Tafsir Al-Bayan - Hasbi Ash-Shiddieqiy
Tafsir Al-Bayan - Hasbi Ash-Shiddieqiy
Tafsir Al-Bayan - Hasbi Ash-Shiddieqiy
1
PEMBAHASAN
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Hasbi. Lihat juga Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqh
Indonesia: Penggagas dan Gagasannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 3.
2
Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqh Indonesia: Penggagas dan Gagasannya, hlm. 7-8.
2
dua tahun untuk mempelajari hadis dan fiqh. Pada tahun 1920, Hasbi mendapatkan
syahada bahwa ilmunya telah cukup untuk mendirikan pesantren sendiri.3
Suatu ketika, Hasbi bertemu dengan Syeikh Muhammad ibn Salim al-Kalili,
seorang tokoh pembaharu pemikiran Islam Indonesia. Melalui Syeikh al-Kalili,
beliau mendapat kesempatan membaca kitab-kitab yang ditulis oleh tokoh-tokoh
pembaharu pemikiran Islam. Beliau juga berkesempatan mebaca majalah-majalah
yang menyuarakan suara-suara pembaharu yang diterbitkan di Singapura, Pulau
Pinang, dan Padang. Beliau juga mendiskusikan konsep dan tujuan pembaharuan
pemikiran Islam bersama Syeikh al-Kalili. Selanjutnya, Syeikh al-Kalili
mengajurkan Hasbi untuk melanjutkan studinya di perguruan al-Irsyad. Pada tahun
1926, Hasbi Ash-Shiddieqiy berangkat ke Surabaya untuk melanjutkan
pendidikannya di perguruan al-Irsyad, sebuah organisasi keagamaan yang didirikan
oleh Syekh Ahmad al-Surkati. Disini, beliau menekuni bahasa Arab selama satu
tahun setengah.4
3
Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqh Indonesia: Penggagas dan Gagasannya, hlm. 13.
4
Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqh Indonesia: Penggagas dan Gagasannya, hlm. 15-16.
5
Lihat Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqh Indonesia: Penggagas dan Gagasannya, hlm. 16.
6
Saiful Amin, “Studi Perbandingan Tafsir al-Nur dan Tafsir al-Bayan Karya Hasbi Ash-
Shiddieqy” (Yogyakarta: Skirpsi Ushuluddin dan Pemikiran Islam, 2004), hlm. 22-26. Lihat juga
https://id.wikipedi.org/wiki/Muhammad_Hasbi
3
1. Tafsir dan Ilmu al-Qur’an
a. Beberapa Rangkaian Ayat
b. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an
c. Tafsir al-Qur’an al-Majid al-Nur
d. Tafsir al-Bayan
e. Mukjizat al-Qur’an
f. Ilmu-ilmu al-Qur’an: Media Pokok Dalam Menafsirkan al-Qur’an
2. Hadis
a. Beberapa Rangkuman Hadis
b. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis
c. 2002 Mutiara Hadis
d. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis
e. Problematika Hadis sebagai Dasar Pembinaan Hukum Islam
f. Koleksi Hadis-hadis Hukum
g. Rijalul Hadis
h. Sejarah Perkembangan Hadis
3. Fiqih
a. Syari’at Islam Menjawab Tantangan Zaman
b. Peradilan dan Hukum Acara Islam
c. Zakat Sebagai Salah Satu Unsur Pembinaan Masyarakat Sejahtera
d. Asas-asas Hukum Tatanegara Menurut Syari’at Islam
e. Perbedaan Matha Tidak Mengharuskan Kita Berlainan Pada Memulai Puasa
f. Ushul Fiqh: Sekitar Ijtihad bi al-Ra’yi dan Jalan-jalannya
g. Beberapa Problematika Hukum Islam
h. Pidana Mati Dalam Syari’at Islam
i. Sebab-sebab Perbedaan Faham Para Ulama Dalam Menetapkan Hukum Islam
j. Fakta-fakta Keagungan Syari’at Islam
k. Ruang Lingkup Ijtihad Para Ulama Dalam Membina Hukum Islam
l. Dinamika dan Elastisitas Hukum Islam
4
C. Latar Belakang Penulisan Tafsir al-Bayan
Kitab Tasir al-Bayan,7 merupakan kitab tafsir kedua yang ditulis oleh Hasbi
setelah menulis kitab tafsir pertamanya, tafsir al-Nur.8 Sebagiaman disebutkan di
dalam muqadimahnya:
7
Dalam mukadimahnya ditulis pada tahun 1966 dan diterbitkan pada tahun 1974.
8
Ditulis pada tahun 1952 dan diterbitkan pada tahun 1956. Lihat Saiful Amin, “Studi
Perbandingan Tafsir al-Nur dan Tafsir al-Bayan Karya Hasbi Ash-Shiddieqy” (Yogyakarta: Skripsi
Fakultas Usshuluddin dan Pemikiran Islam, 2004), hlm. 30.
9
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid I (Bandung: al-Ma’arif, 1974), hlm. i.
10
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid I, hlm. i.
11
Howard M. Federspiel, Kajian al-Qur’an d Di Indonesia terj. Tajul Arifin (Bandung: Mizan,
1996), hlm. 137.
5
1. Prof. Hasbi Ash-Shiddieqiy memulai tafsir ini dengan menyajikan varian materi-
materi yang terkait dengan al-Qur’an. Hal yang mungkin tidak ditemukan dalam
kitab tafsir lainnya. Berikut materi-materi tersebut:
a. Catatan tentang teknik penerjemahan
b. Jazirah Arab sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw
c. Muhammad Rasullah
d. Al-Qur’an al-Majid, mencakup: nama-nama, definisi, makki dan madani.
e. Hikmah diturunkannya al-Qur’an secara berangsur-angsur
f. Hukum-hukum dalam al-Qur’an
g. Kemukjizatan al-Qur’an
h. Sejarah turunnya al-Qur’an
i. Sejarah pengumpulan al-Qur’an
j. Penafsiran al-Qur’an: metode dan upaya-upaya masa lampau
k. Penerjemahan al-Qur’an
l. Nasakh dalam al-Qur’an
m. Ketentuan-ketentuan membaca dan mendengarkan al-Qur’an
n. Qira’ah
o. Kamus tentang istilah-istilah yang digunakan dalam al-Qur’an.
Tafsir al-Bayan ini sangat kental sekali akan nuansa kebahasaan. Prof.
Hasbi Ash-Shiddieqiy menekankan akan pentingnya menterjemahkan makna
lafadz dan menterjemahkan kalimat-kalimat, baik di awal ayat, dipertengahan,
maupun di akhir ayat. Serta menterjemahkan kalimat-kalimat yang mempunyai
dua terjemahan.12 Contohnya QS. Al-Baqarah ayat 6-8:
12
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid I, hlm. 1.
6
Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja terhadap mereka, apakah sudah
kamu berikan peringatan ataukah belum; mereka tidak beriman. Karena Allah
menancapkan (menutup mati) kalbu (akal) mereka; dan atas penglihatan mereka
ada tutup. Dan bagi mereka siksa yang besar (berat). Dan – ada – diantara
manusia orang yang berkata: kami mengimani hari akhir, padahal mereka itu
sekali bukan orang-orang yang beriman.
Beberapa lafadz dalam ayat di atas dijelaksan oleh dalam catatan kaki:13
13
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid I, hlm. 189-190.
7
Makna yang kami terangkan ini lebih tepat. Baca ayat 21, 25, surat 70:
al-Ma’arij.14
14
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid IV, hlm. 1645-1648.
8
membolehkannya menghususkan ayat ini dengan hadis ahad.
Ayat ini mengumpulkan segala yang mubah.15
4. Meringkas ungkapan-ungkapan pokok dalam al-Qur’an
Misalnya surat an-Nisa memuat:
a. Kesetaraan manusia.
b. Keharusan wali anak yatim memelihara harta anak yatim dengan sebaik-
baiknya.
c. Keharusan berlaku adil kepada para istri dan tentang batasan jumlah istri
yang diperbolehkan.
d. Keharusan membayar mahar.
e. Masa penyerahan harta anak yatim kepada mereka.
f. Hak harta waris bagi anak yatim dan para wanita.
g. Perincian harta waris.
h. Hukuman bagi pezina.
i. Taubat yang diterima Allah.
j. Tidak hahal menjadikan istri sebagai harta waris.
k. Wanita yang halal dan haram dinikahi.
E. Sumber Penafsiran
15
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid II, hlm. 522-523.
16
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid IV, hlm. 1371.
9
hamba-Nya yang beriman dan yang mengerjakan amal-amal shalih. Katakanlah
olehmu ‘Aku tidak akan memintakan upah kepadamu terhadap seruanku ini,
melainkan kamu mengasihani akan daku, karena mengingat kerabatan kita.” dengan
merujuk kepada Shahih Bukhari nomor 1643, serta merujuk pada kitab Minhaj al-
Sunnah karya Ibnu Taimiyah.17
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan kitab tafsir, paling tidak ada tiga model sistematika
penulisan. Pertama, sistematika mushafi, yaitu model yang berpedoman pada
susunan ayat atau surat dalam mushaf. Kedua¸ sistematika nuzuli atau zamani, yaitu
berasarkan kronologi turunnya ayat atau surat. Ketiga, sistematika maudhu’i,
berdasarkan tema-tema tertentu.22
17
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid IV, hlm. 1285-1286.
18
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid IV, hlm. 1474.
19
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid IV, hlm. 1445.
20
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid IV, hlm. 1299.
21
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid IV, hlm. 1476.
22
Amin al-Khulli, Manhaj fi al-Nahwi wa al-Balagha wa al-Tafsir wa al-Adab (Mesir: Darul
Ma’rifah, 1961), hlm. 300-306.
10
dengan surat sebelumnya.23 Lalu menuliskan beberapa ayat yang akan ditafsirkan,
dengan memberikan tema kecil dalam menafsirkan beberapa ayat, misalnya tema
“Keharusan mengembalikan segala rupa pertengkaran kepada ketetapan Allah dan
hikmat al-Qur’an diturunkan”.24 Kemudian penjelasan makna ayat diletakkan pada
catatan kaki.
G. Metodologi Penafsiran
23
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid I, hlm. 185-186.
24
Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Bayan Jilid IV, hlm. 1279.
25
Ahmad Izza, Metodologi Ilmu Tafsir (Bandung: Tafakur, 2011), hlm. 103-116.
11
H. Aspek Keindonesiaan
Hal pertama yang menunjukkan bahwa kitab tafsir al-Bayan ini yang
mengedepankan aspek keindonesian adalah penggunaan bahasa indonesia. Hal ini
berbeda dengan tafsir Faid al-Rahman karya KH. Shaleh Darat, ataupun al-Ibriz
karya Bisri Mustafa serta al-Iklil fi Ma’ani Tanzil karya Misbah Mustafa dimana
ketiga mufassir tersebut menggunakan huruf Pegon26 dalam menafsirkan al-Qur’an
yang menunjukkan aspek lokalitas. Berangkat dari kedua corak ini, maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan bahasa dalam menafsirkan al-Qur’an di Indonesia
dapat dibagi dalam dua kategori. Pertama, corak kedaerahan, yaitu penggunaan
bahasa daerah dalam menafsirkan al-Qur’an. Kedua, corak keindonesiaan, yakni
penggunaan bahasa indonesia dalam menafsirkan al-Qur’an.
26
Huruf Pegon adalah huruf Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa juga Bahasa
Sunda. Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Pegon
12