Eritroderma
Eritroderma
Eritroderma
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 85 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan terakhir : SMP
Suku : Jawa
Alamat : Jalan Sri Rejeki 5 RT/RW 002/002 Kalibanteng
Tanggal Pemeriksaan : 6 Juli 2017
2.2 Anamnesis
Anamnesis terhadap pasien dilakukan pada hari Kamis , tanggal 6
Juli 2017 jam 11.00 WIB di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dr Adhyatma
Semarang.
Keluhan Utama
Gatal
Riwayat penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli kulit RS Tugurejo Semarang bersama
cucunya.
±3 tahun yang lalu SMRS, pasien mengeluhkan gatal pada bagian
dada. Pasien mengatakan pada saat itu terdapat bintik kemerahan hanya
pada bagian dada. Dan terasa gatal saat pasien kelelahan atau
berkeringat.
±1 tahun yang lalu SMRS, pasien mengatakan gatal tidak hanya
dirasaka1 pada bagian dada, gatal juga dirasa mulai menyebar kebagian
tubuh yang lain. Pasien juga mengatakan bintik-bintik merah mulai
bertambah banyak dan menyebar kebagian tubuh lainnya..
±1 minggu yang lalu SMRS, pasien datang memeriksakan diri ke
poli rumah sakit tugu, dengan keluhan gatal dan bintik kemerahan pada
seluruh tubuh.
±MRS, pasien datang untuk kontrol. Pasien datang dengan keluhan
gatal pada seluruh tubuh. Pasien mengatakan gatalnya berkurang jika
meminum obat yang telah diberikan oleh dokter pada 1 minggu yang
lalu, pasien lupa nama obatnya. Pasien sebelumnya berobat di Poli
Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Keluhan disertai bintik-bintik merah
pada seluruh tubuh.
3
Inspeksi :
1. morfologi
UKK : Eritema, Skuama
2. lokasi : Generalisata
3. Distribusi : Generalisata
Palpasi :
a.Suhu : sama dengan kulit sekitar
b. Permukaan : teraba kasar, tidak rata
c.Nyeri (-)
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
2.5 Resume
5
2.8 Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa
Menjelaskan pasien mengenai penyakitnya
Mengedukasi pasien untuk tidak menggaruk daerah yang gatal
Menjelaskan pasien tentang cara penggunaan obat yang diberikan
Memotivasi pasien untuk berobat secara rutin
2. Medikamentosa
Kortikosteroid : Prednison 10 mg 4 kali sehari
Anti histamin : Cetirizine 10 mg 2x1 sehari
2.9 Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad fungtionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam
Quo ad kosmetikum : Ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN
7
I. Definisi
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya
dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital
serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit
yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi kulit adalah eritroderma.1
II. Epidemiologi
III. Etiologi
Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang masuk
lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh diduga sebagai penyebabnya
ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.3,13
IV. Patofisiologi
Reaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan,
perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik) adalah berupa pelebaran
pembuluh darah kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi
pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat
sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan
menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga dapat
terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang
makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat,
kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan
panas menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju
metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding
laju metabolisme basal.1,6
beberapa hari atau minggu seluruh permukaan kulit akan terkena, yang akan
menunjukan gambaran yang disebut “red man syndrome”.6
Kulit kepala dapat terlibat, yang akan meluas ke folikel rambut dan
matriks kuku. Kurang lebih 25% dari pasien mengalami alopesia, dan pada
banyak kasus, kuku akan mengalami kerapuhan sebelum lepas seluruhnya.
Telapak tangan dan kaki biasanya ikut terlibat, namun jarang mengenai
membran mukosa. Sering terjadi pula bercak hiper dan hipopigmentasi. Pada
13
Epidermis berukuran tipis pada awal proses penyakit dan akan terlihat
dan terasa tebal pada stadium lanjut. Kulit akan terasa kering dengan krusta
berwarna kekuningan yang disebabkan serum yang mengering dan
kemungkinan karena infeksi sekunder. Pada beberapa kasus, manifestasi klinis
yang muncul pada eritroderma yang akut menyerupai nekrolisis epidermal
toksik, walaupun secara patofisiologi sangat berbeda.6
Gambar 2. Eritroderma karena alergi obat (gambar kiri); Red Man Syndrome
(gambar kanan)
Sumber: www.your-doctor.net/dermatology_atlas
VI. Diagnosis
Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala
yang sudah ada sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis
dan kuning-kemerahan di pilaris rubra pityriasis; perubahan kuku khas
psoriasis; likenifikasi, erosi, dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan eksema
menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan pityriasis rubra; ditandai
15
pikirkan DD lain
+
Diagram 1. Diagnosis pasien yang dicurigai
(CBC = pemeriksaan sel darah, CXR = x-ray thoraks)
Sumber: Champion RH ed. Rook’s, textbook of dermatology, 5th ed
VII. Diagnosis Banding
dan memproduksi sirkulasi antibodi IgE yang tinggi, lebih banyak karena
alergi inhalasi. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang mungkin
terjadi pada usia berapapun, tetapi biasanya timbul sebelum usia 5 tahun.
Biasanya, ada tiga tahap: balita, anak-anak dan dewasa.5,8
Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada
orang dewasa dimana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-
existing, pruritus yang parah, likenifikasi dan prurigo nodularis, sedangkan
pada gambaran histologi terdapat akantosis ringan, spongiosis variabel,
dermal eosinofil dan parakeratosis.3,8
2. Psoriasis
Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan
topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas.
Ketika psoriasis menjadi eritroderma biasanya lesi yang khas untuk
psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat menghilang dimana plak-plak
psoriasis menyatu, eritema dan skuama tebal universal. Psoriasis mungkin
menjadi eritroderma dalam proses yang berlangsung lambat dan tidak
dapat dihambat atau sangat cepat. Faktor genetik berperan. Bila orang
tuanya tidak menderita psoriasis resiko mendapat psoriasis 12%,
sedangkan jika salah seseorang orang tuanya menderita psoriasis
resikonya mencapai 34 – 39%.2,9
Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas
tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai
fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.3
3. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai
dengan plak eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak
mengandung kelenjar sebasea seperti kulit kepala, alis, lipatan nasolabial,
belakang telinga, cuping hidung, ketiak, dada, antara skapula. Dermatitis
seboroik dapat terjadi pada semua umur, dan meningkat pada usia 40
tahun. Biasanya lebih berat apabila terjadi pada laki-laki daripada wanita
17
dan lebih sering pada orang-orang yang banyak memakan lemak dan
minum alkohol. 2,10
Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman
Pityrosporum ovale yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur.
Pada kepala tampak eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe).
Kulit tampak berminyak dan menghasilkan skuama putih yang berminyak
pula. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.(3) DS dapat
diakibatkan oleh ploriferasi epidermis yang meningkat seperti pada
psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik
dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah mempunyai faktor
predisposisi, timbulnya DS dapat disebabkan oleh faktor kelelahan sterss
emosional infeksi, atau defisiensi imun.10
VIII. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Histopatologi
IX. Penatalaksanaan
X. Komplikasi
Banyak sistem organ selain epidermis dan dermis juga terlibat pada
eritroderma. Limpadenopati terjadi pada 60% dari sebagian besar kasus.
Hepatomegali ditemukan pada 20% kasus (Abrahams et al.). spenomegali
ditemukan pada 3% kasus (kesemuanya mengalami limpoma) baik pada
stadium awal dan pada hampir 20% stadium akhir.
XI. Prognosis
XII. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
issn=0973-
709x&year=2007&month=june&volume=1&issue=3&page=147-
150&id=72
14. Akhyani M et al. Erythroderma: a clinical study of 97 cases. BMC
Dermatology. 2005; 5:5
15. Bruno TF, Grewal P. Erythroderma: a dermatologic emergency.
CJEM 2009;11(3):244-246