Proposal Skripsi Seminar Keuangan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 67

PENGARUH REAKSI INVESTOR TERHADAP

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY


PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG LISTING DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2018

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Seminar Keuangan

Disusun Oleh:

1. Laras Marwaningtyas (4415070030)


2. Rizka Meiliana Ayu (4415070017)
3. Wahyu Budiyanti (4415070016)
4. Yuspadlila Hanifa (4415070045)
Manajemen Keuangan – MK 6B

JURUSAN AKUNTANSI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2018
Pengaruh Reaksi Investor Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Pada Perusahaan Pertambangan Yang Listing Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui reaksi investor terhadap


pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan pertambangan yang
listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015. Penelitian kali ini dilakukan pada
data perusahaan sector pertambangan karena industri pertambangan memang sangat
erat kaitannya dengan pelaksanaan Corporate Social Responsibility yang dalam
kegiatannya berhubungan langsung dengan lingkungan masyrakat sehingga
diperlukan adanya kegiatan yang berhubungan langsung dengan tanggung jawab
social. Variable yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan dua variable yaitu
independen dan dependen. Peneltian ini menggunakan indeks GRI untuk mengukur
pengungkapan Corporate Social Responsibility. Metode yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan analisis linear berganda yang diolah dengan aplikasi
SPSS.

Kata Kunci : Reaksi Investor, Pengungkapan CSR, Indeks GRI

ii
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan berkah, rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa kami
panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Proposal skripsi dengan judul “Pengaruh Reaksi Investor Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018” ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan pada
Jurusan Akuntansi, Program Sudi Manajemen Keuangan, Politeknik Negeri Jakarta.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini terutama kepada:
1 Kedua orang tua kami yang paling kami cintai yang dengan ikhlas memberikan
dukungan dengan penuh kasih sayang, selalu mengerti dan memberikan sesuatu
yang selalu dibutukan anaknya, selalu mencurahkan perhatian, cinta, bimbingan,
nasihat, serta dukungan moril maupun materil serta doa tiada henti dan selalu
mengingatkan untuk selalu taat dalam beragama.
2 Bapak Petrus Hari Kuncoro Seno selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan
proposal skripsi, Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta. Terimakasih
karena telah bersedia meluangkan waktu, untuk memberikan pengarahan dan
bimbingannya dalam penulisan proposal skripsi ini.
3 Teman seperjuangan penulis dari awal semester hingga sekarang ( Naufal, Diva ,
Violetta dan Dhea serta teman teman penyusun dalam penulisan proposal
penelitian) yang saling membantu dalam menyelesaikan tugas tugas kuliah dan
penulisan skripsi. Terimakasih sudah menjadi sahabat yang baik dimasa kuliah.

iii
4 Seluruh teman-teman jurusan Akuntansi Angkatan 2015 khususnya program
studi Manajemen Keuangan, yang sama-sama saling berbagi pengetahuan dalam
menyelesaikan studi di program studi manajemen keuangan.
5 Pihak–pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh kami. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen keuangan.

Jakarta, 25 Juni 2018

Tim Penyusun

iv
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................................... 1
1.2 Permasalahan Penelitian ..................................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 6
1.4 Batasan Penelitian ............................................................................................... 6
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 8
2.1 Kajian Teori ........................................................................................................ 8
2.1.1 Signaling Theory ....................................................................................... 8
2.1.2 Stakeholder Theory .................................................................................... 9
2.1.3 Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (Corporate Social Responsibility) .. 9
2.1.4 Reaksi Investor ........................................................................................ 30
2.1.5 Pasar Efisien ............................................................................................ 33
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 33
2.3 Kerangka Pemikiran.......................................................................................... 42
2.4 Hipotesis ........................................................................................................... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 45
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 45
3.2 Sifat dan Jenis Penelitian .................................................................................. 45
3.3 Sumber Data...................................................................................................... 46
3.4 Teknik Pengambilan Sample ............................................................................ 47
3.5 Operasional Variabel ........................................................................................ 50
3.6 Teknik Analisis Data......................................................................................... 53

v
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 59
Notulensi Hasil Seminar Proposal Skripsi ............................................................... 60

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Perusahaan pertambangan merupakan sektor usaha yang memiliki peranan
penting dalam kenaikan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)sekaligus resiko
yang tinggi bagi investor yang menanamkan sahamnya pada sektor ini. Besarnya
resiko investasi yang dihadapi dikarenakan keterbatasan sumber daya alam
(unrenewable resource), produk yang tidak dapat diperbaharui, serta kondisi
lingkungan dari operasi pertambangan yang seringkali menimbulkan konflik
dengan masyarakat. Industri pertambangan memang sangat erat kaitannya dengan
pelaksanaan Corporate Social Responsibility karena perusahaan melibatkan
pemanfaatan sumber daya alam di dalam setiap kegiatannya. Tuntutan lingkungan
serta sosial kepada perusahaan, memicu perusahaan untuk mengungkapkan
Corporate Social Responsibility pada seluruh stakeholder serta tekanan dari
pemerintah dalam mendorong perusahaan untuk melaksanakan kewajibannya
terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan yang diatur dalam Undang-
Undang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 tahun 2007.
Penelitian terdahulu mengenai Corporate Social Responsibility di sektor
pertambangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
pernyataan perusahaan mengenai aktivitas Corporate Social Responsibility dan
pelaksanaan di lapangan (Slack, 2012 dalam Setiawan et al 2018). Hal ini
menunjukkan bahwa betapa pentingnya peranan pelaksanaan Corporate Social
Responsibility dilakukan secara jujur oleh perusahaan pertambangan mengingat
dana yang telah dianggarkan perusahaan untuk melaksanakan kegiatan Corporate
Social Responsibility dalam rangka memenuhi tanggung jawab sosial kepada para
stakeholder.Corporate Social Responsibility merupakan suatutanggung jawab
sosial yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan sebagai
bentukkepeduliannya terhadap lingkungan sosial. Corporate Social Responsibility
didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan
komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian

1
sumber daya perusahaan (Kotler dan Nancy, 2005). Kewajiban perusahaan dalam
praktik Corporate Social Responsibility dilakukan secara berkelanjutan untuk
menentukan kelangsungan hidup perusahaan di masa mendatang dengan
memberikan solusi serta bantuan yang terbaik kepada para stakeholder dan juga
lingkungan yang merupakan objek perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.
Corporate Social Responsibility menggagas bahwa perusahaan tidak hanya
memperhatikan aspek keuangan semata (single bottom line) tetapi juga
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada tiga aspek penting dalam
menjalankan perusahaan yang meliputi aspek keuangan, lingkungan, dan sosial
(triple bottom line). Global Reporting Initiative mengadopsi triple bottom line
sebagai dasar perhitungan dari praktik Corporate Social Responsibility yang
memberikan pedoman yang cukup komprehensif bagi perusahaan. Penilaian
dilakukan dengan membandingkan jumlah pengungkapan yang dilakukan oleh
perusahaan dengan jumlah pengungkapan yang mengacu kepada indikator dalam
GRI guidelines. Pengungkapan yang terdiri dari 79 item, meliputi: tenaga kerja,
hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggung jawab produk. Apabila prinsip triple
bottom line dapat diimplementasikan dengan baik, maka akan menunjukkan
bahwa akuntabilitas perusahaan tidak hanya untuk pelaksanaan kegiatan
ekonomi,tetapi juga untuk pelaksanaan kegiatan sosial dan lingkungan (Deegan,
2004).
Pengungkapan tanggung jawab sosial dapat dianggap sebagai strategi bisnis
yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan para stakeholder untuk
mengukur sejauh mana penerapan prinsip triple bottom line dapat diterapkan oleh
perusahaan. Pengambilan keputusan ekonomi tidak hanya melihat kinerja
keuangan, karena kesimpulan baik atau buruknya kinerja perusahaantidak cukup
dilihat dari besarnya laba yang dihasilkan. Penerapan Corporate Social
Responsibility dipercaya dapat meningkatkan kinerja perusahaan, Para investor
cenderung menanamkan modal kepada perusahaan yang melakukan kegiatan
Corporate Social Responsibility(Cheng danChristiawan,2011).
Pengungkapan Corporate Social Responsibility oleh perusahaan diharapkan
mampu memberikan sinyal kepada investor. Perusahaan yang telah melaksanakan

2
Corporate Social Responsibility mengharapkan direspon positif oleh pelaku pasar
atau investor. Suatu informasi dapat dikatakan mempunyai nilai bagi investor
apabila informasi tersebut memberikan reaksi untuk melakukan transaksi di pasar
modal. Reaksi pasar atau investor dapat diukur dengan abnormal return dan
volume perdagangan melalui pasar yang efisien, dimana bentuk pasar efisien di
Indonesia adalah pasar efisien bentuk setengah kuat, yang tercermin dari cepatnya
investor bereaksi terhadap masuknya informasi baru (Setiawan dan Hartono,
2003). Abnormal return merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
melihat keadaan pasar yang sedang terjadi. Perhitungan dari abnormal return itu
sendiri merupakan selisih antara realized return dengan expected return
(Jogiyanto, 2009:557). Pada kondisi pasar yang efisien adanya abnormal return
yang positif akan memicu kenaikkan volume perdagangan saham, begitu pula
sebaliknya adanya abnormal return yang negatif dapat memicu penurunan volume
perdagangan saham (Subekti, 2005). Volume perdagangan saham dapat diukur
dengan menggunakan unexpected trading volumeyaitu selisih antara volume
sesungguhnya terjadi dengan volume perdagangan normal (Nurdin dan
Cahyandito, 2006).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Awuy et al., (2016) menyatakan bahwa
pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak menyebabkan reaksi
investor, sehingga tidak mempengaruhi abnormal return. Berbeda halnya dengan
penelitian Yuliana et al., (2008) yang menunjukan bahwa pengungkapan
Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap reaksi investor
yang diukur dengan abnormal return dan volume perdagangan saham.Hasil ini
juga didukung oleh penelitian Cheng dan Christiawan (2011) yang menemukan
bahwa pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility dalam laporan
tahunan berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return.
Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai pengaruh reaksi investor
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini dilakukan
untuk mengembangkan hasil dari penelitian sebelumnya yaitu untuk menguji apakah
pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat mempengaruhi reaksi
investoryang diukur dengan abnormal return dan volume perdagangan pada

3
perusahaan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Penelitian terdahulu
menggunakan perusahaan manufaktur, perusahaan go public serta semua perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian.
Dalam penyusunan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian explanatory (penelitian penjelasan) yaitu penelitian yang menyoroti
hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Variabel
dependen dari penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social
Responsibility dan variabel independenadalah reaksi investor (abnormal return
(X1) dan volume perdagangan (X2) )

1.2 Permasalahan Penelitian


Penerapan tanggung jawab perusahaan dan sustainability telah memberikan
dampak yang positif terhadap masyarakat dan lingkungan hidup. Salah satu
mekanisme untuk pelaksanaan Corporate Social Responsibility yang baik adalah
dengan memperkuat pelaksanaan corporate governance di perusahaan tersebut.
Namun rupanya belum banyak perusahaan pertambangan yang menerapkan
pelaksanaan Corporate Social Responsibility dalam bisnisnya. Di Indonesia,
banyak kasus yang terkait dengan pertambangan dan lingkungan sekitarnya
seperti pada kasus PT Lapindo, Freeport dan juga industri pertambangan di
Provinsi Kalimantan.
Kasus yang dilakukan perusahaan PT Lapindo Brantas telah merugikan
masyarakat Sidoarjo karena kelalaiannya dalam bekerja. Kegiatan yang dilakukan
oleh PT Lapindo Brantas mengakibatkan masyarakat Sidoarjo kehilangan tempat
tinggalnya akibat semburan lumpur panas yang meluap ke pemukiman penduduk.
Pelaksanaan CSR Corporate Social Responsibilitypada perusahaan tersebut tidak
diterapkan ketika perusahaan berhadapan langsung dengan aspek lingkungan
sehingga menimbulkan kerugian pada perusahaan dan juga masyarakat baik
materiil maupun non-materiil. Beberapa kerusakan lingkungan juga dilakukan
oleh Freeport akibat tidak menerapkan Corporate Social Responsibility didalam
setiap kegiatan pertambangan di lingkungan Papua. Kegiatan Freeport telah
mematikan 23.000 hektar hutan di wilayah pengendapan tailing. Pengendapan

4
tersebut merubah bentang alam karena erosi maupun sedimentasi dan juga
meluapnya Sungai Ajkwa akibat dari pendangkalan endapan tersebut. Freeport
telah membuang tailing dengan kategori limbah B3 (Bahan Beracun
Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa. Limbah ini telah mencapai pesisir laut
Arafura. Tailing yang dibuang Freeport ke Sungai Ajkwa melampaui baku
mutu total suspend solid (TSS) yang diperbolehkan menurut hukum
Indonesia. Limbah tailingFreeport mencemari perairan di muara Sungai
Ajkwa dan mengontaminasi sejumlah besar jenis mahluk hidup serta
mengancam perairan dengan air asam tambang berjumlah besar. Tailing yang
dibuang Freeport merupakan bahan yang mampu menghasilkan cairan asam
berbahaya bagi kehidupan aquatik. Bahkan sejumlah spesies aquatik sensitif di
Sungai Ajkwa telah punah akibat tailing Freeport. Menurut perhitungan
Greenomics Indonesia, biaya yang dibutuhkan untuk memulihkan lingkungan
yang rusak adalah Rp 67 triliun, Freeport telah mengakibatkan kerusakan alam
dan mengubah bentang alam serta mengakibatkan degradasi hutan yang
seharusnya ditindak tegas pemerintah.
Dalam kasus tersebut, seharusnya Corporate Social Responsibility dapat
berperan lebih banyak dalam menghadapi sebuah bencana dan juga Corporate
Social Responsibility membuat stakeholder yang terdiri dari karyawan, investor,
pemerintah, masyarakat, konsumen dan pemasok, serta kelangsungan generasi
penerus untuk mengantasipasi terhadap kemungkinan bencana yang akan terjadi
pada perusahaan jika perusahaan melakukan kelalaian didalam menjalankan
tugasnya. Perusahaan juga harus memperhatikan kesejahteraan taraf hidup
masyarakat setempat dengan kegiatan pertambangan yang seringkali
menimbulkan kerusakan pada lingkungan masyarakat.
Untuk itulah sangat penting bagi perusahaan dalam melaksanakan program
Corporate Social Responsibility karena memberikan banyak manfaat yaitu dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kelestarian lingkungan, meningkatkan
pemeliharaan fasilitas umum, meningkatkan citra perusahaan, dan juga
mengawasi proses interaksi antara pelaku bisnis dan kelompok-kelompok lain

5
agar terjadi proses interaksi yang lebih adil dan menghindarkan proses manipulasi
atau pengancaman satu pihak terhadap yang lain.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
penulis menduga bahwa:
1. Adakah pengaruh dari reaksi investor yang menggunakan variabel pengukur
dengan abnormal return dan volume perdagangan terhadap penerapan dari
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan
pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia.
2. Variabelindependen apa yang paling berpengaruh terhadap penerapan dari
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan
pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Batasan Penelitian


Agar permasalahan yang diteliti terarah dengan baik, maka penulis
membatasi penelitian ini sebagai berikut:
1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan pertambangan yang listing di
Bursa Efek Indonesia pada periode 2014-2018.
2. Perusahaan pertambangan yang mempublikasikan data laporan keuangan
yang lengkap dan telah diaudit pada periode 2014-2018.
3. Perusahaan pertambangan yang telah melakukan Corporate Social
Responsibility pada periode 2014-2018.
4. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah
periode 2014-2018.

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian yang mengacu pada perumusan masalah yaitu:
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh reaksi investoryang menggunakan
variabel pengukur dengan abnormal return dan volume
perdaganganterhadap penerapan dari pengungkapan Corporate Social

6
Responsibility pada perusahaan pertambangan yang listing di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk mengetahui variabelindependenapa yang paling berpengaruh
terhadap penerapan dari pengungkapan Corporate Social Responsibility
pada perusahaan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Signaling Theory
Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi
lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan
lain. Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh
investor untuk mepertimbangkan dan menentukan apakah para investor akan
menanamkan sahamnya atau tidak pada perusahaan yang bersangkutan
(Suwardjono, 2005). Signaling theory berakar pada teori akuntansi pragmatik
yang mengamati pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai yang
memperhatikan pada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai
informasi (Suwardjono, 2005).Menurut Ghozali dan Chariri (2007) teori
pramagtik menjelaskan pengaruh informasi akuntansi terhadap perilaku
pengambilan keputusan, dimana teori ini dimaksudkan untuk mengukur dan
mengevaluasi pengaruh ekonomi, psikologis dan sosiologi pemakai terhadap
alternatif prosedur akuntansi dan media pelaporan. Pendekatan pragmatis dapat
dilakukan dengan mengamati reaksi pemakai laporan keuangan, dimana adanya
reaksi pemakai laporan keuangan merupakan bukti bahwa laporan keuangan
bermanfaat dan berisi informasi yang relevan.
Berdasarkan Signaling theory, kegiatan sosial yang diungkapkan perusahaan
dalamlaporan tahunan memberikan informasi kepadainvestor tentang prospek
return masa depan yangsubstansial. Pengungkapan Corporate Social
Responsibility yang tepat dansesuai dengan harapan stakeholder adalah sinyal
berupa good news yang diberikan oleh pihak manajemen kepada publik dan
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus di masa depan
serta memastikan terciptanya keberlanjutan usaha perusahaan. Perusahaan

8
melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan harapan dapat
meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan melalui peningkatan harga saham
(Apriwandi danPratama, 2014).

2.1.2 Stakeholder Theory


Pemangku kepentingan (stakeholder) adalah semua pihak (orang atau
lembaga) yang memengaruhi keberadaan perusahaan dan atau dipengaruhi oleh
tindakan perusahaan (Lawrence et. al (2005) dalam Agoes dan Ardana (2009:85).
Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi
stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat
dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan
tersebut (Septiana dan Nur (2012).
Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan
dukungan tersebut harus dicari, sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk
mendapatkan dukungan tersebut. Aspek lingkungan yang dikelola oleh suatu
perusahaan dengan baik merupakan salah satu hal yang akan mendatangkan
dukungan dari stakeholder, terutama yang berada di sekitar tempat operasi
perusahaan (Septiana dan Nur, 2012).
Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan
mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholder-nya, terutama stakeholder
yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk
aktivitas operasional perusahaan, misalnya tenaga kerja, pasar atas produk
perusahaan dan lain-lain (Danu, 2011 dalam Septiana dan Nur, 2012).

2.1.3 Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (Corporate Social responsibility)


2.1.3.1 Definisi Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (Corporate Social
responsibility)
Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007,
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah bentuk komitmen perseroan
untuk berperan sertadalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna

9
meningkatkan kualitas kehidupandan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perseroan sendiri, komunitas setempat,maupun masyarakat pada umumnya.
Menurut The World Business Council For Sustainable Development
(WBCSD), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial
perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi
bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para
karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun
masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara yang
bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun bagi pembangunan.
Kotler (2006) dalam Lindrawati et al. (2008) memaparkan manfaat
melakukan tanggungjawab sosial perusahaan dalam strategi dan operasi bisnis,
yaitu: meningkatkanpenjualan dan saham di pasaran (increased sales and market
share); menguatkan posisimerek (strengthened brand positioning); meningkatkan
citra dan pengaruh perusahaan(enhanced corporate image and clout);
meningkatkan kemampuan untuk menarik,memotivasi, dan mempertahankan
karyawan (increased ability to attract, motivate, and retain employees);
mengurangi biaya operasi (decreased operating cost); meningkatkan kemampuan
untuk menarik investor dan analis keuangan (increased appeal to investor and
financial analysts).
Sudarto (2008) mendefinisikan Corporate Social Responsibility sebagai
bentuk keperdulian perusahaan untuk menyisihkan sebagian keuntungannya
(profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet)
secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan
professional.

2.1.3.2 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)


Menurut Mathews (1997) pengungkapan sosial dan lingkungan adalah
sebagai berikut: voluntary disclosures of information, both qualitative and
quantitative made by organizations to inform or influence a range of audiences.
the quantitative disclosures may be in financial on no-financial terms.
Berdasarkan definisi tersebut maka pengungkapan sosial dan lingkungan

10
merupakan pengungkapan informasi sukarela, baik secara kuantitatif yang dibuat
oleh organisasi untuk menginformasikan aktivitasnya, dimana pengungkapan
kuantitatif berupa informasi keuangan maupun non keuangan.
Undang-Undang No.40 Tahun 2007 pasal 66 ayat (2) tentang Perseroan
Terbatas berisi mengenai kewajibkan perusahaan dalam mengungkapkan atau
melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan.
Pertanggungjawaban sosial perusahaan tersebut diungkapkan di dalam
laporan yang disebut sustainability reporting. Namun, banyak perusahaan yang
mengungkapkan aktivitas Corporate Social Responsibilitydi dalam laporan
tahunan (annual report). Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai
kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan
produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Sustainability report membahas pelaporan perusahaan tentang
tanggung jawabnya terhadap ekonomi, lingkungan, dan sosial yang akan
mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan.
Tidak ada kewajiban dalam hal item-item yang perlu diungkapkan. Jadi
aspek dan item-item informasi Corporate Social Responsibility ini masih bersifat
sukarela (voluntary). Lako (2010:65) menganjurkan perusahaan untuk bisa mulai
mengadopsi Sustainability Reporting Guideliness (SRG) dari Global Reporting
Initiative (GRI) karena belum adanya pedoman dari pemerintah dan Ikatan
Akuntan Indonesia. GRI memberikan pedoman yang cukup komprehensif bagi
perusahaan dalam pelaporan informasi terkait dengan biaya (cost), dan kinerja
ekonomi, lingkungan, dan sosial. Berdasarkan indikator kinerja GRI,
pengungkapan Corporate Social Responsibilityterdiri dari tiga indikator kinerja
yaitu indikator kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial. Pada indikator kinerja
sosial, dikategorikan lebih lanjut ke dalam tiga kategori yaitu tenaga kerja, hak
asasi manusia, masyarakat, dan tanggung jawab produk. Sehingga total ada enam
indikator. Indikator kinerja menghasilkan perbandingan informasi mengenai
kinerja organisasi dalam hal ekonomi, lingkungan, dan sosial.
2.1.3.2.1 Pengungkapan Corporate Social Responsibility di Bidang Ekonomi
(Economic Performance Indicators)

11
Indikator kinerja ekonomi dari Corporate Social Responsibility meliputi
dampak terhadap kondisi perekonomian akibat kegiatan operasional yang
dilakukan oleh perusahaan yang sering disalah artikan sebagai masalah keuangan
perusahaan sehingga indikator ini diasumsikan lebih mudah untuk
diimplementasikan dari pada dua indikator dari lainnya, yaitu indikator sosial dan
lingkungan. Indikator ekonomi tidak sesederhana melaporkan keuangan atau
neraca perusahaan saja, tetapi juga meliputi dampak ekonomi baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap operasional perusahaan di komunitas
lokal dan di pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perusahaan lainnya.
Aspek-aspek yang perlu diungkapkan dalam indikator kinerja ekonomi
yaitu kinerja ekonomi, kehadiran pasar dan dampak ekonomi tidak langsung.

2.1.3.2.2 Pengungkapan Corporate Social Responsibility di Bidang


Lingkungan (Environmental Performance Indicators)
Investor akan lebih memilih perusahaan yang peka terhadap lingkungan
sekitar. Kelestarian lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung,
berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Perusahaan manufaktur misalnya,
dalam melakukan kegiatan operasional pengolahan produknya, pada akhirnya
perusahaan pasti akan menghasilkan limbah dan polusi. Perusahaan sering kali
membuang limbah-limbah ini tanpa diproses lebih lanjut yang akan merusak
lingkungan dan polusinya pun juga akan berdampak pada pemukiman masyarakat
yang berada disekitar perusahaan. Dari kasus tersebut, masyarakat bisa
mengancam kelangsungan hidup perusahaan karena pembuangan limbah yang
semena-mena tersebut. Selain itu, pemerintah bisa mengenakan sanksi pada
perusahaan atas kejadian ini.
Kasus pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah oleh PT Free
Port Indonesia di Papua dan PT Newmon Minahasa di Teluk Buyat sehingga
dapat menimbulkan penderitaan masyarakat setempat adalah salah satu contohnya
(Lako, 2010:48). Maka tidak heran jika masyarakat lalu menuntut agar perusahaan
ditutup (Lako, 2010:99). Jika saja perusahaan peka terhadap lingkungan, hal-hal
yang dapat merugikan perusahaan seperti itu tidak perlu terjadi.

12
Indikator kinerja lingkungan meliputi tanggung jawab keberlanjutan yang
mempengaruhi dampak organisasi terhadap sistem alami hidup dan tidak hidup,
termasuk ekosistem, tanah, air dan udara. Indikator Lingkungan meliputi kinerja
yang berhubungan dengan input (misalnya material, energi, dan air) dan output
(misalnya emisi, air limbah, dan limbah).
Aspek-aspek yang perlu diungkapkan dalam indikator kinerja lingkungan
yaitu material, energy, air, biodiversitas, emisi, efluen dan limbah, produk dan
jasa, kepatuhan, transportasi, serta keseluruhan.

2.1.3.2.3 Pengungkapan Corporate Social Responsibility di Bidang Tenaga


Kerja (Labor Practices and Decent Work Performance Indicators)
Informasi mengenai perusahaan dapat membantu meyakinkan investor
untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Hubungan perusahaan terhadap tenaga
kerja perusahaan merupakan salah satu aspek sosial internal perusahaan yang
perlu diperhatikan. Hubungan yang baik terhadap tenaga kerja dapat menciptakan
loyalitas dan kinerja pekerja yang tinggi terhadap perusahaan. Pemberian fasilitas-
fasilitas yang layak terhadap karyawan dan keseragaman tanpa diskriminasi dapat
menciptakan loyalitas terhadap perusahaan, dan hubungan perusahaan terhadap
tenaga kerja menjadi semakin solid. Layanan kesehatan dan pelatihan serta
pendidikan bagi pekerja merupakan salah satu contoh bentuk tanggung jawab
perusahaan terhadap tenaga kerjanya. Pendidikan dan pelatihan terhadap
pekerjakan menghasilkan tenaga kerja yang siap dan terampil, sehingga pada
akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini akan dapat menarik
investor untuk menanamkan saham pada perusahaan tersebut.
Perusahaaan dapat meningkatkan rasa loyalitas pekerja terhadap
perusahaan dengan membina hubungan perusahaan yang baik dengan pihak
pekerja, adanya loyalitas pekerja di perusahaan, perusahaan dapat meningkatkan
produktivitas serta akan berdampak juga pada peningkatan kinerja serta
profitabilitas perusahaan.
Aspek-aspek yang perlu diungkapkan dalam indikator praktik tenaga
kerja dan pekerjaan layak yaitu pekerjaan, tenaga kerja / hubungan manajemen,

13
kesehatan dan keselamatan jabatan, pelatihan dan pendidikan, serta keberagaman
dan kesempatan setara.

2.1.3.2.4 Pengungkapan Corporate Social Responsibility di Bidang Hak Asasi


Manusia (Human Rights Performance Indicators)
Banyak perusahaan salah mengkonsepsikan CSR secara sempit, yaitu
hanya pada masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan beroperasi (Lako,
2010:26). Konsepsi itu dianggap kecil oleh Lako jika dibandingkan dengan
konsepsi Corporate Social Responsibilitydalam Global Impact. Aturan dari PBB
ini merumuskan 10 pilar etika bisnis Corporate Social Responsibilityyang wajib
dilakukan perusahaan global. Salah satu dari pilar tersebut adalah penghormatan
pada HAM (Hak Asasi Manusia). Dunia bisnis harus mendukung dan
menghormati perlindungan HAM yang telah diproklamirkan secara universal,
serta memastikan bahwa dunia bisnis tidak terlibat secara langsung atau tidak
langsung pada pelanggaran HAM.
Aspek-aspek yang perlu diungkapkan dalam indikator hak asasi manusia
yaitu praktik investasi dan pengadaan, non diskriminasi, kebebasan berserikat dan
berunding bersama berkumpul, pekerja anak, kerja paksa dan kerja wajib,
praktik/tindakan pengamanan, serta hak penduduk asli.

2.1.3.2.5 Pengungkapan Corporate Social Responsibility di Bidang


Keterlibatan pada Masyarakat (Society Performance Indicators)
Indikator kinerja masyarakat memperhatikan dampak organisasi terhadap
masyarakat di mana mereka beroperasi, dan menjelaskan risiko dari interaksi
dengan institusi sosial lainnya yang mereka kelola.Masyarakat adalah salah satu
stakeholder yang turut disertakan oleh perusahaan. Dengan adanya dukungan
masyarakat sebagai stakeholder, maka keberadaan dan keberlangsungan
perusahaan tersebut bisa bertahan lama. Menyediakan fasilitas mudik gratis bagi
masyarakat sekitar yang sudah sejak lama dilakukan oleh berbagai perusahaan dan
juga pemberian servis mobil gratis bagi pemudik yang melintasi Saradan-Madiun
yang setiap tahun diselenggarakan oleh gabungan dari brand mobil ternama

14
merupakan contoh implementasi dari Corporate Social Responsibilitydibidang
masyarakat.
Perusahaan harus memikirkan dampak negatif yang akan ditimbulkan
dari kegiatan operasi perusahaan yang merupakan salah satu aspek dari bentuk
pertanggung jawaban perusahaan terhadap masyarakat. Ketika perusahaan
memperhatikan masyarakat sekitar, maka masyarakat secara tidak langsung akan
menerima keberadaan perusahaan (Lako, 2010:196). Investor bisa saja
menganggap perusahaan tidak memiliki keberlangsungan hidup ketika melihat
bahwa perusahaan tidak diterima oleh masyarakat. Hal ini akan menyebabkan
investor tidak tertarik pada perusahaan tersebut.
Aspek-aspek yang perlu diungkapkan dalam indikator kinerja masyarakat
yaitu komunitas, korupsi, kebijakan publik, kelakuan tidak bersaing, serta
kepatuhan.

2.1.3.2.6 Pengungkapan Corporate Social Responsibility di Bidang Produk


(Product Responsibility Performance Indicators)
Indikator Kinerja Tanggung Jawab Produk membahas aspek produk dari
organisasi pelapor dan serta jasa yang diberikan yang mempengaruhi pelanggan,
terutama, kesehatan dan keselamatan, informasi dan pelabelan, pemasaran, dan
privasi. Aspek tersebut melingkupi penjelasan mengenai prosedur internal dan
usaha yang dilaksanakan bila tidak memenuhi kepatuhan.
Salah satu output dari suatu perusahaan adalah produk maupun jasa.
Perhatian terhadap kualitas produk yang dihasilkan merupakan kewajiban
perusahaan. Produk dengan hasil yang berkualitas merupakan hak konsumen yang
membeli dan memakainya. Keamanan produk juga merupakan suatu hal yang
perlu diperhatikan juga oleh perusahaan. Jika konsumen dapat memastikan produk
tersebut aman, maka konsumen tidak akan ragu untuk memakai dan membeli
kembali produk perusahaan tersebut. Hal ini akan dapat meningkatkan penjualan.
Layanan customer service salah satu contoh dari pertanggung jawaban perusahaan
di bidang produknya. Pada bagian customer service, konsumen bisa saja
memberikan saran dan kritik atas produk perusahaan. Saran dan kritik dari

15
konsumen akan dapat menjadi masukan perusahaan dalam mengembangkan
produk agar menjadi lebih baik. Pengembangan produk akan dapat membuat
perusahaan lebih inovatif dalam membuat produk baru sehingga perusahaan dapat
tetap bertahan dengan persaingan yang semakin ketat. Investor akan semakin
percaya terhadap perusahaan tersebut dengan memberikan informasi mengenai
aspek-aspek dari indikator pengungkapan Corporate Social Responsibility di
bidang produk tersebut.
Aspek-aspek yang perlu diungkapkan dalam indikator tanggung jawab
produk yaitu kesehatan dan keamanan pelanggan, pemasangan label bagi produk
dan jasa, komunikasi pemasaran, keleluasaan pribadi (privacy) pelanggan, serta
kepatuhan.

2.1.3.3 Konsep Pelaporan CSR-Disclosure Berdasarkan GRI (Global


Reporting Initiative)
Konsep pelaporan CSR yang digagas oleh GRI (Global Reporting
Initiative) adalah konsep sustainability report yang muncul sebagai akibat adanya
konsep sustainability development. Dalam sustainability report digunakan
metode triple bottom line, yang tidak hanya melaporan sesuatu yang diukur dari
sudut pandang ekonomi saja, melainkan dari sudut pandang ekonomi, sosial dan
lingkungan. Gagasan ini merupakan akibat dari adanya 3 dampak operasi
perusahaan yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. GRI (Global Reporting
Initiative) Guidelines Versi 3 menyebutkan bahwa, perusahaan harus menjelaskan
dampak aktivitas perusahaan terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial pada
bagian standard disclosures. Dari ketiga dimensi tersebut diperluas menjadi 6
dimensi, yaitu: ekonomi, lingkungan, praktek tenaga kerja, hak asasi manusia,
masyarakat, dan tanggungjawab produk. Dari keenam diemnsi terdapat 34 aspek
dan total seluruh item pengungkapan menurut GRI(Global Reporting Initiative)
adalah 79 item seperti terlihat pada tabel 2.1

16
Tabel 2.1
Konsep Pelaporan CSR Berdasarkan Global Reporting
Initiative

No. Dimensi Aspek Item Pengungkapan


1. Indikator Kinerja EC1. Perolehan dan distribusi nilai
Kinerja Ekonomi ekonomi langsung, meliputi
Ekonomi pendapatan, biaya operasi, imbal
jasa karyawan, donasi, dan
investasi komunitas lainnya, laba
ditahan, dan pembayaran kepada
penyandang dana sertapemerintah
EC2. Implikasi finansial dan risiko
lainnya akibat perubahan iklim
serta peluangnya bagi aktivitas
organisasi.
EC3. Jaminan kewajiban
organisasi terhadap program
imbalan pasti.
EC4. Bantuan finansial yang
signifkan dari pemerintah.

2. Indikator Kehadiran EC5. Rentang rasio standar upah


Kinerja Pasar terendah dibandingkan dengan
Ekonomi upah minimum setempat pada
lokasi operasi yang signifkan.
EC6. Kebijakan, praktek, dan
proporsi pengeluaran untuk
pemasok lokal pada lokasi operasi
yang signifkan.

17
EC7. Prosedur penerimaan
pegawai lokal dan proporsi
manajemen senior lokal yang
dipekerjakan pada lokasi operasi
yang signifkan.

3. Indikator Dampak EC8. Pembangunan dan dampak


Kinerja ekonomi dari investasi infrastruktur serta
Ekonomi tidak jasa yang diberikan untuk
langsung kepentingan publik secara
komersial, natura.
EC9. Pemahaman dan penjelasan
dampak ekonomi tidak langsung
yang signifikan, termasuk seberapa
luas dampaknya.

4. Indikator Material EN1. Penggunaan Bahan; diperinci


Kinerja berdasarkan berat atauvolume.
Lingkungan EN2. Persentase Penggunaan
Bahan Daur Ulang.

18
5. Indikator Energi EN3. Penggunaan Energi
Kinerja Langsung dari Sumberdaya
Lingkungan Energiprimer.
EN4. Pemakaian Energi Tidak
Langsung berdasarkan
SumberPrimer.
EN5. Penghematan Energi melalui
Konservasi dan Peningkatan
Efsiensi.
EN6. Inisiatif untuk mendapatkan
produk dan jasa berbasis energi
efsien atau energi yang dapat
diperbarui, serta pengurangan
persyaratan
kebutuhan energi sebagai akibat
dari inisiatiftersebut.
EN7. Inisiatif untuk mengurangi
konsumsi energi tidak langsung
dan pengurangan yang dicapai.

6. Indikator Air EN8. Total pengambilan air per


Kinerja sumber.
Lingkungan EN9. Sumber air yang terpengaruh
secara signifkan akibat
pengambilan air.
EN10. Persentase dan total volume
air yangdigunakan kembali dan
didaur ulang.

19
7. Indikator Biodiversitas EN11. Lokasi dan Ukuran Tanah
Kinerja (Keanekaragaman yang dimiliki, disewa, dikelola
Lingkungan Hayati) oleh organisasi pelapor yang
berlokasi di dalam, atau yang
berdekatan dengan daerah yang
dilindungi atau daerah-daerah yang
memiliki nilai keanekaragaman
hayati yang tinggi di luar daerah
yang dilindungi.
EN12. Uraian atas berbagai
dampak signifkan yang
diakibatkan oleh aktivitas, produk,
dan jasa organisasi pelapor
terhadap keanekaragaman hayati di
daerah yang dilindungi dan di
daerah yang memiliki
keanekaragaman hayati bernilai
tinggi di luar daerah yang
dilindungi.
EN13. Perlindungan dan
Pemulihan Habitat.
EN14. Strategi, tindakan, dan
rencana mendatang untuk
mengelola dampak terhadap
keanekaragaman hayati.
EN15. Jumlah spesies berdasarkan
tingkat risiko kepunahan yang
masuk dalam Daftar Merah IUCN
Red List Species dan yang masuk
dalam daftar konservasi nasional
dengan habitat di daerah-daerah

20
yang terkena dampak operasi.

8. Indikator Emisi, Efluen EN16. Jumlah emisi gas rumah


Kinerja dan Limbah kaca yang sifatnya langsung
Lingkugan maupun tidak langsung dirinci
berdasarkan berat.
EN17. Emisi gas rumah kaca tidak
langsung lainnya diperinci
berdasarkan berat.
EN18. Inisiatif untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca
danpencapaiannya.
EN19. Emisi bahan kimia yang
merusak lapisan ozon (ozone-
depleting substances/ODS)
diperinci berdasarkan berat.
EN20. Emisi udara signifkan yang
diperinci berdasarkan jenis
danberat.
EN21. Jumlah buangan air menurut
kualitas dantujuan.
EN22. Jumlah berat limbah
menurut jenis dan metode
Pembuangan.
EN23. Jumlah dan volume
tumpahan yangsignifkan.
EN24. Berat limbah yang diangkut,
diimpor, diekspor, atau diolah yang
dianggap berbahaya menurut
Lampiran Konvensi Basel I, II, III

21
dan VIII, dan persentase limbah
yang diangkut secara internasional.
EN25. Identitas, ukuran, status
proteksi dan nilai keanekaragaman
hayati badan air serta habitat
terkait yang secara signifkan
dipengaruhi oleh pembuangan dan
limpasan air organisasipelapor.

9. Indikator Produk dan jasa EN26. Inisiatif untuk mengurangi


Kinerja dampak lingkungan.
Lingkungan produk dan jasa dan sejauh mana
dampak pengurangan tersebut.
EN27. Persentase produk terjual
dan bahan kemasannya yang
ditarik menurut kategori.

10. Indikator Kepatuhan EN28. Nilai Moneter Denda yang


Kinerja signifkan dan jumlah sanksi
Lingkungan nonmoneter ataspelanggaran.
terhadap hukum dan regulasi
lingkungan.

11. Indikator Pengangkutan EN29. Dampak lingkungan yang


Kinerja Transportasi signifkan akibat pemindahan
Lingkungan produk dan barang- barang lain
serta material yang digunakan
untuk operasi perusahaan, dan
tenaga kerja yang memindahkan.

22
12. Indikator Menyeluruh EN30. Jumlah pengeluaran untuk
Kinerja proteksi dan investasi lingkungan
Lingkungan menurut jenis.
13. Praktik Pekerjaan LA1. Jumlah angkatan kerja
Tenaga Kerja menurut jenis pekerjaan, kontrak
dan pekerjaan, dan wilayah.
Kepuasan LA2. Jumlah dan tingkat
Kerja perputaran
karyawan menurut kelompok usia,
jenis kelamin, dan wilayah.
LA3. Manfaat yang disediakan bagi
karyawan tetap (purna waktu) yang
tidak disediakan bagi karyawan
tidak tetap (paruh waktu) menurut
kegiatan pokoknya.
14. Praktik Tenaga kerja / LA4. Persentase karyawan yang
Tenaga Kerja Hubungan dilindungi perjanjian tawar-
dan Manajemen menawar kolektif tersebut.
Kepuasan LA5. Masa pemberitahuan minimal
Kerja tentang perubahan kegiatan
penting, termasuk apakah hal itu
dijelaskan dalam perjanjian
kolektif tersebut.

15. Praktik Kesehatan dan LA6 Persentase jumlah angkatan


Tenaga Kerja Keselamatan kerja yang resmi diwakili dalam
dan Jabatan panitia Kesehatan dan Keselamatan
Kepuasan antara manajemen dan pekerja
Kerja yang membantu memantau dan
memberi nasihat untuk program

23
keselamatan dan kesehatan jabatan.
LA7. Tingkat kecelakaan fisik,
penyakit karena jabatan, hari-hari
yang hilang, dan ketidakhadiran,
dan jumlah kematian karena
pekerjaan menurut wilayah.
LA8. Program pendidikan,
pelatihan, penyuluhan/ bimbingan,
pencegahan, pengendalian risiko
setempat untuk membantu para
karyawan, anggota keluarga dan
anggota masyarakat, mengenai
penyakit berat/berbahaya.
LA9. Masalah kesehatan dan
keselamatan yang tercakup dalam
perjanjian resmi dengan serikat
karyawan.

16. Praktik Pelatihan dan LA10. Rata-rata jam pelatihan tiap


Tenaga Kerja pendidikan tahun tiap karyawan menurut
dan kategori/kelompok karyawan.
Kepuasan LA11. Program untuk pengaturan
Kerja keterampilan dan pembelajaran
sepanjang hayat yang menujang
kelangsungan pekerjaan karyawan
dan membantu mereka dalam
mengatur akhir karier.
LA12. Persentase karyawan yang
menerima peninjauan kinerja dan
pengembangan karier secarateratur

24
17. Praktik Keberagaman LA13. Komposisi badan
Tenaga Kerja dan pengelola/penguasa dan perincian
dan Kesempatan karyawan tiap kategori/kelompok
Kepuasan Setara menurut jenis kelamin, kelompok
Kerja usia, keanggotaan kelompok
minoritas, dan keanekaragaman
indikatorlain.
LA14. Perbandingan/rasio gaji
dasar pria terhadap wanita menurut
kelompok/kategorikaryawan.

18. Hak Asasi Praktik investasi HR1. Persentase dan jumlah


Manusi dan perolehan perjanjian investasi signifikan yang
memuat klausul HAM atau telah
menjalani proses skrining/ filtrasi
terkait dengan aspek hak asasi
manusia.
HR2. Persentase pemasok dan
kontraktor signifikan yang telah
menjalani proses skrining/ filtrasi
atas aspek HAM
HR3. Jumlah waktu pelatihan bagi
karyawan dalam hal mengenai
kebijakan dan serta prosedur
terkait dengan aspek HAM yang
relevan dengan kegiatan
organisasi, termasuk persentase
karyawan yang telah menjalani
pelatihan

25
19. Hak Asasi Tidak HR4. Jumlah kasus terjadi dan
Manusi diskriminasi tindakan yang diambil/dilakukan.

20. Hak Asasi Kebebasan HR5. Segala kegiatan berserikat


Manusi Berserikat dan dan berkumpul yang
Berunding diteridentifikasi dapat
Bersama menimbulkan risiko yang
Berkumpul signifikan serta tindakan yang
diambil untuk mendukung hak-hak
tersebut.

21. Hak Asasi Pekerja anak HR6. Kegiatan yang identifikasi


Manusi mengandung risiko yang signifikan
dapat menimbulkan terjadinya
kasus pekerja anak, dan langkah-
langkah yang diambil untuk
mendukung upaya penghapusan
pekerja anak.

22. Hak Asasi Kerja Paksa dan HR7. Kegiatan yang teridentifikasi
Manusi Kerja Wajib mengandung risiko yang
signifikandapat menimbulkan
kasus kerja paksa atau kerja wajib,
dan langkah-langkah yang telah
diambil untuk mendukung upaya
penghapusan kerja paksa atau kerja
wajib.

23. Hak Asasi Tindakan HR8. Persentase personel penjaga


Manusi Pengamanan keamanan yang terlatih dalam hal

26
kebijakan dan prosedur organisasi
terkait dengan aspek HAM yang
relevan dengan kegiatan
organisasi.
24. Hak Asasi Hak penduduk HR9 Jumlah kasus pelanggaran
Manusia asli yang terkait dengan hak penduduk
asli dan langkah-langkah yang
diambil.

25. Masyarakat/ Komunitas S01. Sifat dasar, ruang lingkup, dan


Sosial keefektifan setiap program dan
praktek yang dilakukan untuk
menilai dan mengelola dampak
operasi terhadap masyarakat, baik
pada saat memulai, pada saat
beroperasi, dan pada saat
mengakhiri.

26. Masyarakat/ Korupsi S02. Persentase dan jumlah unit


Sosial usaha yang memiliki risiko
terhadapkorupsi.
S03 Persentase pegawai yang
dilatih dalam kebijakan dan
prosedur antikorupsi.
S04. Tindakan yang diambil
dalammenanggapi kejadiankorupsi.

27. Masyarakat/ Kebijakan Publik S05. Kedudukan kebijakan publik


Sosial dan partisipasi dalam proses
melobi dan pembuatan kebijakan

27
public.
S06. Nilai kontribusi finansial dan
natura kepada partai politik,
politisi, dan institusi terkait
berdasarkan negara di mana
perusahaan beroperasi.

28. Masyarakat/ Kelakuan Tidak S07. Jumlah tindakan hukum


Sosial Bersaing terhadap pelanggaran ketentuan
antipersaingan, anti-trust, dan
praktek monopoli serta sanksinya.

29. Masyarakat/ Kepatuhan S08. Nilai uang dari denda


Sosial signifikan dan jumlah sanksi
nonmoneter untuk pelanggaran
hukum dan peraturan yang
dilakukan

30. Tanggung Kesehatan dan PR1. Tahapan daur hidup di mana


Jawab Produk Keamanan dampak produk dan jasa yang
Pelanggan menyangkut kesehatan dan
keamanan dinilai untuk
penyempurnaan, dan persentase
dari kategori produk dan jasa yang
penting yang harus mengikuti
prosedurtersebut.
PR2. Jumlah pelanggaran terhadap
peraturan dan etika mengenai
dampak kesehatan dan keselamatan
suatu produk dan jasa selama daur

28
hidup, perproduk.

31. Tanggung Pemasangan PR3. Jenis informasi produk dan


Jawab Produk Label bagi jasa yang dipersyaratkan oleh
Produk dan Jasa prosedur dan persentase produk
dan jasa yang signifikan yang
terkait dengan informasi yang
dipersyaratkan tersebut.
PR4 Jumlah pelanggaran peraturan
dan voluntary codes mengenai
penyediaan informasi produk dan
jasa serta pemberian label, per
produk.
PR5. Praktek yang berkaitan
dengan kepuasan pelanggan
termasuk hasil survei yang
mengukur kepuasaan pelanggan.

32. Tanggung Komunikasi PR6. Program-program untuk


Jawab Produk Pemasaran ketaatan pada hukum, standar dan
voluntary codes yang terkait
dengan komunikasi pemasaran,
termasuk periklanan, promosi,
dansponsorship.
PR7. Jumlah pelanggaran
peraturan dan voluntary codes
sukarela mengenai komunikasi
pemasaran termasuk periklanan,
promosi, dan sponsorship, menurut
produknya.

29
33. Tanggung Keleluasaan PR8. Jumlah keseluruhan dari
Jawab Produk Pribadi pengaduan yang berdasar
(privacy) mengenai pelanggaran keleluasaan
Pelanggan pribadi (privacy) pelanggan dan
hilangnya data pelanggan.

34. Tanggung Kepatuhan PR9. Nilai moneter dari denda


Jawab Produk pelanggaran hukum dan peraturan
mengenai pengadaan dan
penggunaan produk dan jasa.

Total 6 Dimensi 34 Aspek 79 Item


Sumber: Global Reporting Initiative (data diolah)

2.1.4 Reaksi Investor


Investor adalah individu, kelompok, atau badan hukum yang melakukan
penanaman modal pada suatu unit usaha tertentu. Reaksi investor ditunjukkan
dengan adanya perubahan harga saham perusahaan tertentu yang cukup mencolok
dari suatu sekuritas yang bersangkutan pada saat pengumuman laba. Yang
dimaksud mencolok adalah terdapat perbedaan yang cukup besar antara return
yang terjadi (actual return) dengan return harapan (expected return). Dengan kata
lain, terjadi return kejutan atau abnormal return pada saat pengumuman laba. Jika
digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman
yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada
investor. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan
abnormal return kepada investor. Pengujian kandungan informasi atas laba hanya
sebatas menguji reaksi investor (pasar), tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar
itu bereaksi (Suwardjono, 2005:494).
Menurut Jogiyanto (2008), reaksi pasar adalah suatu bentuk tanggapan pasar
atas informasi yang terdapat pada sebuah pengumuman yang dikeluarkan atau

30
diterbitkan. Apabila sebuah pengumuman mengandung informasi yang good news,
maka pasar akan menanggapi atau bereaksi secara cepat saat informasi tersebut
diumumkan. Investorakan menanggapi informasi tersebut sebagai sinyal dalam
menentukan keputusannya. Reaksi investor dalam menanggapi pengumuman
menyebabkan adanya aktivitas jual beli saham yang mengakibatkan perubahan
harga dan volume perdagangan saham. Reaksi pasar dapat dilihat melalui
abnormal return dan volume perdagangan.

2.1.4.1 Abnormal Return


Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya atau yang
sudah terjadi(actual return) dengan return yang belum terjadi tetapi diharapkan
akan terjadi (expected return).Abnormal return digunakan untuk melihat harga
saham pada event window untuk tiap-tiap hari di sekitar tanggal peristiwa
(Yuliana et.al, 2008). Abnormal return merupakan proksi harga saham yang
menunjukkan besarnya respon pasar terhadap informasi akuntansi yang
dipublikasikan (Daud dan Syarifudin, 2008).
Jogiyanto (2009) mendefinisikan abnormal return sebagai selisih antara
actual return dan expected return. Abnormal return akan positif jika return yang
didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung.
Sedangkan abnormal return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil dari
return yang diharapkan atau return yang dihitung. Studi peristiwa menganalisis
abnormal return dari sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar pengumuman dari
suatu peristiwa. Actual Return atau return sesungguhnya yang terjadi pada waktu
ke-t, merupakan selisih harga sekarang relative terhadap harga sebelumnya.
Expected return merupakan return estimasi yang diharap-kan oleh investor, yang
ditentukan dengan model estimasi. Sebelum menentukan model untuk
mengestimasi expected return, perlu ditentukan beberapa istilah periode sebagai
dasar estimasi expected return, periode-periode tersebut adalah:
Periode estimasi (estimation period), umum-nya merupakan periode
sebelum peristiwa (event period). Pada gambar 2 periode estimasi ditunjukan dari
t3 sampai dengan t4. Jogiyanto (2010) mengatakan bahwa tidak ada patokan

31
untuk menentukan lamanya panjang periode estimasi ini. Panjang periode estimasi
yang umum digunakan adalah berkisar dari 100 hari sampai dengan 250 hari
untuk data harian.
Gambar 2.1 Periode Estimasi dan Periode Peristiwa

Sumber: Jogiyanto, 2010

Periode peristiwa (event period) atau jendela peristiwa (event window)


merupakan periode terjadinya peristiwa dan pengaruhnya. Dimana pada gambar 2
terjadinya peristiwa ditunjukan dengan t0 sehingga yang dinamakan dengan
periode peristiwa adalah periode jendela dari t1 sampai dengan t2. Lamanya
periode jendela tergantung jenis peristiwanya. Jika peristiwanya merupakan
peristiwa yang nilai ekonomisnya dapat ditentukan dengan mudah oleh investor,
periode jendela dapat pendek, disebabkan oleh investor yang dapat bereaksi
dengan cepat. Sebaliknya, untuk peristiwa yang nilai ekonomisnya sulit
ditentukan oelh investor, investor akan membutuhkan waktu yang lama untuk
bereaksi. Umumnya periode jendela juga melibatkan hari sebelum tanggal
peristiwa untuk mengetahui apakah terjadi kebocoran informasi, yaitu apakah
pasar sudah mendengar informasinya sebelum informasi itu sendiri diumumkan
(Jogiyanto, 2010).

2.1.4.2 Volume Perdagangan


Volume perdagangan merupakan hal yang penting bagi investor karena
menggambarkan tingkat likuiditas suatu saham (Wiyani dan Wijayanto, 2005).
Semakin besar volume transaksi, maka semakin cepat dan semakin mudah sebuah
saham diperjualbelikan, sehingga transformasi saham menjadi kas semakin cepat
pula. Transformasi inilah esensi dari likuiditas saham. Volume perdagangan
saham
menggambarkan reaksi pasar secara langsung. Volume perdagangan saham

32
menunjukkan banyaknya lembar saham yang ditransaksikan selama periode waktu
tertentu (Tandelilin, 2001).

2.1.5 Pasar Efisien


Pasar efisien (market efficient) adalah suatu kondisi dimana pasar bereaksi
dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang
sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia (Hartono, 2013). Sedangkan
menurut Fama (1970) bentuk efisien pasar dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yangdikenal sebagai hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis). Ketiga
bentukefisien pasar dimaksud adalah (1) hipotesis pasar efisien bentuk lemah
(weak form ofthe efficient market hypothesis), (2) hipotesis pasar efisien bentuk
setengah kuat (semi-strong form of the efficient market hypothesis), dan hipotesis
pasar efisien bentuk kuat(strong form of the efficient market hypothesis). Masing-
masing bentuk pasar efisien tersebut terkait erat dengan sejauh mana penyerapan
informasi terjadi di pasar.

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian mengenai “Pengaruh Reaksi Investor (X1) dan Kinerja Keuangan
(X2) terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan
Pertambangan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia“ ini menggunakan beberapa
acuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh :
Tabel 2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Variabel yang Hasil Penelitian
(Tahun)/ Penelitian Digunakan
Sumber

33
1. Awuy et al., Pengaruh Variabel Kesimpulan dari
(2016) Pengungkapan Independen penelitian ini
Corporate (X) : menunjukkan hasil
Jurnal Akuntansi Social Corporate menolak hipotesis tingkat
dan Keuangan, Responsibility Social pengungkapan Corporate
Vol. 18, No. 1, (CSR) Terhadap Responsibility Social Responsibility
Mei 2016, 15-26 Earnings dan (CSR) dalam laporan
eISSN/pISSN: Response Unexpected tahunan perusahaan
2338-8137 Coefficient Earnings berpengaruh terhadap
/1411-0288 (ERC) (Suatu Earnings Response
DOI: Studi Empiris Variabel Coefficient (ERC)
10.9744/jak.18.1. Pada Perusahaan Dependen (Y) perusahaan. Bukti-bukti
15-26 Pertambangan : empiris di dalam
yang Terdaftar Cummulative penelitian ini tidak
Indexed by : di Bursa Efek Abnormal mendukung hipotesis
SINTA, DOAJ, Indonesia Pada Return penelitian yang
Crosserf, Tahun 2010- menyatakan bahwa
GoogleScholar, 2013) Variabel tingkat pengungkapan
OneSearch, Control : informasi CSR dalam
BASE, IPI, PBV dan DER laporan tahunan
PKPINDEX, and perusahaan tidak
MORAREF berpengaruh terhadap
ERC. Hal ini
Terakreditasi B mengindikasikan bahwa
investor tidak begitu
mengapresiasi informasi
CSR yang diungkapkan
dalam laporan tahunan
perusahaan. Kesimpulan
dari hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil

34
penelitian-penelitian
terdahulu yang dilakukan
oleh Restuti dan
Nathaniel (2012),
Kurniawan dan
Nugrahanti (2012),
Arifulsyah et al (2014),
Wulandari dan Wirajaya
(2014), dan Silalahi
(2014) yang juga
menyatakan bahwa
tingkat pengungkapan
Corporate Social
Responsibility (CSR)
dalam laporan tahunan
perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
Earnings Respons
Coefficient (ERC)
perusahaan.

2. Yuliana et al., Pengaruh Variabel Berdasarkan hasil uji


(2008) Karakteristik Independen hipotesis yang telah
Perusahaan (X) : dilakukan diperoleh
Jurnal Akuntansi Terhadap Ukuran kesimpulanbahwa
dan Keuangan Pengungkaapan Perusahaan, karakteristik perusahaan
Indonesia Corporate Profitabilitas, yang terbukti
Volume 5 - Social Profile, berpengaruh terhadap
Nomor 2, Responsibility Ukuran dewan tingkat keluasan
Desember 2008 (CSR) dan komisaris, pengungkapan CSR
eISSN/ pISSN: Dampaknya Konsentrasi adalah profile perusahaan

35
2406-9701/1829- Terhadap Reaksi kepemilikan, dan konsentrasi
8494 Investor Abnormal kepemilikan.
return, trading Sedangkan tiga
Indexed by : volume activity karakteristik lainnya,
SINTA, DOAJ, Variabel yaitu ukuran perusahaan,
Crosserf, Dependen (Y): profitabilitas, danukuran
GoogleScholar, Luas dewan komisaris tidak
OneSearch, Pengungkapan terbukti berpengaiuh
BASE, IPI, CSR terhadap tingkat keluasan
PKPINDEX, and pengungkapan CSR.
MORAREF Tingkat keluasan
pengungkapan CSR
Terakreditasi B berpengaruh positif
terhadap reaksiinvestor,
yang diukur
menggunakan abnormal
return dan volume
perdagangan
saham.

3. Cheng dan Pengaruh Variabel Berdasarkan hasil


Christiawan Pengungkapan Independen penelitian dan pem-
(2011) Corporate (X) : bahasan tersebut di atas
Social Corporate maka dapat ditarik
Jurnal Akuntansi Responsibilty Social kesimpulan sebagai
dan Keuangan, terhadap Responsibility berikut: (1)
Volume 13, Abnormal Variabel pengungkapan informasi
No.1, Mei 2011 Return Dependen (Y) CSR dalam laporan
eISSN/pISSN: : Abnormal tahunan ber-pengaruh
2338-8137/1411- Return positif signifikan
0288 Variabel terhadap abnormal

36
Control : return, (2) Return on
Bidang Ilmu : ROE dan PBV Equity (ROE) tidak
Akuntansi berpengaruh positif
Fakultas signifikan terhadap
Ekonomi abnormal return dan (3)
Universitas Price to BookValue
Kristen Petra (PBV) tidak terbukti
Surabaya berpengaruh signifikan
terhadap ab-normal
Indexed by : return. Kesimpulan
SINTA, DOAJ, penelitian ini dapat di
Crosserf, manfaatkan bagi
GoogleScholar, pembuat regulasi dan
OneSearch, perusaha-an yaitu: agar
BASE, IPI, perusahaan
PKPINDEX, and memperhatikan
MORAREF kelengkapan item-item
pengungkapan CSR yang
Terakreditasi B perlu diungkapkan dalam
laporan tahunan, karena
ternyata investor
memperhatikan infor-
masi tersebut dalam
pengambilan
keputusannya.
Disamping itu juga
diperlukan adanya
peraturan yang lebih
mengikat dari pemerintah
mengenai pengungkapan
CSR yang dilakukan

37
perusahaan sehingga
perusahaan dapat
mengetahui lebih jelas
informasi apa yang harus
diungkapkan dalam
laporan tahunan
perusahaan.

4. Setiawan et al., Dampak Variabel Berdasarkan hasil


(2018) Karakteristik Independen pengujian menunjukan
Dewan Direksi (X) : bahwa semua
Jurnal Ilmiah Terhadap Keberadaan karakteristik dewan
Manajemen, Pengungkapan Direktur direksi ( direktur asing,
Volume VIII, Corporate Asing, Lama masa jabatan, gender,
No. 1, Feb 2018 Social Menjabat, dan ukuran dewan direksi
eISSN/pISSN: - ResponsibiltyPa Gender, ) berpengaruh terhadap
/2088-1231 da Perusahaan Ukuran dewan pengungkapan CSR.
Pertambangan di direksi Masa jabatan, gender,
Bidang Ilmu: Indonesia Variabel dan ukuran dewan direksi
Ekonomi Dependen (Y) berpengaruh positif,
Program : Corporate sedangkan keberadaan
Pascasarjana Social dewan direksi asing
Universitas Responsibility memiliki pengaruh yang
Mercu Buana negatif.
DirJen PRP Variabel
Kemenristekdikti Control : Implikasi yang
No. Leverage, diharapkan dari adanya
1/E/KPT/2015 Profitabilitas, penelitian ini adalah
21-Sep-2015 Ukuran perusahaan pada industri
Perusahaan, pertambangan disarankan
Terakreditasi B Umur untuk memiliki ukuran

38
Perusahaan dewan direksi yang
relatif besar dengan masa
jabatan dewan direksi
yang relatif lama agar
mereka memiliki
pengalaman dan
pemahaman yang lebih
beragam dan diharapkan
memberikan dampak
positif bagi pelaksanaan
CSR, selain itu diversitas
gender juga diperlukan
adanya karena
berdasarkan hasil
penelitian keberadaan
wanita dalam dewan
direksi juga memberikan
dampak positif sehingga
diharapkan memberikan
kesempatan yang lebih
besar bagi wanita untuk
berperan dalam dewan
direksi.

Penelitian – penelitian sebelumnya tentang pengaruh reaksi investor


terhadap pengungkapan CSR telah banyak dilakukan, seperti penelitian oleh
Awuyet al., (2016) yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) Terhadap Earnings Response Coefficient (ERC)” dilakukan
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2010-2013. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan tidak berpengaruh

39
terhadap Earnings Response Coefficient (ERC) perusahaan. Bukti-bukti empiris
di dalam penelitian ini tidak mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan
bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan
tidak berpengaruh terhadap ERC. Hal ini mengindikasikan bahwa investor tidak
begitu mengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan
perusahaan.
Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian oleh Yuliana et al.,
(2008) yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap
Reaksi Investor”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan
yang terbukti berpengaruh terhadap tingkat keluasan pengungkapan CSR adalah
profile perusahaan dan tingkat keluasan pengungkapan CSR berpengaruh positif
terhadap reaksi investor, yang diukur menggunakan abnormal return dan volume
perdagangan saham. Hal ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Cheng
dan Christiawan (2011) berjudul “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibilty terhadap Abnormal Return”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap abnormal return. Hal ini menunjukkan bahwa informasi
CSR yang diungkapkan perusahaan direspon baik oleh investor yang ditunjukan
dengan adanya abnormal return. Pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan
memiliki kandungan informasi, sehingga menjadi salah satu sumber pengambilan
keputusan investasi bagi investor.
Dari kedua penelitian yang dilakukan oleh Yuliana etal (2008) serta Cheng
dan Christiawan (2011) tersebut didapatkan hasil yang sama yaitu pengungkapan
CSR mempengaruhi reaksi investor, yang diukur menggunakan abnormal return
dan volume perdagangan saham.
Penelitian mengenai pengungkapan CSR lainnya dilakukan oleh Setiawan et al.,
(2018) yang berjudul “Dampak Karakteristik Dewan Direksi Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibilty Pada Perusahaan Pertambangan di
Indonesia”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa karakteristik dewan
direksi (direktur asing, masa jabatan, gender, dan ukuran dewan direksi )

40
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Variabel Masa jabatan,
gender, dan ukuran dewan direksi berpengaruh positif, sedangkan keberadaan
dewan direksi asing memiliki pengaruh yang negative terhadap pengungkapan
CSR. Hal ini menunjukkan keberadaan direktur asing justru mengakibatkan
penurunan kinerja CSR perusahaan.
Dalam suatu penelitian tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh
karena itu dalam keempat penelitian tersebut masing-masing memiliki kelebihan,
yaitu hasil dari keempat penelitian sudah dapat menjelaskan tujuan yang ingin
dicapai dari masing-masing penelitian. Namun terdapat kekurangan yaitu dari
berbagai penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengaruh reaksi investor
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility terdapat beberapa hasil
yang berbeda atau tidak konsisten yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh
Awuy et al., (2016) menyatakan bahwa pengungkapan Corporate Social
Responsibility tidak menyebabkan reaksi investor, sehingga tidak mempengaruhi
abnormal return. Berbeda halnya dengan penelitian Yuliana et al., (2008) yang
menunjukan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh
signifikan terhadap reaksi investor yang diukur dengan abnormal return dan
volume perdagangan saham. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
melanjutkan dan mengembangkan hasil dari penelitian sebelumnya yaitu untuk
menguji apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat
mempengaruhi reaksi investor yang diukur dengan abnormal return dan volume
perdagangan pada perusahaan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan keempat penelitian sebelumnya mengenai Corporate Social
Responsibility (CSR) dapat disimpulkan bahwa CSR memiliki peranan penting
dalam setiap perusahaan sebagai suatu bentuk kepedulian sosial yang dilakukan
oleh perusahaan. Pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat
berpengaruh terhadap reaksi investor. Pengungkapan CSR yang baik dan tepat
akan dapat mempengaruhi reaksi investor dalam menentukan keputusan investasi.
Oleh karena itu perusahaan harus dapat melakukan Corporate Social
Respondbility dengan sebaik mungkin. Karena pengungkapan CSR yang baik

41
dapat memberikan sinyal yang baik pula (goodnews) yang dapat berpengaruh
terhadap reaksi investor dalam menentukan keputusan investasinya.

2.3 Kerangka Berpikir


Menurut Sugiyono (2016), kerangka berpikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berikut adalah gambar kerangka
berpikir penelitian ini :

Variabel Independen

Reaksi Investor: Variabel Dependen

Abnormal Return (X1)


Corporate Social
Responsibility
(Y)
Volume Perdagangan
(X2)

(Secara Parsial)

(Secara Simultan)

Gambar 2.2
Kerangka Berpikir

Gambar diatas menunjukkan model penelitian yang akan dilakukan oleh


penulis. Penelitian ini mengenai pengaruh reaksi investor yang menggunakan
variabel pengukur yaitu abnormal return dan volume perdagangan terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan pertambangan
yang listing di Bursa Efek Indonesia. Adapun variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah reaksi investor yang menggunakan variabel pengukur yaitu
abnormal return dan volume perdagangan sebagai variabel independent (variabel
bebas) dan Corporate Social Responsibility sebagai variabel dependent (variabel
yang dipengaruhi).

42
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan diatas maka dapat
disimpulkan hipotesis sebagai acuan penulis dalam melakukan penelitian ini,
yaitu:
2.4.1 Pengaruh Reaksi Investor Dengan Variabel Pengukur Abnormal
ReturnTerhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pengungkapan aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan Corporate
Social Responsibilitymerupakan salah satu cara untuk memberikan sinyal positif
bagi stakeholder. Sinyal positif yang diberikan oleh stakeholder merupakan
prospek perusahaan dimasa depan, bahwa perusahaan memberikan jaminan atas
keberlangsungan hidup usahanya. Jika perusahaan melaksanakan tanggung
jawabnya terhadap lingkungan dan juga mematuhi peraturan undang-undang yang
berlaku, maka perusahaan akan terhindar dari tuntutan hukum mengenai
pencemaran atau perusakan lingkungan dimasa yang akan datang.
Investor tidak hanya melihat perusahaan dari aspek ekonomi saja, namun aspek
lingkungan dan sosial juga mereka pertimbangkan. Maka dari itu kuat dugaan bahwa
investor akan memberikan respon positif terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility. Pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat memberikan
informasi sinyal positif yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari
pada perusahaan lain karena peduli dengan dampak ekonomi, lingkungan dan sosial
atas aktivitas operasi perusahaan. Sinyal positif tersebut dapat dilihat dari perhitungan
abnormal return. Penelitian yang dilakukan oleh Cheng dan Christiawan(2011)
menyatakan bahwa pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility
dalam laporan tahunan berpengaruh positif terhadap abnormal return. Penelitan
ini juga sejalan dengan Yuliana et al., (2008) bahwa tingkat keluasan
pengungkapan Corporate Social Responsibilityberpengaruh positif terhadap
reaksiinvestor, yang diukur menggunakan abnormal return. Berbeda halnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh Awuy et al.,(2016)bahwa pengungkapan
Corporate Social Responsibility terhadap abnormal return tidak berpengaruh
positif. Jadi, jika pelaporan mengenai Corporate Social Responsibilityyang
dilakukan tersebut dirasa investor mengandung informasi, maka pasar akan

43
menunjukan perubahan harga, reaksi pasar yang menunjukan perubahan harga
tersebut dapat diukur dengan abnormal return saham.
Ho1 : Abnormal return tidak berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility
Ha1 : Abnormal return berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility

2.4.2 Pengaruh Reaksi Investor Dengan Variabel Pengukur Volume


Perdagangan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Salah satu metode untuk mengetahui reaksi pasar adalah dengan
melihattingkah laku pasar yang diproksikan dengan perubahan volume
perdagangan saham (Trading Volume Activity/TVA). Diasumsikan bahwa apabila
TVA berubah sekitar
tanggal penerbitan, maka laporan keuangan dianggap mempunyai manfaat, atau
sebaliknya (Harianto dan Sudomo, 1998:246). Volume perdagangan saham juga
menggambarkan reaksi pasar secara langsung dan menunjukkan banyaknya
lembar
saham yang ditransaksikan selama periode waktu tertentu (Tandelilin, 2001).
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana et al., (2008) menemukan bahwa
pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap
reaksi investor dengan variabel pengukur volume perdagangan. Pengamatan atas
reaksi investor dilakukan selama 11 hari, yaitu 5 hari sebelum dan 5 hari setelah
publikasi laporan tahunan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa CSR secara
efektif adalah perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya
adalah untuk memberikan informasi kepada investor (Belkaoui 2006, 349).
Ho2 : Reaksi Investor (volume perdagangan) tidak berpengaruh terhadap
Corporate Social Responsibility
Ha2 : Reaksi Investor (volume perdagangan) berpengaruh terhadap
Corporate Social Responsibility

44
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Data yang digunakan oleh peneliti adalah data laporan keuangan tahunan
perusahaan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Data tersebut diambil
dari halaman website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.iddan juga situs resmi
perusahaan pertambangan serta bahan literature lainnya seperti buku, jurnal ilmiah,
artikel, dan juga data dari penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.1.2 Waktu Penelitian


Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis melakukan penelitian sejak
bulan April 2018 sampai bulan Juni 2018.

3.2 Sifat dan Jenis Penelitian


Dalam bukunya, Sugiyono (2016: 35) menyatakan bahwa sifat penelitian terdiri
dari:
1. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.
2. Penelitian komperatif, yaitu penelitian yang bersifat membandingkan. Disini
variabelnya masih sama dengan variabel mandiri, tetapi untuk sampel yang
lebih dari satu atau dalam waktu berbeda.
3. Penelitian asosiatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan mengetahui antara
dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan tertinggi bila
dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komperatif.
Menurut Sugiyono (2016: 7) menyatakan terdapat beberapa jenis penelitian
antara lain:
1. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang

45
berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkat.
2. Penelitian kualitatif, adalah data yang berbentuk kata, skema dan gambar.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat asosiatif dengan melihat
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jenis penelitian ini
merupakan jenis kuantitatif yaitu penelitian yang diteliti menggunakan data sekunder,
data yang diambil tersebut yaitu laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Sesuai dengan karakter tersebut, penelitian kuantitatif yaitu penelitian
yang menerangkan secara sistematis fenomena–fenomena yang ada serta
hubungannya. Tujuannya mengembangkan dengan model–model matematis, teori
dan hipotesis yang dikaitkan dengan fenomena saat ini.

3.3 Sumber Data


Menurut Sugiyono (2016: 222) menyatakan dalam penelitian ada dua sumber
data yang tepat yang dapat digunakan oleh peneliti, yaitu:
1. Data primer, adalah data yang secara langsung diperoleh dari narasumber.
2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis.
Sumber data sekunder ini dapat berupa data primer yang telah diolah lebih
lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti tabel, grafik, gambar, dan data tertulis lainnya
sehingga lebih informatif.
Untuk keperluan penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yang
diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian tahun
2014 - 2018. Selain itu data diperoleh dengan membaca dan mempelajari buku-buku,
jurnal-jurnal ilmiah dan literatur-literatur dari kepustakaan yang berhubungannya
dengan objek penelitian. Keuntungan data sekunder ialah sudah tersedia, ekonomis,
dan cepat didapat sedangkan kelemahannya ialah tidak dapat menjawab secara
keseluruhan masalah yang sedang diteliti dan kurang akurasi karena data
dikumpulkan oleh orang lain untuk tujuan tertentu dengan metode yang tidak
diketahui. Berdasarkan klasifikasi pengumpulannya data yang digunakan adalah data
time series. Karena data ini di ambil dari 43 perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di BEI periode 2014-2018.

46
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Adapun teknik penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi dan
sampel. Pengertian dari populasi dan sampel itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2016: 215), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang
sudah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014-2018 yang berjumlah
43 perusahaan.
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing
di BEI Periode 2014-2018
No Kode Saham Nama Emiten
1 ADRO Adaro Energy Tbk.
2 ARII Atlas Resources Tbk.
3 ATPK Bara Jaya Internasional Tbk.
4 BORN Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk.
5 BRAU Berau Coal Energy Tbk.
6 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk.
7 BUMI Bumi Resources Tbk.
8 BYAN Bayan Resources Tbk.
9 DEWA Darma Henwa Tbk.
10 DOID Delta Dunia Makmur Tbk.
11 FIRE Alfa Energy Investama Tbk.
12 GEMS Golden Energy Mines Tbk.
13 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk.
14 HRUM Harum Energy Tbk.
15 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk.

47
16 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk.
17 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk.
18 MYOH Samindo Resources Tbk.
19 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk.
20 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
21 PTRO Petrosea Tbk.
22 SMMT Golden Eagle Energy Tbk.
23 TKGA Permata Prima Sakti Tbk.
24 TOBA Toba Bara Sejahtra Tbk.
25 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk.
26 ARTI Ratu Prabu Energy Tbk.
27 BIPI Benakat Integra Tbk.
28 ELSA Elnusa Tbk.
29 ENRG Energi Mega Persada Tbk.
30 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk.
31 MEDC Medco Energi Internasional Tbk.
32 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk.
33 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk.
34 CITA Cita Mineral Investindo Tbk.
35 CKRA Cakra Mineral Tbk.
36 DKFT Central Omega Resources Tbk.
37 INCO Vale Indonesia Tbk.
38 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk.
39 PSAB J Resources Asia Pasifik Tbk.
40 SMRU SMR Utama Tbk.
41 TINS Timah (Persero) Tbk.
42 CTTH Citatah Tbk.
43 MITI Mitra Investindo Tbk.
Sumber : www.idx.co.id

48
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2016: 216), mengatakan bahwa pengertian sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam
populasi.
Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara (hipotesis),
maka peneliti melakukan pengumpulan data pada objek tertentu, karena objek dalam
populasi terlalu luas, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut. Terdapat dua teknik dalam penarikan sampel, yaitu :
a. Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple random sampling, proportionate
stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan
cluster sampling.
b. Non Probability Sampling
Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, sampling sistematis, quota
sampling, incidential sampling, purposive sampling, sampling jenuh, dan
snowball sampling.
Penulis memilih salah satu teknik pengambilan sampel dengan dari non
probability sampling yaitu purposive sampling. Sugiyono (2016: 218) menyatakan
bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Adapun sampel yang diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan pertambangan yang listing di Bursa
Efek Indonesia pada periode 2014-2018.
2. Perusahaan pertambangan yang mempublikasikan data laporan keuangan yang
lengkap dan telah diaudit pada periode 2014-2018.

49
3. Perusahaan pertambangan yang telah melakukan Corporate Social
Responsibility pada periode 2014-2018.
4. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah
periode 2014-2018.

3.5 Operasional Variabel


3.5.1 Variabel Independen
Pengungkapan CSR diukur dengan proksi CSRDI (Corporate Social
Responsibility Disclosure Index) berdasarkan indikator GRI. Konsep GRI dipilih
karena lebih memfokuskan pada standar pengungkapan kinerja ekonomi, sosial, dan
lingkungan,dengan tujuan untuk meningkatkan kualitasdan pemanfaatan pelaporan
(Wariyanto, 2010). Penilaian akan dilakukan dengan membandingkan jumlah
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dengan jumlah pengungkapan yang
mengacu kepada indikator dalam GRI guidelines. Pengungkapanyang terdiri dari 79
item, meliputi :economic, environment, labor practice, humanrights, social, dan
product responsibility (GRI, 2006dalam Wariyanto, 2010). Apabila item
yangditentukan ditemukan dalam laporan tahunanmaka diberi skor 1, apabila tidak
ada makadiberi skor 0. Perhitungan jumlah index yang CSR (CSRI) adalah sebagai
berikut:

∑ 𝑋𝑖𝑗
𝐶𝑆𝑅𝐼𝑗 =
𝑛𝑗

CSRI j : Corporate Social Responsibility Disclosure Index Perusahaan j


Xij : criteria variable: 1 = jika item i diungkapkan: 0 = jika item i tidak
diungkapkan
nj : jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 79
Dengan demikian, 0≤ CSRIj ≤1

3.5.2 Variabel Dependen

50
Reaksi Pasar
a. Abnormal Return
Abnormal return merupakan selisih antara return sesungguhnya terjadi
denganreturn ekspektasi (expected return). Abnormal returnsering digunakan sebagai
dasar pengujian efisiensi pasar.Pasar dikatakan efisien jika tidak satu pun pelaku
pasar yang menikmatiabnormal returndalam jangka waktu yang cukup lama.
MenurutJogiyanto (2008), Abnormal return dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

𝐴𝑅𝑖𝑡 = 𝑅𝑖𝑡 − 𝐸 (𝑅𝑖𝑡 )

Keterangan :
ARit : abnormal return saham ke-i pada hari ke-t
Rit : return sesungguhnya yang terjadi pada saham ke-I hari ke t
E(Rit) : return ekspektasi saham ke-i hari ke-t
Untuk menghitung return sesungguhnya (Rit) dapat digunakan rumus sebagai berikut:

𝑃𝑖𝑡 − 𝑃𝑖𝑡−1
𝑅𝑖𝑡 =
𝑃𝑖𝑡−1

Keterangan :
Pit : Harga saham sekuritas ke-i pada hari ke-t
Pit-1 : Harga saham sekuritas ke-i pada hari ke-t-1
Untuk menghitung return ekspektasi pasar penelitian ini menggunakan
marketadjusted model, yang menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk
mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut.
(Randa dan Liman, 2012).

𝐸 (𝑅𝑖𝑡 ) = 𝑅𝑚𝑡
Dimana:

𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
𝑅𝑚𝑡 =
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1

51
Keterangan :
Rmt : Return aktual saham pada hari ke t
IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan ke t
IHSGt-1 : Indeks Harga Saham Gabungan ke t-1

b. Unexpected Trading Volume


Volume perdagangan saham merupakan indikator yang dapat digunakan untuk
melihat reaksi investor terhadap informasi pasar yang tercermin dari naik turunnya
volume saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Unexpected trading
volume dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑉𝐴𝑡 = 𝑃𝑆𝑖𝑡 − 𝑃𝑆𝑚𝑡

Keterangan :
VAt : volume perdagangan abnormal pada periode t.
PSit : persentase saham perusahaan I yang di perdagangkan pada periode t.
PSmt : persentase saham yang diperdagangkan dipasar keseluruhan pada periode t
Untuk persentase saham perusahaan i yang diperdagangkan pada periode t (PSit)
dapat dihitung sebagai berikut:

𝑆𝑖𝑡
𝑃𝑆𝐼𝑡 =
𝑆𝐵𝑖𝑡

Keterangan :
PSit : persentase saham perusahaan i yang diperdagangakan pada periode t
Sit :saham perusahaan i diperdagangkan di pasar pada periode t
SBit : jumlah saham perusahaan i yang beredar pada periode t
Sedangkan persentase saham yang diperdagangkan secara keseluruhan di pasar
(PSmt) dapat dihitung sebagai berikut:

𝑆𝑚𝑡
𝑃𝑆𝑚𝑡 =
𝑆𝐵𝑚𝑡

52
Keterangan :
PSmt : persentase saham yang diperdagangankan dipasar keseluruhan pada periode t
Smt : jumlah saham yang diperdagangkan di pasar keseluruhan pada periode t
SBmt : jumlah saham yang beredar dipasar keseluruhan pada periode t

3.6 Teknik Analisis Data


Untuk melakukan analisis data, penelitian ini dilakukan dengan bantuan
program komputer menggunakan software Microsoft Office Excel dan IBM SPSS
(Statistical Package For Social Science) versi 23. Berdasarkan permasalahan yang
telah dirumuskan, tujuan penelitian serta memperhatikan sifat-sifat data yang
dikumpulkan, maka analisis data dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Metode Analisis
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
linier berganda. Analisis regresi berganda menurut Sugiyono (2016: 277)
digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana
keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel
independen sebagai prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).
Teknik analisis ini sangat dibutuhkan dalam berbagai pengambilan
keputusan baik dalam perumusan kebijakan manajemen maupun dalam
telaah ilmiah. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini adalah
pengaruh reaksi investor dengan menggunakan variabel pengukur
abnormal return (X1) dan volume perdagangan (X2) terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan
pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia.
Y = a + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + + e
Keterangan :
Y : Corporate Social Responsibility

53
a : Konstanta
ß1- ß3 : Koefisien Regresi dari setiap variabel
independen
X1 : Reaksi (Abnormal return)
X2 : Reaksi (Volume perdagangan)
X3 : Kinerja Keuangan (Tobin’s Q)
e : error term
b. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Kuncoro (2004), koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel terikat. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model
regresi yang terbaik.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk menghasilkan model regresi yang
baik. Untuk menghindari kesalahan dalam pengujian asumsi klasik maka
jumlah sampel yang digunakan harus bebas dari bias (Ghozali, 2009).
Sedangkan Menurut Kuncoro (2013), Suatu model regresi yang valid harus
memenuhi kriteria BLUE (Best, Linear, Unbiased, and Estimated). Uji asumsi
klasik dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005), Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi
apakah variabel independent pada model regresi saling berkorelasi. Untuk
memenuhi kriteria BLUE, tidak boleh terdapat korelasi antara setiap variabel
independent pada model regresi. Apabila terjadi korelasi antara variabel
independent, maka variabel tersebut dapat dikatakan tidak ortogonal. Salah
satu cara untuk mendeteksi gejala multikolinearitas adalah dengan melihat

54
nilai tolerance value atau Variance Inflation Factor (VIF) dengan kriteria
keputusan sebagai berikut:
1) Apabila tolerance value > 0.1 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan
tidak terjadi gejala multikolinearitas antar variabel independent pada
model regresi.
2) Apabila tolerance value < 0.1 dan VIF > 10, maka dapat disimpulkan
terjadi gejala multikolinearitas antar variabel independent pada model
regresi.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mendeteksi apakah terjadi korelasi
antara residu pada periode saat ini (t) dengan residu pada periode satu
periode sebelumnya (t-1). Untuk memenuhi kriteria BLUE, model regresi
harus terbebas dari gejala autokorelasi. Khususnya masalah autokorelasi
cenderung terjadi pada penelitian dengan menggunakan data time series,
sementara itu sangat jarang terjadi pada penelitian dengan menggunakan
data cross section.
Menurut Ghozali (2009: 84), autokorelasi adalah keadaan dimana error
dari setiap variabel yang independen berkorelasi, dan uji autokorelasi
dilakukan untuk menguji apakah di dalam suatu model regresi terdapat
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Pengambilan keputusan mengenai
ada atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1) Bila nilai DW terletak antara angka -4 sampai 4 atau -4≤DW≤4, maka
koefisien pada regresi tidak terdapat autokorelasi.
2) Bila DW lebih rendah atau dibawah angka -4 (DW < -4), maka koefisien
pada regresi mengalami autokorelasi positif.
3) Bila nilai DW lebih besar atau di atas angka +4 atau DW >4, maka
koefisien pada regresi mengalami autokorelasi negatif.

55
Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara
data pengamatan, dimana munculnya suatu data dipegaruhi oleh data
sebelumnya. Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji
Durbin-Watson (DW test). Uji ini digunakan untuk autokorelasi tingkat satu
(first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta)
dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel
independen.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali,
2006). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari
grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen), yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu
Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi –
Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Imam Ghozali, 2006).
3. Uji Hipotesis
Dalam penelitian menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression)
harus dilakukan pengujian hipotesis yang digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat
yaitu dengan Uji Statistik t dan Uji Statistik F.
a. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual menerangkan variasi variabel terikat
(Ghozali, 2006). Pengujian parsial regresi dimaksudkan untuk mengetahui

56
apakah variabel bebas secara individual mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat dengan asumsi variabel yang lain itu konstan. Menurut
Juanda (2009: 133) menyatakan bahwa kriteria pengembalian keputusan
adalah:
1) Ho diterima jika t hitung < t table
2) Ho ditolak jika t hitung > t table
Ditinjau dari tingkat signifikan yaitu :
1) Tidak Berpengaruh Signifikan
Jika signifikan > alpha (0,05), maka Ho diterima dan hipotesis yang
diajukan (Ha) ditolak, artinya secara parsial dari variabel independen
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2) Berpengaruh Signifikan
Jika signifikan < alpha (0,05), maka Ho ditolak dan hipotesis yang
diajukan (Ha) diterima, artinya secara parsial dari variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis uji t yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ho1: Reaksi Investor (abnormal return) tidak berpengaruh terhadap
Corporate Social Responsibility
Ha1: Reaksi Investor (abnormal return)berpengaruh terhadap Corporate
Social Responsibility
Ho2: Reaksi Investor (volume perdagangan)tidak berpengaruh terhadap
Corporate Social Responsibility
Ha2: Reaksi (volume perdagangan)berpengaruh terhadap Corporate
Social Responsibility
b. Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 5 %. Apabila nilai F hasil
perhitungan lebih besar dari nilai F tabel maka hipotesis alternatif yang
menyatakan bahwa semua variabel independen secara stimultan

57
berpengaruh signifikan tehadap variabel dependen (Gunjarati, 2001).
Dasar pengambilan keputusan dari Uji F, yaitu:
1) Jika probabilitas (signifikansi)> 0,05 (α) atau F hitung < F tabel berarti
hipotesis tidak terbukti maka H0 diterima Ha ditolak bila dilakukan
secara simultan.
2) Jika probabilitas (signifikansi)< 0,05 (α) atau F hitung > F tabel berarti
hipotesis terbukti maka H0 ditolak dan Ha diterima bila dilakukan
secara simultan.
Hipotesis uji F yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ho: Reaksi Investor (abnormal return,volume perdagangan) tidak
berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility
Ha: Reaksi Investor (abnormal return,volume perdagangan) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility

58
DAFTAR PUSTAKA

Astuti dan Nugrahanti (2015), “Pengungkapan Corporate Social Responsibility


Terhadap Reaksi Pasar”, Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan,
Nopember 2015, Hlm: 90 – 105 Vol. 4, No. 2.
Awuy et al., (2016), ”Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR) Terhadap Earnings Response Coefficient (ERC) (Suatu Studi Empiris
Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada
Tahun 2010-2013)”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 18, No. 1, Mei 2016,
15-26.
Cheng dan Christiawan(2011), “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibilty terhadap Abnormal Return”,Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Volume 13, No.1, Mei 2011.
Global Reporting Initiatives. 2000. Pedoman Laporan Berkelanjutan. From
https://www.globalreporting.org/reporting/reporting-framework-
overview/pages/default.aspx
Setiawan et al., (2018),“Dampak Karakteristik Dewan Direksi Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan
Pertambangan di Indonesia”, Jurnal Ilmiah Manajemen (MIX), Vol. VIII, No.
1, Feb 2018, 1-15.
Yuliana et al., (2008), “Pengaruh Karakteristik Perusahaan
TerhadapPengungkaapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya Terhadap Reaksi Investor”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan
IndonesiaVolume 5 - Nomor 2, Desember 2008
Zuhroh, D. dan Sukmawati IPPH., (2003), “Analisis Pengaruh Pengungkapan Sosial
dalam Laporan Tahunan Perusahaan terhadap Reaksi Investor”,
SimposiumNasional Akuntansi VI, Surabaya.

59
RESUME HASIL SEMINAR KEUANGAN PROPOSAL SKRIPSI

“ Pengaruh Reaksi Investor Terhadap Pengungkapan Corporate


Social Responsibility Pada Perusahaan Pertambangan yang Listing di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-1018”

A Waktu dan Tempat Kegiatan :


Hari / Tanggal : Selasa, 26 Juni 2018
Jam : 09:00
Tempat : Ruang 102, Gd. F (Akuntansi). Politeknik Negeri Jakarta

B Tema Seminar :
“Pengaruh Reaksi Investor Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Pada Perusahaan Pertambangan yang Listing di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-1018”

C Nara Sumber :
Laras Marwaningtyas, Rizka Meiliana Ayu, Wahyu Budiyanti, dan Yuspadlila
Hanifa
Judul Artikel : “Pengaruh Reaksi Investor Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Pertambangan yang
Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-1018”

D Peserta Seminar :
Seminar proposal skripsi ini diikuti oleh 25 orang mahasiswa manajemen
keuangan kelas MK6B.

E Jalannya Seminar :
Seminar proposal skripsi ini berlangsung aman, tertib dan lancar tanpa adanya
gangguan taknis maupun keamanan.

F Kesimpulan / Hasil Seminar :


Setelah mendengarkan, menyimak dan mendiskusikan materi yang dipaparkan
oleh narasumber, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1 Penelitian yang dilakukan penulis pada perusahaan pertambangan dimaksud
karena memang ada banyak sekali kasus dan permasalahan yang
ditimbulkan dari adanya kegiatan pertambangan. Perusahaan pertambangan

60
sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya alam, sehingga
lebih sering terpapar konflik dengan masyarakat terkait dengan dampak
sosial dan lingkungan dari operasi pertambangan. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk mengambil sample data pada perusahaan pertambangan di
Indonesia.
2 Program CSR merupakan suatu bentuk kewajiban yang harus dilakukan
oleh suatu perusahaan. Hal tersebut ditetapkan dalam UU No. 40/2007 dan
UU No. 25/2007. Penerapan program CSR merupakan slah satu bentuk
implementasi dan konsep tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance).
3 Pengungkapan program CSR dinilai berdasarkan penilaian terhadap indeks
GRI. GRI (Global Reporting Intiative) merupakan sebuah jaringan berbasis
organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak
menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk
terus-menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia. Di
dalam Indeks GRI terdapat 3 fokus utama yang menjadi penilaiannya, baik
itu dari segi indikator ekonomi, sosial, dan lingkungan, Sehingga peneliti
memilih indeks GRI sebagai acuan dalam penilaian pengungkapan program
CSR yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
4 Diharapkan dengan adanya penelitian ini kita semua dapat mengetahui
adanya pengaruh yang ditimbulkan dari reaksi investor terhadap
pengungkapan CSR khususnya pada perusahaan sector pertambangan.

Notulensi
Selasa, 26 Juni 2018

( Tim Penyusun )

61

Anda mungkin juga menyukai