Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Batu Ginjal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 95

Laporan Pendahuluan dan

Asuhan Keperawatan Batu


Ginjal Staghorn

Date: 11 Desember 2016Author: melinda29blog0 Komentar

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN BATU GINJAL

PADA TN. L DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI BERHUBUNGAN


DENGAN PENINGKATAN DORONGAN KONTRAKSI URETRA

DI RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG

Di susun oleh:
Melinda Alfianita

AKADEMI KEPERAWATAN PAMENANG

PARE KEDIRI

2016

1. DEFINISI
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks
ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal
kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih
bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia
prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.

Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).

1. ETIOLOGI
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi
status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia
adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik)
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik, meliputi:

1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.

2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:

1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)

2. Iklim dan temperatur

3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.

5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih

Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah:

1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti
bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin
dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.

3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat


pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Komposisi Batu

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat,
asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang
komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif.

Batu Kalsium

Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu
sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:

1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi
karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan
adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada
hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.

2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai


pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat
seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau
terutama bayam.

3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam
urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium
oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin
atau berasal dari metabolisme endogen.

4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium


sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan
hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom
malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu
lama.

5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai


penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi
dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan
kalsium ddengan oksalat.
Batu Struvit

Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu
oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah
urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini
memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.

Batu Urat

Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh
penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik
(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein
mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2
liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
1. PATOFISIOLOGI
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran
kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau
keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat
menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih
dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal
permanen (gagal ginjal)

Batu Ginjal

Obstruksi Penurunan reabsorbsi tindakan operasi

dan sekresi turbulen

teakanan hidrostatik adanya luka insisi

gangguan fungsi

ginjal

distensi pada ginjal serta buffer pertahanan terganggu

ureter proksimal

penurunan produksi urine

port de entry kuman patogen

frekuensi kontraksi melalui luka


ureteral meningkat ketidak efektifan

volume cairan

resiko infeksi

trauma ginjal

terputusnya jaringan

pelepasan mediator nyeri

nyeri

saraf eferen NE

thalamus dipersepsikan hospitalisasi

saraf eferen tindakan infasif

nyeri dipersepsikan setresor

cemas

1. GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS


Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit
yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah
kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-
tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan demam/menggigil.

Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-
kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea.

Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi


ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu juga
diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu salran kemih
(kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam darah dan urine).

Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-opak
dan paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak
(radio-lusen).

Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang
tidak tampak pada foto polos abdomen.

Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV seperti
pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini
dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai echoic shadow),
hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan ginjal.

1. PENATA LAKSANAAN
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan
agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan
pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial.
Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL,
melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.

1. PENCEGAHAN
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya
mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata
7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun.

Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah
diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:

1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per
hari

2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu

3. Aktivitas harian yang cukup

4. Medikamentosa

Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi


kekambuhan adalah:

1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.

2. Rendah oksalat

3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria

4. Rendah purin

5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II


1. PENGKAJIAN

Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah:

1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:

 Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk

 Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi

 Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler,


tirah baring lama)

2. Sirkulasi
Tanda:

 Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)

 Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

3. Eliminasi
Gejala:

 Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya

 Penrunan volume urine

 Rasa terbakar, dorongan berkemih

 Diare
Tanda:
 Oliguria, hematuria, piouria

 Perubahan pola berkemih

4. Makanan dan cairan:


Gejala:

 Mual/muntah, nyeri tekan abdomen

 Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat

 Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup


Tanda:

 Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus

 Muntah

5. Nyeri dan kenyamanan:


Gejala:

 Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu
ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:

 Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi

 Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

6. Keamanan:
Gejala:

 Penggunaan alkohol

 Demam/menggigil

7. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:

 Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis

 Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme

 Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid,


pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

1. Tes Diagnostik

Lihat konsep medis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan
iskemia seluler.

2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal
dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema
dan iskemia seluler.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Catat lokasi,
lamanya/intensitas nyeri (skala 1- 1. Membantu evaluasi tempat
10) dan penyebarannya. obstruksi dan kemajuan gerakan
Perhatiakn tanda non verbal batu. Nyeri panggul sering
seperti: peningkatan TD dan DN, menyebar ke punggung, lipat
gelisah, meringis, merintih, paha, genitalia sehubungan
menggelepar. dengan proksimitas pleksus
saraf dan pembuluh darah yang
2. Jelaskan penyebab nyeri dan menyuplai area lain. Nyeri tiba-
pentingnya melaporkan kepada tiba dan hebat dapat
menimbulkan gelisah,
staf perawatan setiap perubahan
takut/cemas.
karakteristik nyeri yang terjadi.
2.Melaporkan nyeri secara dini
memberikan kesempatan
3. Lakukan tindakan yang
pemberian analgesi pada waktu
mendukung kenyamanan (seperti
yang tepat dan membantu
masase ringan/kompres hangat
meningkatkan kemampuan
pada punggung, lingkungan yang
koping klien dalam menurunkan
tenang)
ansietas.

4. Bantu/dorong pernapasan
3.Meningkatkan relaksasi dan
dalam, bimbingan imajinasi dan
menurunkan ketegangan otot.
aktivitas terapeutik.

4.Mengalihkan perhatian dan


5. Batu/dorong peningkatan
membantu relaksasi otot.
aktivitas (ambulasi aktif) sesuai
indikasi disertai asupan cairan
5.Aktivitas fisik dan hidrasi
sedikitnya 3-4 liter perhari dalam
yang adekuat meningkatkan
batas toleransi jantung.
lewatnya batu, mencegah stasis
urine dan mencegah
6. Perhatikan
pembentukan batu selanjutnya.
peningkatan/menetapnya keluhan
nyeri abdomen.
6.Obstruksi lengkap ureter dapat
menyebabkan perforasi dan
7. Kolaborasi pemberian obat
ekstravasasiurine ke dalam area
sesuai program terapi:
perrenal, hal ini merupakan
– Analgetik kedaruratan bedah akut.

– Antispasmodik 7.Analgetik (gol. narkotik)


biasanya diberikan selama
– Kortikosteroid episode akut untuk menurunkan
kolik ureter dan meningkatkan
8. Pertahankan patensi kateter relaksasi otot/mental.
urine bila diperlukan.
8.Menurunkan refleks spasme,
dapat menurunkan kolik dan
nyeri.

Mungkin digunakan untuk


menurunkan edema jaringan
untuk membantu gerakan batu
Mencegah stasis/retensi urine,
menurunkan risiko peningkatan
tekanan ginjal dan infeksi.

Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN

1. Awasi asupan dan haluaran, 1.Memberikan informasi tentang


karakteristik urine, catat adanya fungsi ginjal dan adanya
keluaran batu. komplikasi. Penemuan batu
memungkinkan identifikasi tipe
2. Tentukan pola berkemih batu dan mempengaruhi pilihan
normal klien dan perhatikan terapi
2.Batu saluran kemih dapat
variasi yang terjadi.
menyebabkan peningkatan

3. Dorong peningkatan asupan eksitabilitas saraf sehingga

cairan. menimbulkan sensasi kebutuhan


berkemih segera. Biasanya
4. Observasi perubahan status frekuensi dan urgensi meningkat
mental, perilaku atau tingkat bila batu mendekati pertemuan
kesadaran. uretrovesikal.

5. Pantau hasil pemeriksaan 3.Peningkatan hidrasi dapat


laboratorium (elektrolit, BUN, membilas bakteri, darah, debris
kreatinin) dan membantu lewatnya
batu.Akumulasi sisa uremik dan
6. Berikan obat sesuai indikasi: ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik pada
– Asetazolamid (Diamox), SSP.Peninggian BUN, kreatinin
Alupurinol (Ziloprim) dan elektrolit menjukkan
disfungsi ginjal
– Hidroklorotiazid (Esidrix,
Hidroiuril), Klortalidon 4. Meningkatkan pH urine
(Higroton) (alkalinitas) untuk menurnkan
pembentukan batu asam.
– Amonium klorida, kalium
atau natrium fosfat (Sal- 5.Mencegah stasis urine ddan
Hepatika) menurunkan pembentukan batu
kalsium.Menurunkan
– Agen antigout mis: pembentukan batu fosfat
Alupurinol (Ziloprim) Menurnkan produksi asam
urat.Mungkin diperlukan bila ada
– Antibiotika ISK

6.Mengganti kehilangan yang


– Natrium bikarbonat tidak dapat teratasi selama
pembuangan bikarbonat dan atau
– Asam askorbat alkalinisasi urine, dapat mencegah
pemebntukan batu.
7. Pertahankan patensi kateter
tak menetap (uereteral, uretral 7.Mengasamkan urine untuk
atau nefrostomi). mencegah berulangnay
pembentukan batu
8. Irigasi dengan larutan asam alkalin.Mungkin diperlukan untuk
atau alkali sesuai indikasi. membantu kelancaran aliran
urine.
9. Siapkan klien dan bantu
prosedur endoskopi. 8.Mengubah pH urien dapat
membantu pelarutan batu dan
mencegah pembentukan batu
selanjutnya.

9.Berbagai prosedur endo-urologi


dapat dilakukan untuk
mengeluarkan batu.

Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal
dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN

1. Awasi asupan dan haluaran Mengevaluasi adanya stasis


2. Catat insiden dan urine/kerusakan ginjal.

karakteristik muntah, diare. Mual/muntah dan diare secara


umum berhubungan dengan kolik
3. Tingkatkan asupan cairan 3-4 ginjal karena saraf ganglion
liter/hari. seliaka menghubungkan kedua
ginjal dengan lambung.
4. Awasi tanda vital.
Mempertahankan keseimbangan
5. Timbang berat badan setiap cairan untuk homeostasis, juga
hari. dimaksudkan sebagai upaya
membilas batu keluar.
6. Kolaborasi pemeriksaan
HB/Ht dan elektrolit. Indikator hiddrasi/volume
sirkulasi dan kebutuhan
7. Berikan cairan infus sesuai intervensi.
program terapi.
Peningkatan BB yang cepat
8. Kolaborasi pemberian diet mungkin berhubungan dengan
sesuai keadaan klien. retensi.

9. Berikan obat sesuai program Mengkaji hidrasi dan efektiviatas


terapi (antiemetik misalnya intervensi.
Proklorperasin/ Campazin).
Mempertahankan volume
sirkulasi (bila asupan per oral
tidak cukup)

Makanan mudah cerna


menurunkan aktivitas saluran
cerna, mengurangi iritasi dan
membantu mempertahankan
cairan dan keseimbangan nutrisi.

Antiemetik mungkin diperlukan


untuk menurunkan mual/muntah.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN

1. Tekankan pentingnya
memperta-hankan asupan hidrasi
3-4 liter/hari. Pembilasan sistem ginjal
menurunkan kesemapatan stasis
2. Kaji ulang program diet
ginjal dan pembentukan batu.
sesuai indikasi.
Jenis diet yang diberikan
disesuaikan dengan tipe batu
– Diet rendah purin
yang ditemukan.

– Diet rendah kalsium


Obat-obatan yang diberikan
bertujuan untuk mengoreksi
– Diet rendah oksalat
asiditas atau alkalinitas urine
tergantung penyebab dasar
– Diet rendah kalsium/fosfat
pembentukan batu.

3. Diskusikan program obat-


Pengenalan dini tanda/gejala
obatan, hindari obat yang dijual
berulangnya pembentukan batu
bebas.
diperlukan untuk memperoleh
intervensi yang cepat sebelum
4. Jelaskan tentang tanda/gejala
timbul komplikasi serius.
yang memerlukan evaluasi medik
(nyeri berulang, hematuria,
Meningkatakan kemampuan
oliguria)
rawat diri dan kemandirian.

5. Tunjukkan perawatan yang


tepat terhadap luka insisi dan
kateter bila ada.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta


Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta
Purnomo, BB ( 2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN PERSISTEM

Tanggal pengkajian : 2016

Tempat pengkajian : RSUD Dr.saiful Anwar Malang Ruang 18

1. Data Dasar
Nama : Tn. L

Umur : 76 thn

Jenis Kelamin : laki-laki

Pendidikan : SD

Pekerjaan : wiraswasta

St. Kawin : Kawin

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia


Agama : Islam

Alamat : Jln. Alpukat no 8 rt 10/02 Karang Ketes Sumber Pucung Malang

2. Data Medik
Tanggal Masuk : 28 – 10 -2016

Cara Masuk : IGD

No CM : 112289980

Diagnosa Medik : Batu Staghorn (batu ginjal)

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

2. Keluhan Utama : klien mengatakan nyeri dan panas pada pinggang sebelah kiri
P (Provokatif/Paliatif) : klien mengatakan nyeri saat tidur dan berbaring

Q (Quality/Quantity) : klien mengatakan nyeri seperti di tusuk tusuk daan panas


seperti terbakar

R : (Regiona/Radiation) : klien mengatakan nyeri di pinggang sebelah kiri

S : (Severity Scale ) : skala nyeri 4

T (Time) : klien mengatakan nyeri hilang dan timbul

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Tn. L mengatakan bahwa 2hari sebelum masuk rumah
sakit tn.L pergi periksa ke dokter terdekat lalu dokter menyarankan untuk dirujuk ke
Rs, setelah dilakukan pemeriksaan lanjut pasien disarankan untuk melakukan oprasi
karna tn.L didiagnosa batu staghorn pada ginjal atau lebih dikenal dengan batu ginjal.
Tn L mengatakan bahwa oprasi akan dilakukan pada pada hari kamis 03-11-2016, Tn
L mengatakan sangat cemas karna akan dilakukan oprasi karna takut tidak berhasil

3. Tindakan yang telah dilakukan : cairan, obat dan pemeriksaan CT Scan

4. Perubahan yang dirasakan oleh klien : nyeri berkuran setelah dimasukkan obat

5. Perubahan yang tampak : pasien terlihat tidak terlalu tampak menyeringai

6. Terapi obat yang didapatkan saat ini :


Cara
Jenis Obat Dosis Alasan
pemakaian

Diclofenac
2X 50mg IV Antiinflamasi
sodium
2X 50 mg IV Antipiretik
Ranitidin

7. Terapi cairan yang didapatkan saat ini : Infus melalui IV dengn cairan NS

8. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

9. Penyakit yang pernah dialami : Batu ginjal

10. Riwayat Kecelakaan : Ada / thn 2009

11. Riwayat Operasi : Ada/ 2011

12. Riwayat Alergi : Tidak ada

13. Riwayat penggunaan obat/suplemen : Tidak Ada

14. Riwayat penggunaan rokok/ alkohol : Ada/ rokok

15. Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit keturunan : Tidaka ada, klien mengatakan tidak punya riwayat penyakit
keturunan seperti hipertensi (-) DM (-) dan tidak ada penyakit turunan seperti penyakit
saat ini

1. Pengkajian Pola Kebutuhan Sehari-hari


2. Pola persepsi kesehatan – manajemen kesehatan
Perasaan terhadapa kondisi tubuh sebelun sakit : Biasa

Perasaan terhadap kondisi tubuh saat ini : kurang fit

Pola manajemen kesehatan sebelumnya : berobat bila sakit

Pengobatan alternatif yang diyakini : Pijat Refleksi

Persepsi Klien Tentang Pengobatan Yang Sedang Dijalani : klien mengatakan


bahwa pengobatan yang dijalani
adalah untuk kesembuhan

2. Pola Nutrisi
Jenis makanan yang biasa dikonsumsi: Nasi, lauk, dan sayur

Jenis makanan saat ini : Nasi TKTP

Frekuensi perubahan makanan : ada/ kurang nafsu makan karna makanan rumah sakit
rasanya hambar

Perubahan volume jumlah makanan : ada, porsi makan jarang dihabiskan

Jenis minuman sehari – hari: Air putih, volume : 1200ml/hari

Jenis minuman saat ini : Air putih

Gangguan makan :

 Mual : tidak

 Muntah : tidak
 Susah menelan : tidak

 Sukar mengunyah : tidak

 Sakit atau nyeri pada mulut : tidak


Harapan klien tentang pola makan : klien mengatakan ingin makan seperti biasanya

Perubahan BB 6 bulan trrakhir : terjadi penurunan BB kurang lebih 3 kg

3. Pola Eliminasi
Eliminasi feses

Kebiasaan BAB : waktu : pagi hari, frekuensi : 1×1 hari , volume : sedang , konsistensi
:lunak, warna : coklat kekuningan

Kondisi saat ini : waktu : pagi hari frekuensi : 1×1 hari, volume : sedang , konsistensi :
lunak

Warna : coklat kekuningan

Riwayat hemoroid : Tidak ada

Kebiasaan penggunaan pencahar : Tidak

Eliminasi urine

Kebiasaan BAK sehari-hari : volume: ±1500 ml/hr , warna:kuning , frekuensi : 4-6x/ hr

Kebiasaan BAK saat ini : ±1000 ml/hr, warna kuning, frekuensi 3-4x/ hari

Distensi Suprapubic : Tidak ada

4. Pola Aktivitas Latihan


Pekerjaan : wiraswasta

Kegiatan klien saat ini : tirah baring

Yang mengganggu aktivitas klien :

#Nyeri : ada, nyeri pinggang sebelah kiri

#Kaku sendi : Tidak ada

# Sesak nafas : tidak ada

# Lain-lain : tidak ada

Pengunaan alat bantu : tidak ada

Orang yang membantu aktivitas sehari-hari : tidak ada

Kemampuan untuk :

#mandi : mandiri (di bantu)

#makan : mandiri (di bantu)

#toileting : mandiri (dibantu)

#berpakaian : mandiri (dibantu)

Keluhan setelah melakukan aktivitas : tidak ada keluhan

Kebiasaan olahraga : ada, setiap pagi /jalan santai Frekuensi 1x sehari


5. Pola istirahat-tidur
Kebiasaan tidur : waktu tidur sehari-hari : siang 1 jam malam 5 jam

: waktu tidur saat ini : siang 1 jam malam 5 jam

Perubahan pola tidur : ada, karna faktor usia

Kegiatan sebelum tidur : tidak ada

Kesulitan/gangguan tidur : tidak ada

6. Pola kognitif-persepsi
Gangguan penglihatan : ada, sedikit buram karna faktor usia

Masalah dengan pendengaran : tidak ada

Penggunaan kaca mata/ kontak lens : tidak ada

Penggunaan alat bantu dengar : tidak ada

Masalah lain:

# Sakit kepala: tidak ada

# Kurang konsentrasi : tidak ada

# Mudah lupa : tidak ada

# Disorientasi : tidak ada

7. Pola persepsi diri


Apa yang klien pikirkan saat ini : klien mengatakan cemas karna akan dilakukan oprasi
Apa harapan klien dengan penyakit saat ini : klien mengatakan ingin cepet sembuh
dan pulang

Kekhaweatiran yang saat ini klien pikirkan : klien takut penyakitnya kambuh lagi

Bagaimana penilaan klien terhadap kondisi saat ini : klien mengatakan karna faktor usia

Pendapat klien untuk mencapai kesembuhan : berusaha, sanar dan ikhlas

Pendapat klien untuk mempertahankan kesehatan : minum obat dan control secara teratur

Penilaian klien terhadap penyakitnya : cobaan

8. Pola hubungan dan norma


Kemampuan klien dalam berkomunikasi/bicara : sangat jelas

Bahasa yang di gunakan klien : bahasa jawa dan bhs Indonesia

Hambatan dalam komunikasi : tidak ada

Klien sehari-hari tinggal dengan : anak dan istri

Peran klien dalam keluarga sebagai : sebagai kepala rumah tangga

Pengambilan keputusan dalam keluarga : musyawaroh

Masalah dalam hubungan interpersonal : tidak ada

Perasaan isolasi : tidak ada

9. Pola coping – manajemen stress


Jika ada masalah diselesaikan dengan cara: musyawarah keluarga
Coping mekanisme yang biasa digunakan : klien mengatakan kalau ada masalah selalu
diselesakan dengan musyawaroh

10. Pola kepercayaan – nilai


Keyakinan klien tentang kehidupan : klien mengatakan Allah sedah mengtur segalanya
dari rizki maupun kesehatan

Agama yang di anut klien : islam alasan : kepercayaan dan keturunan

Pelaksanaan terhadap perintah agama: Rutin

Kegiataan yang ingin dilakukan selama hospitalisasi : Berdo’a

Orang yang berarti bagi klien saat ini : keluarga

1. Pemeriksaan fisik

2. Tanda –tanda vital : TD : 130/80 MmHg pols : 79 X/menit suhu : 36,7C


Pernafasan : 16 X/menit

Kesadaran : 4 5 6 TB : 160cm BB : 60 kg

2. Sistem pernafasan

 Bentuk dada simetris

 Jenis pernafasan dada

 Tidak ada lesi

 Tidak ada benjolan atau tumor

 Tidak ada nyeri tekan

 Whezzing negatif

 Hidung simetris
 Epistaksis tidak ada

 Polip tidak ada

 Deviasi septum tidak ada

 Ronchi positif tidak terlalu jelas

 Klien terlihat batuk, sputum tidak bisa keluar

3. Sistem kardiovaskuler

 Suara jantung normal lup dup

 Mur-mur tidak ada

 Kapiler kembalin dengan cepat kurang dari 3 detik

4. Sistem persyarafan

 GCS : 4 5 6

 Pembicaraan relevan

5. Sistem pencernaan

 Tidak ada nyeri tekan diabdomen

 Adanya peristaltik usus

 Mukosa bibir lembab

 Abdomen simestris

 Tidak ada benjolan atau tumor

 Anus tidak ada massa dan haemoroid

 Stomtitis negatif

 Terdapat luka post op di puggung canal stenosis

6. Sistem perkemihan
Tidak ada pembengkakan pada penis dan secrotum, terpasang drin nefrostomi di
pinggang sebelah kiri, tidak ada benjolan, tidak ada penumpukan urine atau distensi,
warna urine kuning jernih, nyeri tekan pada poerut bagian kiri, ada penurunan volume
urine biasanya 4-6x/ hari sekarang hanya 3-4x / hari.

7. Sistem reproduksi

 Lengkap

 Tidak ada tumor atau benjolan

 Terlihat Bersih
8 sistem endokrin

Tidak ada pembesaran tyiroid

9 sistem muskoloskeletal

Ada gangguan,Kemampuan Pergerakan sendi terbatas

10 Sistem integumen

 Kulit terlihat bersih

 Tidak ada lesi

 Tidak ada benjoalan

 Warna kulit coklat

1. Pemeriksaan Laboratorium
Natrium 133 mmol/L 136-145

Kalium 4,03 mmol/L 3,5-5,0

Klorida 110 mmol/L 98-106


1. Pemeriksaan Radiologi
Cor : ukuran bentuk posisi sesan normal

Aorta : normal

Trachea : ditengah

Pulmo : corakan vaskuler normal, tidak tampak


nodul/ cavitar/invitrat hilkus D/S normal

Sinus costophrenicus D/S : tajam

Hemidiagfragma : S: Dome shoped : D : scalopping

Skeleton : normal , tidak tampak lesi litik /blastik

Soft tissue : normal

ANALISIS DATA

Masalah
Kelompok Data Analisis
keperawatan

Ds:klien mengatakan Batu ginjal


nyeri dan panas pada
obstruksi
daerah pinggang
sebelah kiri
Do: Tekanan hidrostatik
meningkat
Nyeri
– Klien tampak
sedikit menyeringai\ Distensi pada piala
ginjal serta ureter
– Nyeri tekan proksimal
pada pinggang
sebelah kiri Frekuensi/dorongan
kontraksi ureter
– Skala nyeri 4 meningkat

TTV TD:130/80 Trauma ginjal

N:79X/MNT Pelepasan mediator


nyeri
S:36,7C
Saraf eferen NE
RR:20X/MNT
Thalamus

Saraf eferen

Nyeri

Ds:-klien
mengatakan cemas
Saraf efferent NE
karena akan
dilakukan operasi Thalamus
pada hari kamis
Do Saraf Aferren

– Klien tampak Dipersepsikan


gelisah hospitalisasi
Ansietas

– Wajah klien Tindakan oprasi


terlihat tegang
Setresor bagi klien
– Kecemasan
skala ringan karena Ansietas
terorientasi dengan
waktu,tempat,dan
orang

Td:130/80 N:79
S:36,7 RR:16

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubugan dengan peningkatan dorongan kontraksi uretra

2. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi

3.

4.

5.

6.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tujuan
Rencana
Dx. Kep Rasional
Tindakan
J. Panjang J. Pendek

Setelah Setelah 1. Kaji 1. Deteksi dini


dilakukan dilakukan Tanda-Tanda adanya nilai
asuhan asuhan Vital tiap 8 jam abnormal pada
keperawatan keperawatan 2. Kaji skala pasien
Nyeri selama / selama / 2. Untuk
nyeri, lokasi dan
berhubungan setiap 2×24 setiap
dengan jam nyeri 62x24jam insensitasnya menentukan
peningkatan berkurang nyeri skala,lokasi dan
dorongan berhubungan
-TTV 3. Ajarkan interfensinyan
kontraksi dengan
uretra. normal peningkatan penggunaan
dorongan 3. Mengalihkan
teknik
kontraksi
Td:130/80 manajemen perhatian terhadap
uretra dengan
N:79 S:36,7 KH: DO : nyeri (latihan nyeri,
RR:16 -TTV normal nafas dalam, meningkatkan
imajenasi) control terhadap
-klien tidak Td:130/80 nyeri yang
menyeringai N:79 S:36,7 4. Kolaborasi mungkin
RR:16 dengan dokter berlangsung lama
– tidak nyeri dalam
tekan pada – klien pemberian 4. Dapat dalam
pinggang mengakatakan antibiotik membantu untuk
sebelah kiri pinggang membunuh bkteri
sebelah kiri 5. Kolaborasi penyebab infeksi
– skala tidak nyeri dengan dokter
nyeri 2 dan panas dalam 5. Dapat dalam
pemberian membantu untuk
analgesic sesuai mengurangi nyeri
indikasi
6. Dapat
6. Kolaborasi membantu dalam
dengan ahli gizi memenuhi
dalam kebutuhan nutrisi
pemberian
asupan nutrisi

Tujuan
Dx. Kep Rencana Tindakan Rasional
J. Panjang J. Pendek

Setelah Setelah 1. Kaji Tanda- 1. Deteksi didni


dilakukan dilakukan Tanda Vital tiap 8 adanya nillai
Ansietas asuhan jam abnormal pada
asuhan
berhubungan keperawatan pasien
keperawatan 2. Kaji tingkat
dengan selama 2×24 selama2x24 2. Untuk
tindakan jam ansietas kecemasan pasien
jam Ansietas
oprasi . berkurang mengetahui sejauh
berhubungan
-TTV dengan 3. Kaji faktor mana kecemasan
normal tindakan penyebab cemas pasien
oprasi
dengan KH: pasien
Td:130/80 DO : 3. Mengurangi
N:79 S:36,7 -TTV 4. Dorong pasien faktor yang
RR:16 normal untuk menyebabkan
mengungkapkan cemas
-klien tidak Td:130/80 kecemasannya
tampak N:79 S:36,7 4. Keterbukaan
tegang RR:16 5. Libatkan dan rasa percaya
keluarga dalam diri
– klien tidak – klien proses perawatan akanmengurangi
tampak sudah tidak klien kecemasan
gelisah cemas lagi
6. Berikan 5. Untuk
– informasi yang jelas mengurangi
kecemasan kepada pasien kecemasan pasien
berkurang setiap sebelum
melakukan tindakan 6. Untuk
baik infasif maupun mengurangi
non pasif kecemasan pasien
kolaborasikan
pemberian obat 7. Untuk
penenang jika mengurangi
cemas berlebihan kecemasan pasien

IMPLEMENTASI

Diagnosa Waktu Tindakan TTD

Ketidakefektifan DIAGNOSA I
01-11-
bersihan jalan 1. Melakukan pengkajian
2016
nafas
2. Melakukan pengukuran
Tanda-Tanda Vital

Hasil : TD : 130/80 mmHg , N


: 79 x/menit

RR : 16 x/menit , S : 36,7 ˚C

3. Mengkaji skala nyeri

Hasil :skala nyeri 4, wajah


tampak menyeringai

4. Menganjurkan tehnik
distraksi dan relaksasi

Hasil : wajah tampak tenang

DIAGNOSA II

1. Mengkaji tingkat
kecemasan pasien

Hasil : pasien sangat cemas


karna akan dilakukan oprasi

2. Beri penjelasan tentang


tindakan oprasi (positif dan
negative)

Hasil : pasien mulai paham dan


sedikit mengurangi
kecemasannya

EVALUASI

Hari,
Tindakan Evaluasi Paraf
tanggal,jam

Diagnosa I
S : pasien mengatakan setelah
dilakukan tehnik distraksi/nafas
dalam nyeri dapat berkurang walaupun
hanya sedikit/sebentar (tidak
permanen)

O : wajah tidak tampak menyeringai


.TD : 130/80 mmHg , N : 79x/menit ,
RR : 16x/menit , S : 36,7 C
Selasa
01-11-2016 A : masalah teratsi sebagian

13.45 P : rencana perawatan dilanjutkan

Diagnosa II

S : pasien mengatakan setelah diberi


penjelasan mengenai operasi pasien
sedikit lebih tenang

O : raut wajah tidak tegang

A : masalah teratasi sebagian


P : rencana perawatan dilanjutkan

IMPLEMENTASI

Hari,
Tindakan Implementasi Paraf
tanggal,jam

DIAGNOSA I
Mengukur tanda-tanda vital

Hasil : TD : 120/70 mmHg , N : 79


x/menit

RR : 16 x/menit , S : 36,8 ˚C

Mengkaji skala nyeri

Selasa Hasil : skala nyeri 4


01-11-2016
Mengingatkan untuk melakukan
17.20 distraksi dan relaksasi pada saat nyeri

Hasil : pasien selalu melakukan


distraksi dan relaksasi ketika nyeri

DIAGNOSA II

Mengkaji tingkat kecemasan klien

Hasil : klien mengatakan cemas


semakin bertambah karna besok akan
dilakukan oprasi dan takut jika batu
ginjal akan tumbuh kembali

Memberikan motivasi dan pengertian


pola hidup sehat

Hasil : klien sedikit memehami akan


tetapi wajah masih tampak cemas

EVALUASI

Hari,
Evaluasi Paraf
tanggal,jam

S : pasien mengatakan habis di


operasi
Pasien menyatakn nyeri pada daerah
yang telah di operasi

O : – skala nyeri 5

– Terpasang drin nefrostomi di


kamis
pinggang sebelah kiri dengan tertutup
03-11-2016
kasa

20.10
– Terdapat luka insisi

– Terpasng infus pada tangan


sebelah kanan

– Pasien tampak menyeringai

– Keadan umum cukup


– Kesadaran 4,5,6

– Kekuatan otot 5,5,5,5

– Tanda-tanda vital TD : 120/70


, N : 81 , S : 36,5 , RR : 18

A : timbul masalah baru “nyeri


berhubungan dengan tindakn invasif

P : 1. Kaji tingkat nyeri

2. Beri obat anti nyeri

3. Ajarkan distraksi dan relaksasi

4. Observasi tanda-tanda vital

5. Observasi keadaan luka

6. Reposisi

IMPLEMENTASI

Hari,
Implementasi Paraf
tanggal,jam

Mengkaji tingkat nyeri


kamis
Hasil : skala 4
03-11-2016

Menganjurkan untuk melakukan


22.45
distraksi dan relaksasi injeksi obat IV
Jumat 1. Antrain 1gr

04-11-2016 2. Aproficxaan 400gr

05.15 3. Ranihain 50mg

4. Asam tranexainail 500mg

– Tanda-tanda vital

– TD : 120/80 , ND : 81 , S :
37,3 , P : 18

EVALUASI

Hari,
Evaluasi Paraf
tanggal,jam

S : pasien mengatakan nyeri sedikit


berkurang dengan skala nyeri 4
O : tanda –tanda vital

– Tanda-tanda vital TD : 120/70


, N : 81 , S : 36,5 , RR : 18
Jumat
04-11-2016
– Tidak ada tanda tanda infeksi
pada luka oprasi
13.11

– Tidak ada pembengkakan pada


daerah pemasangan drin

– Luka bersih
(terpasang/tertutupi kasa )
A : masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

– Kaji tanda tanda vital

– Kaji tingkat nyeri

– Kaji resiko infeksi

– Berikan obat sesuai intruksi


dokter

– Anjurkan distraksi dan


relaksasi

IMPLEMENTASI

Hari,
Implementasi Paraf
tanggal,jam

– Tanda-tanda vital
TD : 120/80 , ND : 81 , S : 37,3 , P :
18

Jumat
– Mengkaji skala nyeri
04-11-2016

– Injeksi obat
16.25

1. Antrain 1gr

2. Aproficxaan 400gr
3. Ranihain 50mg

4. Asam tranexainail 500mg

– Menganjurkan untuk distraksi


dan relaksasi

EVALUASI

Hari,
Evaluasi Paraf
tanggal,jam

S : psien mengatakan sudah sehat


Pasien mengatkan nyeri sudah
berkurang

O: – keadaan umum cukup

– Skala nyeri 1
Jumat
04-11-2016
– Drin dilepas

16.25
– Infuse dilepas

– Kekuatan otot 5,5,5,5

A : masalah teratasi

P : pasien dipulangkan (KRS)

Report this ad

Report this ad
DEC

30

BATU STAGHORN PADA GINJAL

BATU STAGHORN PADA GINJAL

Pendahuluan

Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman Mesir kuno.
Sebagai salah satu buktinya adalah ditemukan batu pada kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini
dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian
penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara berkembang banyak dijumpai
pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas;
hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari, dan tingkat kesejahteraan
masyarakat(10,19).

Penyakit batu saluran kemih di bagi atas batu saluran kemih bagian atas yang meliputi batu
pada ginjal dan ureter, serta batu saluran kemih bagian bawah yang meliputi batu pada buli-buli dan
urethra. Komposisi batu pada saluran kemih itu sendiri mengandung unsur : kalsium oksalat atau
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, sistin, silikat, dan senyawa
lainnya. Sedangkan Jenis dari batu pada saluran kemih itu kita bagi menjadi dua yaitu batu kalsium dan
batu nonkalsium yang terdiri dari batu struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xanthyn, dan batu
silikat. Pada saat ini kita akan lebih membahas secara mendalam tentang batu staghorn (Staghorn
Calculi)(10,13).

Anatomi Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian
atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat
hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter
menuju dan meninggalkan ginjal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)
dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas
ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah
iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5
cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-
batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri(10,15).

Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada
tidaknya ginjal pada sisi lain. Pada autopsy klinik didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-
rata adalah 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120-170 gram,
atau kurang lebih 0,4% dari berat badan(15,19).
Struktur di sekitar ginjal

Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa (True
Capsule) ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal. Disebelah cranial ginjal terdapat
kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal / suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal
bersama-sama dengan ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fascia Gerota. Fascia ini
berfungsi sebagai barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal dan mencegah
ekstravasasi urin pada saat terjadi trauma ginjal. Salain itu fascia Gerota dapat pula berfungsi sebagai
barier dalam menghambat penyebaran infeksi dan menghambat metastasis tumor ginjal ke organ di
sekitarnya. Di luar fascia Gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau disebut jaringan lemak
pararenal(10,15).

Struktur ginjal

Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian
paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat
adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan
ikat longgar yang disebut kapsula(10,19).

Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah
dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan
pembuangan dilakukan menggunakan mekanismepertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir
yang kemudian diekskresikan disebut urin(10,15).

Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan
Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan
kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus
mendapat aliran darah dari arteriaferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi
atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan
kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang
dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal
lewat arteri eferen(10,15,19).

Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks major, dan pielum atau
pelvis renalis. Mukosa sistem pelvikalises terdiri atas epitel transisional dan dindingnya terdiri atas otot
polos yang mampu berkontraksi untuk mengalirkan urin sampai ke ureter(10).

Vaskularisasi ginjal

Ginjal mendapat aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta
abddominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena cava
inferior. Sistem arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan
cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini,
berakibat timbulnya iskemik atau nekrosis pada daerah yang dilayaninya(10).

Definisi

Batu staghorn adalah batu ginjal yang bercabang yang menempati lebih dari satu collecting
system, yaitu batu pielum yang berekstensi ke satu atau lebih kaliks. Istilah batu cetak/ staghorn parsial
digunakan jika batu menempati sebagian cabang collecting system, sedangkan istilah batu
cetak/staghorn komplit digunakan batu jika menempati seluruh collecting system(7).
Etiologi Batu Staghorn

Secara teoritis batu dapat terjadi atau terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (statis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau
buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi
intravesika kronik, seperti hipertrofi prostat benigna, strikture, dan buli-buli neurogenik merupakan
keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. Teori pembentukan batu ini
meliputi teori komponen kristal dan teori komponen matriks seperti yang akan dijelaskan dibawah
ini(7,13).

Komponen Kristal

Batu terutama terdiri dari komponen kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut dalam urin. Tahapan pembentukan batu yaitu : nukleasi, perkembangan, dan
agregasi melibatkan komponen kristal. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable
(tetap terlarut) dalam urin jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadi
presipitasi Kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu atau nukleasi
yang kemudian mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi Kristal yang
lebih besar. Meskipun ukurannya sudah cukup besar, agregat Kristal masih rapuh dan belum cukup
mampu untuk membuntukan saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran
kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu
sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Pembentukan inti atau
nukleasi mengawali proses pembentukan batu dan mungkin dirangsang oleh berbagai zat termasuk
matriks protein, kristal, benda asing, dan partikel jaringan lainnya. Kristal dari satu tipe dapat sebagai
nidus atau nukleasi dari tipe lain. Ini sering terlihat pada kristal asam urat yang mengawali
pembentukan batu kalsium oksalat(13).

Kondisi metastasis dipengaruhi oleh suhu, Ph larutan, adanya koloid dalam urin, konsentrasi
solute dalam urin, laju aliran urin dalam saluran kemih, atau adanya korpus alineum di saluran kemih
yang bertindak sebagai inti batu. Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih ditentukan oleh
adanya keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu
mencegah timbulnya batu. Beberapa kasus dengan batu saluran kemih yang berulang,ini disebabkan
karena ketidakcukupan zat-zat inhibitor ini seperti citrate, pyrofosfat, magnesium, zink, nephrocalcin,
tammac horsfall glikoprotein, uropontin, dan makromolekul lainnya ini diyakini bahwa tidak adekuatnya
zat-zat inhibitor khususnya citrate di dalam urin, ini memainkan peran besar dalam proses terbentuknya
batu saluran kemih(10,13).

Komponen Matrix

Komponen matriks dari batu saluran kemih adalah bahan non kristal, bervariasi sesuai tipe batu,
secara umum dengan kisaran 2-10% dari berat batu. Komposisinya terutama terdiri dari protein, dengan
sejumlah kecil hexose, hexosamine. Bagaimana peranan matriks dalam mengawali pembentukan batu
tidak diketahui secara pasti. Mungkin matrix bertindak sebagai nidus untuk aggregasi kristal atau
sebagai lem untuk perekat komponen kristal kecil dan dengan demikian menghalangi turunnya melalui
saluran kemih(13).

Bagaimana sampai batu staghorn bisa memenuhi seluruh kaliks mulai dari pole atas hingga
bawah?Proses ini dapat dijelaskan melalui matrix component seperti yang telah dibahas di atas.
Komponen matrix ini merupakan bahan nonkristalisasi dam memiliki komposisi yang terutama terdiri
dari protein dengan mengandung sejumlah kecil hexose dan hexosamine yang disebut matrix calculus.
Matrix calculi ditemukan pada sebagian besar individu dengan infeksi yang berkaitan dengan organisme
yang menghasilkan urease (bakteri pemecah urea), khususnya golongan Proteus. Boyce (1986) telah
menegaskan bahwa matrix calculi ini tersusun dari mucoid yang mengental dengan sangat sedikit
komponen Kristal. Komponen matrix ini memiliki tekstur gelatinous (seperti gel) dan pada gambaran
radiologic komponen ini memberikan gambaran radiolusen, sehingga bila telah terbentuk komponen ini
pada pelvis renalis, maka komponen matrix yang memiliki textur seperti gel ini dapat mengisi seluruh
pelvis bahkan dapat masuk sampai ke kaliks sehingga dapat memenuhi kaliks mulai dari pole atas
hingga pole bawah. Komponen matrix ini dapat menyediakan nidus untuk agregasi Kristal atau
komponen ini akan menjadi seperti lem sehingga komponen-komponen Kristal yang kecil dapat
menempel dan akhirnya dapat menyebabkan agregasi Kristal yang dapat terdiri dari asam urat atau
calcium sehingga komponen tersebut mengeras dan membentuk batu yang memenuhi kaliks. Suasana
urin dapat menjadi basa, hal ini disebabkan oleh infeksi bakteri pemecah urea contohnya Proteus dll
dimana bakteri tersebut menghasilkan enzim urease serta membantu hidrolisis urea menjadi amoniak.
Maka keadaan ini dapat memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat, dan karbonat
membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP) sehingga komponen matrix yang telah memenuhi
seluruh kaliks dalam bentuk gel akan mengeras dan membentuk batu seperti gambaran tanduk rusa.
Walaupun batu tersebut telah mengisi seluruh kaliks namun batu ini tidak menyumbat secara total dan
tidak menutup seluruh Uretero Pelvico Junction. Batu tersebut mengisi kaliks-kaliks minor sehingga urin
masih dapat keluar melalui pinggir-pinggirnya (tepinya). Inilah yang menyebabkan pasien dengan
Staghorn Calculi biasanya tidak memberikan gejala dan bahkan tidak memberikan gambaran
hidronefrosis(3,13).

Kira-kira 75 % batu staghorn terdiri dari struvite-carbonate-apetite matrix atau disebut juga batu
struvite atau batu triple fosfat, batu infeksi, atau batu urease. Sedangkan komposisi lain dapat berupa
sistin dan asam urat, sedangkan kalsium oksalat dan batu fosfat jarang dijumpai. Oleh karena itu
etiologi dari batu staghorn ini sesuai dengan komposisi batu yang menyebabkan terbentuknya batu
staghorn pada ginjal(7).

Batu struvit

Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau
urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim urease yang mengubah urin menjadi bersuasana basa
karena meningkatnya kadar konsentrasi amoniak melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperti reaksi
di bawah ini(5) :

CO(NH2)2 + H2O 2NH3 + CO2

Kita ketahui bersama Ph urin normal adalah 5,85, sedangkan pada pasien dengan batu struvit
Ph urin jarang yang kurang dari 7,2 dimana Ph urin dapat mencapai lebih dari 7,19 jika telah terbentuk
presipitasi dari Magnesium-amonium-fosfat (MAP)(5).

Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat, dan karbonat
membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP) atau (Mg NH4 PO4. H2O) dan karbonat apatit
(Ca10[PO4]6CO3). Karena terdiri atas 3 kation ( Ca++ Mg++ dan NH4+ ) batu jenis ini dikenal sebagai batu
triple-phosphate. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah : Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E. Coli banyak
menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan termasuk kuman pemecah urea. Sejumlah
besar populasi bakteri yang dapat memproduksi urease terdapat dalam traktus gastrointestinal dan
melakukan hubungan simbiosis dengan organisme lainnya. Walaupun penyebab dari batu struvit atau
batu infeksi ini berasal dari infeksi traktus urinarius yang patologis namun mungkin dapat pula
didapatkan dari bakteri gastrointestinal yang memproduksi urease. Sebagian besar dari kumpulan
organisme yang menyebabkan batu infeksi adalah Proteus mirabilis(5,13).

Batu asam urat

Batu asam urat merupakan 5- 10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antara 75-80% batu asam
urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu
asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien penyakit gout , penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapatkan terapi antikanker , dan yang banyak mempergunakan obat urikorusik diantaranya adalah
sulfinpirazone, thiazade, dan salisilat. Kegemukan , peminum alcohol, dan diet tinggi protein mempunyai
peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini(13).

Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung purin dan metabolisme endogen di dalam
tubuh . Degradasi purin di dalam tubuh melalui asam inosinat dirubah menjadi hipoxantin. Dengan
bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxantin dirubah menjadi xanthin yang akhirnya dirubah menjadi
asam urat. Pada mamalia lain selain manusia dan dalmation ,mempunyai enzim urikase yang dapat
merubah asam urat menjadi allantoin yang larut di dalam air . Pada manusia karena tidak mempunyai
enzim itu, asam urat dieksresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan garam urat yang
lebih sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat. Natrium urat lebih mudah larut di
dalam air dibandingkan dengan asam urat bebas, sehingga tidak mungkin megadakan kristalisasi di
dalam urine(6,13).

Asam urat relatif tidak larut dalam urine sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali
membentuk Kristal asam urat dan selanjutnya membentuk batu asam urat. Faktor yang menyebabkan
terbentuknya batu asam urat adalah (1) urine yang terlalu asam (pH urine < 6), (2) volume urine yang
jumlahnya sedikit (<2liter/hari) atau dehidrasi, dan (3) hiperurikosuri atau kadar asam urat yang
tinggi(13).

Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga
membentuk batu staghorn yang mengisi seluruh pelvikalises ginjal. Tidak seperti jenis batu kalsium yang
bentukanya bergerigi, batu asam urat bentuknya halus dan bulat sehingga seringkali keluar spontan.
Batu asam urat murni bersifat radiolusen, sehingga pada pemeriksaan PIV tampak seperti bayangan
filling defect pada saluran kemih sehingga sering kali harus dibedakan dengan bekuan darah , bentukan
papila ginjal yang nekrosis, tumor , atau bezoar jamur. Pada pemeriksaan USG memberikan gambaran
bayangan akustik (acoustic shadowing)(6,13).
Gambar 1 contoh batu staghorn pada ginjal

Epidemiologi

Angka kejadian dari batu staghorn ini mencapai 1 – 5 % dari populasi orang dewasa di Negara
industry. Di Amerika Serikat, penyakit batu saluran kemih ini mencapai > 400.000 dengan insiden
tertinggi terjadi pada dekade ketiga sampai kelima. Tingkat kejadiannya pada laki-laki tiga kali lebih
basar dari wanita, dan orang kulit putih lima kali lebih besar di banding dengan orang kulit hitam(7).

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa penyebab tersering dari batu staghorn ini adalah
batu struvit ataiu batu infeksi. Menurut sejarah, batu infeksi telah mencapai jumlah 7-31 % dari batu
saluran kemih di daerah barat. Batu struvit atau batu infeksi lebih sering terjadi pada pasien-pasien yang
memiliki factor predisposisi yaitu terdapat riwayat infeksi saluran kemih yang persisten. Batu struvit
terjadi lebih sering pada wanita dari pada pria dengan perbandingan 2:1 yang diakibatkan kemungkinan
besar karena insiden tertinggi terjadinya infeksi saluran kemih adalah wanita jika dibandingkan dengan
pria(5,7).

Gejala Klinik
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa batu staghorn pada ginjal adalah batu ginjal
yang bercabang yang memenuhi pelvis renalis. Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada
posisi atau letak batu, besarnya batu, dan penyulit yang telah terjadi(10).

 Nyeri pinggang

Keluhan yang paling dirasakan oleh penderita adalah nyeri pinggang. Nyeri ini mungkin bisa
berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos sistem
kalises meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu
menyebabkan tekanan intra luminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf
yang memberi sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsula ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Kolik renal tidak selalu bertambah dan berkurang atau datang
dalam bentuk gelombang seperti kolik intestinal atau kolik biliaris tapi mungkin bersifat relative
constant. Pasien dengan batu pada ginjal memiliki nyeri yang berkaitan dengan obstruksinya. Gejala
pada kolik renal yang akut tergantung pada lokasi atau tempat obstruksinya(5,13).

 Nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi ginjal yang terkena

Batu pada pelvis ginjal seperti pada batu staghorn ini dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai
dengan gejala berat. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi ginjal
yang terkena. Sesuai dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis atau pada batu
staghorn dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak
memberikan kelainan fisik(1,13).

 Gejala-gejala infeksi saluran kemih seperti nyeri pinggang, demam, disuria

Batu struvit atau batu infeksi merupakan penyebab tersering terbentuknya batu staghorn pada
ginjal. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa umumnya batu ini terbentuk dengan didahului oleh
infeksi saluran kemih dimana bakteri yang menginfeksi haruslah bakteri yang dapat memecah urea jadi
gejala klinik yang dikeluhkan oleh pasien adalah gejala-gejala infeksi saluran kemih seperti nyeri
pinggang, demam, disuria, hematuria, dan frekuensi buang air kecil bertambah(5,7).

 Hematuri
Hematuri seringkali dikeluhkan oleh pasien ini disebabkan akibat dari trauma mukosa saluran
kemih yang disebabkan oleh batu, terutama jika pasien habis berolahraga atau melaksanakan aktivitas
yang berat karena batu yang ada akan saling bergesekan dan mengikis mukosa saluran kemih sehingga
dapat menyebabkan hematuri. Kadang hematuri didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa
hematuri mikroskopik. Biasanya pada pasien dengan sumbatan batu pada traktus urinarius bagian atas
sering disertai dengan gross hematuri yang intermitten atau kadang-kadang pasien mengeluh urinnya
berwarna seperti teh(13).

Diagnosis

Untuk mendiagnosis pasien dengan batu staghorn pada ginjal tetap kita lakukan secara
sistematis mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
radiologi, laboratoriun, dan pemeriksaan penunjang yang lainnya agar kita dapat menegakkan diagnosis
dari penyakit ini(7).

Dari anamnesis kita bisa mendapatkan gejala klinik sesuai dengan keluhan pasien, seperti nyeri
pinggang yang bisa berupa nyeri kolik atau non kolik. Sifat nyerinya bermacam-macam mulai dari nyeri
tumpul hingga nyeri tajam yang sangat hebat dan biasanya bersifat konstan dan tidak bisa diabaikan.
Sering kali nyeri menyebar ke panggul dan juga menyebar ke bagian anterior hingga kuadran abdomen
bagian atas dan ipsilateral dengan tempat sumbatan. Kadang kita dapat dibingungkan dengan kolik
empedu atau cholecystitis jika gejala ini terjadi pada perut sisi sebelah kanan, dan dengan gastritis, akut
pancreatitis, atau ulkus peptikum jika terjadi pada perut sisi sebelah kiri, apalagi jika pasien disertai
dengan gejala anoreksia, mual,dan muntah. Kita bisa juga menemukan gejala-gejala infeksi saluran
kemih seperti nyeri panggul, demam, disuria, dan frekuensi buang air kecil bertambah. pasien biasanya
memiliki riwayat hematuri, dan bila telah terjadi obstruksi total pasien mengalami anuria(5,13).

Pada pemeriksaan fisis kita bisa menemukan adanya nyeri ketok pada daerah kosto-vertebral,
pada palpasi ginjal pada sisi sakit dapat teraba akibat telah terjadi hidronefrosis, terlihat tanda-tanda
gagal ginjal pada fase lanjut, anuria, dan jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil(13).

Pada pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan pada saluran kencing yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab
terjadinya batu. pada pasien ini kita bisa menemukan adanya bakteriuria atau piuria, dapat ditemukan
leukosit pada urinalisis, bisa juga ditemukan hematuri pada pemeriksaan mikroskopik urin, Ph urin
menjadi alkalis, dan pada pemeriksaan kultur urin dapat diidentitifikasi organisme atau bakteri yang
memproduksi urea pada pasien dengan staghorn calculi yang disebabkan oleh batu struvit. Pada
pemeriksaan darah rutin dapat ditemukan peningkatan leukosit jika disertai dengan infeksi saluran
kemih. Untuk mengevaluasi fungsi ginjal kita dapat memeriksa ureum kreatinin, ini dapat meningkat jika
terjadi gangguan pada ginjal dimana fase lanjut dari batu staghorn ini dapat menyebabkan
hidronefrosis dan akhirnya terjadi gagal ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan
radiologi IVP. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya batu
(antara lain kadar: kalsium, oksalat, fosfat, maupun urat dalam darah maupun di dalam urin(5,13).

Pada pemeriksaan radiologi dapat ditemukan gambaran rediopak pada foto polos abdomen
(BNO) pada ginjal dan pada pemeriksaan Intra Venous Pyelografi (IVP) dengan menggunakan kontras
dapat ditemukan dilatasi dari pelvis renalis dan dilatasi dari kaliks minor karena obstruksi dan
penurunan kontras ke ureter hingga buli-buli terganggu. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai
keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Pemeriksaan USG dikerjakan apabila pasien tidak mungkin
menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal
yang menurun dimana ini dapat dilihat dari kadar serum kreatinin yang > 3, dan pada wanita yang
sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu ginjal yang di tunjukkan sebagai echoic
shadow, dan hidronefrosis(7,11).
Gambar 2 batu staghorn pada pemeriksaan Intra Venous Pyelografi

Penatalaksanaan

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan agar
tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu
saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi dan infeksi. Batu Staghorn pada ginjal jelas
akan menimbulkan obstruksi karena menyumbat pelvis renalis bahkan sampai ke kaliks jadi penanganan
untuk mengeluarkan batu harus segera dilakukan(7).
Pengangkatan seluruh batu merupakan tujuan utama untuk mengeradikasi organisme
penyebab, mengatasi obstruksi, mencegah pertumbuhan batu lebih lanjut dan infeksi yang
menyertainya serta preservasi fungsi ginjal. Meski beberapa penelitian menunjukkan kemungkinan
untuk mensterilkan fragmen struvite sisa dan membatasi aktivitas pertumbuhan batu, sebagian besar
penelitian mengindikasikan, fragmen batu sisa dapat tumbuh dan menjadi sumber infeksi traktus
urinarius yang berulang(5,7).

Modalitas terapi untuk batu cetak ginjal adalah:

1. Simple Pyelolithotomy

Simple Pyelolithotomy merupakan sebuah tindakan operasi terbuka yang biasanya dilakukan
pada kasus-kasus batu ginjal. Metode Operasi ini dilakukan pada batu staghorn yang belum terbentuk
sepenuhnya atau dengan kata lain semi staghorn yang terletak pada pelvis ektra renal. Jika pelvis renalis
kecil dan terletak intra renal atau ½ intra renal dan ½ ekstra renal maka simple pyelolithotomy sulit
untuk dilakukan maka pada kasus ini kita memerlukan teknik Gil-Vernet (Extended Pyrlolithotomy atau
Pyelocalicolithotomy). Indikasi lain dari Simple Pyelolithotomy adalah jika percutaneous renal surgical
atau ESWL tidak tersedia, dan jika ada komplikasi dari percutaneous renal surgical yang telah terjadi
sebelumnya maka metode ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan. Untuk persiapan preoperative
hasil dari cultur urin harus diperoleh dan diperlukan pemberian profilaksis antibiotic parenteral sebelum
dilakukan operasi. Intravenous urography diperlukan untuk melihat anatomi dari traktus urinarius dan
fungsi ginjal. Pada saat pembedahan dilakukan pengikatan pada ureter yang bertujuan untuk mencagah
terlepasnya fragmen-fragmen batu ke ureter selama dilakukannya operasi. Pelvis renalis dibebaskan
dari jaringan lemak pada permukaan posteriornya, sehingga pelvis renalis dalam keadaan terbuka.
Pengangkatan batu dapat dilakukan dengan bantuan jari atau dengan menggunakan forcep. Batu
dibawa ke pelvis renalis, diirigasi oleh larutan saline untuk mengeluarkan fragmen-fragmen kecil yang
mungkin masih tertinggal. Fragmen-fragmen batu yang menetap atau yang masih tertinggal dapat
membentuk nidus dan menyebabkan terjadinya rekuren(4,12,14).
Gambar 3 Pyelolithotomy
Gambar 4 Pengangkatan batu pada pyelolithotomy

2. Extended pyelolithotomy

Extended pyelolithotomy (Gil Vernet metode) adalah teknik yang dapat digunakan untuk
mengangkat batu ginjal yang kompleks pada pelvis renalis dan yang telah meluas pada beberapa kaliks.
Dengan menggunakan metode ini pendekatan melalui insisi parenkim ginjal dapat dihindari sehingga
resiko yang menyebabkan memburuknya fungsi ginjal postoperasi dapat dikurangi. Kasus-kasus dimana
pelvis renalis terletak intra renal atau jika ukuran batu besar dapat dilakukan insisi extended
pyelolithotomy (Gil-Vernet) untuk membantu mengangkat batu. Teknik ini memungkinkan juga untuk
mengangkat batu ginjal yang complex dan sisa-sisa batu di dalam kaliks yang masih tertinggal mungkin
dapat diangkat melalui Nephrotomy Radial(12,17).

Pada metode
ini ginjal harus termobilisasi secara penuh. Sebuah vena yang terus berjalan dari bagian posterior fascia
Gerota ke bagian posterior dinding abdomen berada pada bagian tengah ginjal dan vena ini harus
teridentifikasi dan dibekukan untuk menghindari perdarahan. Sebuah metode yang tepat untuk
mendukung ginjal setelah itu ialah di dalam sebuah netting sling (jaring). Jaringan lemak pada pelvis
renalis dilepaskan dengan cara digunting, sisanya ditutup ke dinding pelvis renalis. Kemudian retractor
Gil-Vernet diletakkan di bawah parenkim ginjal agar dapat membebaskan pelvis renalis. Pada tahap ini
harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mencederai cabang dari arteri renalis. Setelah itu pelvis
renalis dibuka secara transversal. Insisi sebaiknya dibuat agak jauh dari pelviureteric junction untuk
mengurangi resiko devaskularisasi pada junction yang dapat menyebabkan stenosis. Panjang dan arah
insisi dapat bervariasi sesuai dengan bentuk anatomi intra renal dan batu yang ada di dalamnya.
Kemudian batu diangkat dengan memasukkan curved McDonnell’s dissector dibelakang batu untuk
membantu mengungkit batu sehingga batu dapat dikeluarkan(4,17).

Gambar 5 Extended Pyelolithotomy

3. Bivalve Nephrolithotomy

Bivalve nephrolithotomy atau Anatropik nephrolithotomy pertama kali diperkenalkan oleh


Smith dan Boyce pada tahun 1967. Meskipun metode Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) dan Electro
Shock Wave Lithotripsy (ESWL) tengah berkembang saat ini namun, Bivalve Nephrolithotomy masih
digunakan untuk pasien dengan Staghorn Calculi dimana bagian terbesar dari batu berada pada caliceal
dan infundibular. Jika terjadi stenosis pada infundibuar tindakan ini merupakan indikasi utama. Indikasi
lain dilakukannya teknik ini adalah apabila pecahan batu tidak dapat dikeluarkan dengan pendekatan
intrasinusal yang diperluas, juga pada penderita yang sebelumnya telah dilakukan pyelolithotomy dan
kemudian menderita batu cetak ginjal(2).

Setelah ginjal dipaparkan melalui irisan flank biasanya menggunakan insisi interkostal antara
kosta 11 dan 12, identifikasi ureter dan diseksi dilanjutkan keatas untuk memaparkan pelvis renalis.
Ginjal seluruhnya dimobilisasi dengan dengan menggunakan diseksi tajam dan tumpul, pasang pita
umbilikal mengelilingi ginjal yang berfungsi sebagai pegangan, identifikasi arteri renalis dengan palpasi
dan bebaskan dari jaringan sekitarnya untuk memudahkan bila akan diklem. Identifikasi arteri
segmentalis posterior dan anterior melalui diseksi pada sisi lateral sepanjang arteri renalis, berikan
manitol 12,5 mg secara IV, 5 menit sebelum arteri renalis diklem. Dengan pita umbilikal sebagai
pegangan, tempatkan suatu kantong mengelilingi ginjal sebagai tempat meletakkan butiran-butiran es
untuk pendinginan permukaan( surface cooling )(2,8).

Gambar 6 Cooling the kidney with ice slush


Klem arteri renalis dengan klem Bulldog, dan
segera ginjal dibungkus degan butiran butiran es sampai suhu inti ginjal mencapai 10 sampai 15 derajat
Celsius, biasanya dapat dicapai dengan pendinginan selama 15 menit. Lakukan insisi longitudinal pada
kapsul ginjal pada permukaan posterior tepat pada garis Bröder yang berjarak kira-kira 0,5 cm posterior
dari permukan terluas cembung ginjal.Irisan ini tidak dianjurkan melewati segmen apikal maupun
basilar ginjal, tetapi bila dibutuhkan, insisi dapat diperluas ke masing-masing kutup ginjal sehingga
akhirnya ginjal akan terbelah menjadi dua (gambar 7 dan 8)(2,8).
Gambar 7 Complete dissection of the kidney from surrounding tissue except for renal pedicle and ureter.

Gambar 8 the Kidney is completely the unfolded

Insisi yang tepat pada ginjal dapat dicapai dengan


mengklem arteri segmentalis anterior dan membiarkan a. segmentralis posterior tetap terbuka,
injeksikan secara IV 20 ml methylene blue, maka segmen posterior dari parenkim ginjal akan berwarna
biru sehingga bidang antara segmen anterior dan posterior mudah diidentifikasi. Sangatlah penting
mencapai kaliks posterior melalui bidang yang tepat sesuai garis Brödel seperti yang ditunjukan pada
(gambar 9)(8).

Gambar 9 The Proper approach to the posterior calyces of the kidney between the segment blood
suplly of the anterior and posterior portions of the kidney.

Kapsul ginjal kemudian dibebaskan


dari parenkim ginjal dengan diseksi tumpul kemudian parenkim ginjal dibelah secara tajam sesuai garis
insisi kapsul ginjal, kaliks posterior yang berisi batu staghorn di identifikasi dengan palpasi , kemudian
dibuka pada permukaan anteriornya, insisi kemudian diperluas sampai ke pelvis renalis, insisi dilanjutkan
ke kaliks anterior melalui insisi pada permukaan posterior dari kaliks anterior, maka berangsur
angsur seluruh batu staghorn dapat dipaparkan. Sebelum ekstraksi batu, uretero pelvic jungtion diklem
untuk mencegah fragmen fragmen batu turun ke ureter. Cuci seluruh medan operasi dengan NaCl
sampai bersih, tempatkan kateter kecil melalui ureter ke vesika urinaria. Roentgenogram intraoperatif
dilakukan untuk menjamin bahwa semua batu telah diambil. Fragmen-fragmen batu yang kecil bila ada,
dapat diambil dengan “nerve hook”, dan bila sisa batu terdapat pada parenkim ginjal dan dapat
dipalpasi, suatu radial nefrotomi dapat dilakukan . Rekonstruksi internal dari kolekting sistem adalah
bagian yang terpenting pada operasi ini. Bila mungkin lakukan kalikorafi dengan menjahit tepi-tepi dari
kaliks mayor yang berdekatan secara bersama-sama dengan menggunakan kromik 5-0. ( Gambar 10
)(2,8).

Gambar 10 The internal reconstruction of the collecting system after removal of. a staghorn calculus.

Kemudian dilanjutkan dengan


kalikoplasti. Calycoplasti adalah tindakan untuk memperbesar leher kaliks yang sempit, agar tidak
terjadi stasis urin dan memperkecil kemungkinan untuk timbulnya batu residif pada kaliks tersebut (
gambar 11 )(8).

Gambar 11 Calicoplasty .
Pasang double J stend dengan ujung atas berada pada
kaliks mayor kutup bawah ginjal, fiksasi double J stend pada pelvis renalis dengan jahitan kromik lima
nol Lepaskan klem bulldog beberapa detik untuk identifikasi adanya sumber perdarahan dan untuk
mengetahui hemostasis yang telah dicapai. Nefrostomi longitudinal ditutup dengan jahitan kromik 4-0
dimulai dengan jahitan kontinyu pada ujung-ujung dari kolekting sistem sedangkan bagian sentral
dijahit dengan memasang jahitan belum diikat pada beberapa tempat untuk menjamin aproksimasi
yang tepat dari kolekting sistem kemudian jahitan diikat satu demi. (Gambar 12)(8).

Gambar 12 Closure of the collectiong system after performance of an anatrophic nephrolithotomy.


Kapsul ginjal ditutup dengan jahitan
terputus dengan menggunakan kromik Tiga nol seperti pada gambar 13. Lepaskan klem bulldog dari a.
renalis, kemudian ginjal dihangatkan dengan cairan irigasi, pasang drain di ruang retroperitoneal, luka
operasi ditutup lapis demi lapis(8).
Gambar 13 Closure of the renal capsule with either running or interrupted sutures.

4. PCNL (Percutaneous Nephrolithotomy)

Merupakan cara untuk mengeluarkan batu yang berada dalam saluran ginjal dengan cara
memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Secara umum PCNL memiliki
empat langkah operasi: percutaneous renal access, dilatasi traktus, fragmentasi batu dan ekstraksi, dan
drainase postekstraksi. Tiap langkah-langkah ini memerlukan ketelitian dan dilakukan secara mendetail,
dan dalam beberapa kasus dimana satu metode ini gagal maka tindakan alternative mungkin
diperlukan. Kontraindikasi absolute untuk dilakukannya PCNL adalah coagulopathy yang belum
dikoreksi, dan pasien harus menghentikan konsumsi obat-obatan seperti aspirin, dan anti inflamasi non
steroid selama 7 – 10 hari sebelum operasi. Posisi yang digunakan untuk PNCL adalah posisi prone
(tengkurap) dimana bahu dan siku di fleksikan dan membentuk sudut kurang dari 900 serta lutut juga
difleksikan lalu kemudian bantal yang panjang ditempatkan secara longitudinal dari bahu sampai ke
pangkal iliaka. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fregmen kecil.
Teknik ini menggunakan tindakan invasive minimal, PNCL ini diindikasikan untuk batu yang berukuran >
2 cm. Kira-kira 85% pasien yang diterapi dengan PNCL akan pulih dalam waktu 3 bulan dan hasil jangka
panjangnya sama dengan operasi terbuka (open surgery)(1,9,18).

5. Kombinasi PCNL dan ESWL

Tindakan ini dilakukan dengan cara pasien terlebih dahulu diterapi dengan PCNL debulking lalu
kemudian diikuti dengan ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) dimana sisa dari batu dipecah
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang
pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan hematuri. Prinsip dari
ESWL itu sendiri adalah menghasilkan focus shock wave berenergi tinggi dimana gelombang yang
dihasilkan ini akan mendeteksi keberadaan batu pada traktus urinarius lalu kemudian
menghancurkannya menjadi fragmen-fragmen kecil. ESWL diindikasikan untuk terapi batu ginjal yang
memiliki ukuran kurang dari 1,5 sampai 2 cm. Pemasangan internal stent direkomendasikan untuk batu
yang berukuran lebih dari 1,5 cm untuk mencegah obstruksi dari ureter akibat pasase fragmen-fragmen
batu yang telah dipecahkan tadi.(1,18)
Gambar 14. Electro Shockwave Lithotripsy

Gambar 14. Electro Shockwave Lithotripsy

Komplikasi

Batu staghorn pada ginjal adalah batu yang menempati lebih dari satu collecting sytem dan
menempati pelvis renalis. Batu staghorn ini dapat memenuhi seleruh pelvis renalis sehingga dapat
menyebabkan obstruksi total pada ginjal. Pada tahap ini pasien mengalami retensi urin sehingga pada
fase lanjut ini dapat menyebabkan hidronefrosis dan akhirnya jika terus berlanjut maka dapat
menyebabkan gagal ginjal yang akan menunjukkan gejala-gejala gagal ginjal seperti sesak, hipertensi,
dan anemia. Pada staghorn calculi penyebab yang tersering adalah batu struvit atau batu infeksi yang
disebabkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri pemecah urea. Pada keadaan ini terlebih dahulu
terjadi infeksi saluran kemih yang akan memacu timbulnya batu. Oleh karena itu pada kasus ini infeksi
dapat terjadi secara berulang dan bila tidak diterapi dengan baik akan dapat berkomplikasi menjadi
sepsis dan akhirnya membahayakan jiwa dari penderita(7,19).

Prognosis

Pada staghorn calculi yang disebabkan oleh batu struvit atau batu infeksi memiliki resiko tinggi
untuk rekuren walaupun telah diterapi secara tepat karena fragmen batu sisa dapat tumbuh dan
menjadi sumber infeksi traktus urinarius yang berulang. Pada stghorn calculi yang tidak diterapi maka
akan menimbulkan hidronefrosis dan pada akhirnya terjadi kerusakan ginjal jadi semakin dini ditemukan
dan diterapi dng tepat prognosisnya baik(7).

Diposting 30th December 2010 oleh EdHA_CHIFA BLOG

Label: Batu staghorn bedah urologi ginjal

Lihat komentar

1.
Unknown3 Agustus 2016 06.03

Boleh mnta dapusnya ...?


Balas

2.

Dimas Bintoro2 September 2016 00.59

Bisa dicantumkan daftar pustakanya? Atau sumber aslinya yg bisa diakses online
Balas

3.

Dr gomez johnson18 April 2018 04.16

apakah Anda ingin menjual ginjal Anda seharga 500.000 dolar jika ya silakan hubungi kami dengan email
ini: [email protected] atau nomor whatssap +2349070905307
Balas

edHa's Room

 Klasik

 Kartu Lipat

 Majalah

 Mozaik

 Bilah Sisi

 Cuplikan

 Kronologis

DEC
31

31 Des: My Diary
"hari ini............"hmmm no...jangan mulai dengan kata-kata ini...oke...coba kalo..ahhh sudahlahhh cuman
diary juga....

lets start with..

Hello my diary,
hari ini payah,,,asli diriku malas bangettt,,,,

Tak ada yang menabjukkan seperti hari2 yang lainnya kyknya sdh 1 1/2 bulan sejak qw putus sama
pacarku: the one and the only one pacarku yang benar2 pacarku (note: dikatakan begini coz pacarku
yang satunya lagi bukan disebut pacar coz cuman berhubungan lewat telp saja)...hihihiihi..

Pagi-pagi buta sudah harus ngurus surat domisili maklum ekke eksodus dari negeri seberang..mana KTP
dari negeri yang satunya sudah mati...ngekkkkkkk.....hahhaha :D,, syukurlah ibu kosku yang baik hati dan
menabjubkan itu mau membantuku mengurusinya..

DEC
31

TRON LEGACY
Pemain : Jeff Bridges, Garrett Hedlund, Bruce Boxleitner, Olivia Wilde, Michael Sheen, James Frain

Sutradara: Joseph KosinskiProduksi : Walt Disney Pictures

Genre: Science Fiction

Anekayess-online.com – Dengan budget hampir 2 trilyun rupiah, kita bakal disuguhi tontonan dunia cyber
yang canggih banget di film ini. Makin seru lagi kalau kita memilih nonton dalam format 3D.

Tron: Legacy ini sekuel dari film Tron, yang diproduksi pada 1982.

DEC
31

Capricorn : zODIAKq untuk tgl 29 Des 2011


Inilah saat yang tepat untuk mengintorspeksi bahwa apa yang kamu dapatkan selama ini merupakan
hasil apa yang telah kamu lakukan. Jangan hanya menyalahkan lingkungan dan merasa bahwa kamu
“korban” dari keadaan. Kamu juga bisa bertindak untuk mengibah pola pandang kamu atas apa yang
sudah terjadi.

Kesehatan: Sedikit kurang bersemangat.

Keuangan: Pas-pasan

Asmara: Cinta lokasi memang susah diduga, tau-tau datang mndadak.

Kepribadian: Bertindak hati-hati itu memang perlu.

DEC
31

Miley Cyrus - When I Look At You Lyrics


Miley Cyrus - When I Look At You Lyrics

Send "When I Look At You" Ringtone to your Cell

When I Look At You Lyrics

Everybody needs inspiration,

Everbody needs a song.

A beautiful melody,

When the night's so long.

Cause there is no guarantee,

That this life is easy.

Yeah when my world is falling apart.

When there's no light to break up the dark,

That's when I, I, I look at you.

When the waves are flooding the shore,

and I can't find my way home anymore.

DEC
30

LANGKAH - LANGKAH PENANGANAN CLP (Cleft Lip and Palate)


LANGKAH - LANGKAH PENANGANAN CLP

(Cleft Lip and Palate)

I. PENDAHULUAN

Kelainan kongenital dan kelainan genetik sekarang ini semakin sering dilaporkan sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan medis. Biasanya, celah (cleft) pada bibir dan palatum segera didiagnosa
pada saat kelahiran.

DEC
30
PERSALINAN MACET (DISTOSIA)
SKENARIO 1

Ny. Ani, GIIPIA0, 29 tahun, datang ke kamar bersalin dengan keluhan sakit perut tembus ke belakang
sejak jam 13.00 kemarin siang. Pada pemeriksaan didapatkan T:110/80 mmHg, N:80x/menit,
P:40x/menit, S:370C. Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah processus xiphoideus, punggung janin di kiri,
bagian terdepan kepala, dengan penurunan 3/5, denyut jantung janin 130x/menit dan his 2x dalam 10
menit dengan durasi 30-35 detik.

DEC
30

BATU STAGHORN PADA GINJAL


BATU STAGHORN PADA GINJAL

Pendahuluan

Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman Mesir kuno. Sebagai salah
satu buktinya adalah ditemukan batu pada kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang
penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak
sama di berbagai belahan bumi.

DEC
30

IRIDOSIKLITIS
IRIDOSIKLITIS

A. PENDAHULUAN

Uvea terdiri merupakan bagian tengah yang berpigmen, struktur vascular dari mata dan terdiri atas iris,
korpus sillier, dan koroid. Uveitis didefinisikan sebagai inflamasi (ie, -itis) dari uvea (berasal dari bahasa
Latin uvea, berarti “anggur”). Studi mengenai uveitis sangat rumit karena disebabkan oleh reaksi
inflamasi dibagian dalam mata akibat infeksi maupun noninfeksi(1).

2

Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.
 HOME
 ARCHIVES
 BLOGGER TEMPLATE
 LINK EXCHANGE
 ASKEP BEDAH
 ASKEP MATERNITAS
 SOFTPEDIA
 RSS
 ABOUT ME
 alexa
 award
 berita
 earn money
 freeware
 google
 hobby
 kesehatan
 my opinion
 ping
 scam
 seo
 template
 tools
Asuhan Keperawatan Perioperatif pada Klien Dengan PyeloNeprolithotomi Dextra
Posted by Qittun on Saturday, September 06, 2008

No comments yet

This item was filled under Asuhan Keperawatan

1. Pengertian

Adanya batu (kalkuli) pada saluran perkemihan dalam ginjal, ureter, atau kandung kemih yang terdiri dari; yang
membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.

Batu dapat menyebabkan obstruksi, infeksi atau oedema pada saluran perkemihan, kira-kira 75% dari semua
batu yang terbentuk terdiri atas; kalsium

Faktor resiko batu ginjal meliputi; stasis perkemihan, infeksi saluran perkemihan, hiperparatiroidismem penyakit
infeksi usus, gout, intake kalsium dan vit D berlebih, immobilitas lama dan dehidrasi.
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi pembentukan batu;

a. Faktor Endogen

Faktor genetik, familial pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria

b. Faktor Eksogen

Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.

3. Faktor lain;

a. Infeksi

Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan

batu saluran kencing . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan
mengubah pH urine menjadi alkali.

b. Stasis dan Obstruksi urine

Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah infeksi saluran kencing.

c. Jenis kelamin

Pria lebih banyak dar ipada wanita

d. Ras

Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.

e. Keturunan

Annggota keluarga batu saluran kencing lebih banyak mempunyai kesempatan.

f. Air minum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat

g. Pekerjaan

Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu daripada pekerja yang
lebih banyak duduk.

h. Suhu

Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat


i. Makanan

Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas BSk berkurang .Penduduk yang

vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita Batu Saluran Kencing (buli-buli dan
Urethra)

4. Patogenesis

Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik, bersifat simptomatik ataupun asimptomatik.

5. Teori terbentuknya batu

a. Teori Intimatriks

Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik sebagai inti. Substansi ini

terdiri dari mukopolisakarida dan mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentukan batu.

b. Teori Supersaturasi

Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti; sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat
akan mempermudah terbentuknya batu.

c. Teori Presipitasi-Kristaliasi

Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substasi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan
mengendap sistin, santin, asam dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat..

d. Teori Berkurangnya faktor penghambat

Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat polifosfat, sitrat magnesium, asam
mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.

6. Pemeriksaan Diagnostik.

a. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan Sel Darah Merah, Sel
Darah Putih, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), ph asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat)
alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam

urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan Infeksi Saluran

Kencing, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder

terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

b. Darah lengkap: Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.

c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH. Merangsang reabsobsi kalsiumm dari

tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.

d. Foto Rontgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang

ureter.

e. IVP.: memberukan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau

panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).

f. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi.

g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

7. Penatalaksanaan;

a. Menghilangkan obstruksi

b. Mengobati infeksi

c. Menghilangkan rasa nyeri.

d. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi.

8. Komplikasi:

a. Infeksi

b. Obstruksi

c. Hidronephrosis.

1. Pendahuluan
Trauma bedah yang direncanakan, menimbulkan rentang respon fisiologis dan psikologis pada klien,

tergantung pada individu dan pengalaman masa lalu yang unik, pola koping, kekuatan dan keterbatasan.

Kebanyakan klien dan keluarganya memandang setiap tindakan bedah merupakan peristiwa besar dan mereka
bereaksi dengan takut dan ansietas pada tingkat tertentu.

2. Pengertian Pyeloneprolithotomi

Pyeloneprolithotomi adalah tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu dari ginjal dan pyelum.

3. Pengertian Keperawatan Perioperatif

Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tanggung jawab keperawatan
yang berhubungan dengan fase-fase preoperatif, intraoperatif, pemulihan pascaanestesi dan pascabedah.

Sepanjang periode perioperatif, perawat menerapkan proses keperawatan untuk mengidentifikasi fungsi positip,

perubahan fungsi, dan potensial perubahan fungsi pada klien. Adapun tanggung jawab keperawatan untuk
masing-masing fase berfokus pada masalah kesehatan spesifik aktual atau resiko.

4. Fokus Asuhan Keperawatan Pada periode Perioperatif

1. Fase Preoperatif

a. Pengkajian Preoperatif

b. Penyuluhan Preoperatif

c. Persiapan untuk pindah ke ruang operasi

d. Dukungan orang terdekat

2. Fase Intraoperatif

a. Keamanan lingkungan

b. Kontrol Asepsis

c. Pemantauan fisiologis

d. Dukungan psikologis (prainduksi)

e. Pemindahan ke ruang pemulihan pascaanestesi


3. Fase Pemulihan Pascaanestesi

a. Pemantauan fisiologis (jantung, pernafasan, sirkulasi, ginjal dan neurologis )

b. Dukungan psikologis

c. Keamanan lingkungan

d. Tindakan kenyamanan

e. Stabilitas untuk pindah ke unit atau bangsal

4. Fase Pascaoperatif

a. Pemantauan fisiologis

b. Dukungan psikologis Tindakan kenyamanan

c. Dukungan orang terdekat

d. Keseimbangan fisiologis (nutrisi, cairan dan eliminasi)

e. Mobilisasi

f. Penyembuhan luka

g. Penyuluhan pulang.

Pengkajian Preoperatif Pyelonephrolithotomi

Meliputi : data umum, data dasar dan data fokus, yaitu ;

Pemahaman klien tentang kejadian

- Ahli bedah bertanggung jawab, untuk menjelaskan sifat operasi, semua pilihan alternatif, hasil yang

diperkirakan dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Ahli bedah mendapatkan dua consent

(ijin) satu untuk prosedur bedah dan satu untuk anestesi. Perawat bertanggung jawab untuk

menentukan pemahaman klien tentang informasi, lalu memberitahu ahli bedah apakah diperlukan

informasi lebih banyak (informed consent).

Kondisi akut dan kronis :


- Untuk mengkompensasi pengaruh trauma bedah dan anestesi, tubuh manusia membutuhkan fungsi

pernafasan, sirkulasi, jantung, ginjal, hepar dan hematopoetik yang optimal. Setiap kondisi yang

mengganggu fungsi sistem ini (misalnya: DM, gagal jantung kongestif, PPOM. Anemia, sirosuis, gagal

ginjal) dapat mempengaruhi pemulihan. Disamping itu faktor lain, misalnya usia lanjut, kegemukan dan

penyalahgunaan obat / alkohol membuat klien lebih rentan terhadap komplikasi.

Pengalaman bedah sebelumnya

- Perawat mengajukan pertanyaan spesifik pada klien tentang pengalaman pembedahan masa lalu.

Informasi yang didapatkandigunakan untuk meningkatkan kenyamanan (fisik dan psikologis) untuk

mencegah komplikasi serius.

Status Nutrisi

- Status nutrisi klien praoperatif secara langsung mempengaruhi responnya pada trauma pembedahan

dan anestesi. Setelah terjadi luka besar, baik karena trauma atau bedah, tubuh harus membentuk dan

memperbaiki jaringan serta melindungi diri dari infeksi. Untuk membantu proses ini, klien harus

meningkatkan masukan protein dan karbohidrat dengan cukup untuk mencegah keseimbangan nitrogen

negatif, hipoalbuminemia, dan penurunan berat badan. Status nutrisi merupakan akibat masukan tidak

adekuat, mempengaruhi metabolik atau meningkatkan kebutuhan metabolik.

Status cairan dan elektrolit

- Klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektolit cenderung mengalami shock, hipotensi,

hipoksia, dan disritmia, baik pada intraoperatif dan pascaoperatif. Fluktuasi valume cairan merupakan

akibat dari penurunan masukan cairan atau kehilangan cairan abnormal.

Status emosi.

- Respon klien, keluarga dan orang terdekat pada tindakan pembedahan yang direncanakan tergantung

pada pengalaman masa lalu, strategi koping, signifikan pembedahan dan sistem pendukung.

- Kebanyakan klien dengan pembedahan mengalami ancietas dan ketakutan yang disebabkan
penatalaksanaan tindakan operasi, nyeri, dan immobilitas.
Diagnosa Keperawatan Preoperatif (persiapan untuk pindah ke ruang operasi)

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen penatalaksanaan tindakan operasi.

Rencana Keperawatan

Diagnosa Ansietas/takut berhubungan dengan situasi/lingkungan ruang premedikasi dan operasi

Tanda- tanda :

Subyektif :-Klien mengatakan semalam tidak bisa tidur/sering terbangun membayangkan operasi.

Klien menanyakan berapa lama saya dioperasi.

Klien bertanya dimana ruang operasinya.

Obyektif :-Ekspresi wajah tegang, nadi meningkat, tekanan darah meningkat/turun, keluar keringat dingin, jantung
berdebar-debar.

Kreteria hasil :

Ekspresi Wajah rileks.

Berpartisipasi pada prosedur keperawatan.

Mampu mengungkapkan perasaannya.

Menyatakan penurunan ansietas/takut.

Intervensi Rasional

Mandiri :
Tingkat kecemasan sebagai dasar perencanaan
1. Kaji tingkat kecemasan klien perawatan

2. Berikan penentraman hati dan tindakan Mengurangi rasa takut

kenyamanan:
a. Temani klien selama di ruang premedikasi Mengurangi kecemasan

Eksplorasi perasaan dapat mengurangi ketegangan


b. Berikan kesempatan pada klien

mengungkapkan perasaannya

c. Kenalkan kembali pada kenyataan yang Suport untuk koping yang positip

ada Mengurangi ketegangan

d. Kurangi stimulus sensori Menenangkan jiwa

e. Ajak klien untuk mengadakan pendekatan

spritual sesuai dengan kemampuan dan

situasi Meyakinkan klien sekaligus menerima secara


realistis
f. Perjelas informasi dokter tentang rencana

tindakan operasi dan kemungkinan- Mengurangi ketakutan/kecemasan.

kemungkinannya.

g. Orientasikan klien pada ruang operasi dan Mengurangi kecemasan

peralatannya. Mengurangi kecemasan.

h. Minimalkan keributan/lalu lalang

Menjaga keamanan
i. Tinggal dengan pasien selama induksi
Memberi kepercayaan kepada klien.
j. Tunjukan perhatian /sikap mendukung
Memberi ketenangan
k. Tetap matikan lampu sampai pasien tertidur

l. Lanjutkan pemantauan psikologis Antisipasi terhadap perubahan psikologis

m. Catat respon yang tak terduga Menjaga keamanan

n. Lepaskan gigi palsu/kaca mata/alat bantu

dengar di ruang operasi. Mengurangi kecemasan

o. Kolaborasi, pemberian anti ansietas

Fase Intra Operatif


Pengelolaan Keamanan:

a. Jaminan penghitungan kasa, jarum, instrumen dan alat lain, cocok untuk pemakaian.

b. Mengatur posisi pasien

- Posisi fungsional

- Membuka daerah untuk operasi

- Mempertahankan posisi selama prosedur.

c. Memasang alat grounding

d. Menyiapkan bantuan fisik

Pemantauan fisiologis

a. Mengkalkulasi pengaruh terhadap pasien akibat kekurangan cairan

b. Membandingkan data normal dan abnormal dari cardiopulmonal.

c. Melaporkan perubahan-perubahan tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah dan RR.)

Pemantauan psikologi sebelum induksi dan bila pasien sadar

a. Menyiapkan bantuan emosional

b. Melanjutkan observasi status emosional

c. Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada anggota tim.

Manajemen Keperawatan

a. Menyelamatkan keselamatan fisik pasien.

b. Mempertahankan aseptis pada lingkungan yang terkendali

c. Mengelola dengan efektif sumber daya manusia.


Anggota Tim Fase intraoperatif

a. Tim bedah utama steril

- Ahli bedah utama

- Asisten ahli bedah

- Perawat instrumentator.

b. Tim anestesi:

- Ahli anestesi atau pelaksana anestesi

- Circulating nurse

- Lain-lain (tehnisi, ahli aptologi dll.)

Tugas perawat instrumentator

a. Persiapan pengadaan bahan-bahan dan alat steril yang diperlukan untuk operasi.

b. Membantu ahli bedah dan asisten bedah waktu melakukan prosedur

c. Pendidikan bagi staf baru yang berkualifikasi bedah

d. Membantu jumlah kebutuhan jarum, pisau bedah, kasa atau instrumen yang diperlukan untuk prosedur, menurut

jumlah yang biasa digunakan. Untuk pelaksanaan kegiatan yang efektif perawat instrumen harus memiliki

pengetahuan tehnik aseptik yang baik, ketrampilan tangan dan ketangkasan, stamina fisik, tahan terhadap

berbagai desakan, sangat menghayati kecermatan dan memperhitungkan prilaku yang menuntaskan asuhan

pasien yang optimal.

Tugas Perawat Circulating

Perawat keliling memegang peranan dalam keseluruhan pengelolaan ruang operasi, perawat ini dipercaya untuk
koordinasi semua aktivitas di dalam ruangan dan harus mengelola asuhan keperawatan yang diperluikan pasien.
Periode Pemulihan Pasca Anestesi

Trauma bedah dan anestesi mengganggu semua fungsi utama sistem tubuh, tetapi kebanyakan klien mempunyai

kemampuan kompensasi untuk memulihkan homeostasis. Namun klien tertentu berisiko lebih tinggi untuk mengalami

kompensasi tak efektif terhadap efek merugikan dari pembedahan dan anestesi pada jantung, sirkulasi, pernafasan
dan fungsi lain.

Secara Umum Diagnosa Keperawatan yang muncul pada fase /periode pemulihan pasca anrestesi adalah :

a. Resiko terhadap aspirasi yang berhubungan dengan samnolen dan peningkatan sekresi sekunder terhadap

intubasi.

b. Ansietas yang berhubungan dengan nyeri sekunder terhadap trauma pada jaringan dan syaraf.

c. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan samnolen sekunder terhadap anestesia

d. Resiko terhadap hipotermia yang berhubungan dengan pemaparan pada suhu ruang operasi yang dingin.

Kriteria umum syarat pasien dipindahkan dari ruang pemulihan pasca anestesi ke unit perawatan adalah sbb. :

a. Kemampuan memutar kepala

b. Ekstubasi dengan jalan nafas bersih.

c. Sadar, mudah terbangun.

d. Tanda-tanda vital stabil

e. Balutan kering dan utuh

f. Haluaran urine sedikitnya 30 ml/jam.

g. Drain, selang , jalur intravena paten dan berfungsi.

h. Persetujuan ahli anestesi untuk pindah ke ruangan.

Post a Comment


0 komentar on "Asuhan Keperawatan Perioperatif pada Klien Dengan
PyeloNeprolithotomi Dextra"

Post a Comment
Newer Post

Older Post

CARI ARTIKEL
Kick Me!!

Atau Bisa Melihat Langsung Semua Artikel


Subscribe via RSS Feed stay updated with blog articles
Follow My Twitter Untuk Mengoceh Bersama
Fave Me On Technorati I Will Fave U Back!
Subscribe via email address:
Submit

 Terbaru
 Komentar
 Blog Artis
 Useful
 Hubungan Antara Situs ibadah Terlengkap dan Internet Marketing - Jan 06
 Zinmag Remedy | Magazine Blogger Template - Dec 28
 Master Blogger Template Edan.. - Dec 22
 Uneg Uneg PPC Lokal - Nov 29
 Bencana di Masa Depan Akhir Dari Peradaban Di Bumi | Kiamat ??? - Nov 21
 Rekor Ciuman Cipika Cipiki Semenit - Nov 15
 Antara Eksekusi Amrozi CS, Lumpur Lapindo dan Bapak Presiden SBY Yang Lupa Nama Hari - Nov 13
 CommentLuv Untuk Blogger | Sebuah Bentuk Cinta Yang Lain - Nov 09
 Freeware Sederhana Untuk Image Editor dan Screen Capture utility | PicPick 1.8.0.1 - All-in-one Design Tools - Nov 06
 Asuhan Keperawatan Ibu Dengan Myoma Uteri - Nov 06

 kategori
o Adsense
o Alexa
o Artikel Kesehatan
o Askep Maternitas
o Asuhan Keperawatan
o Award
o Berita
o Blogger Template
o Blogging Tips
o Blogging Tools
o freeware
o Google
o Hobby
o Link Exchange
o My Home Town
o My Opinion
o Other
o Ping Service
o PPC
o SCAM
o SEO
o Situs Penghasil Uang
o Tanaman Hias

 voting
Your Market Research Here
Apture
Blog Directory (button)....[+/-]

Feed Traffic...…..[+/-]

Copyright 2008 Qittun Blog All rights reserved. Posts FeedComments Feed

True Elegance Blogger Template by Hajunik.


Original True Elegance theme by Custom Theme Design

Anda mungkin juga menyukai