Laporan Praktikum Widal
Laporan Praktikum Widal
Laporan Praktikum Widal
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit endemis dan masih menjadi permsalahan kesehatan di Indonesia
adalah Demam Tifoid (DT) atau Tifoid Abdominalis. Angka kejadian kasus Demam Tifoid
masih tinggi di Indonesia dan membutuhkan perawatan di rumah sakit. Penyakit akibat
infeksi Salmonella typhi dan paratyphi ini bisa terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak
karena penularannya melalui makanan dan minuman yang telah tercemar bakteri ini. Sanitasi
lingkungan dan pengolahan sampah yang buruk juga menjadi faktor resikonya (Menkes RI,
Pada tahun 2002, terdapat 22.000.000 kasus demam tifoid dengan 200.000 kematian
di seluruh dunia. Asia Tenggara dan selatan-tengah memiliki angka insidens tertinggi yaitu
>100 kasus per 100.000 populasi per tahun (Pegues dan Miller, 2013). Di Indonesia, menurut
data Menkes tahun 2006, angka kesakitan akibat demam tifoid cenderung meningkat dengan
rata-rata 500 per 100.000 penduduk dengan kematian 0,6 sampai 5 persen (Menkes RI,
2006). Berdasarkan data sistem rumah sakit (SIRS) tahun 2013, terjadi 9.747 kasus demam
tifoid dan paratifoid pada anak balita (Datin Menkes RI, 2015).
Penegakan diagnosis pada demam Tifoid dapat dilakukan dengan melakukan Tes
Widal. Tes widal merupakan uji serologi, yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dengan
antibodi. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap Salmonella typhi
dan juga titernya. Salmonella typhi telah lama diketahui memiliki 3 antigen yaitu antigen O,
antigen O yang merupukan fosfolipid protein polisakarida adalah dengan merusak antigen H
dengan menambah alkohol/asam/pemanasan 100°C selama 20 menit pada kuman yang motil
berusia muda maka flagel akan rusak dan tinggal badan kuman. Reaksi aglutinasi yang terjadi
bila antibodi ditambah dengan anti O berupa endapan seperti pasir yang tidak hilang bila
larutan dikocok. Antigen H adalah antigen termolabil yang terdapat pada flagel bakteri
Salmonella. Pada kuman yang motil berusia muda, protein flagel yang labil akan menjadi
stabil dengan menambahkan formalin. Reaksi aglutinasi yang terjadi bila antibodi ditambah
dengan anti H adalah berupa gumpalan seperti kapas. Gumpalan mudah hilang bila larutan
dikocok. Antigen Vi (Virulen) adalah antigen yang terdapat pada kapsul bakteri Salmonella
dan bersifat termolabil yang berperan di dalam patogenesis penyakit tifoid (Menkes RI,
2006).
1. Untuk mengetahui dasar pemilihan dan pengambilan spesimen untuk Tes widal.
METODE
konvensional (tube test) dan pemeriksaan widal secara cepat (rapid test). Dalam praktikum
ini aan dilakukan pemeriksaan widal rapid test secara kualitatif maupun kuantitatif.
Secara Kualitatif
3. Dicampur dengan tusuk gigi sampai homogeny kemudian digoyang selama 2 menit
100 rpm apabila memakai alat regulator, selama 3-5 menit apabila manual
4. Diamati hasilnya:
Secara kuantitatif
2. Ditambah satu tetes antifen (positif tes kualitatif) pada masing-masing objek glass
3. Dicampur dengan tusuk gigi samai homogeny kemudian digoyang selama 2 menit
4. Diamati adanya aglutinasi (+), titer ditulis pada hasil adalah penipisan terakhir yang
KELOMPOK O H AH BH
1 - + + +
2 + + + -
3 + + + -
4 - - + -
Interpretasi Hasil :
Hasil Pengamatan :
kuantitatif.
1 + + - - 1/160
2 + + + - 1/320
3 + + - - 1/160
4 + + + + 1/640
Interpretasi Hasil :
Hasil Pengamatan :
Dari pemeriksaan yang kami lakukan, kami mendapatkan adanya aglutinasi dari titer serum
3.2 Pembahasan
Hasil pemeriksaan yang kami lakukan menunjukkan bahwa setelah titer serum yang
masing-masing terdiri atas 2,5 µl, 5 µl, 10 µl, 20 µl di tetesi dengan reagen Salmonella
typhii, terbentuk gumpalan pada semua titer serum karena tejadi reaksi antara antigen dengan
antibodi. Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai hasil positif karena setelah ditetesi dengan
reagen terbentuk gumpalan atau aglutinasi dari reaksi tersebut, hal ini dapat berarti bahwa
Namun hasil yang sesungguhnya dari laboratorium didapatkan hasil positif (antigen
Disini kami akan sedikit membahas mengenai faktor yang dapat mempengaruhi
mengapa hasil pada setiap kelompok dapat berbeda dan mengapa pada kelompok kami bisa
didapatkan hasil positif pada semua titer yang kami gunakan (tes kuantitatif).
Ini bisa terkait dengan terjadinya positif palsu maupun negative palsu, beberapa hal
enterobacteriae
Terutama pada kelompok kami, didapatkan hasil positif pada semua reagen yang kami coba
1. Takaran serum yang digunakan kurang tepat, karena pada awal percobaan beberapa
kali kami mengalami masalah dengan alat pipet ukur pada kelompok kami
2. Takaran reagen yang tidak sama banyak, pada saat penetesan reagen kemungkinan
3. Waktu melihat reaksi aglutinasi yang terlalu lama, dari awal meneteskan reagen ke
dengan cepat dan dihitung 3-5 menit langsung, namun kelompok kami baru mulai
meja kelompok kami tidak terdapat lampu tambahan untuk melihat hasil sehingga
akhirnya kami berinisiatif menggunakan lampu pada telepon genggam kami masing-
masing
5. Kemampuan praktisi dalam melakukan interpretasi yang kurang, karena kami baru
pertama kali melakukan percobaan dan belum mempunyai banyak pengalaman kami
6. Proses pencampuran yang tidak sampai homogen, karena dibutuhkan waktu yang
cukup cepat kemungkinan saat pencampuran antara reagen dan serum tidak tercampur
homogen
7. Cara penggunaan tusuk gigi yang salah dalam pencampuran (misalnya 1 sisi tusuk
gigi itu digunakan untuk semua sampel sehingga takaran serum dan reagennya tidak
tepat lagi)
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Salah satu penyakit endemis dan masih menjadi permsalahan kesehatan di Indonesia
adalah Demam Tifoid (DT). Penyakit akibat infeksi Salmonella typhi dan paratyphi ini bisa
terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak karena penularannya melalui makanan dan
minuman yang telah tercemar bakteri ini. Sanitasi lingkungan dan pengolahan sampah yang
demam tifoid. Tes widal dapat dilakukan secara konvensional (tube test) dan pemeriksaan
Hasil pemeriksaan yang kami lakukan menunjukkan bahwa setelah titer serum
(masing-masing terdiri atas 2,5 µl, 5 µl, 10 µl, 20 µl) di tetesi dengan reagen Salmonella
typhii, terbentuk gumpalan pada semua titer serum karena tejadi reaksi antara antigen dengan
antibodi. Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai hasil positif karena setelah ditetesi dengan
reagen terbentuk gumpalan atau aglutinasi dari reaksi tersebut, hal ini dapat berarti bahwa
serum tersebut terinfeksi oleh bakteri Salmonella typhii. Namun hasil yang sesungguhnya
dari laboratorium didapatkan hasil positif (antigen yang dapat dideteksi) hanya sampai titer
10 µl (1/160).
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Datin Menkes RI. 2015. InfoDatin: Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Diperoleh
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-anak-
balita.pdf.
Menteri Kesehatan RI. 2006. KMK RI Nomor 364 Tentang Pedoman Penendalian Demam
http://peraturan.bkpm.go.id/jdih/lampiran/KEPMENKES_364_2006.pdf.
Pegues, David A, dan Samuel I. Miller. 2013. Salmonelosis. Dalam: (eds) alih bahasa; Brahm