Makalah Upah

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting. Keberadaan
tenaga kerja tidak boleh begitu saja dikesampingkan yang harus diperhatikan
kesehatan dan kesejahteraannya. Hal yang tidak bisa lepas begitu saja dari tenaga
kerja adalah upah. Penentuan upah merupakan salah satu penentu efisien atau
tidaknya kerja seorang tenaga kerja seperti yang sering terjadi di Indonesia
sekarang tidak sedikit perusahaan yang menghentikan aktifitas produksinya
karena para karyawan berdemo menuntut kenaikan upah.

Manusia dalam hidupnya selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhannya.


Kebutuhan hidup sangatlah bervariasi, sedikit atau banyaknnya adalah relatif
tergantung pada kemampuan atau daya beli seseorang yang dipengaruhi oleh
penghasilan yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu sesudah ia bekerja.

Bagi para pekerja khususnya yang bekerja di perusahaan swasta terdapat


ketentuan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Besarnya tidak sama setiap kabupaten/kota tergantung pada kondisi
daerah masing-masing. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah UMK itu sudah
sesuai dengan kebutuhan hidup pekerja? Apakah besarnya UMK itu sudah layak?
Yang menjadi pemikiran selanjutnya adalah apakah besarnya upah yang diterima
pekerja itu sudah adil sesuai dengan beban kerjannya? Maka hal ini akan dikaji
dalam pembahasan kali ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud upah?

2. Bagaimana Perlindungan Upah?

3. Bagaiman Sistem Pengupahan di Tingkat Perusahaan?

4. Bagaimana Peran Pemerintah di bidang Pengupahan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Upah

Upah adalah hak pekerjaan atau buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja / buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja
atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau yang telah atau akan
dilakukan (Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 13.Tahun 2003) setiap
pekerjaan berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan( Pasal
88 Ayat (1) ).

Upah adalah salah satu sarana yang digunakan oleh pekerja untuk meningkatkan
kesejahteraanya. Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 31 UU No. 13 Th. 2003
disebutkan bahwa kesejahteraan pekerja atau buruh adalah suatu pemenuhan
kebutuhan dan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah baik didalam
maupun diluar hubungan pekerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat
mempertinggi produktifitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.

B. Perlindungan Upah

Dasar dari pemberian upah adalah waktu kerja. Berdasarkan ketentuan pasal 77
ayat (1) UU No. 13 Th. 2003 dijelaskan bahwa setiap pengusaha wajib
melaksanakan ketentuan waktu kerja. Adapun ketentuan waktu kerja diatur dalam
pasal 77 ayat (2) UU No.13 Th.2003 adalah sebagai berikut :

1. 7 ( tujuh ) jam 1 ( satu ) hari dan 40 ( empat puluh) jam 1 (satu )


minggu untuk 6 (enam ) hari kerja dalam 1 (satu) minggu , atau

2. 8 ( delapan ) jam 1 ( satu) hari dan 40 ( empat puluh ) jam 1 ( satu )


minggu untuk 5 ( lima) hari kerja dalam satu minggu

2
Ketentuan waktu sebagai mana dimaksud tersebut tidak laku bagi sektor usaha
atau pekerja tertentu. Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau
pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Keputusan
Menteri.

Adapun bentuk kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja atau buruh diatur
dalam ketentuan pasal 88 ayat (3) UU No. 13 Th. 2003 terdiri atas :

1. Upah Minimum

Ketentuan mengenai upah minimum diatur dalam pasal 88-92 Undang-Undang


No.13 Tahun 2003. Upah minimum sebagimana dimkasud dalam pasal 88 ayat(3)
huruf a terdiri atas :

a. Upah mimimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten / kota.

b. Upah minimum didasarkan pada sektor wilayah provinsi atau


kabupaten/kota.

Pemerintah menetapkan ketentuan upah minimum dijelaskan oleh Furqan Karim


bahwa upah minimum yang diatur oleh pemerintah yang ide awalnya jaring
pengaman agar perusahaan minimal membayarrkan upah dengan harapan
kebutuhan dasar bagi kehidupan pekerja relatif mendekati terjangkau.

Konsep yang idela dalam menentukan upah, yakni keterlibatan pekerja/serikat


pekerja. Langkah yang dapat dilakukan untuk menuju sistem itu adalah dengan
cara kedua belah pihak melakukan perlindungan atau negosiasi. Keuntungan dari
alternatif dari sistem ini adalah pertama, upah lebih mencerminkan kemampuan
perusahaan dan kemauan pekerja, yaitu perusahaan yang mempunyai kinerja yang
baik akan memberikan kesejahteraan yang lebih baik pula bagi pekerja. Kedua
fungsi upah sebagai stimulans motifator lebih tercermin karena pekerja akan
memaksialkan produktifitasnya agar perusahaan dapat menghasilkan kinerja lebih
baik.

2. Upah Kerja Lembur

3
Berdasarkan ketentuan pasal 78 undang-undang No. 13 tahun 2003 bahwa
pengusaha yang memperkejakan pekerja atau buruh melebihi waktu kerja harus
memenuhi syarat :

a. Ada persetujuan pekerja atau buruh yang bersangkutan

b. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan 3 jam dalam 1 hari dan 14
jam dalam 1 minggu

Pengusaha yang memperkejakan pekerja atau buruh yang melebihi waktu kerja
wajib membayar upah kerja lembur. Mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja
lembur diatur dengan Keputusan Mentri Tenaga Kerja Trans No.KEP
102/MEN/VI/2004 waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam
sehari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam sehari,
dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1minggu atau waktu kerja apada
hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapka pemerintah:

berdasarkan ketentuan pasal 4 KEPMENAKERTRANS No.KEP.102


/MEN/VI/2004, pengusaha yang memperkerjakan pekerja atau buruh melebihi
waktu kerja wajib membayar upah lembur perusahaan tersebut berkewajiban :

a. Membayar upah kerja lembur

b. Memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya

c. Memberi makanan dan minuman seeekurang-kurangnya 1400 kalori


apabila kerja lembur dilakukan selama 3 jam atau lebih

3. Upah Tidak Masuk Kerja Karena Berhalangan

Upah yang dibayarkan kepaa pekerja atau buruh yang tidak masuk bekerja sebagai
dimaksud dalam Pasal 93 ayat (2) sebagai berikut

a. Pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3 hari

b. Menikahkan anaknya, dibayar selama untuk 3 hari

c. Meghitankan anaknya, dibayar untuk selaa 3 hari

d. Istri melahirkan atau keguguran, dibayar untuk selama 3 hari

4
e. Suami atau isrti, orang tuia atau mertua atau anak atau menantu
meninggal dunia dibayar untuk selama 2 hari

f. Anggota keluaraga dalam 1 rumah meninggal dunia dibayar untuk


selama 1 hari.

4. Upah Karena Menjalankan Hak Waktu Istirahat Pekerjannya

Berdasarkan ketentuan Pasal 79 UU No. 13 Tahun 2003. Pengusaha wajib


memberi waktu istirahat dan cuti ssebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1),
meliputi :

a. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah


bekerja selama 4 jam terus-menerus

b. Istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 2 hari
untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

c. Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah pekerja/buruh


yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara terus-menerus.

d. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan pada tahun


ke7 dan ke 8 masing-masing 1 bulan bagi pekerja / buruh yang telah
bekerja selama 6 tahun secara terus-menerus dalam perusahaan yang sama.

5. Denda dan potong upah

Dalam Pasal 95-96 UU No. 13 Tahun 2003. Pelanggaran yang dilakukan oleh
pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat dikenakan denda.
Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan
keterlmbatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan presentase
tertentu dari upah pekerja. Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada
pengusaha dan atau buruh/pekerja dalam pembayaran upah.

Berdasarkan Pasal 2 PP No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah


menyatakan bahwa hak untuk menerima upah timbul pada saat adanya hubugan
kerja dan berakhir pada saat hubungan kerja putus.

5
Berdasarkan Pasal 19 PP No.8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah apabial
upah terlambat dibayar,maka mulai dari hari keempat sampai hari kedelapan
terhitung seharusnya upah dibayar, upah tersebut ditambah 5% untuk tiap hari
keterlambatannya. Sesudah hari kedelapan tambahan itu menjadi naik 1% untuk
tiap hari keterlambatnnya dengan ketentuan bahwa tambahan itu utuk 1 bulan
tidak boleh melebihi 50% dari upah yang seharusnya dibayarkan.

Adapun ketentuan mengenai denda, pemotongan dan ganti rugi diatur


dalamPasal 20-23 PP No.8 Tahun 1981. Denda atas pelanggaran sesuatu hanya
dapat dialkukan bila hal itu diatur secara tegas dalam suatu perjanjian tertulis atau
peraturan perusahan. Apabila untuk satu perbuatan sudah dikenakan denda,
pengusaha dilarang untuk menuntut ganti rugi terhadap buruh yang bersangkutan.
Setiap ketentuan yang bertentangan dengan pasal ini adalah batal menurut hukum.
Denda yang dikenakan oleh pengusaha kepada buruh, baik langsung maupun
tidak langsung tidak boleh dipergunakan untuk kepentingan pengusaha atau orang
yang diberi wewenang untuk menjatuhkan denda tersebut.

C. Sistem Pengupahan di Tingkat Perusahaan

1. Kewajiban Pengusaha

Menurut UU No.13 Tahun 2003 Pasal 92 menjadi kewajiban pengusaha untuk


memberikan kepastian pendapatan dan penyesuaian dengan perkembangan tingkat
kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu wajib :

a. Pengusaha wajib menyusun struktur dan skala upah berdasarkan golongan,


jabatan, masa kerja, pendidikan dan kompetensi.

b. Melakukan peninjauan upah secara berkala.

2. Penerapan Asas “ No Work, No Pay”

Menurut UU No.13 Tahun 2003 Pasal 93 ayat (1) menyebutkan bahwa upah tidak
dibayar apabila pekerja/bururh tidak melakukan pekerjaan. Pasal 93 ayat (2)
mengtur bahwa upah tetap dibayarkan pekerja apabila pekrja/buruh berhalangan,
seperti sakit, sakit karena haid, izin karena keperluan keluarga. Dalam ayat (3)
mengatur bahwa upah tetap dibayarkan kepada pekerja apabila pekerja sakit terus

6
menerus selama setahun, dan selanjutnya sampai pengusaha melakukan
pemutusan hubugan kerja. Sedangkan ayat (4) mengatur bahwa upah tetap
dibayarkan kepada pekerja apabila pekerja izin karena melakukan pernikahan,
perikahan anaknya, melahirkan, keluarganya ada yang meninggal dunia.

3. Komponen Upah

Menururt UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 94 komponen


upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap. Besaran upah pokok minimum
75% dari besaran upah pokok dan tunjangan tetap.

4. Daluwarsa Penuntutran Terhadap Upah

Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentgang Ketenagakerjaan pasal 96 masa


daluwarsa penuntutan tentang upah adalah 2 tahun. Hal ini penting untuk
memberikan kepastian hukum bagi pengusaha, karena pemimpin perusahaan bisa
berganti-ganti dan belum tentu mereka selalu mengikuti perkembangan masalah
dari pemimpin terdahulu.[2]

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian upah di tingkat


perusahaan adalah sebagai berikut :

a. Perbedaan tingkat upah dapat terjadi karena perbedaan tingkat pendidikan,


latihaan, dan pengalaman. Karena pada dasarnya pasar kerja terdiri atas
beberapa pasar kerja yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Pa da satu
pihak, pekerja yang berbeda memerlukan tingkat pendidikan dan
keterampilan yang berbeda. Produktivitas kerja seseorang berbeda menurut
pendidikan dan latihan yang diperolehnya.

b. Tingkat upah di tiap perusahaan berbeda menurut presentase biaya pekerja


terhadap seluruh biaya produksi. Semaki kecil proporsi biaya pekerja
terhadap biaya keseluruhan, semakin tingi tingkat upah. Misalnya pada
perusahaan – perusahaan padat modal, seperti perusahaan minyak,
pertambangan, dan industri.

c. Perbedaan tigkat upah yang terjadi antara beberapa perusahaan menurut


perbedaan proporsi keuntungan perusahaan terhadap penjualnya. Semakin

7
besar proporsi keuntungan terhadap penjualan dan seakin besar jumlah
absolut keuntungan, semakin tinggi nilai upah.

d. Perbedaan tingkat upah antar perusahaan dapat terjadi karena perbedaan


peranan pengusaha yag bersangkutan dalam menentukan harga.

e. Tingkat upah dapat berbeda menurut besar kecilnya perusahaan.


Perusahaan yang besar dapat menurunkan harga dan mendominasi pasar.
Dengan demikian, perusahaan yang besar cenderung lebih mampu
memberikan tingkat upah yang tinggi dari pada perusahaan kecil.

D. Intervensi Pemerintah di Bidang Pengupahan

Pemerintah melakukan intervensi karena sangat berkepentingan untuk


menyelaraskan antara upah yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan dan pencapaian produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemerintah
memberlakukan kebijakan Penetapan Upah Minimum yang tadinya dilandasi oleh
Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) berkembang menjadi Kebutuhan Hidup
Minimum (KHM). Kebijakan pemerintah tentang Penetapan Upah Minimum atau
sekarang disebut Upah Minimum Pendapatan secara Makro-Nasional bertujuan
untuk meningkatkan:

1. Pemerataan pendapatan, karena kenaikan Upah Minimum akan


mempersempit kesenjangan upah pekerja terendah dan upah pekerja
tertinggi.

2. Daya beli pekerja, karena kenaikan Upah Minimum akan secara langsung
meningkatkan daya beli pekerja, dan selanjutnya akan mendrong lajunya
ekonomi rakyat.

3. Perubahan struktur biaya, karena kenaikan Upah Minimum secara


otomatis akan memperbaiki struktur upah terhadap struktur biaya
produksi.

4. Produktivitas nasional, karena kenaikan Upah Minimum akan memberikan


insentif bagi pekerja untuk lebih giat untuk meningkatkan produktivitas di
perusahaan

8
5. Etos dan disiplin kerja, karena dengan terpenuhnya kebutuhan
minimumnya pekerja akan berkontraksi dan tenang dalam bekerja
sehingga akan meningkatkan semangat dan disiplin pekerja.

6. Kelancaran komunikasi antar pekerja dan pengusaha, karena pekerja dan


pengusaha sudah tidak disibukkan oleh kepentingan-kepentingan mendasar
yang berkait dengan syarat kerja, tetapi sudah berkonsentrasi kepada
pengembangan diri dan perusahaan yang memerlukan koordinasi secara
harmonis.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Upah adalah hak pekerjaan atau buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
kepada pekerja / buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja.

2. Adapun ketentuan waktu kerja diatur dalam pasal 77 ayat (2) UU No.13
Th.2003 adalah sebagai berikut :

a. 7 ( tujuh ) jam 1 ( satu ) hari dan 40 ( empat puluh) jam 1 (satu ) minggu
untuk 6 (enam ) hari kerja dalam 1 (satu) minggu , atau

b. 8 ( delapan ) jam 1 ( satu) hari dan 40 ( empat puluh ) jam 1 ( satu )


minggu untuk 5 ( lima) hari kerja dalam satu minggu.

3. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian upah di tingkat


perusahaan adalah sebagai berikut :

a. Perbedaan tingkat upah dapat terjadi karena perbedaan tingkat pendidikan,


latihaan, dan pengalaman. Karena pada dasarnya pasar kerja terdiri atas
beberapa pasar kerja yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Pa da satu
pihak, pekerja yang berbeda memerlukan tingkat pendidikan dan
keterampilan yang berbeda. Produktivitas kerja seseorang berbeda menurut
pendidikan dan latihan yang diperolehnya.

b. Tingkat upah di tiap perusahaan berbeda menurut presentase biaya pekerja


terhadap seluruh biaya produksi. Semaki kecil proporsi biaya pekerja
terhadap biaya keseluruhan, semakin tingi tingkat upah. Misalnya pada
perusahaan – perusahaan padat modal, seperti perusahaan minyak,
pertambangan, dan industri.

c. Perbedaan tigkat upah yang terjadi antara beberapa perusahaan menurut


perbedaan proporsi keuntungan perusahaan terhadap penjualnya. Semakin

10
besar proporsi keuntungan terhadap penjualan dan seakin besar jumlah
absolut keuntungan, semakin tinggi nilai upah.

d. Perbedaan tingkat upah antar perusahaan dapat terjadi karena perbedaan


peranan pengusaha yag bersangkutan dalam menentukan harga.

e. Tingkat upah dapat berbeda menurut besar kecilnya perusahaan.


Perusahaan yang besar dapat menurunkan harga dan mendominasi pasar.
Dengan demikian, perusahaan yang besar cenderung lebih mampu
memberikan tingkat upah yang tinggi dari pada perusahaan kecil.

4. Pemerintah melakukan intervensi karena sangat berkepentingan untuk


menyelaraskan antara upah yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan dan pencapaian produktivitas kerja. Pemerintah memberlakukan
kebijakan Penetapan Upah Minimum yang dilandasi oleh Kebutuhan Fisik
Minimum (KFM) berkembang menjadi Kebutuhan Hidup Minimum (KHM).

11
DAFTAR PUSTAKA

 Bambang Joni. Hukum Ketenagakerjaan. ( Pustaka Setia: Bandung ).


2013.

 Uwiyono Aloysius. Asas-Asas Hukum Perburuhan. ( Rajawali Pers:


Jakarta). 2014.

 Wijayanti Asri. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. ( Sinar


Grafika : Jakarta ). 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai