Target Costing

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN BIAYA

TARGET COSTING

Disusun Oleh :

Faizaturruhaniah (1510421141)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2018
TARGET COSTING

a. Pengertian Target Costing

Target biaya atau target costing adalah metode penentuan biaya produksi dimana
perusahaan terlebih dahulu menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan
harga kompetitif, dengan demikian perusahaan memperoleh laba yang diharapkan.
Target biaya = harga jual – laba yang diharapkan.
Terdapat dua alasan mengapa target costing sebaiknya digunakan perusahaan didalam
situasi pasar yang sangat kompetitif:
1. Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual produknya secara
sepihak.
2. Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap design.
Siklus biaya (The cost life cycle)
Siklus biaya adalah urutan aktivitas biaya dalam perusahaan mulai dari riset dan
pengembangan, desain, produksi, pemasaran distribusi dan pelayanan pada pelanggan.
Riset dan pengembangan àDesain (Target Costing) ProduksiàPemasaran dan
Distribusi Pelayanan pada pelanggan
Siklus Biaya lanjutan.
Untuk menurunkan biaya sampai kepada tingkat yang dikehendaki tersebut, perusahaan
memiliki alternatif sebagai berikut:
1. Mengintegrasikan teknologi pemanufakturan baru, menggunakan teknik-teknik
manajemen biaya yang canggih
2. Dengan melakukan desain ulang terhadap produk atau jasa, perusahaan dapat
menurunkan biaya sampai tingkat target biaya yang diinginkan.
Pengimplementasian target costing
Untuk mengimplementasikan metode target biaya didalam perusahaan terdapat serangkaian
fase yang harus dilalui oleh perusahaan antara lain:
1. Menentukan harga pasar
2. Menetukan laba yang diharapkan
3. Menghitung target biaya pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan
4. Menggunakan rekayasa nilai untuk mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk
menurunkan biaya produk.
5. Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan
biaya
Dapat disimpulkan bahwa target costing adalah suatu metode penentuan biaya produk
berdasarkan harga yang bersedia dibayar oleh konsumen, yang bertujuan untuk mengurangi
biaya agar target laba yang dikehendaki dapat tercapai. Berdasarkan definisi tersebut
penelitian ini merumuskan bahwa metode target costing memiliki keterkaitan yang erat
dengan istilah : (1) Perencanaan laba; (2) Harga; dan (3) Biaya.
 Metode cost plus pricing
Setiap perusahaan menghasilkan produk dan menjualnya ke pasar untuk memperoleh laba
demi kelangsungan hidup mereka. Agar produk yang dihasilkan dapat laku di pasaran
maka berbagai strategi dilakukan perusahaan, termasuk strategi penetapan harga.
Kebanyakan perusahaan menetapkan harga produk baru mereka sebagai penjumlahan
dari biaya dan laba yang dikehendaki. Metode yang dikenal dengan “cost-plus pricing”
ini banyak diterapkan oleh sebagian besar perusahaan Amerika dan Eropa. Alasannya
bahwa perusahaan harus menghasilkan pendapatan yang dapat menutup semua biaya dan
memperoleh laba.
Namun metode cost-plus pricing seringkali mengabaikan faktor permintaan dan
persaingan. Semakin ketatnya persaingan dan kompleksnya pasar membuat perusahaan
sulit untuk menetapkan harga produknya sesuai dengan yang dikehendaki, karena harga
dibentuk oleh permintaan dan penawaran (pasar).
 Perencanaan Laba
Setiap perusahaan membuat perencanaan laba sebagai acuan bagi kegiatannya untuk
mencapai sasaran laba tersebut. Menurut Matz, Usry, Hammer (1997), “Istilah
“perencanaan laba” dan “penganggaran” (budgeting) dapat dipandang sebagai istilah
yang sinonim. Perencanaan laba merupakan rencana kerja yang telah diperhitungkan
dengan cermat dimana implikasi keuangannya dinyatakan dalam bentuk proyeksi
perhitungan laba rugi, neraca, kas dan modal kerja untuk jangka panjang dan jangka
pendek. Anggaran (budget) hanyalah merupakan suatu rencana yang dinyatakan dalam
nilai uang atau satuan kuantitatif lainnya. Perencanaan laba ditujukan untuk sasaran akhir
organisasi dan bermanfaat sebagai pedoman untuk mempertahankan arah kegiatan yang
pasti.”
Untuk memperoleh laba yang maksimum, perusahaan harus menghasilkan produk pada
tingkatan mutu dan nilai yang sesuai dengan keinginan konsumen serta dalam volume,
waktu, biaya, dan harga yang tepat. Aktivitas tersebut memerlukan peran serta dan
koordinasi dari fungsi perekayasaan, pabrikasi, pemasaran, penelitian, keuangan, dan
akuntansi. Metode target costing menetapkan biaya target untuk membantu masing-
masing fungsi dalam merencanakan dan merancang konsep yang tepat agar produk yang
dihasilkan berhasil di pasar dan memperoleh laba yang diinginkan. Target costing efektif
diterapkan pada tahap perencanaan sehingga membantu manajemen dalam
mengoptimalkan perencanaan laba.
 Konsep Harga
Setiap perusahaan menetapkan harga atas produk yang ditawarkannya. Hal ini dilakukan
karena harga merupakan elemen yang akan menghasilkan pendapatan. Dari pendapatan
tersebut akan didapat laba/rugi bagi perusahaan setelah dikurangi beban-beban yang ada
 Konsep Biaya
Biaya merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam
menetapkan harga jual produknya. Biaya menjadi batas terendah bagi perusahaan dalam
menetapkan harga produknya.
 Metode Penetapan Harga
Swastha (2010:154) menyatakan bahwa metode penentuan harga jual yang berdasarkan
biaya dalam bentuk yang paling sederhana, yaitu :
a. Cost plus pricing method
Penentuan harga jual cost plus pricing, biaya yang digunakan sebagai dasar penentuan,
dapat didefinisikan sesuai dengan metode penentuan harga pokok produk yang
digunakan. Dalam menghitung cost plus pricing, digunakan rumus : Harga jual =
Biaya total + Margin
b. Mark up pricing method
Mark up pricing banyak digunakan oleh para pedagang. Para pedagang akan
menentukan harga jualnya dengan cara menambahkan mark up yang diinginkan pada
harga beli per satuan. Persentase yang ditetapkan berbeda untuk setiap jenis barang.
Dalam menghitung harga jual, menggunakan rumus : Harga jual = Harga beli + Mark
up
c. Penentuan harga oleh produsen
Dalam metode ini, harga yang ditetapkan oleh perusahaan adalah awal dari rangkaian
harga yang ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan lain dalam saluran ditribusi.
Karena itu, penetapan harga oleh produsen memegang peranan penting dalam
menentukan harga akhir barang. Dalam menetapkan harga jualnya, produsen dapat
berorientasi pada biaya. Proses penetapan harga dimulai dengan menghitung biaya per
unit barang yang dihasilkan, kemudian menambahkan sejumlah mark up tertentu.
Produsen menggunakan rumus yang mereka anggap cocok bagi mereka, tentunya
berdasarkan pengamatan atas produk yang dihasilkannya. Setiap produk mempunyai
pola biaya yang berbeda satu sama lainnya. Budiarto (2011:90) menyatakan Cost Plus
Pricing adalah penetapan harga dengan menambahkan sejumlah (presentase) tertentu
dari harga jual atau biaya sebagai keuntungannya.

2. Tahapan Penerapan Target Costing


Menurut Supriyono (1997) proses target costing secara luas dapat dibagi menjadi lima tahap,
yaitu:

1. Perencanaan korporasi. Tahap ini dimulai dengan dilakukannya penelitian pasar untuk
mengetahui kebutuhan/keinginan konsumen, harga yang berlaku, dan volume produksi
yang diinginkan. Setelah perusahaan meneliti kebutuhan pelanggan dan harga pasar,
maka manajemen mulai menyusun rencana laba jangka panjang dan menengah
perusahaan secara keseluruhan dan menentukan target laba secara menyeluruh untuk
setiap periode yang terinci untuk setiap produk.
2. Pengembangan proyek produk baru tertentu. Pada tahap ini, departemen perencanaan
korporasi memberi informasi kepada departemen perencanaan perekayasaan tentang jenis
produk yang ingin dikembangkan dan isi perubahan rancangan model yang didasarkan
atas riset pasar.
3. Penentuan rencana dasar untuk produk baru tertentu. Dalam tahap ini, manajer produk
meminta setiap departemen untuk menelaah: (1) bahan yang diperlukan; (2) proses
pengolahan; dan (3) menaksir biaya. Sesuai dengan laporan yang dibuat oleh departemen-
departemen tersebut, dihitunglah biaya taksiran total (drifting cost). Dalam waktu yang
sama, harga target ditentukan oleh divisi pemasaran. Dari harga target dan laba,
selanjutnya dapat dihitung biaya yang diperkenankan (allowable cost) atau biaya
target (target cost) melalui pengurangan dari harga jual target dengan laba target
4. Rancangan produk. Pada tahap ini, departemen rancangan menyusun draft cetak biru
percobaan untuk sekumpulan biaya target setiap komponen. Kegiatan ini memerlukan
informasi dari setiap departemen. Departemen rancangan juga membuat produk
percobaan yang sesungguhnya sesuai dengan cetak biru yang telah dibuat, kemudian
departemen manajemen biaya menaksir biaya tersebut. Drifting cost dihitung sebagai
biaya yang diestimasikan berdasarkan biaya periode yang sedang berjalan (current
cost projection). Setelah memeriksa drifting cost dan komponen biaya satu per satu, tiap
departemen akan berunding. Jika timbul kesenjangan antara allowable cost dengan
drifting cost maka tiap departemen akan mencoba menekan selisih antara allowable cost
dan drifting cost tersebut melalui valueengineering.
5. Rencana pemindahan produksi. Pada tahap ini, kondisi perlengkapan produksi diperiksa
dan departemen manajemen biaya menaksir biaya sesuai dengan draft cetak biru.
Departemen perekayasaan produksi menyusun standar nilai bahan yang akan dikonsumsi,
biaya tenaga kerja langsung, dan sebagainya. Standar nilai ini digunakan sebagai dasar
data dalam menghitung biaya dan merencanakan harga komponen/bahan dengan
pemasok. Setelah biaya target ditentukan dan jika rencana tersebut disahkan maka
produksi dimulai. Biaya target ini akan menjadi dasar dalam pelaksanaan produksi.

3. Hubungan Target Costing Dengan Tekhnik Manajemen Biaya Kontemporer Lain


Dalam Rangka Upaya Efisiensi Biaya

 Biaya Tradisional Vs. Sistem Biaya Target


Garrison et al. (2003) menggambarkan perbedaan antara pengaturan harga produk dengan
menggunakan metode penetapan biaya tradisional dan target costing. Sistem biaya
ditambah juga dikenal sebagai sistem biaya tradisional. perusahaan tradisional
manufaktur tertarik dalam pendekatan “biaya-plus” untuk memperkirakan harga produk.
Dalam “biaya-plus” proses manufaktur pendekatan ditentukan untuk mengidentifikasi
total biaya komponen maka persentase laba ditambahkan untuk mengatur harga produk.
Sebaliknya menargetkan costing menentukan biaya produk “diijinkan” dan memutuskan
biaya diijinkan prosesnya dimulai dari harga pasar yang ditentukan oleh riset pasar dan
direncanakan margin keuntungan yang diinginkan dikurangi dari harga jual untuk
menentukan biaya yang diijinkan. Butcher & Laker (2000) mengatakan bahwa costing
tradisional “dalam keluar pendekatan” dan target costing adalah “luar-dalam pendekatan”.
Mengikuti aturan yang diberikan oleh Cooper (1995) yang digunakan dalam metode
biaya tersebut.
Target Costing: Target Harga Jual – Target Profit = Biaya Target
Cost Plus Pricing: Biaya + Profit Margin = Harga Jual
Perbedaan utama antara tradisional dan target biaya adalah target costing menggunakan
harga didorong biaya pendekatan sementara costing tradisional berikut harga biaya
didorong. Konsep biaya tradisional adalah bahwa biaya produksi suatu produk
diidentifikasi pertama kemudian setelah pengembangan produk, harga jual ditetapkan.
Namun dalam target costing harga jual dan laba yang diinginkan ditentukan produk
pertama kemudian dikembangkan. Biaya tradisional ditambah pendekatan adalah dari
tanggal dan target costing cocok dalam lingkungan bisnis yang tidak menentu saat ini.
Biaya konvensional ditambah pendekatan mewakili sebagai “sistem tertutup biaya”
sementara target costing merupakan sebagai “sistem biaya terbuka” (Ansari & Bell, 1997).
Biaya ditambah metode masih populer di banyak perusahaan meskipun memiliki
beberapa kritik. Metode ini populer di perusahaan karena mudah untuk menghitung,
memerlukan informasi pasar minimal dan penelitian. Kaplan & Cooper (1998)
berpendapat bahwa biaya ditambah sistem tidak efektif untuk umpan balik atau informasi
yang benar atau keterlambatan pelaporan, kurang kontrol, miskin pilihan biaya driver dll
Bila metode ini dibandingkan dengan target costing maka beberapa perbedaan dapat
diidentifikasi. Dari penelitian sebelumnya perbedaan umum antara target costing dan
biaya ditambah pendekatan harga adalah sebagai di bawah:
 Biaya metode produk desain tradisional pertama dan kemudian mencari tahu biaya
produk sementara di target costing biaya target ditempatkan pertama dan kemudian
produk dirancang untuk mencapai target biaya.
 Pertimbangan pasar tidak penting sebagai bagian dari perencanaan biaya dalam cost
plus pricing pendekatan sementara target costing menganggap pasar yang kompetitif
untuk mendorong perencanaan biaya.
 Biaya menentukan harga dalam metode cost plus pricing sementara harga menentukan
biaya dalam target metode biaya.
 Desain adalah kunci dari pengurangan biaya dalam target costing tetapi metode cost
plus pricing mengabaikan desain produk.
 Akuntan biaya bertanggung jawab untuk pengendalian biaya di metode cost plus
pricing sementara target costing karya dengan tim lintas fungsional untuk mengelola
biaya.
 Pemasok yang terlibat dalam metode cost plus pricing setelah tahap desain produk,
sehingga hal itu menunjukkan keterlibatan rendah dari anggota rantai pasokan dalam
metode tradisional sementara pemasok yang terlibat dari awal tahap pengembangan
produk di target costing, dan ini menunjukkan keterlibatan tinggi dari anggota rantai
pasokan dalam target biaya.
 Melalui penggunaan target costing perusahaan dapat mengungkapkan operasi internal
yang mungkin tersembunyi dalam metode biaya tradisional.
 Target penetapan biaya disebut sebagai metode biaya yang dipimpin harga dan metode
biaya tradisional disebut sebagai biaya dipimpin harga.
 Harga pendekatan tradisional didasarkan pada langkah-langkah sebelumnya dalam
proses dan ketika harga kenaikan biaya sering diangkat untuk mempertahankan margin
keuntungan. Tapi target costing berkonsentrasi pada target biaya tidak pada menaikkan
harga jual produk untuk mempertahankan tingkat keuntungan.
 Menargetkan penetapan biaya membangun harga jual sasaran sesuai dengan pelanggan,
kebutuhan pasar dan persaingan sementara costing tradisional tidak memberikan
banyak pentingnya pelanggan, kebutuhan pasar dan persaingan.
 Target biaya penggunaan rekayasa nilai, fungsi kualitas penyebaran dan alat-alat lain
untuk mencapai target biaya tapi costing tradisional tidak termasuk alat tersebut.
 Dalam biaya pengurangan biaya metode tradisional jika diperlukan sesuai dengan
konsumen dan kondisi kemudian untuk langkah-langkah pengurangan biaya diambil
setelah dimulainya produksi sementara target costing fokus pada desain produk dan
proses sebelum memulai produksi untuk mengurangi biaya atau biaya dikelola
sebelum terjadinya.
 Metode biaya Target berfokus pada manajemen biaya jangka panjang sementara
costing tradisional berfokus pada manajemen biaya jangka pendek.
 Dalam tradisional biaya kerjasama antara pemasar dan insinyur rendah karena insinyur
mengembangkan produk dan departemen pemasaran menjual produk sementara target
costing melibatkan setiap departemen untuk desain dan pengembangan produk.

4. Perhitungan/Penerapan Tekhnik Target Costing Untuk Dasar Pengambilan


Keputusan Manajemen

Alat Target Costing


Alat utama yang digunakan perancang dalam target costing adalah tear down analysis, value
engineering dan reengineering.
a. Tear Down Analysis
Tear Down Analysis atau reverse engineering adalah proses untuk mengevaluasi produk
pesaing dengan mengidentifikasi kesempatan dalam meningkatkan produk dengan cara
mengambil bagian per bagian dari produk pesaing untuk mengidentifikasi fungsi dan
desain produk serta untuk membuat kesimpulan tentang proses pembuatan produk. Tear
Down Analysis menyediakan pandangan pada biaya dari produk dan mengungkapkan
keuntungan dan kerugian yang berhubungan dengan pendekatan desain pada produk.
Elemen utama dari tear down analysis adalah benchmarking dimana termasuk
perbandingan desain produk percobaan dengan desain pesaing.
b. Value Engineering
Quality function deployment merupakan sarana manajemen yang menyediakan suatu
struktur untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang merupakan kunci pada
proses target costing.Perusahaan menggunakannya untuk mengidentifikasi apa yang
konsumen inginkan dari produk sebelum desain produk dibuat. Proses ini kemudian
membandingkan apa yang konsumen inginkan dengan bagaimana tujuan tim desain untuk
memuaskan kebutuhan mereka. Quality functiondeployment mendukung proses value
engineering yang merupakan elemen penting pada proses target costing.
Value engineering juga dikenal sebagai value analysis yang merupakan sistematika
berdasarkan tim. Pendekatan ini untuk mengevaluasi desain produk dalam memenuhi
permintaan untuk mengidentifikasi alternatif yang akan meningkatkan nilai produk,
didefinisikan sebagai rasio dari fungsi untuk harga. Karena itu, ada 2 cara untuk
meningkatkan nilai yaitu, penganggaran fungsional yang tetap dan mengurangi biaya atau
penganggaran biaya konstan dan meningkatkan fungsi. Valueengineering melihat semua
elemen produk termasuk bahan mentah, proses manufakturing, tipe pekerja dan peralatan
yang digunakan serta keseimbangan antara pembelian dengan komponen yang
dihasilkan. Value engineering mencapai target cost yang diinginkan dengan dua cara :
1. Dengan mengidentifikasi peningkatan desain produk atau bahkan produk baru
yang dapat mencapai fungsinya dengan cara yang berbeda, yang mengurangi
komponen dan biaya manufaktur dengan tidak mengorbankan fungsinya.
2. Dengan menghapus fungsi yang dapat meningkatkan biaya dan kekomplekan
produk.
Proses value engineering dimulai dengan menspesifikasi fungsi produk secara detil,
sehingga aktivitas tersebut disebut functional analysis. Ini merupakan jantung dari
pendekatan value engineering dan hasil dari spesifikasi secara detail, biasanya dalam
bentuk diagram yang disebutfunction analysis system techique (fast diagram) yang
mespesifikasi fungsiutama produk. Dengan memfokuskan pada fungsi produk, tim desain
akan sering membandingkan komponen yang mempunyai fungsi yang sama dengan
produk lain. Karena itu meningkatkan kemungkinan menggunakan komponen standar,
dimana dapat meningkatkan kualitas dengan biaya yang lebih rendah. Pada saat yang
sama, mengembangkan pernyataan yang spesifik pada fungsi produk mengijinkan tim
desain untuk membandingkan biaya pada fungsi produk yang dibuat dengan berapa uang
yang mau dikeluarkan oleh konsumen untuk membayar tiap fungsi tersebut.
Tim desain kemudian membandingkan bagaimana produk yang ada untuk mencapai
fungsinya dan kemudian mengevaluasi cara baru untuk mencapai fungsi tersebut dan
biaya untuk setiap alternatifnya. Alternatif itu kemudian diurutkan berdasarkan tingkatan,
dan jika mungkin, elemen terbaik akan diambil dari setiap alternatif untuk
mengembangkan desain produk yang diinginkan.
c. Reengineering
Fokus utama pada pendekatan tear down analysis dan value engineering yaitu pada
desain produk, sedangkan elemen penting lainnya dalam penjelasan biaya produk adalah
proses yang digunakan perusahaan dalam membuat produk. Pada kenyataannya,
tim target cost akan mempertimbangkan produk dan proses desain secara bersama-sama
selama biaya dan kualitas produk juga bersama-sama dipengaruhi oleh produk dan proses
desain.
Reengineering merupakan aktivitas pendesainan kembali suatu rancangan atau
keberadaan proses dan itu diarahkan oleh keinginanuntuk memperbaiki biaya produk dan
kualitas atribut.

Penentuan Biaya Produksi Dengan Metode Target Costing


Target costing merupakan perbedaan antara harga jual produk atau jasa yang diperlukan
untuk mencapai pangsa pasar tertentu dengan laba per satuan yang diinginkan perusahaan
menurut Hansen dan Mowen 2009 : 361 ). Apabila target cost yang telah dihitung dibawah
harga pokok produk yang sekarang dapat tercapai, maka manajemen harus merencanakan
suatu program pengurangan biaya untuk menurunkan biaya yang sekarang dikeluarkan
untuk menghasilkan produk ke target cost.Kemajuan yang dicapai dari program
pengurangan biaya tersebut diukur dengan membandingkan biaya sesungguhnya
dengan target cost. Target costing merupakan sistem akuntansi biaya yang menyediakan
informasi bagi manajemen untuk memungkinkan manajemen memantau kemajuan yang
dicapai dalam pengurangan biaya produk menuju target cost yang telah ditetapkan
Dengan menggunakan target costing ini maka dapat diketahui berapa biaya produksi yang
diperkenankan, yaitu dengan :
Biaya produksi = harga jual – laba yang diinginkan perusahaan dari harga jual
Sebagai contoh, misalkan sebuah perusahaan X mempertimbangkan memproduksi mesin
penggali baru. Spesifikasi produk saat ini dan pangsa pasar yang ditarget meminta harga jual
mesin penggali baru adalah Rp 25.000.000,-. Laba yang diinginkan oleh perusahaan adalah
Rp 5.000.000,- per unit. Target costdihitung sebagai berikut :
Target cost = Rp 25.000.000,- – Rp 5.000.000,-
= Rp 20.000.000,-

Pada saat sekarang ini, biaya produksi sesungguhnya perusahaan adalah Rp23.000.000,-.
Dengan demikian pengurangan biaya yang harus dilakukan agar perusahaan dapat
mencapai target cost adalah sebesar Rp 3.000.000,- (Rp23.000.000,- – Rp 20.000.000,-).
Perusahaan harus mengupayakan pengurangan biaya dengan menganalisis biaya produksi
perusahaan dan mengurangi biaya-biaya yang dapat dikurangkan untuk mencapai target
cost tersebut. Target costing menyajikan informasi perbandingan biaya produk
sesungguhnya dengan target cost secara periodik untuk memungkinkan manajemen
memantau kemajuan program pengurangan biaya menuju target cost.

Anda mungkin juga menyukai