178 401 1 PB
178 401 1 PB
178 401 1 PB
PARADIGMA PEMERINTAHAN”
DISUSUN OLEH
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Paham yang beranggapan bahwa dunia ini seluas daun kelor agaknya
relevan dengan situasi saat ini yaitu globalisasi. Kita dapat berinteraksi dengan
siapa pun di dunia ini tanpa benturan ruang dan waktu. Hal ini sebagai akibat
dari berkembangnya teknologi terutama Teknologi Informasi/Information
Technology (IT). Hal ini sejalan dengan pemikiran Tapscott (1996, dikutip dalam
Everard, 2000, h. 3 dalam Setiono 2004, 222): “Today we are witnessing the
early turbulent days of revolution as significant as any other in human history. A
new medium of human communications is emerging, one that may proove to
surpass all previous revolutions-the printing press, the telephone, the TV, the
computer-in its many impact in our economic and social relationships has
occurred only handfull of times before in this planet...”
1
dukungan yang signifikan dan kompetitif bagi para konsumernya (individu,
komunitas bisnis, masyarakat, dan stakeholders yang lain). (Indrajit, 2000: X).
Secara teoritis, kebijakan publik lahir akibat adanya suatu problem yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat. Namun tidak semua problem dapat menjadi
sebuah kebijakan. “Sebuah problem harus didefinisikan, distrukturisasi,
diletakkan dalam batas-batas tertentu dan diberi nama. Bagaimana proses ini
terjadi merupakan hal krusial bagi penanganan suatu problem tertentu melalui
kebijakan. Kata dan konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan,
menganalisis, atau menggolong-golongkan suatu problem akan membingkai dan
2
membentuk realitas yang akan kita hadapi untuk “dipecahkan,” realitas tempat di
mana suatu kebijakan akan kita terapkan. ....Nilai, kepercayaan, kepentingan,
dan akan mempengaruhi bagaimana kebijakan akan diputuskan di tempat
kebijakan diimplementasikan.
3
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.3 Tujuan
Selain untuk memenuhi tugas kuliah, tujuan penulisan makalah ini antara
lain sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui serta memahami maksud dari mewirausahakan
birokrasi.
1.3.2 Untuk memahami alasan kita membutuhkan kewirausahaan
dalam birokrasi.
1.3.3 Untuk memahami dan mengetahui cara dalam mewirausahakan
birokrasi pemerintah daerah di Era Good Local Governance
1.3.4 Untuk memahami serta mempelajari bentuk-bentuk dari
transformasi kewirausahaan dalam birokrasi
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja peran yang dilakukan pemerintah
dalam Era Globalisasi
1.3.6 Untuk mengetahui serta memahami paradigma pemerintahan
dalam Era Globalisas
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Mewirausahakan birokrasi sangatlah tepat diterapkan pada pendekatan
New Public Manajemen (NPM) dimana orientasi birokrasi yang lebih demokratis
dan fleksibel tergantung pada perkembangan masyarakat, adanya tingkat rasio
yang tinggi, dan masyarakat mempunyai posisi tawar yang tinggi dalam
menerima pelayanan publik.
Dalam artikel dari Victor Nee ( 2005) berjudul The New Institutionalisms in
Economics and Sociology. P. 49-74. In the Handbook of Economic Sociology
(Neil J. Smelser and Richard Swedberg, Editors). 2nd Edition. Princeton
University Press, Princeton. 736 pages, (lihat bagan terlampir).
6
Terungkap bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari suatu negara
dapat bersumber dari birokrasi pemerintahan yang kompeten, bersih—tidak
korupsi, memiliki norma dan sasaran jangka panjang yang terukur, dan hal-hal
lain yang apabila diurutkan akan memiliki reaksi berantai sebagai berikut:
7
pemerintah federal dalam menyikapi permasalahan yang sedang dihadapi pada
saat itu.
Apa yang terjadi pada pemerintahan Amerika Serikat pada saat itu
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kondisi Indonesia saat ini yang sedang
mengawali era GLG dimana sebagian wewenang pemerintah pusat
didelegasikan pada pemerintahan di daerah. Di GLG, pejabat negara (di daerah)
harus kreatif, mandiri dan inovatif dalam melaksanakan tugas-tugas
kepemerintahannya karena inti dari otonomi daerah ialah keleluasaan dan
kebebasan lebih luas untuk menggali dan mengolah aset-aset alamiahnya.
Mereka akan lebih banyak bekerjasama langsung dan lebih luas dengan swasta.
Hal inilah yang menjadi cakupan dalam Reinventing Government yang sering
disebut juga dengan Mewirausahakan Birokrasi.
Permasalahan yang sering muncul dalam memahami reinventing government
adalah adanya anggapan bahwa dengan adanya konsep mewirausahakan
birokrasi tersebut berarti kantor dinas/ instansi di Pemerintahan Daerah (pemda)
dituntut untuk “berbisnis” agar dapat memberi nilai tambah untuk PAD. Padahal,
maksud yang sebenarnya adalah memberdayakan institusional. Bukan
menciptakan “pengusaha” dalam lingkungan birokrasi pemerintahan.
8
swasta dalam menangani urusan-urusan yang dimonopoli pemerintah,
seperti air minum, listrik, dan telepon.
4. Unit-unit pemerintahan sebagai lembaga yang bertugas mewujudkan misi
harus lebih diberi kebebasan dalam berkreasi dan berinovasi. Untuk itu,
petunjuk pelaksanaan yang kaku dan mengikat harus dihindarkan, baik
mengenai keuangan, kepegawaian, maupun pelayanan kepada
masyarakat.
5. Pemerintah harus lebih mementingkan hasil yang akan dicapai daripada
terlalu memfokuskan pada faktor masukan (input). Misalnya, pemberian
bantuan untuk suatu sekolah haruslah lebih didasarkan kepada kinerja
dan produktivitasnya daripada jumlah muridnya.
6. Pemerintah sebagai pelayan masyarakat harus lebih mementingkan
terpenuhinya kepuasan pelanggan, bukannya memenuhi apa yang
menjadi kemauan birokrasi itu sendiri. Untuk itu, cara-cara baru dalam
memikat pelanggan harus dilakukan.
7. Pemerintah sebagai suatu badan usaha harus pandai mencari uang dan
tidak hanya bisa membelanjakannya. Oleh karena itu, cara-cara mencari
sumber penghasilan yang baru dan menggalakkan investasi harus selalu
menjadi pemikiran para manajer pemerintahan.
8. Pemerintah sebagai lembaga yang memiliki daya antisipatif harus mampu
mencegah daripada hanya menanggulangi masalah. Misalnya soal
kebakaran, dengan memakai prinsip ini, bukan mobil pemadam
kebakaran yang dibeli terus tetapi supervisi/ pengawasan terhadap
bangunan yang harus ditingkatkan.
9. Pemerintah harus menggeser pola kerja hierarki yang dianut ke model
kerja partisipasi dan kerja sama. Misalnya, rantai organisasi yang panjang
dan ‘gemuk’ harus dikurangi, struktur organisasi yang tebal harus
ditipiskan, dan gugus kendali mutu harus dikembangkan.
10. Pemerintah sebagai pihak yang berorientasi pada pasar harus berusaha
mengatrol perubahan lewat penguasaannya terhadap mekanisme pasar.
Misalnya, dalam menangani sampah yang berasal dari botol minuman,
daripada membiayai usaha daur ulang yang mahal, lebih baik pemerintah
mensyaratkan pengusaha minuman untuk membayar setiap pembeli
yang mengembalikan botolnya.
9
Berdasarkan kesepuluh cara tersebut, tidak dapat dihindari bahwa upaya
mewirausahakan birokrasi akan berdampak pada perubahan-perubahan
(reformasi) dalam instansi Pemda. Perubahan yang dilakukan adalah dalam
rangka melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap mekanisme birokrasi-
wirausaha di setiap lapisan birokrasi. Perubahan tersebut dapat berupa
debirokratisasi, deregulasi, rekonstruksi pemerintahan daerah, reposisi instansi-
instansi, bahkan rasionalisasi pegawai. Dalam perkembangannya, upaya-upaya
penyesuaian tersebut harus dapat menjamin terciptanya produktivitas dan
efisiensi kerja Pemda yang maksimal.
a. Landasan Makro
Adapun landasan makro yang dimaksud adalah merubah regulasi
kepegawaian, pola pikir, budaya, dan nilai-nilai kerja para PNS agar mereka
bertransformasi menjadi PNS sebagai pelayan masyarakat yang produktif dan
kompetitif. Selain itu, harus dipastikan keberlangsungan berjalannya sistem yang
baik, sehingga terjadi perubahan positif menuju perbaikan kualitas pelayanan
publik secara terus-menerus. Dalam tataran praktek, upaya peningkatan kualitas
pelayanan publik dapat dilakukan melalui pengembangan model-model
pelayanan publik seperti model contracting out dan franchising.
Adapun dalam model contracting out, pemerintah memegang peran
sebagai pengatur, sedangkan pelayanan publik dilaksanakan oleh swasta
melalui suatu proses lelang. Untuk model franchising, pemerintah menunjuk
pihak swasta untuk dapat menyediakan pelayanan publik tertentu yang diikuti
dengan price regularity untuk mengatur harga maksimum.
10
b. Landasan Mikro
11
2.5 Peran Pemerintah Dalam Era Globalisasi
12
Guido Bertucci dan Adriana Alberti dalam tulisannya menyebutkan ada
empat kekuatan utama yang mengendalikan di belakang meningkatnya saling
ketergantungan :
13
Perubahan Peran Negara.
Kondisi nyata yang terjadi di Indonesia pada saat ini akibat dampak
Globalisasi adalah terpuruknya perekonomian negara sejak krisis moneter pada
tahun 1997 sampai saat ini, tingkat pertumbuhan menurun dengan drastis,
pengangguran bertambah banyak, karena bertambahnya karyawan yang
mengalami PHK akibat banyaknya perusahaan baik nasional maupun regional
yang tidak mampu lagi bersaing dengan perusahaan asing akibat lemahnya daya
saing secara nasional, kemampuan daya beli masyarakat juga menurun, jumlah
penduduk miskin bertambah setiap tahunnya, anak-anak putus sekolah dan yang
tidak dapat melanjutkan sekolah juga bertambah, masalah kebutuhan dasar dan
kebutuhan pokok menjadi sulit didapatkan, sektor perbankkan juga mengalami
kesulitan dengan likuiditas , adanya ketidakstabilan tingkat suku bunga, maka
untuk mengatasinya yaitu dengan cara berusaha meningkatkan daya saing
secara nasional didalam menghadapi gelombang globalisasi ekonomi melalui
perubahan dan pergantian peran pemerintah yang selama ini belum mengadopsi
dan berinovasi dengan situasi dunia, sejalan dengan apa yang disampaikan oleh
Dennis A. Rondinelli ( Promoting National Competitiveness in a Globalization
Economy : The State Changing Roles ) :
“Globalisasi ini, selama lebih dari dua dekade, telah mengubah "aturan
permainan" bangsa-bangsa dalam persaingan perdagangan internasional dan
investasi. Peran negara sebagai pusat perencana dan kontrol dari perekonomian
nasional, sebagai dasar penyedia barang dan jasa, dan sebagai mesin
pertumbuhan ekonomi, yang sebagian besar telah discredited sebagai fungsi
efektif karena pemerintah ingin meningkatkan daya saing nasional dalam
ekonomi global”.
14
Rondinelli juga menyatakan tentang peran negara antara lain :
15
Contohnya yaitu Melalui:
Globalisasi yang bergerak ke arah interaksi yang lebih besar, integrasi dan
saling ketergantungan di antara masyarakat dan organisasi di seluruh wilayah
negara.
16
dan juga akses kecepatan dan kemudahan dalam bertransaksi.Penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah semakin meluas. Hal tersebut
merupakan dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menghasilkan manfaat positif
bagi kehidupan manusia dan memberikan banyak kemudahan, seperti
kemudahan dalam berinteraksi dan memperoleh informasi.
17
tetapi pemerintah tidak hanya melaksanakan undang-undang tetapi berfungsi
juga untuk merealisasikan kehendak negara dan menyelenggarakan kepentingan
umum (public service). Perubahan paradigma pemerintahan dari penguasa
menjadi pelayanan, pada dasarnya pemerintah berkeinginan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat.
18
Pentingnya data yang valid dalam proses formulasi, implementasi, dan
evaluasi akan sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan organisasi.
Penggunaan IT dalam proses kebijakan adalah antara pemerintah
dengan stakeholders dapat saling mengakses informasi/data yang nantinya akan
digunakan dalam formulasi kebijakan publik. Misalnya suatu Pemda ingin
membuat RS/Puskesmas, tentu akan membutuhkan dana yang valid tentang
jumlah penduduk, tingkat kelahiran, rata-rata orang sakit yang menggunakan
jasa RS/Puskesmas tiap tahun, dan data penting lainnya.
Road to E-Government
19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Adapun saran untuk pembahasan kali ini adalah diperlukannya beberapa hal
berikut :
20
DAFTAR PUSTAKA
21