukan guard daya total.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Rangkailah WiCOMM-T dalam format baseband loopback seperti pada gambar di
bawah

2. Pasang modul pada gambar di atas ke modul BaseUnit yang diperlihatkan pada
gambar di bawah
3. Hubungkan modul BaseUnit ke PC dengan kabel USB
4. Hubungkan kabel Power WiCOMM-T (Modul BaseUnit) dan switch on modul maka
led reset akan menyala.
5. Bangkitkan sampel-sampel modem pemancar dengan cara sebagai berikut
a. Buka matlab, ketik Command berikut pada prompt matlab command yaitu
addpath’C:\WiCOMM-T\Console’
kemudian enter
b. Ketik commadn berikut
WiCOMM-T
Kemudian enter dan akan muncul gambar WiCOMM-T console seperti pada
gambar di bawah

c. Klik tombol ‘INITIALIZE’ dan aka muncul window “Cypress USB Console”.
d. Pilih option pada menu paling atas, kemudian pilih ‘EZ-USB Interface’ maka
akan ditampilkan window WBU seperti pada gambar di bawah
e. Klik tombol download untuk mendownload driver WBU’s USB yaitu file
‘WBU_USB.hex’. ini dialokasikan pada’C:\WiCOMM-T\Driver\’by default.
f. Setelah didownload, pilih window USB Console dan Pilih ‘Alt setting’ as ‘2’ pada
item configuration Interfaces seperti pada gambar di bawah

Kemudian close.
g. Kembali ke gambar WiCOMM-T console ppada langkah c, klik tombol
‘EXPERIMENT’ dan akan muncul gambar WEC seperti di bawah

h. Pada item ‘EXPERIMENT’ pilih ‘OFDM-Synchronisation’ dan kotak sebelah


kanannya pilih ‘IF’
i. Klik tombol ‘GENERATE’ yang akan membangkitkan sampel-sampel modem
untuk ditransmisikan.
6. Transmisikan sampel-sampel modem melalui WiCOMM-T untuk setiap nilai factor di
atas dengan cara sebagai berikut :
a. Kembali ke gambar WiCOMM-T console pada langkah 5.b, klik tombol ‘RUN’
dan akan muncul gamar WBU console seperti gambar di bawah

PERINGATAN : JANGAN MENGUBAH TX FILE ATAU RX FILE.


b. Pada menu sebelah kanan dari WBU console pilih menu pertama (atas) sehingga
akan nampak gambar seperti di bawah

Kemudian pilih item Direction dengan Tx & Rx dan klik tombol OK.
c. Klik tombol START pada WBU console untuk memulai memancar dan menerima
sampel-sampel modem. Ikon Tx dan Rx akan berkedip-kedip berwarna biru yang
menandakan peraltan sedang memancar dan menerima dengan benar. Ini dapat
diyakinkan dengan meilhat window static. Caranya yaitu aktifkan WBU console
dan pada kolom sebelah kanan dari WBU console klik ite kedua sehingga
diperlihatkan gambar window statistic seperti di bawah
7. Analisa sampel-sampel modem yang diterima dengan cara :
a. Apabila paket yang dikirim pada statistic window sudah mencapai 100.000 paket
klik tombol stop pada WBU console. Catatlah semua nilai yang diperlihatkan
statistic window.
b. Aktifkan layar WEC kemudian klik tombol ‘ANALYZE’.
8. Gambar plot yang dihasilkan oleh matlab.
9. Rangkailah WiCOMM-T dalam format IF loop back seperti pada gambar di bawah

10. Ulangi langkah 5.i – 8.


11. Sekarang gunakan 2 WiCOMM-T dan 2 PC dimana yang satu berfungsi sebagai
pemancar dan yang lain sebagai penerima pada level baseband dengan menggunakan
modul RF seperti pada gambar di bawah

Hubungkanlah setiap WiCOMM-T ke setiap PC dan ulangi langkah 5.i – 8. Pada


langkah 6.b pilih item direction pada setiap PC dimana satu PC pilih Tx only dan
yang lain pilih Rx only kemudian klik tombol OK.
JOB 9
ESTIMASI KANAL OFDM
TUJUAN
 Mengestimasi kanal dengan menggunakan metode Zero Forcing (Least Squares),
Modified Least Squares (MLS), dan metode – metode berbasis FFT

TEORI DASAR
1. Estimasi Kanal
Estimasi kanal adaptive perlu sebelum demodulasi sinyal OFDM sejak kanal wireless
adalah frequency selective dan time-varying. Ada dua masalah utama dalam
merancang estimator kanal untuk system OFDM wireless.
1. Masalah pertama adalah penyusunan pilot informasi, dimana oilot berarti referensi
sinyal yang digunakan oleh keduanya pemancar dan penerima.
2. Masalah kedua aadalah perancangan estimator dimana estimator ini sifatnya tidak
rumit dan kemampuan tracking kanal yag bagus.

Kedua masalah di atas saling berhubungan. Kombinasi antara kecepatan data yang
tinggi dan BER yang kecil dalam system OFDM memerlukan penggunaan estimator
yang mana estimator ini tidak rumit dan mempunyai akurasi yang tinggi, dimana dua
batasan ini saling berlawanan dan saling dipertukarkan. Estimasi kanal satu dimensi
(1D) biasanya digunakan pada system dibagi menjadi dua kategori :
1. Estimasi kanal berbasis pilot. Symbol-symbol yang diketahui yang
dinamakan pilot dipancarkan.
2. Metode estimasi kanal buta. Metode ini menggunakan property
matematika dasar pada data yang dikirim.

Dalam estimasi kanal berbasis pilot kita mempunyai estimasi kanal pilot Blcok-Type
dan estimasi kanal pilot Comb-Type, dimana pilot-pilot dimasukkan dalam arah
frekuensi dan dalam arah waktu. Estimasi-estimasi untuk penyusunan pilot Block-
Type dapat didasarlam pada Least Square, minimum Mean-Square Error (MMSE),
dan modifikasi MMSE. Metode-metode estimasi blind perhitungannya sulit dan juga
sulit utk diimplementasikan. Metode-metode estimasi kanal berbasi pilot mudah untk
diimplementasikan tetapi berkurang efisiensi bandwidth. Dalam percobaan ini
metode-metode berbasis pilot digunakan dank anal hanya dianggap time-invarient
tetapi tetap frequency selective. Dalam metode-metode berbasis pilot itu dianggap
hanya preamble diketahui di penerima. Oleh karena itu sub carrier-sub carries tidak
nol. Dalam preamble tidak ada tetapi yang ada carrier-carrier plot. Dalam arti yang
lain estimasi kanal dilakukan pada symbol preamble. Symbol yang diterima pada
carrier pilot diberikan oleh
𝑦[𝑘] = 𝑥[𝑘]𝐻[𝑘] + 𝑤[𝑘]
Dimana 𝑥[𝑘] adalah simbol-simbol yang dipancarkan
𝑦[𝑘] adalah simbol-simbol yang diterima
𝐻[𝑘] adalah fungsi transfer kanal
𝑤[𝑘] adalah noise white Gaussian dengn nilai mean nol
Kesemuanya pada sub carrier 𝑘 𝑡ℎ . Persamaan diata dapat ditulis dengan
menggunakan notasi matrix sebagai berikut
𝑦 = 𝑋𝐻 + 𝑤
Anggaplah Np adalah jumlah pilot. X adalah matrix diagonal yang berisi elemen-
elemen 𝑥[𝑘]
𝐻 = [… 𝐻[𝑘] … ]𝑛𝑝𝑥1, 𝑦 = [… 𝑦[𝑘] … ]𝑛𝑝𝑥1 , 𝑤 = [… 𝑤[𝑘] … ]𝑛𝑝𝑥1

3. Kanal PED B
Karakterisasi yang tepat pada efek interaksi RF banyak kanal pada penyesuaian diri
dan kinerja perlu untuk system apa saja seperti WiMAX. Organisasi standar dan
forum industry mendefinisikan model-model kanal untuk menggambarkan beberapa
class kondisi kanal untuk menggambarkan karakterisasi stastistic lingkungan khusus.
Model-model kanal bersifat dinamis karena kondisi berubah secara tetap. Ada
sejumlah model standar yang didefinisikan oleh organisasi standar untuk
menghasilkan sebuah dasar pengujian komponen. Model-model kanal pejalan kaki B
dan kendaraan A dari ITU M.1225 menyediakan sebuah dasar untuk menguji
kompnen WIMAX. Model pejalan kaki B dari ITU mempunyai jumlah multipath
relative banyak dibandingkan dengan kanal-kanal bergerak yang lain. Kecepatan
terminal bergerak yang lain atau kecepatan Doppler maksimum untuk kanal pejalan
kaki B adalah 3 km/jam.

Model kanal PED-B


Posisi Tap (𝜇𝑠) Gain Tap (dB)
1 0
2 -1
5 -9
7 -10
12 -15
19 -20

4. Estimasi Domain Waktu


Biasanya jumlah tap dalam respon kanal lebih kecil dari jumlah sub carrier dalam
fungsi transfer. Oleh karena itu ini merupakan sebuah keuntungan untuk menilai
respon impuls kanal daripada penyeimbang domain frekuensi. Rumus 𝑦 = 𝑋𝐻 + 𝑤
dapat dimodifikasi dengan membawa respon impuls kanal ke dalam gambar sebagai h
𝑌 = 𝑋𝐹1 ℎ + 𝑤
Kita dapat menganggap bahwa kebanyakan energy dikonsentrasikan pada sampel
pertama respon impuls (L = 6 dalam percobaan ini).F1 adaalah matrix DFT yang
dikurangi dan F1 diperoleh dari matrix DFT dengan menghilangkan baris-baris sesuai
dengan sub carrier bukan pilot dan menghilangkan kolom-kolom sesuai dengan tap-
tap dengan energy yang diabaikan. Oleh karena itu F1 adalah matrix 512 x 512.

5. Metode Zero Forcing


Metode ini juga dinamakan metode Least Squares. Estimasi kanal pada pilot diberikan
oleh
𝑦[𝑘]
𝐻̂ [𝐾]𝐿𝑆 =
𝑥[𝑘]

Estimasi-estimasi kanal pada data sub carrier dapat diperoleh dengan menggunakan
interpolasi 1D, sebagaimana jarak antara sub carrier-sub carrier pilot bertambah maka
akurasi metode ini berkurang. Metode ini mengabaikan korelasi domain frekuensi
kanal.

6. Metode modifikasi Least Squares (MLS)


Estimator MLS meminimalkan

𝜕𝑀𝐿𝑆 = |(𝑦 − 𝑋𝐹1 ℎ̂𝑀𝐿𝑆 )|2

Estimasi MLS untuk pilot yang dimodulasi BPSK diberikan oleh


ℎ̂𝑀𝐿𝑆 = (𝐹1𝐻 𝐹1 )−1 𝐹1𝐻 𝑋 −1 𝑦

Estimasi respon impuls adalah nol dan DFT 512 titik diambil untuk memperoleh
fungsi transfer kanal pada semua sub carrier. Fungsi transfer kanal diberikan oleh
ℎ̂
̂𝑀𝐿𝑆 = 𝐹 [ 𝑀𝐿𝑆 ]
𝐻
𝑂𝑁−𝐿

Dimana, F adalah matrix DFT N x N. N = 512 (ukuran FFT)

7. Metode berbasis FFT


Metode berbasis FFT mirip dengan metode MLS, kecuali fakta bahwa metode
berbasis FFT menggunakan sebuah matrix IDFT N-titik bukan MLS yang dikurangi
untuk memperoleh kanal domain waktu. Secara perhitungan metode ini efisien
daripada MLS tetapi menderita efek semaring. Extrapolasi windowing dilakukan
untuk mengurangi efek smearing.

Anda mungkin juga menyukai