Tugas DRP

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL KATEGORI

KETIDAKTEPATAN PEMILIHAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN


DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X JEPARA
TAHUN 2007

ABSTRAK

Drug Related Problems (DRPs) merupakan kejadian tidak diinginkan yang menimpa pasien yang
berhubungan dengan terapi obat. Salah satu kategori DRPs adalah ketidaktepatan pemilihan obat,
yang banyak sekali dijumpai pada pasien yang memiliki lebih dari satu penyakit, misalnya pada
penyakit hipertensi dengan diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka
kejadian DRPs kategori ketidaktepatan pemilihan obat pada pasien hipertensi dengan diabetes
mellitus di RS X Jepara tahun 2007. Penelitian ini bersifat non eksperimental dengan mengikuti
rancangan deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif terhadap data rekam medik.
Kriteria subyek penelitian meiputi pasien yang menjalani rawat inap di RS X Jepara tahun 2007,
terdiagnosa hipertensi dengan diabetes mellitus, tidak sedang hamil, mendapat obat
hipertensi dan diabetes, dan data rekam medik lengkap. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2007 terdapat 83 pasien terdiagnosa
hipertensi dengan diabetes mellitus dimana 61,45% perempuan dan 38,55% laki-laki. Obat
antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah golongan ACE inhibitor yaitu captopril
sedangkan obat hipoglikemi yang paling banyak digunakan adalah golongan sulfonilurea yaitu
glimepiride. Dari 83 pasien 64 pasien (77,11%) mengalami DRPs kategori pemilihan obat yang
tidak tepat meliputi 49,19%, penggunaan obat yang tidak aman, 23,39% penggunaan obat yang
tidak efektif, 15,32% penggunaan obat yang dikontraindikasikan bagi pasien, 12,10% adanya
kombinasi obat yang tidak diperlukan. Kata kunci: Drug Related Problems (DRPs), ketidaktepatan
pemilihan obat, hipertensi dengan diabetes mellitus

PENDAHULUAN

Drug Related Problems (DRPs) merupakan kejadian tidak diinginkan yang menimpa pasien yang
berhubungan dengan terapi obat. Penelitian di Inggris menunjukkan adanya 8,8% kejadian Drug
Related Problems (DRPs) yang terjadi pada 93% pasien. Data Minnesota Pharmaceutical Care
Project menunjukkan bahwa 17% dari masalah terapi obat yang telah diidentifikasi dan
dikatagorikan sebagai pasien menerima obat yang salah (Cipolle, dkk., 1998). Komplikasi penyakit
diabetes sejak 2001 hingga 2004 mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 ditemukan 38 %
penderita diabetes mellitus berisiko mengalami hipertensi sedangkan tahun 2004 angkanya
mencapai 69 % (Anonim, 2005). Kasus komplikasi DM tipe II dan hipertensi pada pasien geriatrik
sebesar 26,47% ditemukan di RS Sarjito Yogyakarta pada tahun 2006 (Perwitasari, 2006). Kajian
Drug Related Problems pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan Hipertensi di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya ditemukan kejadian ketidaktepatan pemilihan obat pada
pasien DM tipe II sebesar 12,04% (Artemisia, dkk., 2006).

Hipertensi dan diabetes mellitus meru-pakan salah satu penyakit dengan angka kejadian yang
cukup tinggi di RS X Jepara. Hal ini diketahui dari jumlah pasien diabetes mellitus yang cukup
tinggi yaitu 326 pasien sedangkan hipertensi dengan jumlah 191 pasien dari 13.196 pasien yang
dirawat inap tahun 2006. Baik pasien hipertensi maupun pasien diabetes mellitus mempunyai
kecende-rungan menderita kedua penyakit tersebut karena hipertensi dan diabetes mellitus
merupakan penyakit degeneratif, yaitu penyakit yang diakibatkan karena fungsi atau struktur dari
jaringan atau organ tubuh yang secara progesif menurun dari waktu ke waktu karena usia atau
karena pilihan gaya hidup (Subroto, 2006). Penelitian ini dilakukan untuk untuk mengetahui angka
kejadian DRPs kategori ketidaktepatan pemilihan obat pada pasien hipertensi dengan diabetes
mellitus di RS X Jepara tahun 2007.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional atau non eksperimental dengan
mengikuti rancangan deskriptif dan pengam-bilan data secara retrospektif.

Bahan dan Alat Penelitian


Alat yang digunakan adalah lembar pengumpul data. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah data rekam medik pasienhipertensi dengan diabetes mellitus.

Subyek Penelitian

Kriteria subyek penelitian meliputi:


a. Pasien terdiagnosa hipertensi dengan diabetes mellitus.
b. Menjalani rawat inap di RS X Jepara tahun 2007.
c. Pasien mendapat obat hipertensi dan diabetes mellitus.
d. Tidak sedang hamil.
e. Data rekam medik lengkap, minimal memuat: deskripsi pasien keluhan utama, tekanan
darah pasien saat masuk rumah sakit minimal tekanan sistolik > 140 mmHg dan tekanan
diastolik > 80 mmHg, diagnosis penyakit, data penggunaan obat, data laboratorium
minimal memuat data kreatinin serum.

Analisis Hasil
Hasil penelitian dianalisis dengan metode deskriptif yaitu untuk mengetahui.
a. Karakteristik pasien meliputi umur dan jenis kelamin.
b. Karakteristik obat meliputi obat antihipertensi dan obat hipoglikemi.
c. Identifikasi DRPs yang meliputi kategori ketidaktepatan pemilihan obat.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pasien

Pasien hipertensi dengan diabetes mellitus di Instalasi Rawat Inap RS X Jepara tahun 2007 lebih
banyak dialami oleh perempuan dari pada laki-laki. Pasien dengan jenis kelamin perempuan
ditemukan sebanyak 51 pasien (61,45%) sedangkan jenis kelamin laki-laki 32 pasien (38,55%)
(Tabel 1). Menurut Armilawaty dkk (2007) pada penyakit hipertensi, jenis kelamin perempuan
cenderung lebih banyak dari jenis kelamin laki-laki seiring dengan bertambahnya usia.

Tabel1. Karakteristik pasien hipertensi dengan diabetes militus

Umur (tahun) Jenis kelamin jumlah

perempuan Laki-laki

18-40 7 2 9

41-65 41 29 70

>65 3 1 4

Jumlah 51 32 83

Karakteristik Obat

Obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah golongan ACE Inhibitor yaitu captopril
(Tabel 2). Pada penggunaannya obat golongan ini banyak dikombinasikan dengan golongan
antihipertensi yang lain misalnya diuretik golongan thiazid. Antihipertensi golongan ACE inhibitor
lebih efektif apabila digunakan dalam bentuk kombinasi dengan diuretik thiazid atau antihipertensi
yang lain daripada digunakan terpisah (Chobanian dkk., 2004). Selain itu ACE inhibitor sangat
dianjurkan dalam mengendalikan diabetes karena ACE inhibitor dapat memperbaiki sensitivitas
insulin (Saseen dan Carter, 2005)
Pengamatan menunjukkan bahwa obat hipoglikemi yang paling banyak digunakan adalah golongan
sulfonilurea (Tabel 3). Golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas, sehingga menjadi pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang
dan masih boleh diberikan pada pasien dengan berat badan lebih (Anonim,2001). Obat yang
digunakan adalah glimepiride, glikazid, glibenklamid dan glikuidon. Semua obat tersebut
mempunyai efek hipoglikemi yang sedang dan dapat diberikan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal dan hati. Kecuali glibenklamid efek hipoglikeminya lebih poten dan dalam batas-batas
tertentu dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi ginjal dan hati (Soegondo, 2005).

Tabel 2. Penggunaan obat hipertensi


no Golongan Nama Nama paten frek % (n=83) Jumlah
generik kasus
1 ACE inhibitor Captopri Captopril 66 79,52 100
Tensicap 11 13,25
Farmoten 4 4,82
Captesin 2 2,41
Otoryl 1 1,2
lisinopril Interpril 10 12,05
noperten 6 7,23
2 diuretik Furosemid Lsix 16 19,28 75
Farsix 15 18,07
Furosemid 2 2,41
Spiriknolaktokn Carpiaton 18 21,69
Spironolakton 7 8,43
Letoknal 1 1,2
hydroclortiazid hct 16 19,28

3 CCB Felodipin Nirmadil 16 19,28


Nifedipiin Nifedipin 15 18,07
Amlodip0in Tensicav 2 2,41
diltiazem diltiazem 18 21,69
7 8,43
1 1,2
16 19,28
4 Beta Bloker Bisoprolol Bisoprolo 5 6,02 6
carvedilol V-Blokl 1 1,2
5 Central alfa2 Clonidin hcl clonidin 4 4,82 4
agoknis
6 ARB Irbesatran aprovel 1 1,2 1

Table 3. penggunaan obat hipoglikemi


No Golongan Nama generik Nama Paten frek % Jumlah
(n=83) kasus
1 Sulfonylurea Glimepirid Metric 19 22,89 57
Glikazid Glucodex 18 21,69
Glibenklamid Glibenklamid 13 15,66
Glimel 1 1,2
gliquidon Glurenorem 4 4,82
Gliquidon 2 2,41
2 Insulin insulin actrapid 49 59,04 49
3 buguanid metformin Metformin 23 21,71 7
Forbetes 2 2,41
Zumamet 2 2,41
Glucopage 1 1,2
Gludepatik 1 1,2

4 Kombinasi Glibenklamid+metformin glucovance 7 8,43 7


(sulfonilures+biguanid)

Drug Related Problems

Hasil pengamatan menunjukkan pula adanya ketidaktepatan pemilihan obat. Hasil analisis
menunjukkan adanya DRPs. Diantara 83 pasien hipertensi dengan diabetes sebanyak 64 pasien
(77,11%) mengalami DRPs, sedangkan pasien yang memperoleh obat tepat sebanyak 19 pasien
(22,89%). Pemilihan obat yang tidak aman memiliki persentase tertinggi penyebab DRPs pada
pasien, yaitu 49,19% dari 124 jenis obat yang dikonsumsi pasien, hal ini disebabkan kombinasi
pilihan obat menye-babkan resiko peningkatan ESO (Tabel 4).

No Penyebab Jenis Obat Efek %


DRPs (n=124)
1 Obat tidak Metoclorpramid Mempunyai ESO hipertensi (Anonim, 2004) 18,55
aman Captopril Captopril pada pasien gagal ginjal ringan- 11,29
moderat dosis max 2 x 12,5 mg (Anonim, 2006)
Ciprofloxacin Mempunyai ESO diabetes mellitus (Anonim, 5,65
2006), hipertensi (Anonim, 2007a)
Allopurinol Mempunyai ESO hipertensi (Anonim, 2006) 3,23
Cilostazol Mempunyai ESO hipertensi dan diabetes 2,42
mellitus (Anonim, 2006)
Lisinopril Lisinopril pada pasien gagal ginjal ringan- 1,61
moderat dosis max 5 mg (Anonim, 2006)
Allopurinol Dosis max 100mg/hari pada pasien gagal ginjal 0,81
berat (Anonim. 2006)
Pirasetam Pirasetam pada pasien gagal ginjal dengan 0,81
klirens kreatinin 20-30ml/menit digunakan 1/6
dosis normal (Anonim, 2006)
Cimetidin Dosis max 400mg/hari pada pasien gagal ginjal 0,81
berat (Anonim. 2006)
Dexametason Efeknya meningkatkan diabetes mellitus dan 2,43
hipertensi (Anonim, 2000)
Anti malaria Mempunyai ESO hipertensi (Anonim, 2006) 0,81
allopurinol Dosis max 100-200mg/hari pada pasien gagal 0,81
ginjal moderat
Jumlah 49,19

2 Obat efektif Spironolacton Bukan drug of choise pada pasien hipertensi 20,16
Dengan diabetes militus
Clonidine Bukan drug of choise pada pasien hipertensi dengan 3,23
diabetes militus
jumlah 23,29
3 Kontraindika Metformin Meningkatkan asidosis laktat pada pasien gagal ginjal
si obat Gliquidon Dihindari pada pasien gagal ginjal
HCT HCT dihindari pada pasien gagal ginjal dengan klirens
kreatinin < 30ml/menit
Intunal Efeknya meningkatkan diabetes militus dan hipertensi
Cisplatin Dihindari pada pasien gagal ginjal ringan menyebabkan
neurotoksik
ASA Dihindari pada pasien gagal ginjal moderat
Kalium Diclofenak Dihindari pada pasien gagal ginjal moderat
spiroknolakton Dihindari pada pasien gagal ginjal moderat
4 Kombinasi Captopril-lisinopril Bukan merupakan kombinasi yang tepat (saseen dan carter, 3,23
yang tidak (sama-sama ACEI) 2005)
tepat Captopril-Tensicap 2,42
(sama-sama ACEI) 2,42
Lasix-Farsix (sama- 0,81
sama furosemid)
Captopril-farmoten 0,81
(sama-sama ACEI)
Zumamet-Fortabes Bukan merupakan kombinasi yang tepat (Carlisle, dkk., 0,81
(sama-sama 2005)
metformin) 0,81
metrix-Glibenklamid
(sama-sama 0,81
sulfunirurea)
Ciprofloxacin-
Baquinor (sama-sama
cyprofloxacoin)
Metoclorpramid-
Sotatix (sama-sama
metoclorpramid)

Obat efektif tapi tidak aman


Obat tidak aman merupakan obat yang dapat membahayakan atau memperburuk kondisi pasien,
sehingga dalam penggunaan-nya diperlukan pemantauan terhadap kondisi pasien. Obat tidak aman
yang terjadi pada pasien hipertensi dengan diabetes mellitus di Instalasi Rawat Inap RS X Jepara
sebanyak 49,19% (Tabel 4). Metoklopramid merupakan obat dengan angka kejadian tertinggi dari
beberapa obat yang digunakan yaitu sebanyak 18,55%. Pemberian Metoklopramid perlu
diwaspadai pada pasien hipertensi dengan diabetes mellitus, mengingat obat tersebut mempunyai
efek samping menimbulkan hipertensi. Efek samping obat merupakan efek yang tidak dikehendaki
atau membahayakan pasien dalam pengobatan. Masalah efek samping dalam klinik tidak bisa
dikesampingkan begitu saja karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi misalnya dapat
menimbulkan kegagalan terapi ataupun menimbulkan penyakit baru (Anonim, 2007b).

Deksametason dikatakan tidak aman karena obat ini dapat meningkatkan penyakit diabetes mellitus
dan hipertensi (Anonim, 2000). Obat tidak aman yang terjadi pada pasien dengan fungsi ginjal
buruk terjadi karena adanya penggunaan dosis yang tidak tepat yaitu melebihi dosis maksimal.
Captopril merupakan obat yang tidak aman penggunaannya pada pasien gagal ginjal terbanyak
yaitu sebanyak 16,87%. Namun jika dosisnya tidak melebihi dosis maksimal (2 x 12,5 mg)
Captopril masih dapat digunakan pada pasien gagal ginjal ringan-moderat. Selain Captopril,
penggunaan Lisinopril < 5 mg/hari juga masih dibolehkan pada pasien gagal ginjal ringan-moderat.
Namun penggunaan kedua obat antihipetensi tersebut harus hati-hati dan tekanan darahnya harus
selalu dimonitoring (Anonim, 2006). Ada satu pasien penderita gagal ginjal moderat memperoleh
obat tidak aman yaitu Pirasetam dengan dosis 3 X 3 g. Menurut Anonim (2006) untuk pasien gagal
ginjal dengan klirens kreatinin 20-30ml/menit diguna-kan 1/6 dosis normal.

Ditemukan juga pasien penderita gagal ginjal berat diberikan Allopurinol 3 x 200 mg dan Cimetidin
3 x 600mg. Dosis maksimal pada pasien gagal ginjal berat yaitu Allupurinol 100 mg/hari dan
Cimetidin 400 mg/hari (Anonim, 2006).

Obat tidak efektif


Ketidak efektifan pemberian suatu obat bisa disebabkan karena suatu obat bukanmerupakan drugs
of choice. Pada penelitian ini ditemukan adanya penggunaan spironolakton (diuretik golongan
antagonis aldosteron) yang bukan merupakan drug of choice untuk menga-tasi hipertensi karena
efek obat ini sangat lemah. Selain itu ditemukan juga penggunaan clonidin (antihipertensi yang
bekerja sentral) yang bukan drug of choice untuk penanganan hipertensi dengan diabetes mellitus.
Drug of choice untuk pasien hipertensi dengan diabetes mellitus adalah ACE Inhibitor, ARB,
diuretik, Beta blocker dan CCB (Chobanian dkk., 2004)

Obat yang dikontraindikasikan pada pasien

Obat yang dikontraindikasikan penggu-naannya pada pasien hipertensi dengan diabetes mellitus
terdapat sebanyak 15,32%. Namun dari 15,32% obat yang dikontraindi-kasikan pasien hipertensi
dengan diabetes mellitus, 13,71%nya merupakan obat yang dikontraindikasikan pada pasien
dengan fungsi ginjal yang buruk (Tabel 4). Sedangkan sisanya sebanyak 1,61% dikontraindikasikan
pada pasien hipertensi dengan diabetes mellitus. Obat yang dimaksud adalah Intunal yang
merupakan obat saluran nafas, dengan kombinasi beberapa senyawa obat (Fenilpropa-nolamin
HCL, Deklorfeniramin maleat, Dekstro-metorfan HBr, Paracetamol dan Gliseril guaiakolat).
Adapun kandungan senyawa obat yang menyebabkan kontraindikasi terdapat pada senyawa
Fenilpropanolamin. Obat ini harus dihindarkan pada pasien hipertensi dengan diabetes karena
termasuk dekongestan yang merupakan obat yang dapat meningkat-kan tekanan darah dan kadar
gula dalam darah (Anonim, 2000).

Obat-obat antidiabetik yang menyebab-kan kontraindikasi pada pasien yang juga menderita gagal
ginjal adalah Metformin dan Gliquidon. Metformin memiliki kontraindikasi dengan pasien yang
memiliki insufisiensi ginjal (Daniel, 2006). Metformin dikontraindikasikan jika diberikan pada
pasien gagal ginjal ringan karena dapat meningkatkan asidosis laktat (Anonim, 2006). Gliquidon
dikontraindikasikan karena dapat meningkatkan efek hipoglikemi (Anonim, 2001).
Analgesik non steroid sebaiknya dihindari pada pasien gagal ginjal moderat karena OAINS
menyebabkan penurunan progresif fungsi ginjal pada sebagian pasien (Gunawan, 2006). Pada
pasien yang gagal ginjal dengan klirens kreatinin < 30 ml/menit penggunaan HCT harus dihindari
karena dapat memper-buruk fungsi ginjal dari pasien. Begitu juga dengan penggunaan
spironolakton pada gagal ginjal moderat, karena efek hiperkalemianya juga dapat memperburuk
kondisi ginjal.

Sedangkan Cisplatin dikontraindikasikan pada gagal ginjal ringan karena dapat menyebabkan
nefrotoksik dan neurotoksik (Anonim, 2006).

Kombinasi obat yang tidak tepat


Adanya kombinasi yang tidak tepat yang terjadi pada pasien hipertensi dengan diabetes mellitus di
Instalasi Rawat Inap RS X Jepara tahun 2007 sebanyak 12,10% (Tabel 4). Dikatakan kombinasi
tidak tepat apabila digunakan 2 obat dengan golongan yang sama secara bersamaan. Penggunaan
kombinasi obatdari golongan yang sama akan lebih meningkatkan efek samping yang serius.
Pemberian kombinasi obat pada pasien hipertensi dengan diabetes mellitus sering dilakukan.
Khususnya pemberian kombinasi obat antihipertensi, karena banyak pasien membutuhkan rata-rata
tiga jenis obat untuk mencapai sasaran penurunan tekanan darah. Tetapi jika obat yang
dikombinasikan tersebut mempunyai mekanisme kerja yang sama menyebabkan kombinasi tersebut
menjaditidak tepat, karena idealnya kombinasi dua obat dengan mekanisme yang berbeda lebih
dipilih untuk menurunkan tekanan darah (Saseen dan Carter, 2005).

KESIMPULAN
Pada 83 pasien hipertensi dengan diabetes mellitus di Instalasi Rawat Inap di RS X Jepara tahun
2007 ditemukan 61,45% perempuan dan 38,55% laki-laki. Obat antihipertensi yang paling banyak
digunakan adalah golongan ACE Inhibitor yaitu captopril sedangkan obat hipoglikemi yang paling
banyak digunakan adalah golongan sulfoni-lurea yaitu glimepiride. Dari 83 pasien 64 pasien
(77,11%) mengalami DRP kategori pemilihan obat yang tidak tepat meliputi 49,19%, penggunaan
obat yang tidak aman, 23,39% penggunaan obat yang tidak efektif, 15,32% penggunaan obat yang
dikontraindika-sikan bagi pasien, 12,10% adanya kombinasi obat yang tidak diperlukan.

DAFTAR ACUAN
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 4–6, 52, 531–548, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta

Anonim, 2001, Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia 1998, (online),


(http://endokrinologi.freeservers.com/kons_dm98.html#masalah_ Khusus diakses tanggal 20
Februari, 2008)

Anonim, 2005, Obat Baru Bagi Diabetesi, (online) (http://www.dinkesjatim.go.id/ berita-detail.


html?news_id=184, diakses tanggal 12 Agustus 2007)

Anonim, 2006, British National Formulary, Edisi 52, 116–117, 310–311, 533, 747–778, British
Medical Association, Royal Pharmaceutical Society of Great Britain

Anonim, 2007b, Efek Samping Obat, (online), (http://www.farklin.com/ images/


multirow3fdd269e975ed.pdf, diakses tanggal 20 Februari, 2008)

Armilawaty, Amalia,H., dan Amirudin, R., 2007, Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian
Epidemiologi (online), (http://ridwanamirudin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-
risikonya-dalam-kajian-epidemiologi/ , diakses tanggal 20 Pebruari 2008

Artemisia, S.D., Setiawan, M.W., dan Setiowati, Y., 2006, Kajian Drug Related Problems pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo
Surabaya (Abstrak), (online), (http://www.ippm.wima.ac.id/stepani-1.pdf, diakses tanggal 3 Juli
2007)

Chobanian, A.V.,Bakris, G.L., Black, H.R., Cushman, W.C., Green, L.A., Izzo, J.L., Jones, D.W.,
Materson, B.J., Oparil, S., and Wright, J.T., 2004, The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure:The
Complete Report, 12, 36, 37, U.S Department of Health and Human Services, New York

Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice, 59, 75, 82-83,
88-90, 114-115, The McGraw-Hill Companies, New York

Anda mungkin juga menyukai