Laporan Percobaan 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai mahasiswa farmasi, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan obat, baik dari segi farmasetik, farmakodinamik, farmakokinetik,
dan juga dari segi farmakologi. Kali ini kami akan membahas dalam bab farmakologi
obat dengan sub-bab rute pemberian obat. Adapun yang melatar belakangi
pengangkatan materi adalah agar kita dapat mengetahui kaitan antara rute pemberian
obat dengan waktu cepatnya reaksi obat yang ditampakkan pertama kali.

B. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengenal,mempraktekkan dan membandingkan cara-cara pemberian
obat terhadap kecepatan absorpsinya menggunakan data farmakologi sebagai tolak
ukurnya.

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 1


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam


darah. Absorbsi sebagian obat secara difusi pasif, maka sebagai barier absorbsi
adalah membran sel epitel saluran cerna, yang seperti halnya semua membrane sel di
tubuh kita merupakan lipid bilayer. Dengan demikian, agar dapat melintasi membran
sel tersebut, molekul obat harus mempunyai kelarutan lemak. Kecepatan difusi
berbanding lurus dengan derajat kelarutan lemak molekul obat.
Cara pemberian obat turut menentukan kecepatan dan kelengkapan resorbsi
obat. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik ( diseluruh tubuh )
atau efek lokal ( setempat ), keadan pasien dan sifat-sifat fisiko-kimiawi obat, dapat
dipilih banyak cara untuk memberikan obat.

A. EFEK SISTEMIS
1. Oral
Pemberian obat melalui mulut adalah cara yang paling lazim, karena sangat
praktis, mudah, dan aman. Namun tidak semua obat dapat diberikan per oral,
misalnya obat yang bersifat merangsang ( emetin, aminofilin ) atau yang diuraikan
dengan getah lambung ( benzil penisilin, insulin, oksitosin ). Cara per oral ini dapat
terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat kerjanya. Tapi baik
digunakan untuk mencapai efek lokal dalam usus.
2. Oromukosal
Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu :
a. Sublingual
Obat ditaruh dibawah lidah, terjadi resorpsi oleh selaput lendir oleh vena-
vena lidah yang sangat banyak. Obat langsung masuk peredaran darah tanpa
melalui hati ( tidak di-inaktifkan ). Pada obat sublingual ini, efek yang diinginkan
tercapai lebih cepat dan efektif untuk serangan jantung, asthma tetapi obat
sublingual kurang ptaktis untuk digunakan terus menerus karena dapat
merangsang selaput lendir mulut.

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 2


b. Bucal
Obat yang diletakkan diantara pipi dan gusi.
3. Injeksi
Adalah pemberian obat secara parental, yaitu di bawah atau menembus kulit /
selaput lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk :
 Memberikan efek obat dengan cepat.
 Diberikan pada pasien yang tidak sadar, atau tidak mau bekerja sama.
 Keberatan pada pasien yang disuntik ( sakit ) dan mahal, sulit digunakan.
 Ada bahaya infeksi, dapat merusak pembuluh atau saraf.
Macam-macam jenis suntikan :
a. Subkutan / Hipodermal ( s.c )→Penyuntikan di bawah kulit.
b. Intra muscular ( i.m )→Penyuntikan dilakukan dalam otot.
c. Intra vena ( i.v )→Penyuntikan didalam pembuluh darah.
d. Intra arteri ( i. a )→Penyuntikan kedalam pembuluh nadi.
e. Intra cutan ( i.c )→Penyuntikan didalam kulit
f. Inta Lumbal→Penyuntikan kedalam ruas tulang belakang.
g. Inta Peritonial→Penyuntikan kedalam rongga perut.
h. Intra Cardial→Penyuntikan kedalam jantung.
i. Intra Pleura→Penyuntikan kedalam rongga pleura.
j. Intra articulers→Penyntikan kedalam celah-celah sendi.
4. Implantasi
Obat dalam bentuk Pellet steril dimasukkan dibawah kulit dengan alat khusus
(trocar). Terutama digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya obat-obat hormone
kelamin ( estradiol dan testosteron ).
5. Rektal
Pemberian obat melalui rectal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik
lebih cepat dan lebih besar dibandingkan per oral dan baik sekali digunakan untuk
obat yang mudah dirusak oleh asam lambung.

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 3


6. Transdermal
Cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap
secara perlahan dan kontinyu masuk kedalam system peredaran darah, langsung ke
jantung.

B. EFEK LOKAL
1. Kulit ( Percutan )
Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit, bentuk obat
salep, cream, lotio.
2. Inhalasi
Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan
dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan, dan pernafasan.
3. Mukosa Mata dan Telinga
Obat diberikan melalui selaput / mukosa mata atau telinga, bentuknya obat
tetes atau salep, obat diresorpsi kedalam darah dan menimbulkan efek.
4. Intravaginal
Obat diberikan melalui selaput lendir atau mukosa vagina, biasanya berupa
obat anti fungi dan pencegah kehamilan. Dapat berupa ovula, salep, cream, dan
cairan bilas.
5. Intranasal
Obat diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput atau
mukosa hidung yang membengkak.
Faktor- faktor yang mempengaruhi absorbsi obat:
a. Faktor terkait obat
Yang mempengaruhi keadaan absorbsi meliputi keadaan ionisasi, berat
molekul, kelarutan, dan formulasi obat. Obat- obat yang kecil, tak terionisasi, larut
dalam lemak menembus membrane plasma paling mudah.
b. Faktor terkait pasien
Yang mempengaruhi adalah cara pemberian. Sebagai contoh, adanya
makanan dalam saluran pencernaan, keasaman lambung, aliran darah ke saluran
pencernaan mempengaruhi absorbs obat oral. (James Olson, 1993).

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 4


Obat sebelum tiba pada tempat aksi atau jaringan sasaran, obat akan banyak
mengalami proses. Secara garis besar proses-proses ini dapat dibagi menjadi tiga
tingkat atau fase, yaitu :
1. Fase biofarmasetik atau farmasetik
2. Fase farmakokinetik
3. Fase farmakodinamika
Obat harus mencapai tempat aksinya dalam kadar yang cukup agar dapat
menimbulkan respon untuk menghasilkan efek terapinya. Tercapainya kadar obat
tersebut tergantung dari jumlah obat yang diberikan, keadaan dan kecepatan obat
diabsorpsi dari tempat pemberian dan distribusi oleh aliran darah ke bagian lain dari
badan (Anief, 1990).
Mekanisme absorpsi obat menurut urutan pentingnya adalah sebagai berikut:
1. Difusi pasif
Ialah transport melalui membran yang semipermeabel. Obat yang akan
diabsorpsi terlebih dahulu harus berada dalam larutan murni (terdispersi secara
molekuler) pada situs penyerapan. Sewaktu melewati membran, molekul obat
melarut dalam bagian lipoid dari membran sesuai dengan kelarutannya dalam lemak
dan koefisien partisi lemak-air.Molekul obat meninggalkan membran lipoid dan
melarut lagi dalam medium air yang berada di bagian dalam membran; perbedaan
konsentrasi obat pada kedua bagian membran menentukan penyerapan. Fraksi obat
yang berada dalam bentuk bebas atau tidak terionisasi dapat melalui membran
dengan cara difusi pasif. Sifat fisiko-kimia kebanyakan obat (antara lain polaritas,
besarnya molekul) merupakan hambatan untuk lintas transdermal pada mekanisme
difusi pasif.
2. Transpor konvektif
Disebut juga filtrasi, menyangkut mekanisme pasif karena transport berupa
lintasan melalui pori-pori dari membran. Molekul obat yang larut dalam dalam
cairan/medium air pada situs absorpsi akan ikut pelarutnya melalui pori-pori.
3. Transpor aktif
Untuk transport aktif, molekul obat harus berada/berupa larutan dalam air i.c.
cairan gastrointestinal, terdispersi secara molekuler pada situs absorpsi. Transport

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 5


aktif terjadi dengan bantuan suatu pembawa yang merupakan bagian dari membran.
Bahan pembawa ini adalah suatu enzim atau bahan protein yang membentuk suatu
kompleks dengan molekul obat pada permukaan membrane sehingga pembawa tiap
obat jadi spesifik. Mengalami inhibisi kompetitif dan ikatan akan jenuh jika semua
molekul pembawa sudah terpakai sedangkan molekul obat belum terbawa. Melawan
potensial elektrokimia
4. Transpor yang dipermudah
Prinsip dan mekanisme transport yang dipermudah sama dengan transport
aktif. Perbedaannya terletak pada tidak terjadinya perlawanan konsentrasi yang
tinggi.
5. Transpor pasangan ion
Pembentukan kompleks dari anion organik dengan kation dari
medium/membran
6. Pinositosis
Merupakan suatu proses yang memungkinkan molekul obat yang besar
melalui membran. Pinositosis terjadi di lumen saluran cerna, melalui epitel intestinal
masuk ke kapiler vena atau getah bening. Butir minyak/lemak atau partikel solid
diselaputi dengan proses yang terbentuk dari sel epitel dan membentuk gelembung
melalui membran. Cara pinositosis ini penting untuk obat-obat yang larut dalam
minyak, seperti vitamin A, D, E dan K. pinositosis lebih penting untuk penyerapan
bahan gizi, seperti asam lemak, lemak dan asam amino.
(Joenoes, 2006).
Absorpsi obat melalui saluran cerna :
Sublingual. Absorpsi obat langsung melalui rongga mulut kadang-kadang
diperlukan bilamana respons yang cepat sangat diperlukan, terutama bila obat
tersebut tidak stabil pada keadaan Ph lambung atau dimetabolisme oleh hepar dengan
cepat.
Per oral, Sebagian besar obat diberikan melalui mulut dan ditelan. Beberapa
obat( misalnya: alcohol dan aspirin ) dapat diserap dengan cepat dari lambung, tetapi
kebanyakan obat diabsorpsi sebagian besar melalui usus halus. Absorpsi obat melalui
usus halus, pengukuran yang dilakukan terhadap absorpsi obat baik secara in vivo

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 6


maupun secara in vitro, menunjukan bahwa mekanisme dasar absorpsi obat melalui
usus halus ini adalah secara transfer pasif. Di mana kecepatan obat ditentukan oleh
derajat ionisasi obat dan lipid solubilitas dari molekul obat tersebut.
Pemberian obat secara suntikan intravena. Pemberian obat secara intravena
adalah cara yang paling cepat dan paling pasti. Suatu suntikan tunggal intravena akan
memberikan kadar obat yang sangat tinggi yang pertama-tama akan mencapai paru-
paru dan kemudian ke sirkulasi sistemik. Kadar puncak yang mencapai jaringan
tergantung pada kecepatan suntikan yang harus diberikan secara perlahan-lahan
sekali. Obat-obat yang berupa larutan dalam minyak dapat menggumpalkan darah
atau dapat menyebabkan hemolisa darah, karena itu tidak boleh diberikan secara
intravena.
Pemberian obat suntikan subkutan. Suntikan subkutan hanya bias dilakukan
untuk obat-obat yang tidak menyebabkan iritasi terhadap jaringan karena akan
menyebabkan rasa sakit hebat, bnekrosis dan pengelupasan kulit. Absorpsi melalui
subkutan ini dapat pula bervariasi sesuai dengan yang diinginkan.
Pemberian suntikan intramuskuler ( IM ). Obat- obat yang larut dalam air
akan diabsorbsi dengan cepat setelah penyuntikan IM. Umumnya kecepatan absorpsi
setelah penyuntikan pada muskulus deloid atau vastus lateralis adalah lebih cepat
dari pada bila disuntikkan pada gluteus maximus. Pemberian suntikan intra-anterial.
Kadang-kadang obat disuntikan ke dalam sebuah arteri untuk mendapatkan efek
yang terlokalisir pada jaringan atau alat tubuh tertentu. Tetapi nilai terapi cara ini
masih belum pasti. Kadang-kadang obat tertentu jug a disuntikan intraarteri untuk
keperluan diagnosis. Sutikan intraarteri harus dilakukan oleh orang yang benar-benar
ahli. Pemberian suntikan intratekal. Dengan cara ini oabt langsung disuntikkan ke
dalam ruang subaraknoid spinal. Suntikan intratekal dilakukan karena banyak obat
yang tidak dapat mencapi otak, karena adanya sawar darah otak.
Pemberian suntikan intra-peritonial.Rongga peritoneum mempunyai
permukaan absorpsi yang sangat luas sehingga obat dapat masuk ke sirkulasi
sistemik secara cepat. Cara ini banyak digunakan di laboratorium tetapi jarang
digunakan di klinik karena adanya bahaya infeksi dan perlengketan peritoneu.
( dr.sjamsuir munaf,1994 )

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 7


Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja obat adalah absorpsi pada
obat itu sendiri.Ada beberapa mekanisme yang berkaitan dengan obat, salah satunya
pada tahap farmakokinetik (penyerapan, distribusi, metabolisme), farmakodinamik
(aditip atau efek berlawanan), dan pada interaksi.Contohnya antasida,obat ini di
absorpsi dalam gastrointestinal.Antasida tersebut mempercepat pengosongan
lambung, dengan begitu tranformasi obat ke dalam usus berlangsung dengan
cepat.Beberapa antasida (misalnya, hidroksida magnesium dengan aluminum
hidroksida) membuat alkalin air seni, dengan begitu mengubah sisa obat yang tidak
terpakai lagi ke pH yang sesuai dan selanjutnya di buang melalui air kencing
(Katzung, 2001).

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 8


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
Bahan
1. CTM 2 mg dan 4 mg
2. Nacl 0,9 %
3. Alkohol 70 %
4. Hewan Uji : Mencit jantan BB minimal 20 gram
Alat
1. Timbangan Hewan
2. Spuit injeksi dan jarum 1 ml
3. Kanulla/sonde oral
4. Stop watch
5. Wadah pengamatan uji hipnotika

B. PROSEDUR KERJA
1. Masing-masing kelompok mendapat 1 mencit
2. Kelompok 1 dan 2 melakukan kontrol oral dan i.p sedangkan kelompok 3-10
mengerjakan percobaan oral dan i.p dengan dosis yang berbeda.
3. Mencit diberi tanda lalu ditimbang
4. Hitung dosis CTM yang diberikan
5. Pemberian obat pada mencit (p.o dan i.p)
6. Kelompok control (normal) mendapat larutan Nacl 0,9 % 0,15 ml per 20g BB
7. Amati respon selama 90 menit dengan selang 10 menit
8. Buat grafik respon terhadap waktu.

1.1 Gambar pemberian peroral pada mencit 1.2 Gambar pemberian i.p pada mencit

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 9


C. PERHITUNGAN DOSIS
Dosis CTM untuk manusia dewasa 1 x pakai = 2 – 4 mg (Farmakope Indonesia
edisi III)

Dosis CTM untuk mencit 20 gram = Dosis manusia dewasa x factor konversi
= 4 mg x 0,0026
= 0,0104 mg / 20 gram

20 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis CTM untuk mencit 20 gram = 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 0,0104 𝑚𝑔 = 0,0104 mg

0,0104 𝑚𝑔
Volume larutan CTM yang diambil untuk mencit 20 gram = 𝑥 25 ml
2 𝑚𝑔

= 0,13 ml

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 10


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1.1 Tabel hasil Percobaan
No Perlakuan Berat (g) Onset (menit) Durasi (menit)
1 Kontrol Oral 0 0 0
2 Kontrol Intraperitoneal 0 0 0
3 CTM Oral 30 gram 35 menit 20 menit
4 CTM Oral 25 gram 35 menit 25 menit
5 CTM Oral 30 gram 40 menit 11 menit
6 CTM Oral 20 gram 36 menit 35 menit
7 CTM Intraperitoneal 30 gram 30 menit 17 menit
8 CTM Intraperitoneal 30 gram 38 menit 28 menit
9 CTM Intraperitoneal 25 gram 43 menit 21 menit
10 CTM Intraperitoneal 30 gram 40 menit 20 menit

Perhitungan rata-rata :
30+25+30+20
Berat badan rata-rata mencit CTM oral = = 26,25 gram
4
35 + 35 + 40 + 36
Onset rata-rata mencit CTM oral = = 36,5 menit
4
20+25+11+35
Durasi rata-rata mencit CTM oral = = 22,75 menit
4
30+30+25+30
Berata badan rata-rata mencit CTM i.p = = 28,75 gram
4
30+38 +43+40
Onset rata-rata mencit i.p = = 37,35 menit
4
17+28+21+20
Durasi rata-rata mencit i.p = = 21,5 menit
4

Hasil perhitungan rata – rata

1. Berat badan mencit CTM oral = 26,25 gram


2. Onset rata –rata mencit CTM oral = 36,5 menit
3. Durasi rata-rata mencit CTM oral = 22,75 menit

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 11


1. Berat badan mencit CTM intraperitoneal = 28,75 gram
2. Onset rata-rata CTM intraperitoneal = 37,75 menit
3. Durasi rata-rata CTM intraperitoneal = 21,5 menit

1.2 Tabel hasil rata-rata


No BB rata-rata Onset rata-rata Durasi rata-rata
Perlakuan
1 Kontrol oral 0 0 0
2 Perlakuan oral 26,25 gram 36,5 menit 22,75 menit
3 Kontrol i.p 0 0 0
4 Perlakuan i.p 28,75 gram 37,75 menit 21,5 menit

1.3 Tabel hasil respon selama 90 menit

Pengamatan per 10 menit


No Perlakuan
10 20 30 40 50 60 70 80 90
1 Kontrol oral Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Lemah Lemah Aktif Aktif
2 Kontrol IP Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Lemah Aktif Aktif Aktif
3 CTM oral Aktif Aktif Lemah Lemah Lemah Tidur Tidur Lemah Aktif
4 CTM oral Aktif Aktif Lemah Lemah Tidur Lemah Lemah Lemah Aktif
5 CTM oral Aktif Aktif Lemah Tidur Tidur Tidur Lemah Aktif Aktif
6 CTM oral Aktif Aktif Lemah Tidur Tidur Tidur Lemah Aktif Aktif
7 CTM IP Aktif Lemah Lemah Tidur Tidur Tidur Lemah Aktif Aktif
8 CTM IP Aktif Aktif Lemah Tidur Tidur Tidur Lemah Aktif Aktif
9 CTM IP Aktif Aktif Aktif Lemah Tidur Tidur Lemah Aktif Aktif
10 CTM IP Aktif Aktif Lemah Tidur Tidur Lemah Aktif Aktif Aktif

1.4 Kurva respon terhadap waktu

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 12


B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengenal, mempraktikan, dan
membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsi obat.
Masing-masing cara pemberian memiliki keuntungan dan manfaat tertentu. Suatu
senyawa obat mungkin efektif jika diberikan dengan cara tertentu namun kurang
efektif dengan cara lain. Perbedaan ini akan berefek pada kecepatan absorbsi yang
berpengaruh pada efektifitas obat.
Sebenarnya pada percobaan yang dilakukan ini seharusnya menggunakan
diazepam tetapi karena diazepam susah untuk didapatkan akhirnya digunakan
CTM.sehingga untuk melihat efek penenang atau efek tidur pada diazepam diganti
dengan efek samping dari CTM yaitu sedative.Efek sedative yang ditimbulkan pada
CTM itu terjadi karena CTM dapat menghambat maupun merangsang system
susunan saraf pusat sehingga menyebabkan sedative sedangkan indikasi CTM adalah
sebagai antihistamin sehingga yang diperhatikan pada percobaan ini adalah efek
sedative dari CTM dan berapa lama kecepatan absorpsinya didalam tubuh mencit.
Pada praktikum ini, di lakukan berbagai macam cara pemberian obat urethan
kepada 10 mencit. Pada awalnya mencit bersifat normal (aktif berlari, memanjat,
dll). Kemudian disuntikkan obat urethan ke masing-masing mencit dengan berbagai
macam cara pemberian obat, yaitu oral, intra peritoneal. Dosis yang diberikan
kepada masing-masing mencit berbeda-beda, sesuai dengan berat badan mencit
masing-masing. Setelah pemberian urethan, perubahan mulai terjadi pada mencit,
namun ada 1 perbedaan pada hasilnya, yaitu perbedaan pada waktu obat mulai
bereaksi terhadap masing-masing mencit. Injeksi melalui intraperitoneal seharusnya
paling cepat memberikan efek obatnya. Itu disebabkan karena obat langsung
diinjeksikan ke dalam pembuluh darah vena sehingga distribusi dan absorpsi obat
lebih cepat. Sedangkan oral seharusnya sangat lama kerjanya, dikarenakan obat harus
diabsorpsi melalui saluran cerna terlebih dahulu.dan juga hewan percobaan rentan
sekali mati dikarnakan adanya kesalahan pada teknis pemberian obat.tetapi pada
percobaan yang dilakukan ini yang lebih cepat memberikan efek adalah pemberian
obat secara oral sedangkan pemberian obat secara intraperitoneal memberikan efek

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 13


kerja yang lama. Hal ini dikarenakan setiap hewan uji diperlakukan oleh praktikan
dengan cara yang berbeda-beda dengan skill yang berbeda.
Di lihat dari rata-rata waktu onset dan durasi, sangat terlihat jelas bahwa
terdapat perbedaan pada masing-masing cara pemberian. Maka Pada onset di
dapatkan hasil rata-rata untuk intraperitonial 37,75 dan untuk peroral 36,5( urutan
tidak sesuai dengan teoritis yang ada). Sedangkan pada durasi didapatkan hasil untuk
peroral 22,75 , intraperitonial 21,5. (urutan tidak sesuai dengan teoritis yang ada).
Menurut literatur (anief. 1990) , pemberian secara oral obat diabsorbsi
terlebih dahulu oleh jaringan tubuh kemudian menuju saluran peredaran darah
(saluran sistemik), sedangkan pemberian secara intraperitoneal obat langsung
terdistribusi ke saluran peredaran darah (saluran sistemik) dikarenakan rongga
peritoneum mempunyai permukaan absorpsi yang sangat luas sehingga obat dapat
masuk ke sirkulasi sistemik secara cepat. Pada pemberian peroral mengalami proses
farmakokinetik antara lain, adsorbsi, metabolisme, distribusi, serta eksresi. Absorpsi
merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Distribusi
obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan
tubuh. Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi
obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh. Ekskresi obat
artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang dari
tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Hal ini menunjukkan adanya ketidak sesuaian
antara teori dengan praktikum yang telah dilakukan.
Sedangkan menurut tioritis yang ada adalah dimana Onset itu merupakan
waktu yang dibutuhkan obat untuk menimbulkan efek mulai obat itu diberikan.Cara
pemberian peroral memiliki onset yang paling lama karena pada peroral senyawa
obat memerlukan proses absorbsi, setelah obat masuk mulut akan masuk lambung
melewati kerongkongan. Didalam lambung obat mengalami ionisasi kemudian
diabsorbsi oleh dinding lambung masuk kedalam peredaran darah, sehingga
membutuhkan waktu lebih lama untuk berefek. Sedangkan secara intraperitonial
memiliki onset paling pendek karena rongga perut banyak terdapat pembuluh darah
dan tidak ada factor penghambat sehingga dengan segera akan menimbulkan efek.

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 14


Durasi adalah waktu yang diperlukan obat mulai dari obat berefek sampai
efek hilang. Durasi sipengaruhi oleh kadar obat dalam darah dalam waktu tertentu.
Pada peroral didapatkan durasi terpendek, disebabkan karena per oral melewati
banyak fase seperti perombakan dihati menjadi aktif dan tidak aktif. Semakin banyak
fase yang dilalui maka kadar obat akan turun sehingga obat yang berikatan dengan
reseptor akan turun dan durasinya pendek. Sedangkan pada pemberian secara
intraperitonial obat dengan kadar tinggi akan berikatan dengan reseptor sehingga
akan langsung berefek tetapi efek yang dihasilkan durasinya cepat karena setelah itu
tidak ada obat yang berikatan lagi dengan reseptor.
Kesalahan hasil percobaan ini dikarenakan antara lain :
1. Mekanisme injeksi yang kurang benar. Hal ini dikarenakan setiap hewan uji
diperlakukan oleh praktikan yang berbeda-beda dengan skill
2. Injeksi yang salah dapat mengakibatkan obat terakumulasi dalam jaringan yang
salah sehingga absorbsi dan distribusi obat menjadi berbeda dari yangseharusnya.
Injeksi yang salah juga bisa mengakibatkan dosis obat yang masuk tidak sesuai
dengan yang diharapkan atau bahkan obat tidak masuk ke sirkualsi sistemik.
3. Tingkat resistensi dari hewan percobaan yang berbeda-beda. Hewan percobaan
yang lebih resisten tentu mengakibatkan onset dan durasi obat menjadi lebihcepat
dari pada seharusnya atau tidak timbul efek pada hewan percobaan walaupun
diberikan injeksi sesuai dosis yang telah ditentukan.
4. Kondisi hewan coba

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 15


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Tempat pemberian obat sangat berpengaruh pada kecepatan dan durasi obat
dalam memberikan efek
2. Cara pemberian obat yang berbeda-beda dapat mempengaruhi kecepatan absorbsi
obat sehingga berpengaruh pada onset dan durasi.
3. Onset paling cepat adalah peroral sedangkan Durasi paling cepat adalah
intraperitonial.tetapi dalam teoritis menyebutkan bahwa onset paling cepat adalah
intraperitoneal dan durasi paling cepat adalah peroral.
4. Obat ideal adalah obat dengan onset cepat dan durasi panjang.
5. Cara pemberian yang memberikan onset dan durasi yang paling baik adalah
intraperitonial, Hal yang menyebabkan pemberian intraperitoneal lebih cepat dari
pemberian per oral adalah intraperitoneal tidak mengalami fase absorpsi seperti
pemberian per oral.tetapi pada percobaan kali terdapat perbedaan pemberian
peroral lebih cepat dari pemberian intraperitoneal ini dikarenakan Mekanisme
injeksi yang kurang benar. Hal ini dikarenakan setiap hewan uji diperlakukan
oleh praktikan yang berbeda-beda dengan skill.
6. Kecepatan penyerapan obat dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya:
 Kelarutan obat
 Kemampuan difusi melintasi sel membrane
 Konsentrasi obat
 Sirkulasi pada letak absorbsi
 Luas permukaan kontak obat
 Bentuk obat
 Ada atau tidaknya factor penghalang

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 16


B. SARAN
1. Lebih berhati-hati dalam penanganan hewan percobaan dan dalam pembacaan
skala spuit agar dosis yang diberikan tepat dan tercapai efek yang dikehendaki.
2. Lebih berhati-hati dalam pemberian obat secara interperitonial agar tidak
mengalami kerusakan pada abdomen maupun tusukan pada organ-organ dalam
yang vital.

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 17


DAFTAR PUSTAKA

Janoes z.n.2006. Arsprescribendi jilid 3. Airlangga Ubniversity Press: Surabaya.


Katzung, Bertram g. 2001. Farmakologi dasar dan klinik. Salemba Medika:Jakarta.
Munaf,sjamsuir,1994.Catatan kuliah Farmakologi Bagian II.Penerbit buku
Kedokteran.Jakarata
Olson, James, 2000, Belajar Mudah Farmakologi, Jakarta : ECG
Anief. Moh, 1990, Perjalanan dan Nasib Obat Dalam Badan, Yogyakarta : UGM
Press.

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 18


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1
B. TUJUAN PERCOBAAN .................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 2
A. EFEK SISTEMIS .............................................................................................. 2
B. EFEK LOKAL .................................................................................................. 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 9
A. ALAT DAN BAHAN ....................................................................................... 9
B. PROSEDUR KERJA ........................................................................................ 9
C. PERHITUNGAN DOSIS ................................................................................ 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 11
A. HASIL ............................................................................................................. 11
B. PEMBAHASAN ............................................................................................. 13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 16
A. KESIMPULAN ............................................................................................... 16
B. SARAN ........................................................................................................... 17
LAMPIRAN

Pengaruh Cara Pemberian Obat Terhadap Absorpsi 19


ii

Anda mungkin juga menyukai