Makalah Epidermis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH BIOMEDIK

HISTOLOGI SISTEM INTEGUMEN

Mata Kuliah Biomedik


Dosen Pembimbing: dr. Andy Hidayat, dr, M Biomed

Disusun Oleh:

1. Nasywa Athoya Gana Saputri (201811103)


2. Natania Angela (201811104)
3. Naura Dahayu Maheswari (201811105)
4. Nuke Chairani (201811111)
5. Patricia Virani Sekar Danaswari (201811114)
6. Puti Ghassani Syarafina (201811115)
7. Ramadhoni Putra (201811119)
8. Raniah Nabilah Arifin (201811120)

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


Jl. Bintaro Permai Raya III, RT.6/RW.1, Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 12330
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya makalah yang berjudul Histologi Sistem Integumen tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi mata kuliah Biomedik. Isi dari makalah ini
adalah pemaparan pengetahuan tentang pengertian macam-macam sel jaringan integumen.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, karena kami masih
dalam tahap pembelajaran. Kami harap karya tulis ini dapat berguna dan menambah wawasan
bagi para pembaca. Apabila ada hal yang kurang berkenan, penulis mohon maaf dan bersedia
menerima kritik serta saran yang membangun untuk penulis di lain waktu.

Jakarta, 26 September 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Lapisan Jaringan Integumen...........................................................................
2.1.1 Kulit.....................................................................................................
2.1.2 Rambut................................................................................................
2.2Macam-macam Sel di Jaringan Integumen.....................................................
2.3 Macam-macam Kelenjar di Sistem Integumen..............................................
2.3.1 Kelenjar Pada Kulit..........................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut sebagai
sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.Sistem ini terdiri atas
kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar, dan reseptor saraf khusus.
Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem organ yang
luar biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan, mencegah dehidrasi, dan
menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu untuk mempertahankan homeostasis
dalam tubuh dengan membantu dalam pengaturan suhu tubuh dan keseimbangan air. Sistem
integumen adalah garis pertama pertahanan tubuh terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya.
Hal ini juga membantu untuk memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang berbahaya.
Kulit adalah organ sensorik dalam hal ini memiliki reseptor untuk mendeteksi panas dan dingin,
sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit termasuk rambut, kuku, kelenjar keringat, kelenjar
minyak, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan otot. Mengenai anatomi sistem yg
menutupi, kulit terdiri dari lapisan jaringan epitel yang didukung oleh lapisan jaringan ikat dan
lapisan subkutan yang mendasari.

Selain kulit, ada pula rambut dan kuku yang termasuk kedalam sistem integumen.
Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit terutama. Rambut muncul dari
epidermis, walaupun berasal dari folikel rambut yang berada jauh di bawah dermis. Serta pada
kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai
tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran. Fungsi
utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi
daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratin
protein yang kaya akan sulfur.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja macam-macam sel di jaringan integumen?
2. Apa saja lapisan jaringan integumen?
3. Apa fungsi dari kulit?

1.3 TUJUAN PENULIS


1. Untuk mengetahui macam-macam sel di jaringan integumen.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lapisan Jaringan Integumen


2.1.1 Kulit
Kulit adalah organ tunggal yang terberat di tubuh dengan berat sekitar 16% dari berat
badan total dan pada orang dewasa, mempunyai luas permukaan sebesar 1,2 - 2,3 m2 yang
terpapar dengan dunia luar. Kulit terdiri atas epidermis pada bagian luar, yaitu lapisan epitel
yang berasal dari ektoderm, dan dermis, yaitu suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari
mesoderm. Batas dermis dan epidermis tidak teratur, dan tonjolan dermis disebut papila1. Papil
dermis/ Rigi dermis, berinterdigitasi dengan epidermis (rigi epidermis). Kedua rigi tersebut
disebut apparatus rete. Turunan epidermis meliputi folikel rambut, kuku, kelenjar, sebasea dan
kelenjar keringat yang menyebabkan pertemuan epidermis dermis tidak teratur2.
Fungsi spesifik kulit yaitu:
1. Protektif
Kulit menyediakan sawar fisis terhadap rangsang termal dan mekanis seperti gaya
gesekan dan kebanyakan patogen potensial dan materi lain. Mikroorganisme yang
mempenetrasi kulit memberi peringatan limfosit dan sel penyaji-antigen dikulit dan
respon imun meningkat. Pigmen melanin yang berada di epidermis melindungi sel dari
radiasi ultraviolet. Selain itu, kulit juga merupakan sawar permeable terhadap kehilangan
atau ambilan air yang berlebihan, yang memungkinkan kehidupan di bumi. Permeabilitas
kulit selektif memungkinkan sejumlah obat lipofilik seperti hormone steroid tertentu dan
obat-obatan yang diberikan melalui koyo.
2. Sensorik
Banyak tipe reseptor sensorik memungkinkan kulit memantau lingkungan dan berbagai
mekanoreseptor dengan lokasi spesifik di kulit penting untuk interaksi tubuh dengan
objek fisis.
3. Termoregulatorik
Temperatur tubuh yang konstan normalnya lebih mudah dipertahankan berkat komponen
insulator kulit ( misalnya, lapisan lemak dan rambut di kepala) dan mekanismenya untuk
mempercepat pengeluaran panas ( produksi keringat dan mikrovaskular superfisial yang
padat ).
4. Metabolik

Sel kulit mensintesis vit D, yang diperlukan pada metabolisme kalsium dan pembentukan
tulang secara tepat melalui kerja sinar UV setempat pada precusor vitamin ini. Kelebihan
elektrolit dapat dihilangkan melalui keringat dan lapisan subkutan menyimpan sejumlah
energi dalam bentuk lemak.
5. Sinyal seksual
Banyak gambaran kulit, seperti pigmentasi dan rambut, adalah indikator visual kesehatan
yang terlibat dalam ketertarikan antara jenis kelamin pada semua spesies vertebrata
termasuk manusia. Efek feromon seks yang dihasilkan kelenjar keringat apokrin dan
kelenjar lain di kulit juga penting untuk ketertarikan tersebut3.

1
Anthony L.Mescher,Phd, Histologi Dasar Junqueira, EGC, Jakarta, 2009, hal 309
2
Leslie P.Gartner,Phd dan James L.Hiatt,PhD, Color Textbook Of Histology, Saunders
Elsevier,China,2007,hal327
Kulit bersifat elastis dan dapat cepat meregang untuk menutupi area yang membengkak
dan seperti lapisan usus, memperbaruhi diri seumur hidup. Dasar molecular penyembuhan kulit
semakin dipahami dan memberikan dasar pemahaman yang lebih baik mengenai perbaikan dan
regenerasi orang lain.

3
Luiz Carlos Junqueira dan Jose Carneiro,Histologi Dasar, EGC, Jakarta, 2007, hal 309

Lapisan pada kulit:


1. Epidermis
Lapisan permukaan kulit, merupakan turunan dari ektoderm dan tersusun atas
epitel berlapis gepeng berkeratin.Epidermis mempunyai ketebalan 0,07 hingga 0,12 mm
pada sebagian besar tubuh, dengan penebalan setempat pada telapak tangan dan telapak
kaki ( ketebalan hingga sekitar 0,8 mm dan 1,4 mm). Kulit yang lebih tebal pada telapak
tangan dan telapak kaki terlihat jelas pada fetus, namun seiring waktu berjalan dan
dengan penggunaan, tekanan, dan gesekan mengakibatkan peningkatan ketebalan kulit
pada daerah ini. Epitel berlapis gepeng berkeratin kulit tersusun atas 4 populasi sel yaitu
keratinosit, sel langerhans, melanosit, dan sel merkel.

Lapisan basal epidermis ke permukaan, dapat diidentifikasi 5 daerah epidermis,


dari lapisan terdalam ke lapisan terluar: stratum basal (germinativum), stratum
spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum.
Berdasarkan ketebalan epidermis, kulit diklasifikasikan menjadi kulit tebal dan tipis4.

Kulit Tebal, Epidermis kulit tebal mempunyai


ketebalan 400 hingga 600 mm, ditandai dengan adanya
kelima lapisan. Kulit tebal tidak mempunyai folikel
rambut, muskulus arektpr pili, dan kelenjar sebasea
tetapi mempunyai kelenjar keringat. Gambar
disamping merupakan contoh mikograf cahaya kulit
tebal dengan keterangan sebagai berikut:
E = Epidermis
D = Dermis
RD/DR = Rigi Dermis
RE/ER = Yang berintegerasi dengan rigi epidermis
PD/BV = Pembuluh darah

Gambar.2

Kulit Tipis, Epidermis kulit tipis mempunyai ketebalan 75-150 mm, mempunyai startum
korneum yang tipis dan tidak lagi mempunyai startum lusidum serta startum granulosum
yang utuh, namun sisa-sisa sel lapisan ini kadang masih dapat ditemukan. Kulit tipis
mempunyai foliker rambut, muskulus arektor pill, kelejar sebasea dan kelenjar keringat.

Epidermis kulit tebal memiliki 5 lapisan , yaitu:


A. Stratum Basal (Stratum Germinativum)
Merupakan lapisan terdalam pada epidermis yang
disongkong oleh membran basal yang terletas
diatas dermis, membentuk daerah perbatasan
yang ireguler. Stratum basal terdiri atas selapis
sel kuboidal hingga silindris rendah yang aktif
bermitosis,mengandung sitoplasma basofilik dan
sebuah nukleus besar. Gambar disamping
merupakan contoh mikrograf cahaya kulit tebal dengan keterangan:
SB = Stratum basal, SS = Stratum spinosum

Gambar .3

B. Stratum Spinosum
Tersusun atas beberapa lapis sel polimofik yang
aktif bermitosis, sejumlah prosensus pada sel
tersebut memberikan gambaran “duri” pada
lapisan ini. Lapisan paling tebal pada epidermis
ialah startum spinosum, terdiri atas sel gepeng
hingga polihedral. Kretinosit yang terletak di
basal stratum spinosum juga bermitosis secara
aktif, dan kedua strata, juga disebut sebagai
lapisan malphigi, bertanggung jawab atas
pembaruan keratinosit epidermis. Keratinosit
stratum spinosum mempunyai populasi organel
yang sama seperti pasa stratum basal.

Gambar.4
C. Stratum Granulosum
Stratum terdiri atas 3 hingga 5 lapis keratinosit yang gepeng, ialah lapisan paling
superfisial epidermis yang sel-sel penyusunnya masih mempunyai inti.Sitoplasma
dari keratinosit ini mengandung granula keratohialin yang basofilik , kasar,
berbetuk iregular dan berukuran besar, yang tidak terikat pada membran. Berkas
filamen keratin melewati granula tersebut7.

D. Stratum Lusidum
Lapisan ini hanya terdapat pada kulit tebal ( seperti telapak tangan dan telapak
kaki). Stratum lusidum ini bersifat translusens dan terdiri atas lapisan titpis sel
epidermis eosinoflik yang sangat gepeng8.

E. Stratum Korneum
Lapisan paling superfisial dari kulit. Lapisan ini terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng
berkeratin tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi skleroprotein filamentosa
birefringen, yakni keratin.
2. Demis ( Korium)
Daerah pada kulit yang terletak dibawah epidermis, disebut dengan dermis, berasal dari
mesoderm dan terbagi atas dua lapisan yaitu, lapisan papilar dan lapisan retikular.
A. Lapisan Papilar Dermis
Yang terletak lebih dalam dan tersusun longgar.Lapisan papilar ini pada bagian
superfisial dermis tidak merata ketebalannya dan lapisan ini berinterdigitasi
dengan epidermis kemudian membentuk rigi dermis (papila). Lapisan ini tersusun
atas jaringan ikat longgar yang tipis, yakni serat kolagen tipe II (serat retikuler)
dan serat elastin yang tersusun menjadi jaringan yang longgar. Fibril penambat,
tersusun atas kolagen tipe VII, meluas dari lamina basal kedalam lapisan papilar,
mengikat epidermis pada dermis. Lapisan papilar mengandung fibroblas,
makrofag, sel plasma, sel mast, dan sel lainnya yang sering berada dalam jaringan
ikat.Lapisan papilar juga mempunyai banyak lingkaran kapiler, yang menjangkau
hingga pertemuan epidermis-dermis. Kapiler ini mengantur temperatus tubuh dan
nutrisi sel epidermis yang avaskular. Pada beberapa papila dermis, terdapat badan
meissner yang bersimpai, mekanoreseptor yang bertugas merespons perubahan
ringan pada epidermis. Reseptor ini paling banyak terdapat pada daerah kulit yang
sensitif terhadap stimulasi taktil (seperti bibir, genitalia eksterna, dan puting).
Mekanoreseptor bersimpai lainnya yang terdapat pada lapisan papilar ialah badan
Krause. Walaupun reseptor ini pada mulanya dianggap sebagai penerima rangsang
dingin, namun sekarang fungsinya belum diketahui.

B. Lapisa Retikular Dermis


Pertemuan atntara lapisan papilar dan retikulae dermis tidak dapat dikenali karena
kedua lapisan saling bersambung satu sama lain. Secara khusus, lapisan retikular
tersusun atas jaringan ikat padat kolagen yang tersusun tidak teratur,
memperlihatkan serat kolagen tipe I, yang tersusun padat ke dalam berkas besar
dan berjalan pararel terhadap permukaan kulit. Jaringan serat elastin tebal
diselingi dengan serat kolagen, tampak banyak disekitar kelenjar sebasea dan
keringat. Proteoglikans yang kaya akan dermatan sulfat, mengisi sela-sela lapisan
retikular. Sel-sel di lapisan ini lebih jarang dibanding pada lapisan papilar. Sel-sel
tersebut ialah fibroblas, sel mast, limfosit, makrofag, dan sel lemak yang
seringkali ditemukan pada bagian dalam lapisan retikular

3. Hipodermis
Jringan ikat longgar mengandung berbagai jumlak lemak yang terletak dibawah kulit.
Hipodermis bukan merupakan bagian dari kulit namun bagian dari fasia superfisial ( dari
potongan anatomi mikroskopik) yang menyelubungin seluruh tubuh, tepat dibawah kulit.
Orang yang kelebihan nutrisi atau yang tinggal pada iklim dingin mempunyai lemak yang
banyak pada fasia superfisial (hipodermis) yang dinamakan panikulus adiposus.
Pertemuan Epidermis -Dermis
Interdigitasi lapisan epidermis dengan lapisan dermis terlihat
jelas pada permukaan kulit, khusunya pada telapak tangan dan kaki,
yang diwakili oleh bentuk pusaran, busur , dan lingkaran, yang
disebut sidik jari. Oleh karena interdigitasi ini tidak mudah terlihat
dari potongan histologi yang bersifat 2 dimensi, asam
etilendiamintetraaseta (EDTA) dapat digunakan unutk kelasi ion
kalcum pada desmosom, sehingga mengakibatkan disosiaso
epidermis dari dermis. Setelah epidermis dan dermis terpisah,
permukaan 3 dimensi lapisan papilar dermis dapat diperiksa dengan
pemindaian mikroskop elektron. Lapisan papilar memperlihatkan
rigi dermis primer paralel pada permukannya yang dipisahkan oleh
alur primer, yang merupakan proyeksi dari epidermis.. Pada gambar
disamping, pada bagian pusat dari tiap rigi dermis primer terdapar alur sekunder yang menerima
invaginasi epidermis yang dikenal sebagai tiang interpapilar. Pada sepanjang rigi dan rigi lainnya
yang berdekatan, terdapat deretan papila dermis beratap bundar yang terproyeksi kedalam
konkavitas epidermis, sehingga mengunci pertemuan epidermis dan dermis . pertemuan
epidermis-dermis pada kulit tipis tidak terlalu kompleks, karena kekurangan rigi dan alur yang
dalam dan merata.

Kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan folikel rambut, yang berasal dari epidermis, memasuki
dermis dan hipodermis semasa embriogenesis dan menetap secara permanen.

4
Leslie P.Gartner,Phd dan James L.Hiatt,PhD, Color Textbook Of Histology, Saunders
Elsevier,China,2006,hal327-335.

2.1.2 RAMBUT
Rambut ialah struktur filamen berkeratin yang timbul dari permukaan epidermis kulit.
Rambut tumbuh pada sebagian besar tubuh kecuali pada daerah merah bibir, telapak tangan dan
sisinya, telapak kaki dan sisinya, glans kitoris, labia minora, dan bagian vestibuler dari labia
mayora. Terdapat dua tipe rambut pada tubuh manusia. Rambut yang halus,pendek dan pucat (
seperti yang menutupi kelopak mata) disebut, rambut velus, rambut yang keras, besar,kasar,
panjang dan gelap (seperti pada kulit kepala dan alis )disebut rambut terminal. Sebagai
tambahan, rambut yang sangat halus pada fetus disebut lanugo.

Folikel Rambut Commented [1]: ngel tolong lanjutin yang rambuy yaa
sama masukin gambarnya
Organ yang merupakan tempat asal rambut, berasal dari invaginasi epidermis yang masuk
hingga dermis, hipodermis atau keduanya. Folikel rambut dikelilingi oleh kumpulan jaringan ikat Commented [2]: sama kuku hehe

padat dari dermis. Membrana basalis yang menebal, disebut membran kemaca, memisahkan
dermis dari epitel folikel rambut. Akhiran yang melebar dari folikel rambut, yaitu akar rambut,
bertakik dan cekungannya menyesuaikan bentuk papila dermis yang menempati daerah tersebut.
Akar rambut dan papila dermis disebut sebagai bulbus rambut (bulbus pili). Papila dermis
mengandung kapiler yang kaya akan suplai nutrien dan oksigen untuk sel folikel rambut. Papila
dermis juga berperan dalam mengontrol aktivitas fisiologis dari folikel rambut.

Kumpulan sel yang menyusun akar rambut disebut matriks. Proliferasi sel matriks berperan
dalam pertumbuhan rambut; maka matriks rambut homolog dengan stratum basal epidermis.
Lapisan luar epitel folikel membentuk sarung akar rambut luar (SARL), yang tersusun atas
selapis sel pada bulbus rambut dan beberapa lapis sel yang dekat dengan permukaan kulit. SARL
mengelilingi beberapa lapis sel yang diturunkan dari epidermis, yaitu sarung akar rambut dalam
(SARD), yang terdiri atas 3 komponen:
a. Sederet sel kuboid pada bagian luar, lapisan Henle, yang bertemu dengan lapisan
terdalam sel dari sarung akar rambut luar
b. Satu atau dua lapis sel gepeng membentuk lapisan Huxley
c. Kutikula SARD, yang dibentuk oleh sel berbentuk sisik yang berselisip dengan ujung
bebas menonjol ke arah dasar folikel rambut. SARD berakhir di tempat duktus kelenjar
sebasea menempel pada folikel rambut.

Batang rambut merupakan filamen berbentuk panjang dan ramping yang menembus
hingga ke permukaan epidermis. Batang rambut terdiri atas 3 daerah: medula, korteks, dan
kutikula rambut. Seiring sel matriks di dalam akar rambut berproliferasi dan berdiferensiasi, sel
tersebut bergerak ke permukaan kulit dan berkembang menjadi batang rambut. Sel bagian tengah
matriks terletak paling dekat ke papila dermis di bawahnya dan paling terpengaruh olehnya;
maka semakin perifer sel terletak dari bagian tengah matriks, semakin kurang dipengaruhi oleh
papila dermis. Perbedaan lapisan dari folikel merupakan perkembangan dari matriks yang
berbeda yakni sebagai berikut:
A. Sel matriks paling tengah merupakan asal dari sel bervakuola besar yang membentuk inti
batang rambut (medula). Lapisan ini hanya ada pada rambut tebal.
B. Sel matriks yang terletak sedikit perifer dari tengah menjadi korteks dari batang rambut.
C. Sel matriks yang lebih perifer menjadi kutikula rambut.
D. Sel matriks paling perifer berasal dari SARD yang berkembang menjadi sel

Seiring sel korteks terdesak ke arah permukaan, sel mensintesis filamen keratin dan
granula keratohialin (mirip granula keratohialin pada epidermis) yang banyak. Granula tersebut
kemudian menyatu dan membentuk substansi amorf yang dibenami oleh filamen keratin.
Melanosit tersebar diantara sel pada matriks yang terdekat ke papila dermis, yang berukuran
besar, dengan prosesus dendritik panjang yang mentransfer melanosom ke sel dari korteks.
Melanosom menetap dalam sel tersebut untuk memberi warna rambut berdasarkan jumlah
melanin yang ada. Seiring waktu, melanosit secara perlahan kehilangan kemampuan untuk
memproduksi tirosinase, yang sangat penting untuk produksi melanin. Inilah yang menyebabkan
rambut berubah warna menjadi abu-abu.

Muskulus Arektor Pili


Muskulus arektor pili merupakan otot yang menempel pada sarung jaringan ikat yang
mengelilingi folikel rambut dan ke dalam lapisan papilar dermis. Otot polos ini menempel tepat
pada bagian atas dari pertengahan folikel rambut dengan sudut oblik. Kontraksi otot menurunkan
kulit pada bagian atas insersi dari otot dan menegakkan batang rambut dan kulit di sekitar batang
rambut, sehingga membentuk "bulu kuduk" yang kecil pada permukaan kulit. Hal ini mudah
diamati saat seseorang kedinginan atau mendadak ketakutan, biasanya disebut merinding

Histofisiologi Rambut
Rambut tumbuh rata-rata sekitar 1 cm/bulan, namun pertumbuhannya tidak terus-menerus.
Siklus pertumbuhan rambut terdiri atas 3 fase :
(1) periode pertumbuhan, yakni fase anagen
(2) periode involusi yang singkat, fase katagen
(3) fase istirahat, yakni fase telogen, ditandai dengan rambut yang matur dan menua akan
dilepaskan yang dapat disebabkan oleh rontok atau tertarik keluar

Rambut yang rontok dengan cara ini disebut club hair karena akar yang berbentuk seperti
pemukul bola golf (club) masih ada . Segera setelahnya, rambut baru dibentuk oleh folikel
rambut dan siklus pertumbuhan rambut mulai kembali. Masa siklus pertumbuhan rambut
bervariasi pada daerah tubuh yang berbeda. Sebagai contoh, rentang hidup rambut aksila (ketiak)
sekitar 4 bulan, sedangkan rambut kulit kepala dapat tetap berada pada fase anagen selama 6
tahun dan fase telogen selama 4 bulan.

Folikel rambut pada daerah tertentu pada tubuh berespon terhadap hormon seks laki-laki.
Maka saat pubertas laki-laki mulai mempunyai lebih banyak rambut terminal berpigmen gelap
pada daerah dagu, pipi dan bibir atas. Walaupun perempuan mempunyai jumlah folikel rambut
yang sama pada daerah ini, rambutnya tetap berjenis velus yang halus dan pucat. Namun pada
laki-laki dan perempuan saat pubertas, rambut terminal yang kasar dan berpigmen gelap mulai
tumbuh di aksila dan daerah pubis.

Proses keratinisasi pada rambut dan kulit mirip tetapi berbeda. Lapisan sel superfisial
epidermis kulit membentuk keratin lunak, terdiri atas filamen keratin terbenam dalam filagrin;
sel yang berkeratin terkelupas terus menerus. Sebaliknya, keratinisasi pada rambut membentuk
keratin keras, terdiri atas filamen keratin terbenam dalam trikohialin, tetapi sel berkeratin tidak
mengelupas; melainkan terakumulasi menjadi padat dan keras.Pengaturan sel yang menyusun
kutikula rambut dan kutikula sarung akar rambut dalam yaitu tepi bebas sel tersebut saling
berselisip sehingga batang rambut tidak mudah tercabut dari folikel rambut.

2.1.3 KUKU
Kuku merupakan sel epitel berkeratin tersusun dalam lempeng berkeratin keras. Kuku,
terletak pada falang distal pada tiap jari, tersusun atas lempeng sel epitel yang sangat padat dan
berkeratin tinggi yang membentuk lempeng kuku, terletak di atas epidermis yang dikenal sebagai
bantalan kuku. Kuku berkembang dari sel matriks kuku yang berproliferasi dan menjadi
terkeratinisasi. Matriks kuku, yakni sebuah daerah pada akar kuku, terletak di bawah lipatan
kuku proksimal.Stratum korneum dari lipatan kuku proksimal membentuk eponikium (kutikula),
yang menjangkau dari ujung proksimal hingga naik sekitar 0.5 sampai 1 mm. Pada sisi lateral,
kulit melipat ke bawah sebagai lipatan kuku lateral dan membentuk alur kuku lateral; epidermis
berlanjut di bawah lempeng kuku sebagai bantalan kuku dan lempeng kuku menggantikan posisi
(dan fungsi) stratum korneum.

Bulan sabit putih yang terlihat pada ujung proksimal kuku disebut lunula. Ujung distal
lempeng kuku yang tidak melekat pada bantalan kuku, akan berlanjut dengan kulit pada ujung
kuku. Di dekat pertemuan ini terdapat akumulasi stratum korneum yang disebut hiponikium.
Kuku jari tumbuh terus menerus pada kecepatan sekitar 0,5mm/minggu; kuku jempol tumbuh
lebih lambat. Kuku jari yang tembus pandang memberikan pertanda yang cepat akan kesehatan
seseorang; warna merah muda menandakan suplai darah yang cukup teroksigenasi5.

5
Leslie P.Gartner,Phd dan James L.Hiatt,PhD, Color Textbook Of Histology, Saunders
Elsevier,China,2006,hal339-344.
2.2 Macam-macam Sel di Jaringan Integumen
Integumen terdiri atas kulit dan turunannya, yaitu kelenjar keringat, kelenjar sebasea,
rambut, dan kuku. Macam-macam sel di jaringan integumen terdapat pada lapisan epidermis,
yaitu di bagian atas kulit. Epidermis merupakan turunan dari ektoterm dan tersusun atas epitel
berlapis berbentuk gepeng yang berkeratin. Epitel berlapis gepeng berkeratin kulit tersusun atas
empat populasi sel:

1.Melanosit
Warna kulit ditentukan berbagai faktor, namun yang terpenting adalah kandungan
melanin dan karoten, jumlah pembuluh darah dalam dermis, dan warna darah yang mengalir di
dalamnya. Melanosit, merupakan turunan dari krista neuralis, yang terletak diantara sel stratum
basal, walaupun juga dapat terletak di bagian superfisial dermis dan di dalam folikel rambut.
Melanosit berbentuk bundar hingga silindris dan membentuk hemidesmosom dengan lamina
basal, tetapi tanpa desmosom dengan keratinosit yang bersebelahan. Juluran dendritik panjang
yang irregular dari setiap melanosit bercabang ke dalam epidermis, yang berjalan di antara sel-
sel lapisan basal dan spinosa serta berakhir dalam bentuk invaginasi lima sampai sepuluh
keratinosit yang bersebelahan. Melanosit adalah sel yang terpulas pucat dengan sejumlah besar
mitokondria kecil, sistema pendek retikulum endoplasma kasar (RER), dan aparatus Golgi yang
berkembang biak.
Eumelanin adalah pigmen coklat tua yang dihasilkan oleh melanosit. Namun, pigmen serupa
yang ada di dalam rambut disebut feomelanin.
Sintesis Melanin :
1. Melanin disintesis dalam melanosit dengan tirosinase, yang diproduksi oleh
retikulum endoplasma kasar melanosit. Tirosinase diaktifkan oleh sinar UV.
2. Tirosinase dan protein terkait-tirosinase merupakan protein transmembran yang
disintesis dalam retikulum endoplasma kasar, yang menumpuk di vesikel yang
terbentuk di kompleks Golgi
3. Tirosinase mengubah tirosin menjadi 3,4-dihidroksifenilananin (DOPA)
4. DOPA diubah dan berpolimerisasi menjadi melanin.
5. Melanin terikat pada matriks protein struktural di vesikel. Melanin menumpuk di
vesikel tersebut sampai membentuk granul matang (melanosom), yang
berstruktur elips berukuran panjang sekitar 1μm.
6. Setelah terbentuk, granular melanin diangkut melalui kinesin di sepanjang
mikrotubulus ke ujung dendrit melanosit yang kaya akan aktin.

Melanosom meninggalkan badan sel melanosit dan berjalan hingga ke ujung prosesus
melanosit. Setibanya disana, ujung prosesus melanosit menembus sitoplasma sel stratum
spinosum dan mengeluarkan sekretnya dengan proses sekretori khusus yang disebut
sekresisitokrin. Setiap prosesus melanosit yang terpotong ujungnya memanjang dan menerima
makin banyak melanosom, dan siklus tersebut berulang. Sebuah melanosit berhubungan dengan
sejumlah keratinosit dan membentuk unit melanin epidermis. Di dalam sel pada stratum
intermedia, melanosom ditranspor ke daerah supranuklir (yakni diantara nukleus dan daerah
yang mengarah ke permukaan sel) sehingga melanosom membentuk sebuah sawar pertahanan di
antara nukleus dan sinar ultraviolet matahari yang menerpa kulit. Pada akhirnya, pigmen melanin
diserang dan didegradasi oleh lisosom keratinosit. Proses ini berlangsung beberapa hari.

Jumlah melanosit per millimeter persegi bervariasi pada daerah yang berbeda di kulit
seseorang, berkisar antara 800 hingga 2.300. Sebagai contoh, terdapat melanosit yang lebih
sedikit pada bagian dalam lengan dan paha dibandingkan pada wajah. Perbedaan pigmentasi
kulit ini berhubungan dengan lokasi melanin, bukan total jumlah melanosit pada kulit yang
berjumlah relatif sama pada semua ras. Sebagai contoh, terdapat lebih banyak melanosit pada
kulit tangan di permukaan dorsum daripada palmar; namun, jumlahnya sangat mirip diantara
berbagai ras. Sebab dari pigmentasi yang lebih gelap ialah bukan karena jumlah melanosit yang
efektif namun karena peningkatan aktivitas tirosinase.

Meskipun paparan yang terbatas terhadap radiasi ultraviolet meningkatkan ukuran dan
aktivitas fungsional melanosit, namun populasi selnya tetap sama. Setelah paparan yang terus
menerus terhadap radiasi ultraviolet, akan terdapat juga peningkatan populasi melanosit. Pada ras
kulit hitam, melanosom berukuran besar, berjumlah banyak, dan tersebar di seluruh sitoplasma
keratinosit, sedangkan pada ras Kaukasia, melanosom berukuran lebih kecil, lebih sedikit dan
berkumpul di sekitar nukleus. Melanosom pada ras Kaukasia didegradasi dan dibuang lebih
cepat dibanding ras kulit hitam.

2. Keratinosit
Keratinosit terkait di lapisan basal dan spinosa menyatu dengan lisosom. Ujung dendrit
diangkut di sepanjang mikrotubulus keratinosit via dinein ke bagian dekat inti, dimana
melanosom dilepaskan. Di dalam setiap keratinosit, ujung dendrit tersebut berakumulasi menjadi
suatu tudung supranuklear yang menyerap dan menyebarkan sinar matahari yang melindungi inti
DNA dari efek radiasi UV yang membahayakan.

Walaupun Melanosit membentuk melanin, keratinosit berfungsi sebagai depot dan


mengandung lebih banyak melanin daripada melanosit Satu melanosit plus keratinosit yang
menjadi tempat transfer melanosom membentuk suatu unit melanin epidermal. Densitas unit
tersebut serupa pada semua manusia, Melanosit orang dengan nenek moyang yang hidup di dekat
katulistiwa, dimana kebutuhan akan perlindungan terhadap sinar matahari paling besar,
menghasilkan granul melanin lebih cepat dan menumpuknya dalam keratinosit lebih banyak.
Radiasi UV menyebabkan keratinosit menyekresi berbagai faktor parakrin yang merangsang
aktivitas melanosit.

Menggelapnya kulit setelah terpajan sinar matahari (panjang gelombang 290-320nm)


adalah hasil proses dua tahap. Mula-mula, suatu reaksi fisiokimiawi menggelapkan melamin
yang ada. Kemudian, kecepatan sintesis melanin dalam melanosit dan transfer ke keratinosit
meningkat, yang menambah jumlah pigmen ini.
Keratinosit, yang membentuk populasi terbesar sel epitel, tersusun dalam 5 lapisan. Oleh
karena keratinosit terus menerus mengelupas dari permukaan epidermis, populasi sel ini harus
diperbarui secara konstan. Perbaruan ini dilakukan melalui mitosis keratinosit pada lapisan basal
epidermis, yang terjadi pada malam hari. Saat sel baru terbentuk, sel diatasnya terdorong ke
permukaan. Sejalannya ke permukaan, sel berdiferensiasi dan mulai mengakumulasi filamen
keratin pada sitoplasmanya. Saat sel dekat dengan permukaan, sel mati dan terkelupas, proses ini
berlangsung selama 20-30 hari. Oleh karena sitomorfosis keratinosit saat migrasi dari lapisan
basal epidermis ke permukaan, dapat diidentifikasi 5 daerah epidermis, dari lapisan terdalam ke
lapisan terluar: stratum basal (germinativum), stratum spinosum, stratum granulosum,
stratum lusidum, dan stratum korneum.
1. Stratum Basal (Germinativum)
Desmosom banyak terletak pada sisi lateral membran sel melekatkan antar sel stratum
basal, dan antara sel stratum dengan sel stratum spinosum. Hemidesmosom terletak di
basal sel berfungsi melekatkan sel pada lamina basal. Mikrograf elektron menunjukan
beberapa mitokondria, sebuah kompleks Golgi kecil, beberapa retikulum endoplasma
kasar, dan banyak ribosom bebas. Sejumlah filamen intermedia baik tunggal maupun
berupa berkas, melintas plas desmosom yang berada di lateral sel dan berakhir pada plak
hemidesmosom. Gambaran mitosis harusnya sudah terlihat pada stratum basal karena
lapisan ini sebagian bertanggung jawab untuk pembaruan sel pada epitel. Namun mitosis
terjadi sebagian besar saat malam hari, sedangkan spesimen histologi diambil saat siang
hari, sehingga gambar mitosis jarang terlihat pada sediaan histologis kulit. Saat sel baru
dibentuk via mitosis, lapisan sebelumnya terdorong kerah permukaan untuk bergabung
dengan lapisan epidermis selanjutnya

2. Stratum Spinosum
Sel-sel pada stratum spinosum mempunyai berkas-
berkas filamen intermedia yang lebih banyak serta
berperan sebagai sitokeratin/ kerangka sel, daripada
sel pada stratum basal. Pada sel stratum spinosum,
berkas tersebut menjulur keluar dari daerah
perinuklir (kitar inti) menuju prosesus seluler yang
berinterdigitasi, yang melekatkan sel-sel yang
berdekatan dengan desmosom. Prosesus ini disebut
“jembatan interseluler” oleh ahli histologi
terdahulu, memberikan gambaran sel “berduri”
pada stratum spinosum . Seiring dengan pergerakan
keratinosit ke permukaan melalui stratum
spinosium, ia juga memproduksi tonofilamen yang
terkumpul salam berkas-berkas yang disebut
tonofibril menyebabkan sitoplasmanya eosinoflik
.Sel stratum spinosum juga mengandung granula
sekretori pada sitoplasmanya yang disebut
granules/ lamelaar granules). Vesikel gepeng ini
mengandung substansi lipid tersusun dalam bentuk
lamelar yang padat.
Keterangan gambar:
A= sebuah sel stratum sipnosum dengan granul
melanin dan sitoplasma yang penuh dengan tonofilamen, panah menunjukan spina
dengan desmosnya
B & C= desmosm dari A

3. Stratum Granulosum
Sel stratum granulosum mengandung granula berselubung membran. Kandungan granula
ini dilepaskan secara eksositosis ke dalam ruang ekstraseluler, membentuk lembaran
substansi yang kaya akan lipid yang berperan sebagai sawar kedap air, yang merupakan
salah satu fungsi kulit. Lapisan impermeabel ini mencegah sel superfisial terbenam dalam
cairan ekstraseluler yang berisi nutrien sehingga mempercepat kematian sel tersebut.

4. Stratum Lusidum
Meskipun sel gepeng stratum lusidum tidak mempunyai organel dan nuklei, sel
mengandung filamen keratin yang tersusun padat yang terletak paralel terhadap
permukaan kulit dan eleidin, suatu produk turunan keratohialin. Sitoplasma dari membran
plasma sel mempunyai struktur menebal oleh karena deposisi protein nonkeratin yang
dikenal sebagai involukrin, yang fungsinya masih belum diketahui

5. Stratum Korneum
Stratum korneum ini tersusun atas beberapa lapis sel gepeng berkeratin dengan
plasmaleman yang menebal. Sel ini tidak mempunyai nukleus dan organel tetapi terisi
dengan filamen keratin yang terbenam dalam matriks amorf 2. Keratin sekurang-
kurangnya mengandung 6 macam polipeptida dengan berat molekul antara 40kDa sampai
70kDa. Komposisi tonofilamen berubah sewaktu sel epidermis berdiferensiasi. Sel basal
mengandung polipeptida dengan berat molekul lebih rendah, sedangkan sel yang lebih
berkembang membuat polipeptida dengan berat molekul lebih tinggi. Tonofilamen
berhimpitan dalam matriks yang juga berisi granul keratohialin. Setelah mengalami
keratinisasi, sel-sel hanya terdiri atas protein amorf dan fibriar dan membran plasma yang
menebal, sel-sel ini disebut sel tanduk. Selama keratinisasi berlangusung, enzim hidrolitik
lisosom berperan pada penghancuran organel sitoplasma. Sel-sel secara terus meneru
dilepaskan pada permukaan stratum korneum3.

3. Sel (Langerhans) Dendritik


Sel dendritik (sel Langerhans) adalah sel yang mempresentasikan antigen yang terletak di
antara sel stratum spinosum, yang biasanya terlihat paling jelas di lapisan spinosa, dan mewakili
2-4% sel-sel epidermis. Sel Langerhans biasa terletak di stratum spinosum tetapi juga dapat
ditemukan dalam dermis sebagaimana juga dalam epitel berlapis gepeng di rongga mulut,
esofagus dan vagina. Namun, sel ini paling banyak terdapat pada epidermis, yakni mencapai 800
buah per mm2.

Jika dilihat dengan mikroskop cahaya, sel Langerhans mempunyai nukleus yang padat,
sitoplasma pucat serta prosesus panjang dan ramping yang menjulur keluar dari badan sel ke
dalam rongga interseluler diantara keratinosit. Sel Langerhans terkadang disebut sel dendritik
karena sejumlah prosesusnya yang panjang. Prossesus sitoplasma terjulur dari sel dendritik ini di
antara keratinosit pada semua lapisan, yang membentuk suatu jalinan padat di epidermis.
Mikrograf elektron memperlihatkan nukleus yang polimorfik; sitoplasma elektron lusen
menampung beberapa mitokondria, beberapa retikulum endoplasma kasar dan tidak ada filamen
intermedia tetapi mengandung lisosom, badan multivesikuler dan vesikel berukuran kecil.

Walaupun nukleus yang berbentuk ireguler dan ketiadaan tonofilamen membedakan sel
Langerhans dengan keratinosit sekitarnya, fitur paling unik dari sel Langerhans adalah granula
Birbeck (granula vermiformis) pada membrannya, yang berbentuk seperti pemukul bola Ping
Pong (panjang 15 hingga 50 nm dan ketebalan 4 nm). Granula ini terbentuk dari endositosis -
yang - dibantu klatrin, namun fungsinya tidak diketahui.

Sel Langerhans merupakan sel darah turunan prekursor sumsum tulang yang merupakan
bagian dari sistem fagositosis mononuklir. Ia mampu mengikat, mengolah, dan menyajikan
antigen kepada limfosit T dengan cara yang sama sebagai sel dendritik imun pada organ lain.

Mikroorganisme tidak dapat mempenetrasi epidermis tanpa memberi peringatan kepada


sel dendritiknya dan mencetuskan suatu respon imun. Sel Langerhans, beserta limfosit epidermal
yang tersebar dan sel imun yang serupa di dermis membentuk komponen utama imunitas adaptif
kulit. Kulit selalu berkontak erat dengan banyak molekul antigen.

4. Sel (Merkel) Taktil


Sel taktil epithelial (atau sel Merkel) adalah mekanoreseptor yang menyerupai keratinosit
terpulas-pucat dengan filamen keratin di sitoplasmanya tetapi dengan sedikit jumlah melanosom.
Sel Merkel, yang tersebar diantara keratinosit stratum basal epidermis, banyak terdapat di ujung
jari, mukosaoral dan pangkal folikel rambut. Sel ini merupakan turunan krista neuralis dan
biasanya ditemukan sebagai sel tunggal berjajar paralel terhadap lamina basalis; namun ia dapat
menjulurkan prosesusnya di antara keratinosit, yang menempel satu sama lain melalui
desmosom.

Nukleus sel Merkel mempunyai takik yang dalam, dan terdapat tiga tipe sitokeratin
dalam sitoplasma yang membuat filamen sitoskeletal. Granul neurendokrin kecil dengan inti
yang padat, yang terletak dalam zona perinuklir dan dalam prosesusnya, berasal dari Golgi
mengandung peptida seperti peptida sel neuroendokrin. Granula berinti padat inilah yang
menjadi khas dari sel Merkel.

Saraf sensoris bermielin melewati lamina basalis hingga mendekati sel Merkel, dan
membentuk kompleks sel Merkel-neurit. Kompleks ini dapat berfungsi sebagai mekanoreseptor.
Sel ini memperlihatkan reaktivitas imun mirip sinaptofisin, mengindikasikan bahwa sel Merkel
dapat melepaskan substansi mirip neurokrin, sehingga memberi kesan bahwa sel memperlihatkan
aktivitas yang berhubungan dengan sistem neuroendokrin difus6.
2.3 Macam-macam Kelenjar di Sistem Integumen
2.3.1 Kelenjar Pada Kulit
Kelenjar pada kulit termasuk kelenjar ekrin, kelenjar keringat apokrin, kelenjar sebasea,
dan kelenjar mammae ( kelenjar keringat yang termodifikasi dan sangat terspesialisasi).
1. Kelenjar Keingat Ekrin
Kelenjar keringat ekrin mempunyai diameter 0,4 mm dan terletak dalam kulit
pada hampir seluruh bagian tubuh. Terhitung sekitar 3-4 juta buah, kelenjar ini berperan
penting dalam proses termoregulasi. Kelenjar
keringat ekrin berkembang dari invaginasi epitel
pada rigi dermis ke dalam dermis, bagian
terdalamnya menjadi bagian yang mensekresikan
keringat pada kelenjar tersebut. Kelenjar ini yang
mulai berfungsi segera setelah lahir,
mengekskresikan keringat dan dapat mensekresikan
sekitar 10 L keringat per hari di dalam kondisi
ekstrim seperti pada orang dengan aktivitas tinggi
yaitu saat sedang berolahraga berat.
Kelenjar keringat ekrin adalah kelenjar
tubelar bergelung sederhana terletak di dalam
dermis atau hipodermis.Terdapat struktur yang
menyalurkan keringat dari bagian sekretori dari tiap
kelenjar, yakni duktus yang berbentuk bergelung
dan ramping, melewati dermis dan epidermis hingga
ke permukaan kulit yang terbuka yang disebut pori
keringat. Kelenjar ini mempunyai metode merokrin dalam melepaskan produk
sekretorinya. Kelenjar ini dipersarafi oleh saraf postganglion dari sistem pernafasan
simpatis.
Gambar disamping merupakan kelenjar keringat dengan keterangan:
S= sekretori
d = duktus
L = mengandung lumen
Bagian sekretori kelenjar dikelilingi oleh sel mioepitel dari kelenjar keringat ekrin
terbungkus oleh lamina basalis sari sel sekretori. Sitoplasma sel miopetil mempunyai
filamen miosin dan filamen aktin yang terwarnai asidofiliki, sehingga sel mioepitel
mempunyai kemampuan berkontraksi. Kontraksi sel ini membantu dalam mengeluarkan
cairan dari kelenjar.Duktus kelenjar keringat ekrin tersusun atas sel basal berinti besar,
heterokromatik dan banyak mitokondria lalu sel lapisan luminal berinti yang terbentuk
ireguler, sedikit sitoplasma, hanya beberapa organel dan sebuah terminal web tepat di
bawah membran plasma apikal. Merupakan duktus yang sangat bergelung. Duktus ini
mengyulir saat melewati dermis, saat sampai di epidermis, keratinosit menyelubungi
duktus dalam perjalannya ke pori keringat.Cairan yang disekresikan oleh bagian sekretori
kelenjar mirip dengan plasma darah dari segi keseimbangan elektrolit, termasuk potasium
dan sodium klorida juga amonia dan urea. Namun sebagian besar ion kalsium, natrium
dan klorida direabsorbsi kembali oleh sel duktus saat berada di dalam lumen. Sel duktus
mengekskresikan ion,urea, asam laktat dan beberapa jumlah obat ke dalam lumen..
Selain itu bagian sekretori kelenjar mempunyai epitel selapis kuboid hingga silindris
rendah yang tersusun atas sel gelap dan sel terang :
● Sel Gelap ( Sel Mukosa)
Sel gelap menyerupai kerucut terbalik, dengan bagian yang lebar melapisi lumen.
Bagian sempit , yang jarang mencapai lamina basalis, menyesuaikan diri diantara
sel terang yang berdekatan. Mikrograf elektron memperlihatkan beberapa RER,
sejumlah ribosom bebas, mitokondria yang memanjang, dan kompleks Golgi yang
berkembang baik. Granula sekretori mengandung glikoprotein yang cukup padat
terletak dalam sitoplasma apikal dari sel gelap, dan sekresi yang dilepaskan oleh
sel tersebut bersifat mukus.
● Sel Terang
Sel terang mempunyai daerah apikal sempit dan dasar lebar yang menjangkau
hingga lamina basalis. Tidak seperti sel gelap, sel terang tidak mempunyai
granula sekretori tetapi menyimpan akumulasi glikogen, organelnya mirip sel
gelap, namun sel terang mempunyai sedikit RER. Sel terang mempunyai dasar
yang berlipat, mirip dengan tipe sel lainnya. Yang terlibat dalam transpor
transepitel. Sel terang mempunyai akses terbatas kelumen kelenjar karena sel
gelap yang megahanginya maka sekresinya yang bersifat cair memasuki
kanalikuli interseluler yang terdapat di sela-sela sel terang, yang kemudian
bercampur dengan sekresi mukus sel gelap.

2. Kelenjar Keringat Apokrin


Kelenjar ini hanya ditemukan pada lokasi tertentu yaitu, ketiak (aksila), areola
puting, dan daerah anal. Kelenjar keringat apokrin termodinkasi merupakan penyusun
kelenjar serumen (lilin) pada saluran auditori eksterna dan kelenjar moll pada kelopak
mata. Kelenjar ini terbenam di bagian dalam dermis dan hipodermis. Tidak seperti duktus
kelenjar ini yang bermuara ke dalam saluran folikel rambut tepat pada bagian atas muara
duktus kelenjar sabasea.Lumen kelenjar ini lebih besar dari pada kelenjar ekrin dan sel
sekretori mengandung granula yang terisolasi dari membran apikal oleh terminal web. Sel
mioepitel mengelilingi bagian sekretori kelenjar keringat apokrin dan membantu
mengeluarkan produk sekretori ke dalam duktus kelenjar.
Kelenjar keringat ini berasal dari epitel folikel rambut sebagai tunas epitel yang
kemudian berkembang menjadi kelenjar. Sekresi oleh kelenjar ini berada dibawah
pengaruh hormon dan tidak dimulai sebelum pubertas. Persarafannya berasal dari serat
postganglion sistem persarafan sistem persarafan simpatik. Karena kemiripan lokasi,
struktur histologis, dan bau yang kemungkinan besar karena metabolisme bakteri
terhadap asam volatil mirip dengan sinyal feromon, Kelenjar keringat ini bagi wanita,
melalui perubahan siklus yang tampaknya berhubungan dengan siklus menstruasi, yakni
sel sekretori dan luminal membesar sebelum periode premenstruasi dan menghilang saat
menstruasi.
3. Kelenjar Sabasea
Kelenjar ini dapat ditemukan di seluruh tubuh, pada dermis dan hipodermis,
kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan sisi kaki yang terletak dibawah garis rambut.
Kelenjar ini paling banyak terdapat diwajah, kulit kepala, dan kening. Produk sekretori
kelenjar sebasea, sebum, bahan seperti lilin, campuran berminyak kolesterol, trigliserida
dan debris sekretori seluler.Sebum berperan mempertahankan tekstur kulit dan fleksibilitas
rambut.Kelenjar sabasea merupakan pelengkap tambahan folikel rambut. Duktus kelenjar
sabasea bermuara ke dalam sepertiga bagian atas saluran folikel, dimana kelenjar
mengeluarkan produk sekretorinya untuk melapisi batang rambut dan pada akhirnya
seluruh permukaan kulit. Kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon seks dan aktivitasnya
meningkat pesat setelah pubertas.
Kelenjar sabasea adalah lobulus dengan kelompokan asini yang bermuara ke dalam
sebuah duktus pendek. Tiap asinus tersusun atas sel basal kecil terletak di perifer
(bersandar di atas lamina basalis), yang
mengelilingi sel bulat yang lebih besar
rrreryang mengisi sisa asinus. Sel basal
mempunyai nukleus berbentuk bulat,
retikulum endoplasma kasar dan halus,
glikogen dan droplet lipid. El ini membelah
untuk membentuk sel basal lebih banyak dan
sel bulat yang lebih besar. Sel yang lebih
besar mempunyai retikulum endoplasma
halus yang banyak dan sitoplasma terisi
dengan droplet lipid. Bagian tengah dari
asinus terisi oleh sel dalam berbagai tahapan
degenerasi.
Gambar disamping merupakan kelenjar
sabasea dengan keterangan:
SG = kelenjar sebasea manusia
N = inti sel
AP = muskulus arektor pili7

2.4 Macam-macam Reseptor dan Mekanismenya pada Sistem Integumen


(Raba,Tekan,Vibrasi,Suhu,Nyeri)
2.4.1 Tekanan
Pada tekanan terdapat beberapa reseptor khusus yaitu :
a. Korpuskula Pacini
Korpuskula Pacini ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan,
telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia
eksterna memiliki struktur berbentuk oval, berdiameter sekitar 0,5 – 1 mm. Jenis
serat saraf pada korpuskula pacini adalah A-beta merupakan ujung saraf pada
kulit yang peka terhadap rangsangan berupa tekanan atau saraf perasa tekanan
kuat (Paling sensitif di 150-300 Hz).
b. Korpuskula Meissner
Reseptor saraf ini terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung jari,
bibir dan puting memiliki bentuk elips, berukuran sekitar 30-75 mikron dan
diameternya sekitar 150 mikron. Jenis serat saraf pada korpuskula meissner
adalah A-beta merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap
sentuhan (Paling sensitif di 20-40 Hz).

c. Sel Markel
Ini merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma.
Seperti mekanoreseptor sel ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan juga
gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di bawahnya. Jenis serat saraf
pada korpuskula meissner adalah A-beta merupakan ujung perasa sentuhan dan
tekanan ringan, terletak dekat permukaan kulit.

2.4.2 Raba
Tekanan adalah rasa raba yang menetap. Rasa raba terdapat di daerah yang tidak
tampak memiliki reseptor khusus. Namun, badan pacini dan mungkin reseptor lain
mungkin menjalankan fungsi khusus yang berkaitan dengan rasa raba. Reseptor raba
paling banyak ditemukan di kulit jari tangan serta bibir, dan relatif jarang di kulit
badan. Terdapat banyak reseptor di jaringan subkutos pada daerah yang tidak
berambut.
Kanal NA⁺ BNC1 berkaitan erat dengan reseptor raba. Kanal ini merupakan salah
satu degenerin, yang disebut demikian karena jika kana; ini mengalami ekspresi
berlebihan, neuron di tempat kanal berada akan mengalami degenerasi. Namun,
tidak diketahui bahwa BNC1 merupakan bagian dari kompleks reseptor atau serabut
saraf di titik permulaan spike potensial. Reseptor dapat dibuka secara mekanik oleh
tekanan pada kulit.
Serabut sensorik A𝛽 yang menyalutkan impuls dari reseptor raba ke susunan
saraf pusat memiliki diameter 5-12 mikrometer dan memiliki kecepatan konduksi
30-70 m/det. Sebagian impuls raba juga dihantarkan melalui serabut C.

2.4.3 Getaran
Apabila garpu tala yang bergetar ditempelkan ke kulit, akan terasa adanya
getaran atau dengungan. Sensasi tersebut paling jelas dirasakan di atas tulang, tetapi
juga dapat dirasakan apabila garpu tala ditempatkan di tempat lain. Reseptor yang
terlibat adalah reseptor raba, terutama badan pacini, tetapi faktor waktu juga
berperan. Pola rangsang tekanan yang ritmik diterjemahkan sebagai getaran. Impuls
yang berperan untuk sensasi getaran disalurkan ke kolumna dorsalis.
2.4.4 Suhu
Penelitian pemetaan memperhatikan bahwa kulit memiliki daerah peka-dingin dan
daerah peka-panas yang terpisah. Daerah peka-dingin terdapat empat sampai sepuluh
kali lebih banyak dibandingkan dengan daerah peka-panas. Reseptor dingin
berespons terhadap suhu 10-38℃, dan reseptor panas terhadap suhu dari 30-45℃.
Aferen untuk suhu dingin adalah serabut C dan A, sedangkan aferen untuk panas
adalah serabut C. Suhu umumnya dianggap berkaitan erat dengan rasa raba, tetapi
bukti baru menunjukan bahwa selain berakhir di gitus postsentralis, serabut suhu dari
talamus berakhir juga di korteks insula ispsilateral. Dalam suhu terdapat 2 reseptor
khusus terhadap keadaan panas dan dingin yaitu :
1. Korpuskula Ruffini
Korpuskula Ruffini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula
sendi, saraf ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo
golgi. Jenis serat saraf pada korpuskula ruffini adalah A-beta yang berfungsi
merespon tekanan pada kulit atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk
menerima rangsangan panas.

2. Korpuskula Krause
Reseptor saraf ini ditemukan pada bibir, lidah dan alat genital dengan diameter
sekitar 50 mikron. Jenis serat saraf pada korpuskula krause adalah A-beta
merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap rangsangan dingin.

2.4.5 Nyeri
Nyeri berbeda dari sensasi lain, yaitu bahwa nyeri memberi peringatan bahwa ada
sesuatu yang salah, nyeri mendahului sinyal lain, dan nyeri berkaitan dengan
perasaan tidak menyenangkan. Nyeri ternyata merupakan sensasi yang sangat rumit
karena jika nyeri berkepanjangan dan jaringan rusak, jalur-jalur nosiseptor sentral
mengalami fasilitasi dan reorganisasi.
Mekanisme
Organ indra untuk nyeri adalah ujung-ujung saraf “telanjang” yang
dijumpai pada hampir semua jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke susunan
saraf pusat oleh dua sistem serabut. Satu sistem nonsiseptor terbentuk dari
serabut-serabut A kecil bermielin dengan diameter 2-5 mikrometer. Sistem ini
menghantarkan 12-30 m/det. Sistem yang satu lagi terdiri dari serabut C tak
bermielin dengan diameter 0,4-1,2 mikrometer. Serabut yang terakhir ini
ditemukan di bagian lateral radiks dorsalis. Serabut-serabut ini menghantarkan
dengan kecepatan yang lambat sebesar 0,5-2 m/det. Kedua kelompok serabut ini
berakhir di kornu dorsalis; serabut A berakhir terutama di neuron-neuron lamina I
dan V, sementara serabut C radiks dorsalis berakhir di neuron di lamina I dan II.
Transmiter sinaps yang disekresi oleh serabut aferen primer yang menghantarkan
nyeri ringan cepat adalah glutamat, dan transiter yang menghantarkan nyeri
lambat adalah substansi P.
Sebagian akson neuron kornu dorsalis berakhir di medula spinalis dan
batang otak. Sebagian lain masuk ke sistem ventrolateral, termasuk traktus
spinotalamikus lateral. Beberapa naik di bagian dorsal medula spinalis. Sebagian
serabut asendens membentuk proyeksi ke nukleus posterior ventralis, yang
merupakan inti pemancar sensorik spesifik di talamus, dan dari sini ke korteks
serebri.

Saraf serat yang melekat pada setiap jenis reseptor kulit terus debit selama
rangsangan (“stimulus perlahan”) atau menanggapi hanya ketika rangsangan dimulai dan
kadang-kadang ketika rangsangan berakhir (“stimulus cepat”).
Dengan kata lain, perlahan-beradaptasi serat saraf mengirimkan informasi tentang
stimulasi berkelanjutan; stimulus cepat berarti serabut saraf mengirim informasi yang
berkaitan dengan perubahan rangsangan. Contohnya Korpuskula Pacinian adalah jenis
reseptor stimulus cepat. Korpuskula Ruffini adalah contoh jenis reseptor stimulus
perlahan.
6.
Leslie P.Gartner,Phd dan James L.Hiatt,PhD, Color Textbook Of Histology, Saunders
Elsevier,China,2006,hal.331-333.
7.
Leslie P.Gartner,Phd dan James L.Hiatt,PhD, Color Textbook Of Histology, Saunders
Elsevier,China,2006,hal.336-339
8
William F. Ganong, Buku ajar Fisiologi Kedokteran, Kedokteran EGC, Jakarta, 2008, 146-152

Daftar Pustaka

1. Luiz Carlos Jungqueira, 2007, Histologi Dasar, Jakarta: Kedokteran EGC


2. Leslie P. Gartner, James L. Hiatt, 2006, Color Textbook of Histology Third Edition,
Jakarta: Elsevier
3. William F. Ganong, 2008, Buku ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta: Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai