SWK Kota Bandung
SWK Kota Bandung
SWK Kota Bandung
Dimana:
Suatu kota dengan segala aktivitas yang ada di dalamnya akan mengalami
perkembangan atau perubahan dari waktu ke waktu. Aktivitas sosial, ekonomi,
bahkan politik di suatu kota dapat mempengaruhi bentuk dan struktur kota yang ada
dan sudah lama terbentuk. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan tersebut pasti
membutuhkan lahan. Jika suatu kota dibangun tanpa perencanaan yang baik maka
penggunaan lahan tersebut secara langsung akan mengakibatkan bentuk dan
struktur kota yang baru, dan ini akan berpengaruh pula pada aspek–aspek lain di
dalam kota tersebut.
Bentuk Kota
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kota adalah bentuk
dan pola kota. Pola suatu kota tersebut dapat menggambarkan arah
perkembangan dan bentuk fisik kota. Ekspresi keruangan morfologi kota secara
umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu bentuk kompak dan bentuk tidak kompak
(Yunus, 2000: 14).
1. Bentuk kompak mempunyai 7 macam bentuk, yaitu:
a. Bujur sangkar (the square cities)
Bujur sangkar menunjukkan sesuatu yang murni dan rasionil, merupakan bentuk
yang statis, netral dan tidak mempunyai arah tertentu. Bentuk bujur sangkar
merupakan bentuk kota yang bercirikan dengan pertumbuhan di sisi-sisi jalur
transportasi dan mempunyai kesempatan perluasan ke segala arah yang relatif
seimbang dan kendala fisikal relatif yang tidak begitu berarti. Hanya saja adanya
jalur transportasi pada sisi-sisi memungkinkan terjadinya percepatan
pertumbuhan area kota pada arah jalur yang bersangkutan.
b. Kipas (fan shaped cities)
Bentuknya sebagian lingkaran, arah ke luar kota mempunyai perkembangan yang
relatif seimbang.
c. Empat persegi panjang (the rectangular cities)
Merupakan bentuk kota yang pertumbuhannya memanjang sedikit lebih besar
daripada melebar, hal ini dimungkinkan karena adanya hambatan-hambatan
fisikal terhadap perkembangan area kota pada salah satu sisinya.
d. Pita (ribbon shaped cities)
Merupakan bentuk kota dengan peran jalur transportasi yang dominan,
terbentuk pola kota yang memanjang.
e. Bulat (rounded cities)
Merupakan bentuk kota yang paling ideal, karena jarak dari pusat kota keluar
kota hampir sama. Selain itu perkembangan pembangunan keluar kota terjadi
secara cepat.
f. Gurita/bintang (octopus shaped cities)
Merupakan bentuk kota yang jalur transportasinya mirip seperti ribbon shaped
city, hanya saja pada bentuk gurita jalur transportasi tidak hanya satu arah saja,
tetapi keberbagai arah keluar kota.
g. Tidak berpola (Unpattern cities)
Kota dengan pola demikian merupakan kota yang terbentuk pada suatu daerah
dengan kondisi geografis yang khusus, yaitu daerah dimana kota tersebut telah
menciptakan latar belakang khusus dengan kendala-kendala pertumbuhan
sendiri.
n. 2. Bentuk tidak kompak mempunyai empat macam bentuk, yaitu:
a. Berantai (chained cities). Merupakan bentuk kota terpecah tapi hanya
terjadi di sepanjang rute tertentu. Kota ini seolah-olah merupakan mata
rantai yang dihubungkan oleh rute transportasi, sehingga peran jalur
transportasi sangat dominan.
b. Terpecah (fragment cities). Merupakan bentuk kota dimana perluasan
areal kota tidak langsung menyatu dengan induk, tetapi cenderung
membentuk exclaves (umumnya berupa daerah permukiman yang berubah
dari sifat perdesaan menjadi sifat perkotaan).
c. Terbelah (split cities). Merupakan bentuk kota kompak namun terbelah
perairan yang lebar. Kota tersebut terdiri dari dua bagian yang terpisah yang
dihubungkan oleh jembatan-jembatan.
d. Satelit (stellar cities). Merupakan bentuk kota yang didukung oleh
majunya transportasi dan komunikasi yang akhirnya tercipta bentuk kota
megapolitan. Biasa terdapat pada kota-kota besar yang dikelilingi oleh kota-
kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala penggabungan antara kota besar
utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan morfologi
kotanya mirip “telapak katak pohon”.
o. Pola Kota
Pola suatu kota sangat berpengaruh dalam perkembangan fisik kota. Terdapat
lima jenis pola kota antara lain:
1. Pola Kota Radio konsentris (Ring Radial). Bentuk kota ini memiliki pusat
di tengah kota dengan tujuan agar dapat melayani daerah sekitarnya dari
segala arah. Pola ini biasanya diterapkan pada kota-kota kerajaan.
2. Pola Kota Linier. Ciri-ciri dari pola ini antara lain: pusat tidak jelas,
tumbuh di sekitar jaringan jalan yang ada dan biasanya terdapat di kota-kota
pantai.
3. Pola Kota Grid (Rectalinier). Ciri-ciri dari penggunanan pola ini antara
lain: pusat kota biasanya terdapat disembarang tempat, tidak memiliki
jenjang, penggunaan tanah efisien dan optimal, banyak jalan dan
persimpangan.
4. Pola Satelit. Merupakan kota-kota kecil yang masih tergantung pada kota
induknya. Fungsi kota ini sebagai: kota tidur (dormitory city), kota kampus
dan kota hiburan (entertaint city)
5. Pola Kota Constalation. Kota ini merupakan kota-kota kecil yang tidak
memiliki kota induk. Bentuk kota ini ditentukan oleh struktur kota itu sendiri
ditentukan oleh elemen-elemen kota dan zoning.
p. Urban Sprawl
Perkembangan fisik kota yang tidak beraturan menyebabkan perubahan
bentuk kota. Secara garis besar terdapat tiga jenis proses perluasan areal
kekotaan atau urban sprawl. (Yunus, 2000: 125)
1. Perembetan konsentris, merupakan jenis perembetan areal kekotaan yang
paling lambat. Perembetan berjalan perlahan-lahan terbatas pada seluruh
bagian luar kenampakan fisik kota. Membentuk suatu kenampakan morfologi
kota yang relatif kompak sehingga peran transportasi terhadap perembetan
konsentris ini tidak begitu besar.
2. Perembetan memanjang, menunjukkan ketidakmerataan perembetan
areal kekotaan di seluruh bagian sisi-sisi luar dari pada daerah kota utama.
Perembetan paling cepat terlihat di sepanjang jalur transportasi yang ada,
khususnya yang bersifat menjari (radial) dari pusat kota.
3. Perembetan meloncat. Perkembangan lahan kekotaan terjadi berpencaran
secara sparadis dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian sehingga
keadaan yang demikian sangat menyulitkan Pemerintah Kota untuk
membangun prasarana-prasarana fasilitas kebutuhan hidup sehari-hari.
Pembahasan karakteristik kota menurut Melville C. Branch ditinjau dari 3 aspek diantaranya
kota secara fisik, sosial dan ekonomi.
1. Aspek fisik
Kota ditinjau dari aspek fisik adalah kawasan terbangun atau built up area yang terletak saling
berdekatan/terkonsentrasi, yang meluas dari pusatnya hingga ke wilayah pinggiran, atau wilayah
geografis yang didominasi oleh struktur binaan. Dalam pengertian ini aspek fisik kota terdiri dari:
bangunan-bangunan dan kegiatan-kegiatan yang berada di permukaan tanah, atau dekat
dengan muka tanah; instalasi-instalasi di bawah permukaan tanah; dan kegiatan-kegiatan di
dalam ruangan kosong di angkasa.
Lanjut menurut sarjana ini, karakteristik fisik kota dipengaruhi oleh beberapa unsur-unsur antara
lain:
Topografi tapak
Topografi tapak memiliki pengaruh terhadap unsur-unsur yang berada di dalam kota, pada
umumnya jaringan jalan primer menyebar keluar ke tempat arah angin melalui kemiringan-
kemiringan yang akan memberikan kenyamanan dan keamanan berkendaraan. Pembangunan
yang dilakukan di kawasan topografi tidak baik, memiliki konsekuensi tersendiri yakni biaya
besar untuk pembangunan yang dirancang secara khusus.
Bangunan
Bangunan merupakan unsur kota yang beitu jelas dilihat, bangunan yang didirikan seharusnya
menghindari kondisi-kondisi fisik yang buruk untuk meminimalisir biaya konstruksi. Penempatan
bangunan akan menunjukkan pola sirkulasi setempat, atau bangunan diatur sesuai dengan pola
jalan. Dengan berkembangnya, bangunan-bangunan akan terhubung dengan utilitas umum yang
sudah ada atau jaringan tersebut dibangun.
Struktur atau bangunan lain yang bukan berupa bangunan gedung, bangunan lain yang
dimaksud adalah jembatan, gorong-gorong, saluran irigasi dan pengendali banjir, jaringan utilitas
umum, gardu-gardu listrik, fasilitas pengolahan limbah, bak-bak penampung, pengilang minyak
dan berbagi instalasi lain yang tidak lazim disebut bangunan. Struktur-struktur yang bukan
bangunan memiliki peran penting terhadap sebuah kota seperti jalu-jalur transportasi dan jalur
utilitas karena keduanya merupakan pembentuk pola penggunaan lahan.
Ruang terbuka
Ruang terbuka tidak hanya sekedar berupa taman, temapt bermain, dan tempat rekreasi yang
lain. Tetapi juga penggunaan lahan yang terbuka ke langit dengan beragam ukuran diantaranya
makam, landasan pesat terbang, dan lahan-lahan pertanian yang dipertimbangkan sebagai
runag terbuka perkotaan. Semakin ke pinggiran kota ruang terbuka akan semakin banyak
dibandingkan di pusat kota.
Kepadatan perkotaan
Iklim
Iklim akan berpengaruh pada fisik suatu kota, rata-rata curah hujan akan berhubungan dengan
penyediaan saluran drainase, rancangan jalan dan bangunan, jenis vigetasi perkotaan, dengan
keseimbangan antara kegiatan dalam dan luar ruang. Suhu udara di suatu kota juga
mempengaruhi berbagai unsur fisik kota, melalui kebutuhan akan pendinginan dan
penghangatan udara.
Vegetasi
Unsur vegetasi menigkatkan daya tarik kota dan menjaga kebersihan udara, selain itu vegetasi
juga mengurangi terjadinya erosi tanah, bahaya tanah longsor, dan mengurangi kebisingan,
serta dapat berperan sebagai pematah angin. Vegetasi dapat memberikan kepuasan tersendiri
bagi manusia terhadap keinginannya untuk senantiasa berdekatan dengan alam. Keberadaan
vegetasi bisa terdapat di seluruh bagian kota mulai dari sepanjang jalan dalam kota, jalan bebas
hambatan yang utama, kanal-kana pengendali banjir, jalur kereta api dan ruang-ruang
pergerakan lainnya, di taman-taman kota, tempat-tempat bermain, kawasan rekreasi dan
pertanian, makam dan ruang terbuka lainnya.
Kualitas estetika
Setiap individu dan kebudayaan sangatlah beragam tetapi sebagian orang menyetujui adanya
unsur tertentu fisik kota mendukung kualitas estetikanya.
2. Aspek sosial
Kota dipandang dari aspek sosial merupakan konsentrasi penduduk yang membnetuk suatu
komunitas yang pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas melalui konsentrasi
dan spesialisasi tenaga kerja serta meningkatkan diversitas intelektual, kebudayaan, dan
kegiatan rekreatif di kota-kota. Faktor yang mempengaruhi akan hal ini adalah a) besaran dan
komposisi penduduk dan b) keruangan. Dalam besaran dan komposisi penduduk harus
mempertimbangkan angka kelahiran, kematian, penduduk yang tinggal di kota, penduduk yang
berpindah ke kota dari pedesaan di sekitar kota atau daerah lain, atau imigran dari negara lain.
Sedangkan dari sisi keruangan adalah di sudut pusat kota baik pemerintahan atau komersial
biasanya terdapat bangunan apartemen yang tidak terawat yang merupakan tempat tinggal
sebagian besar penduduk berpenghasilan paling rendah.
3. Aspek ekonomi
Kota menurut aspek ekonomi adalah kota yang memiliki fungsi sebagai penghasil produksi
barang dan jasa, untuk mendukung kehidupan penduduknya dan keberlangsungan kota itu
sendiri. Ekonomi perkotaan dibagi menjadi tiga bagian diantaranya, ekonomi publik, ekonomi
swasta (privat) dan ekonomi khusus. Ekonomi publik meliputi pelaksanaan pemerintah kota
seperti terlihat pada anggaran pendapatan dan belanja departemen-departemen yang
melaksanakannya secara regular, distrik sekolah dan distrik khusus. Ekonomi swasta meliputi
berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan swasta, mulai dari
perusahaan industry dan komersial yang besar hingga kegiatan usaha yang independen.
Sedangkan ekonomi khusus meliputi bermacam-macam organisasi nirlaba, sukarela, organisasi
yang bebas pajak, yang semuanya tidak diselenggarakan oleh pemerintah ataupun perusahaan
yang memiliki tujuan utama mencari keuntungan.
Ekonomi perkotaan yang sehat mampu menyediakan berbagai kebutuhan keperluan perkotaan,
terutama untuk menerima perkembangan baru yang disebabkan oleh kemajuan di bidang
teknologi dan perubahan keadaan.
DAFTAR PUSTAKA
Yunus, Hadi Sabari. 2000. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
https://taufikzk.wordpress.com/2016/01/31/karakteristik-kota/