Cerpen
Cerpen
Cerpen
1. Perjuangan
Perkenalkan namaku Xica (panggil: sica). aku mempunyai seorang kakak. Ia bernama Xico
(panggil: sico. Papa dan mamaku sedang ada di luar negeri. Jadi, aku di rumah hanya
bersama kakakku dan bibi Briella.
Pada suatu hari…
“Kak, ayo main dong sama dek Xica!” pintaku.
“Iih siapa yang sudi mau main sama kamu. Dan tolong jangan manggil aku kakak. aku gak
sudi punya adik kayak kamu!” bentak kan Xico.
“Kak, apa salahku sama kakak? Apa kak, apa?” tanyaku.
“Salahmu banyak sekali padaku. Kau telah merebut kasih sayang mama dan papa dariku!”
bentak kak Xico lagi.
aku pun yang mendengar itu pun langsung masuk kamar.
Di kamar, aku menangis tersedu sedu.
“Ya tuhan, kenapa harus aku ya tuhan!” gumamku di dalam isakanku.
Jika kakak tak menginginkanku, aku harus pergi dari sini. Untuk apa aku di sini kalau
kedatanganku merusak kebahagian kakak. Pikirku.
Aku pun segera mengemasi barang barang dan menulis surat untuk yang ada di sini. aku
pun segera kabur lewat jendela.
The Power Girls adalah nama persahabatan antara Siska, Nessa dan Sasa.
Suatu hari saat libur panjang, mereka bertiga berencana untuk berlibur bersama. “Enaknya
kita liburan di mana?” tanya Nessa. “Kemah aja gimana? Di hutan sebelah rumah Siska?!”
usul Sasa. “Tapi kan banyak binatang buas, aku takut!” Nessa memang anak yang penakut.
“Gak kok, di sana aman 100%, tapi mitosnya di hutan dekat rumahku itu ada kurcaci lho,
baik” jelas Sisca panjang lebar. “Ihhh aku takut” kata Nessa. “Ih itu kan hanya mitos”
mereka bertiga pun sepakat untuk kemah di hutan dekat rumah Sisca.
Setelah mendirikan tenda dan menggelar tikar, ketiga sahabat itu duduk di atas tikar
menikmati udara yang segar dan dingin. “Wah sejuk banget ya!” Sasa membentangkan
tangannya sambil menghirup udara segar. “Iya, ini hutannya belum tercemar polusi dan
masih sejuk” Sisca memberitahu.
Tiba tiba, mereka melihat ada kurcaci pendek, kecil, dan memakai topi serta pakaian imut
yang mendatangi mereka. “Uwaaaa kurcaciiiii!!!” Nessa ketakutan. Mereka bertiga
ketakutan semua. “Tenang, aku Pino. Kurcaci yang tinggal di hutan ini. Aku kelaparan,
apakah kalian memiliki makanan?” tanyanya ramah. Sisca, Nessa dan Sasa sudah tidak
takut lagi. “Pino, kita punya roti, nasi dan ikan goreng” Pino pun menyantap makanan yang
diberikan oleh ketiga sahabat itu.
“Terimakasih anak baik” ucap Pino. “Ternyata benar mitos itu kalau ada kurcaci di sini”
kata Sisca. “Iya, aku tinggal di pojok hutan” jawab Pino.
Mereka berempat pun mengobrol ngobrol, bercanda ria, bahkan Pino membawa mereka
berkeliling hutan sampai sampai mereka berenang di danau yang indah. Sisca dan kedua
sahabatnya kemah di hutan selama 5 hari. 5 hari full mereka buat bersenang senang dan
seru seruan bersama Pino. Sampai akhirnya mereka harus berpisah.
“Terimakasih Pino, kau telah menjadi teman kami selama dikemah” kata the power girls.
“Sama sama, terimakasih juga kalian semua. Aku berpesan pada kalian, jangan beritahu
siapa siapa kalau aku ada di sini. Cukup rahasia kita saja” ucap Pino. “Iya Pino” jawab
serempak the power girls. “Terimakasih” jawab Pino.
Pengalaman itu adalah pengalaman yang tidak akan pernah mereka lupakan. Bahkan,
mereka menjadi sahabat dan the power girls sering berkunjung ke hutan untuk bertemu
Pino.
Putri Brownies lalu mengajak Lila ke istananya lalu ia dijamu kue yang enak. Setelah selesai
makan Lila berkata pada putri Brownies bahwa ia harus pulang karena neneknya pasti
akan mengkhawatirkan dirinya yang belum pulang. Putri pun sedih lalu mengizinkan Lila
pulang dan memberikan koin emas untuk Lila, Lila senang dan berterima kasih pada Putri
Brownies kemudian pergi dan dipandu pengawal biskuit.
5. Rumah Kenangan
“Bukannya itu bonekamu dulu? Juga bingkai fotonya. Kertas itu juga,” kata Mama
tersenyum.
“Boneka ini tidak akan Zaza pakai lagi. Zaza, kan, sudah besar. Tapi, bingkai fotonya dan
kertasnya akan tetap Zaza simpan,” jawab Zaza lalu membersihkan barang temuannya.
Mama mengelus rambut Zaza pelan. “Bonekanya kasih orang lain saja yang membutuhkan,”
“Hai! namaku Afhseen Myesha Frisca. Panggil aku Myesha. Aku pindahan dari Sdn Bina
Cerdas. Nama ayahku Afif, umiku bernama Fifa. Aku mempunyai kakak yang bernama
Yunny. Oya alamat rumahku di sini Perum Bukit Permata blok BB 109 Rt 3 Rw 5. Aku harap
kalian bisa berteman baik denganku. Sekian,” perkenalan di kelas 5-1 Sdn Bangsa
Cemerlang. Namanya Myesha.
“Ok, Myesha. Kamu duduk sama Feni. Yang memakai kerudung berkacamata yang di
barisan 3 bangku nomor 3!” perintah wali kelasnya, bu Zintya. Myesha menuruti perintah
wali kelasnya yang baru.
“Halo! namaku Fenindya Zhirra! Salam kenal,” sahut Feni pada Myesha.
“Halo! aku Myesha! salam kenal juga!!” sahu Myesha.
Mereka mulai pelajarannya.
Usai membeli makanan, mereka makan di kelasnya. “Sha, mau nggak jadi sahabatku?”
tanya Feni yang mulutnya masih dipenuhi makanan. “Hush! dikunyah dulu baru ditelan,
Fen!” tegur Myesha lembut. “Mau nggak?!” tanya Feni lagi. “Iyalah,” ujar Myesha. Mereka
pun jadi sahabat.
Pada menginjak hari ke 11 persahabatan mereka hampir rapuh. Semakin hari semakin
jauh. Myesha bingung, apa salahnya? Pada hari kamis, kebetulan Feni ada acara keluarga.
Jadi ia duduk sendiri. Sebelum masuk kelas, Myesha membaca buku KKPK yang dibawa
dari rumah. Ia membaca di bangkunya.
“Hai Sha! lagi baca, ya?” sapa teman sekelasnya, Hayfana Salvira Anjani atau Hayfa. “Hai Fa!
iya lagi baca buku KKPK,” kata Myesha yang masih menatap lembaran buku KKPK. “KKPK?
apa itu KKPK, Sha?” tanya Hayfa yang sudah duduk di samping Myesha. “KKPK itu,
singkatan dari Kecil-Kecil Punya Karya. Kayak buku cerita, tapi ada gambarnya setiap bab.
Banyak pilihannya!” jelas Myesha. “Owh… Ehem, boleh minjem, tak?” tanya Hayfa. “Boleh!
kebetulan, aku bawa 3,” katanya seraya mengambil buku KKPKnya dari tas, lalu diberi
keHayfa. Mereka baca bersama. “Kamu kutubuku, ya Sha?” tanya Hayfa disela membaca.
“Iya!” jawab singkat Myesha. Semenjak itu, Hayfa sering meminjam buku KKPKnya.
Sementara Feni, belum baikan. Malah, Feni mengajak salah satu teman kelas 5-1, namanya
Tyas untuk duduk bersama. “Coba, Hayfa ngajak aku duduk bareng samanya. Kebetulan, Ita
(teman sebangku Hayfa) pindah ke Sekolah lain,” pikir Myesha sembari duduk di kursi
depan kelas. Kebetulan, kelasnya belum dibuka. Tak lama, kelas pun dibuka. “Sha, duduk
bareng ama aku, yuk!” ajak Hayfa. Myesha menganggukan kepala. “Ternyata, Hayfa bisa
baca pikiranku! Hihihi…,” gumam Myesha dalam hati.
Sejak saat itu, Myesha dan Hayfa bersahabat. Tak ada yang bisa memisahkan. Bahkan,
mereka membuat janji bahwa tak ada yang bisa memisahkannya kecuali maut. Myesha bisa
melupakan Feni. Feni menyesal karena memusuhi Myesha. Sebenarnya, Feni terhasut
omongan Gerrla, teman sekelas. Gerrla memang membenci Myesha.
Namanya Fanya Putri. Biasa dipanggil Fanya. Dia orangnya rajin, sederhana, logis, jika
menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, analistis dan kritis. Ia mempunyai cita-cita
menjadi Polwan. Fanya bersekolah di SDN Gemilang Emas. Fanya juga mempunyai sahabat
yang setia, namanya Zizi.
“Eh, Ziz! Aku boleh ke rumahmu, kan?” tanya Fanya. Ini waktu istirahat. Fanya bersama Zizi
sedang membaca buku di Perpustakaan. “Loh, ngapain?” balik tanya Zizi. “Lupa, ya, kamu!
Kita, kan, mau ngerjain Pr PPKN sama-sama,” jawab Fanya. Zizi hanya manggut-manggut.
“Ya bolehlah!” jawab Zizi. Mereka lalu melanjutkan membaca buku.
Tok… Tok… Tok… “Assalamualaikum… Zizi,” panggil Fanya, seraya mengetuk pintu rumah
Zizi. “Waalaikumsalam,” jawab seseorang seraya membuka pintu. Ternyata yang membuka
Pintu adalah Ibu Zizi. “Eh, Fanya,” ucap Ibu Zizi. “Iya, Tante. Ini Fanya, sahabat Zizi. Oya,
Zizinya ada, Tan?” tanya Fanya. “Owh, ada. Silahkan masuk,” ucap Ibu Zizi seraya membuka
pintu lebar-lebar. Fanya bergegas masuk ke rumah Zizi.
Tiba-tiba, Zizi langsung menghampiri Fanya. “Eh, Fan! dah datang, toh?!” tanya Zizi. “Ya,
seperti sekarang,” tukas Fanya. “Ayo, ke kamarku!” ucap Zizi. Fanya dan Zizi masuk ke
kamar Zizi. Zizi membuka pintu yang berada di dalam kamar. Ternyata, itu perpustakaan
Zizi. “Ayo masuk!” ajak Zizi. Mereka segera masuk. Fanya segera duduk di lantai berlapis
permandani. Mereka mulai mengerjakan Pr bersama.
Usai mengerjakan Pr, “Eh, Ziz!boleh baca-baca bukumu, nggak?” tanya Fanya. “Ayo!” ucap
Zizi. Zizi mengambil Buku KKPK berjudul ‘Happy Camp’. Sedangkan Fanya, masih memilih-
milih. Ia tertarik membaca buku ‘Ramalan Zodiak’. Dia mulai membaca. Ternyata, sifatnya
dan pekerjaan malah mengacu pada Zodiak Virgo, sedangkan zodiaknya adalah Taurus.
Watak sesungguhnya zodiak Taurus ialah keras kepala, materialistis, pasif, ramah, sabar,
praktis, setia, dan memiliki jiwa toleransi. Pekerjaan Taurus ialah Bankir, Seni, Akutansi,
Pemusik dan Tukang Kebun. Ia berniat untuk mengikuti sifat yang sesuai dengan buku
tersebut.
Teman satu kelas pun dibuat bingung dengan perubahan Fanya. Fanya berusaha mengikuti
sifat yang sesuai dengan buku Ramalan Zodiak Zizi. Namun, teman-teman tetap ingin
berteman dengan Fanya. Karena Fanya adalah anak yang cantik dan pintar. Tetap, mereka
bingung dengan sikap Fanya. 2 hari kemudian, Zizi tahu apa yang membuat Fanya berubah.
Yaitu, gara-gara Buku Ramalan Zodiaknya. Teman-teman tahu akan sebab Fanya berubah.
Mereka pura-pura tak tahu dan tetap berteman dengan Fanya.
Sudah 2 Minggu dia mengikuti sifat di Buku tersebut. Ia sungguh tak nyaman. Cita-citanya
bahkan terpaksa terganti menjadi Bankir. Ia merasa tersiksa. Akhirnya, Fanya pun cerita
kepada sang Mama. “Mana, Fanya nggak nyaman,” rengek Fanya suatu hari pada Mama.
“Kenapa, sayang? kamu dijauhi teman, atau kamu diejek, atau guru kamu…,” “Bukan!”
potong Fanya. “Terus, kenapa?” tanya Mam heran. “Fanya kan, ngikutin sifat di Buku
Ramalan Zodiak Zizi. Fanya tersiksa. Fanya nggak terbiasa. Watak Fanya sebelum sekarang
mengacu pada Zodiak Virgo. Kan, Zodiak Fanya, Taurus. Cita-cita Fanya yang dulu Polwan,
jadi Bankir. Itu pun terpaksa. Huah, andai aja Zodiakku Virgo,” curhat Fanya panjang
tambah lebar.
Mama menatap Fanya dengan penuh kasih sayang. Beliau menbelai kepala Fanya secara
lembut. “Sayang, kamu nggak perlu seperti apa yang dikatakan Buku Ramalan. Hidup itu
bebas sayang. Nggak ada, kan, nyuruh Fanya ngikuti watak dan cita-cita seperti di Buku.
Kamu juga sudah sempurna. Mau tau nggak, rahasia Mama agar bahagia?” terang Mama.
“Apa, Ma?” tanya Fanya. “Mama bahagia, karena mama menjadi diri sendiri. Mama bebas,
nggak ada yang bebani. Kalau ada orang keberatan dengan diri kita, artinya dia iri kita
selalu bahagia. Nah, Mama pernah Baca. Watak mama mengacu ke Zodiak Scorpio. Tapi,
Zodiak Mama adalah Capicorn. Dan mama, tetap menjadi diri sendiri Mama, karena Mama
nyaman menjadi diri sendiri,” jelas Mama. Fanya menganggukkan kepala dan memeluk
Mama.
Esoknya, Fanya menjadi diri sendirinya. Teman-teman bersyukur karena Fanya menjadi
diri sendirinya lagi.
Menjadi anak pertama memang tidak enak. Apalagi sulung dari dua adik yang semuanya
adik-adiknya. Ia tidak terlalu di sayang (sebab adik nya masih kecil-kecil dan harus punya
perhatian lebih), apalagi vira tidak terlalu pandai di setiap pelajaran hitung-hitungan.
Rasanya vira tidak punya satu pun kelebihan yang patut dibanggakan.
“vira, siapa penemu diagram venn?”
Ups! Vira meloncati karetnya yang disambung menjadi permainan. Karet yang sejak
delapan belas menit lalu yang diloncatinya tertinjak oleh kakinya.
“sejak tadi ibu lihat kamu asyik bermain karet yang kamu sambung dan diloncati,” tegur bu
dina (ibunya vira)
“john venn” bisik adik vira (novi) yang dekat dengannya
“sekali lagi ibu lihat kamu main karet loncat-loncatan seperti itu, ibu kirim kamu ke sirkus”
ujar ibu dina, meskipun vira telah menjawab pertanyaan dengan benar
Keesokan harinya.
Seisi kelas vira tertawa mendengar cerita ibunya vira. Ia tidak malu di tertawakan teman-
temannya, malahan ia senang karena akhirnya ia punya satu kelebihan yang menarik
perhatian orang. Tidak semua orang bisa loncat-loncat karet tanpa tertinjak dengan kaki
dalam waktu yg cukup lama.
Dan akhirnya. Vira pun dipanggil oleh orang guinness book of record untuk menampilkan
bakatnya, dan setelah itu nama nya pun tertulis di “guinness book of record”.
Akhirnya dia (vira) mempunyai bakatnya yang hebat, dan ia menjadi terkenal. Lalu vira
pun menyadari bahwa “setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan nya masing-
masing”
kepada orangtua. Kemudian aku berkerja menjadi direktur di sebuah perusahaan ternama
di Jakarta.
Malamnya, bunda kembali dikejutkan. Bunda diajak pergi ke restoran dan dikejutkan oleh
teman, sahabat, guru, dan keluarga besar bunda. Sungguh, bunda senang karena semua
sudah memberikan hadiah yang spesial menurut bunda.
Emakku terkena Stroek dan kehidupan ku berubah 180 derajat, aku harus berjuang
melanjutkan sekolahku lagi.
Tepat bulan November hendak melaksanakan ujian semester aku mendapat surat
panggilan karena sudah lima bulan menunggak uang sekolah!!!
“bapak, apakah aku harus berhenti sekolah untuk ini? aku masih ingin melanjutkan sekolah
hingga ke Perguruan Tinggi” kataku bercerita pada bapak
Bapak hanya menatapku dengan mata yang nanar. Hingga akhirnya sekolah berbaik hati
memberi aku bantuan biaya sampai selesai sekolahku nanti.
“dek, hari ini emak bisa pulang, bagaimana menururt mu” Tanya kakakku yang kedua
“Ya sudah kita bawa pulang emak, aku juga sudah rindu dengan rumah” kataku
Saat itu kami pulang, kondisi emak berubah, ia seperti kanak-kanak.
terkadang aku bersedih melihatnya, aku juga merasa lelah.
“Nakku, hidup ini pasti berubah. Jangan pernah tangisi hidup. Lakukan yang terbaik nak!
Do’akan Emak” terdengar kalimat itu dengan terbata-bata dari mulut emak saat kami
hendak tidur.
aku hanya bisa memeluk Emak dan berusaha menyembunyikan tangisanku.
Hanya selang beberapa bulan kami berada di rumah dengan merawat Emak, dan pada
suatu hari Bapak kembali jatuh sakit.
Yang mengharuskan kami rawat inap lagi, tapi tidak mungkin! Bagaimana dengan Emak
siapa yang merawat dia? Terpaksa aku Cuti sekolah untuk merawat bapak di rumah sakit
sambil bergantian dengan Abang iparku.
Duniaku sedang berada di bawah semua duka menghempit, tapi elok dan sakitnya dunia
hanya sesaat. 10 bulan sudah ku merawat Emak dan bapak yang kian renta di bawah
penyakit yang mendera.
Suatu sore nan indah kurasa, kondisi emak kian membaik walau emak tak pernah lagi
melakukan terapi karena himpitan ekonomi yang kami alami.
Ku elus wajah emak seakan ingin melihatnya selama mungkin, ku pengang erat sambil ku
pijat ringan jemari emak yang sudah lama tak bergerak itu.
“Emaak” kataku
Emak mengelus wajah ku, dan menarik kepalaku untuk memeluknya.
“Emak apa kelak aku dapat melanjutkan hingga keperguruan tinggi” tanyaku, karena aku
begitu berharap emak bisa sembuh dan mendampingiku saat Di wisuda kelak.
Wajah emak tampak haru menatapku, tangannya tak henti membelai rambutku yang ikal.
“nak emak ingin melihat mu wisuda nak” suara emak begitu lembut ditelingaku
“Emak cepat sembuh, tika mau nanti saat di wisuda emak dan bapak mendapingiku untuk
berpoto di papan bunga yang indah” aku mulai bercerita dengan suara riang pada emak.
“Nakku, sekarang anak Emak sudah kelas 3 SMK memang, bentar lagi selesai, dan akan
melanjutkan keperguruan tinggi nak. Apapun yang terjadi Emak ingin lihat anak Emak Di
wisuda, ada atau tiada Emak itu sudah ditakdirkan sama Allah nak”.
Haru sekali sore itu rasanya saat itu sangat indah, bagai masa yang enggan tuk ku berlalu
didalamnya. Emak begitu lembut sebagai tonggak motivasi untukku. Emak aku ingin di
wisuda, ingin engkau dampingi lagi.
Tetapi, tanggal 20 agustus, selang 3 hari dari sore yang begitu indah itu kehendak illahi
berbicara saat aku sedang bermain. Abang ipar menjemputku untuk segera pulang.
Sampai di depan pintu, kulihat tubuh emak terbaring, suara napas nya menderu “Emak
sedang sakaratul maut” besitku.
Selama ini keluarga Mamad dengan Yanah harmonis hingga mereka dikaruniai Tiga orang
anak dan juga telah dikaruniai Dua cucu. Walaupun mereka hidup di kampung serta
dengan keadaan ekonimi mungkin untuk ukuran orang yang mengagungkan kekayaan
keluarga Mamad bisa dibilang serba kurang, sebab Mamad belum mampu lagi memiliki
kendaraan baik sepeda ontel, sepeda motor, mobil apalagi kapal. Namun Keluarga Mamad
tak pernah mengalami tidak makan dan tidak tidur di kolong jembatan, dan ketiga anaknya
pun paling tidak untuk keluarga yang serba kurang ikut dan aman di jenjang pendidikan
setingkat SLTA.
Tapi sungguh diluar kehendak Mamad, setelah rumah tangganya dengan Yanah selama
Tiga Puluh tahun harus mengalami pahit dan ketidak nyamanan. Padahal saat ini mereka
hanya hidup berdua, sebab ketiga anaknya sudah memiliki rumah tangga dan
kehidupannya masing masing. Hal pahit dan ketidak nyamanan keluarga Mamad dengan
Yanah berawal dari tindakan Yanah yang telah meninggalkan rumah selama Tiga hari
tanpa pamit. Ini menjadikan perasaan Mamad sakit dan pedih, sebab selama Mamad
berumah tangga, ia selalu mendahulukan Yanah agar tetap suka, apapun akan Mamad
tempuh walau resikonya harus mendapat dampratan dan hinaan dari saudara saudara
kandungnya, kemarahan kedua orangtua Mamad, yang terpenting hati dan perasaan Yanah
tetap senang dan suka. Namun semua yang telah Mamad korbankan untuk Yanah ternyata
harus diterima Mamad dengan perasaan hati pahit dan pedih. Sungguh hal ini membuat
Mamad terpukul, sebab Yanah istrinya selama Tiga hari minggat ternyata ia telah ada janji
dengan lelaki lain sebagai teman chatting di BBM, Whats App, Line, BBM, We Chat, dan
Facebook.
Sungguh tak disangka oleh Mamad, kalau istrinya yang selama ini dinomor satukan berani
untuk menjadi perempuan phone s*x dan berencana untuk bertemu. Dan setelah kejadian
tersebut Mamad hanya bisa diam dalam ketidak mengertian, sedangkan Yanah selalu
mencari alasan agar Mamad mau mengusir atau kata lain diceraikan, sebab permintaan
cerai yang diucapkan Yanah sering keluar jika marah, walau sebenarnya Mamad tak pernah
ngomong lagi.
Mamad yang memegang kartu sim HP Yanah selalu menerima SMS-SMS dari belasan lelaki
teman teman Yanah di aplikasi.
Semua kata kata lewat SMS temannya Yanah yang diterima Mamad pastinya kebanyakan
kata kata keji yang menjijikan. Perasaan dan hati Mamad sungguh merasa pedih dan
terhina, namun hingga saat ini Mamad masih diam, walau perasaan terasa sakit, namun
Mamad masih mencari dan menunggu petunjuk dari dirinya, untuk keluar dari persoalan
ini. Sungguh Mamad merasa tidak faham dengan kelakuan Yanah istrinya…
Hidup memang kadang tak bisa diperkirakan, sungguh jika internet ini digunakan oleh
orang yang kurang kuat keteguhan hidup, serta kurang ilmu adab ternyata berdampak
kurang baik. Semoga hal ini tidak terjadi kepada mereka yang berumah tangga dan
menggunakan internet dalam kesehariannya.
Siang ini aku duduk beristirahat di bawah hijaunya pohon beringin, menghitung uang receh
dan lembaran uang ribuan bersama teman-temanku.
“dapet berapa fi?” tanya Tasya kepadaku. Ia adalah anak perempuan yang lucu dan suka
tertawa. Dalam hati kecilku aku menaruh rasa suka padanya.
“sedikit nih, baru dapet lima ribu, soalnya dari tadi pada pelit-pelit orangnya.” ujarku
sambil mengejek kendaraan-kendaraan yang berhenti silih berganti.
“kalah lo sama gue, lihat nih gue dapet empat puluh delapan ribu coy!!” Dimas tiba-tiba
pamer atas pencapaian mengemisnya karena hasil yang didapat melebihi pendapatanku
dan Tasya.
Kami bertiga berjalan menuju warung terdekat untuk membeli air dan beberapa camilan,
tapi tidak untukku. Pantang bagiku untuk membelanjakan uang yang sedikit ini hanya
untuk membelikan air dan camilan, aku teringat bu Ijah yang menantiku di rumah.
“dia pasti menungguku untuk makan” gumamku memandangi recehan di tanganku.
“kamu kepikiran bu Ijah lagi ya Rafi? Tasya memandangku penuh rasa perhatian. Ia
memberikan potongan rotinya lalu menyodorkannya kepadaku. Dimas pun demikian, ia
tak ragu membelikan air agar rasa dahagaku hilang dan bisa kembali ke jalan.
“kalian semua baik banget sama aku, semoga kita selalu bersama ya teman-teman. Aku
sayang kalian.” aku memeluk mereka bersamaan, air mata mengalir di sela-sela wajahku
yang hitam dan kotor.
“Amiiinnnn…” ucap Dimas dan Tasya sambil tersenyum. Entah mengapa dari sini aku mulai
menyadari bahwa Tasya dan Dimas adalah dua orang yang sangat berarti dalam hidupku.
Mereka berdualah yang selalu ada semenjak aku menderita saat ditinggal pergi Ayahku,
sedangkan aku tak pernah melihat ibuku sama sekali semenjak aku lahir ke dunia yang
kejam ini. Dengan mereka berdua aku mengerti sahabat, serta kasih sayang, dan dengan
mereka harapan kecil untuk bisa membahagiakannya pun ada dalam hatiku.
“lo mau ngasih gue makan apaan cuma dapet uang tujuh ribu doang??!” lo kira ni tempat
bisa gue dapet dengan uang lo yang cuma tujuh ribu??!” aku menunduk karena takut pada
bu Ijah. Sebenarnya aku sudah mengetahui akan dihina dan dimarahi jika aku kurang
mendapatkan uang diatas dua puluh ribu untuk disetorkan padanya. Jika aku memberikan
sejuta alasan pun akan percuma, karena dia bisa lebih marah padaku.
“aku sudah berusaha bu, tapi hasilnya cuma itu” jawabku pelan karena takut membuatnya
semakin marah.
“jangan membela diri lo di depan gue! Bapak lo tuh udah mati dan sekarang lo nggak punya
apa-apa selain gue! Paham lo?!!” kata-kata itu bagai pisau raksasa yang menusuk hatiku
bertubi-tubi. Hatiku hancur mendengar perkataannya, dan tanpa menoleh ke arahnya aku
berlari menghilang di kegelapan malam. Suara bu Ijah yang berteriak memanggil-
manggilku tak kuhiraukan sama sekali. Aku terus berlari dan berlari, bersama air mata
derita yang terus keluar tanpa bisa berhenti.
“Ayah apa kabar kau disana? Sehat selalu kan yah? Ayah Rafi kangen Ayah, Rafi tadi
dimarahin bu Ijah karena cuma bisa ngasih uang tujuh ribu. Omongannya kasar yah, aku
harap ayah melihatnya tadi.” aku terus bercerita tentang masalahku, seakan ayahku masih
hidup untuk menasehati dan memeluk tubuh mungilku yang tak sanggup akan roda bawah
kehidupan.
“Ayah, hari ini aku berharap dan bersumpah akan harapanku untuk bisa bertahan hidup di
dunia yang keras ini. Harapanku untuk bisa mempertahankan orang-orang yang aku
sayangi dari berbagai penderitaan mereka. Juga harapanku untuk bisa menjadi manusia
yang tidak dapat dijatuhkan oleh malas dan penderitaan. Aminkanlah do’aku ini ayah.” di
malam yang dingin dan sepi ini aku berdo’a kepada-Nya, Allah yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Aku memejamkan mataku, merasakan khusyuknya do’aku, dan setelah
keyakinanku mantap aku berkata dalam hati.
“bangkitlah kau menjadi manusia yang tangguh wahai jiwa yang malas”
Dan semua renungan di malam itu kini memberikan harapan baru, harapan bahwa tangan
di atas lebih baik dari tangan di bawah.
Mat Phiti hanya manggut-manggut sambil menghabiskan sarapan paginya. Nasi dan sambal
ikan asin. Benar juga, pikirnya.
“Kalau begitu, Emak pergi ke balai kota saja. Pasti di sana banyak totak bekas kue dan botol
atau gelas akua.”
“Loh, di sana ada apa, pak?”
“Ada upacara.”
“Upacara apa?”
“Mana aku tahu toh mak, wong tukang becak kok ditanya soal upacara segala!”
“Ya sudah, aku kesana.”
Masih tetap mengenakan pakaian kerja seperti saat ia menarik gerobak sampahnya, Mak
Inah menuju ke balai kota. Meski masih tetap berurusan dengan sampah, kali ini Mak Inah
tidak menarik gerobak. Karung pastik besar yang dibawanya. Nangkring di punggungnya.
Di halaman balai kota, upacara itu dilakukan. Ibu-ibu, pegawai kantor walikota itu,
memakai kebaya lengkap, pakaian tradisional adat Jawa. Juga istri wali kotanya. Pak
walikota pun memakai beskap, jarik dan blankon. Lalu, dinyanyikan lagu ‘Ibu Kita Kartini”.
Mak Inah, tiba-iba ingat tadi malam ketika si Tini menyanyikan lagu itu. Sebelum ia
menanyainya tentang tanggal 21 April itu. Pertanyaan yang aneh!
Upacara telah selesaii. Pesta di kantor wali kota pun usai. Mobil-mobil kembali mengangkut
para istri itu kembali ke rumahnya. Tidak seperti hari-hari biasanya, hari ini bapak-bapak
itu seakan bersimpuh di kaki wanita. Dan, wanita seperti menjadi ratu sehari. Ibu-ibu itu
sejak subuh telah pergi ke salon kecantikan. Hari ini ibu-ibu itu harus nampak cantik.
Harus nampak bak seorang ratu. Konon, untuk ke salon itu mereka harus bayar mahal.
Sama jumlahnya dengan gaji yang ia terima untuk tiga bulan. Gaji sebagai pengangkut
sampah itu.
Tiba-tiba, Mak Inah ingat tentang Hari Kartini seperti yang dinyanyikan Tini tadi malam.
Ya, hari ini 21 April adalah Hari Kartini. Lalu, ia tersenyum. Tanpa disadarinya, bibirnya
bersiul: “Ibu kita Kartini, putri sejati…” Mengingat dan mengucap sepotong-sepotong lagu
pendek itu. Sambil terus memunguti kotak kue, gelas dan botol plastik.
Ia akan terus berjuang seperti Kartini!
15. Mimpi
dan seketika penglihatanku gelap. Ya, kini aku telah pergi. Aku telah meninggalkan dunia
ini.
Malam itu indah, semua bintang bertaburan di langit.. ditemani oleh bulan, bulan yang
selalu Bersinar di malam hari.. viola duduk di balkon kamarnya. dia mandangi langit di atas
yang indah, melihat bulan yang dikelilingi bintang-bintang bersinar dan berkelap kelip, tapi
di mata viola terlihat hanya 1 tujuan di atas sana… dia melihat 1 bintang yang menurutnya
paling bersinar dibanding bintang-bintang yang lain, entah baginya ia sangat suka dengan
bintang yang 1 itu. Bintang yang baginya seperti Viona, viona adalah kembarannya viola
hanya beda beberapa detik. viola menganggap bahwa bintang yang saat ini ia pandang
adalah Viona karena viona sama seperti bintang itu, dia sangat baik, dia kebanggaan
keluarganya dia adalah gadis yang berumur 15 tahun yang sangat periang “vion.. mungkin
sekarang kamu diatas sana.. dan sekarang tiada yang bisa menggantikan mu, jujur vion, aku
ingin menjadi seperti dirimu.. kamu adalah perempuan yang sangat pandai vion. Kamu
dapat membuat ayah ibu bangga kepadamu vion, begitu pula aku. aku sangat senang
menjadi kembaranmu, kamu inspirasiku vi… sekarang kamu ninggalin kita semua disini
sendiri tanpamu… vion kembaranku.. ajari aku. agar aku bisa sepertimu.. aku kangen sama
kamu.. viona..” ucapan viola di dalam hati dan ia sempat meneteskan air mata. mengingat-
ingat saat dulu ia selalu bersama kembarannya.
Dulu 13 agustus 2012 viona menginjak umurnya yang ke 14 tahun sama dengan viola. tapi
lagi-lagi viola yang selalu di anggurkan sedangkan viona yang selalu dibangga banggakan
oleh ayah dan ibunya. karena dia sering sekali mengikuti lomba melukis dan lagi lagi dialah
pemenangnya. Viona memang pandai dia ranking 1 di sekolahnya. semuanya berdatangan
ke rumah viola dan viona, tapi kebanyakan semua bergerumbul di viona sedangkan viola,
ia hanya terdiam dan melihat sahabat-sahabat kembarannya itu mengucapkan selamat
ulang tahun, happy birthday dan berbincang-bincang. hingga 1 bulan kemudian viona
mulai sering mimisan, jatuh pingsan, dan sulit bergerak, viola mulai khawatir dengan
keadaan kembarannya itu.. saat kejadian-kejadian itu sering dialami oleh viona ayah dan
ibu nya jarang di rumah, ayah dan ibunya disibukkan oleh pekerjaannya yang berada di
luar kota. dan viola pun sering melihat kembarannya mengalami kejadian itu sampai
akhirnya viola mulai khawatir dengan keadaan viona dan menyuruhnya untuk periksa ke
dokter dan ditemani viola. Tapi viona menolak ia memilih untuk ke dokter sendiri.
Selang beberapa hari, viona sering ngedrop setelah periksa ke dokter “vionn… kamu
kenapa sih sebenernya? jangan bikin aku khawatir dong..” kata viola dengan mengerutkan
dahi nya “emmh, gak papa kok lala.. kata dokter aku sehat.. aku hanya kecapekan aja.. kok
la. bener deh lihat aku bisa senyum.. aku bisa duduk kan?” Kata viona meyakinkan viola
untuk mempercayainya, dan menutupi kebenaran. karena sebenernya viona sakit parah
dari apa yang difikikan viola “iya. Sih… tapi kan…” ucapan viola terpotong “udah ah viola
musti gitu, aku gak papa vio.. aku sehat kok! Ah aku pengen istirahat kamu keluar ya vii…”
Kata viona memotong pembicaraan viola dan menyuruh viola keluar dari kamarnya. viola
pun mengalah, dia dengan 1000 pertanyaan yang ada dalam benaknya untuk
memwawancarai viona tapi, dia telah diusir dari kamar nya karena viona ingin istirahat.
(POV. Orang pertama = viona)
Maafin aku viola.. aku udah bohong samma kamu.. aku tau ini semua gak ada gunanya
untuk kamu ketahui, aku sadar aku udah merebut semua yang kamu miliki, kamu sebagai
kakak ku yang selalu menjagaku, walau itu dari jauh vioo maafin aku.. aku telah hidup di
dunia ini hanya untuk meresahkanmu.. tenang aja vio aku akan secepat mungkin pergi kok
dari dunia ini… aku salah, vio mungkin suatu saat nanti kamu akan baca buku diary yang
kutulis ini… semua akan tahu kalau aku mengidap penyakit Leukimia, dan telah stadium
lanjut. aku takut hadapi semua ini.
Diaryku.. jika ini yang terbaik aku tak akan pernah bilang kalau aku mengidap penyakit ini
ke semua orang agar semua orang gak khawatir dengan ku.. ayah, ibu, viola, sahabat-
sahabatku, dan orang yang ku sayang Steffan. mungkin aku telah merebut steffan dari
viola.. karena kurasa semua sikap nya ke steffan itu berbeda dia lebih memperhatikan
steffan dibanding laki-laki lainnya, maaafin aku vio… aku enggak berhak hidup di dunia ini..
Aku hanya pantas kau jadikan angin, jika angin itu sangat kencang.. aku hanya bisa
membuat semua kacau.. dan berantakan..
kututup diaryku dan ku berbaring di kasurku, karena hari telah berlarut malam..
POV (orang ketiga/autor)
Paginya mereka berdua harus pergi ke sekolah, tapi mereka harus jalan kaki untuk menuju
sekolah karena mobil yang biasa buat antar mereka berdua dibawa oleh orang tua mereka.
Jalan di pagi hari bagi mereka adalah semangat untuk menjalankann aktifitas hari ini,
karena mereka berdua sama sama semangat dan periang, viola yang setiap hari, setiap
waktu menanyakan kembali keadaan kembaraannya itu, sekaligus di pagi ini pula “kamu
gak papa? Ayo dong vioon, cerita.. aku selalu ngerasain hal yang sangat sakit.. bila kau
pendam rasa sakit itu vi, kumohon kita twins.. aku berhak tahu apa yang kamu rasain
sekarang..” ujar viola ke pada viona dengan sangat ingin mengetahui faktanya “aku harus
berapa kali bilang vio, aku sehat!. aku bisa sendiri.. aku kuat, liat aja aku bisa kan dari
rumah sampai beberapa meter lagi sampai di sekolah…” bantah viona seakan itu terjadi
fakta.
VOP Viona “Ya tuhan.. aku minta maaf, aku hanya ingin viola gak tau tentang semua ini.. aku
takut dia khawatir kepadaku..” ucap viona didalam hatinya. viola hanya tertegun heran
dengan sikap viona yang selalu setiap ia menanyakan keadaan viona, selalu viona jawab
dengan jawaban sama.
Pagi ini mereka upacara, viona terlihat sangat pucat viola selaluu memperhatikan viona
dengan wajah yang sangat khawatir, hingga 30 menit upacara hampir selesai, tiba-tiba
viona pingsan semua murid memindahkan pandangannya ke arah viona. viola sangat kaget
dengan kejadian itu tanpa sebab viona pingsan, steffan langsung membawa viona ke UKS,
upacara tetap dilanjutkan tapi ada beberapa guru yang tak ikut melanjutkan upacara untuk
menjaga viona, sedangkan viola kembarannya viona pasti tak mungkin membiarkan
twinsnya itu sendiri di UKS. dia menemani viona di UKS, awalnya steffan ingin menemani
viona di UKS sampai sadar tapi bu christy tak membolehkannya dan menyuruh steffan
mengikuti upacara. Apa boleh buat steffan tak mungkin membantah Bu guru, apa lagi Bu
Christy guru yang terkenal baik sabar dan salah satu tempat curhat anak-anak lainnya.
Viona pernah cerita ke Bu christy dia bercerita kalau dia sudah ngecewain kembarannya
sendiri, dia egois dia sudah gak pernah mentingin viola, padahal viola sangat baik sama
vion. dan viona pun juga sempat bercerita kalau dia menghidap penyakit Leukimia atau
kanker darah stadium lanjut, Bu christy juga menyarankan agar penyakit ini secepatnya
diberitahukan kepada keluarganya, tapi viona tetap tak mau sampai akhirnya ia tadi
pingsan terpaksa Bu Christy mengabari orang tuanya dan bilang kepada orang tuanya, tapi
saat itu orang tuanya berada di luar kota dan setelah orang utanya tahu, mereka langsung
terbang ke Jakarta. hari itu viola pun tahu dan setelah beberapa menit, dan upacara selesai.
viona sadar tiba-tiba ia mimisan, dan sangat banyak darah yang keluar dari hidung viona,
wajahnya sangat pucat “aku di… aduh!!” ucap viona megang kepalanya ia sangat pusing
“vion… kamu kenapa? kamu baik baik kan? Kamu sejak kapan menghidap penyakit ini..
kamu kuat vion, aku sangat pusing vion.. kamu pusing ya? Vion kamu kuat! Hadapin sama-
sama vio ya,” ujar viola ia ikut merasakan apa yang viona rasakan. begitu sakitnya. “vion.
Kamu yang kuat! Aku selalu ada disini buat kamu vi. Kumohonn kamu kuatt vi, kamu kena
apa? Sakit aapa?” Tanya steffan di samping kanan viona. “maafin aku.. viola, steff.. dea,
Sheila, aku uda boh…” ucapann viona terpatah-patah dan kata terakhir terpotong lalu ia
pingsan semua gak kuat lihat viona seperti itu, dan saat itu viola juga menceritakan kepada
sahabat-sahabatnya.
Sekolah pun saat mengetahui keadaan viona semakin parah viona dibawa ke rumah sakit,
dan kebetulan disitu ia sering cek keadaannya viola, steffan, dea, Sheila, ada di rumah sakit
menuggu Viona untuk sadar.. tak lama papa mama viola datang, dengan wajah yang sangat
susah, sedih, bingung. “vio, viona dimana? dia baik-baik kan? Jawab vi.. ?” Tanya mama nya
“ehm.. emm. Viona kena leukemia ma, dan dia sekarang di UGD” ujar viola dengan wajah
merasa bersalah tak bisa menjaga adiknya dengan baik saat orang tuanya tak lagi di rumah,
“vio kamu gimana sih?! Mama kan udah bilang jaga adikmu! baik baik. kok bisa dia kena
leukemia? kamu sebagai kakak yang GAK BEJUS JAGA ADIKMU!” kata mama yang membuat
viola langsung shock dan diam tertegun memandang mamanya “ma, aku tau, ini semua
salahku.. maafin aku! Aku memang bodoh! Tuhan gak adil, harusnya aku.. aku aja yang
kena. jangan viona! karena banyak disini yang gak sayang viola.. dan viona, anak mama
papa yang dibangga-banggain. bintang kelas banyak yang sayang sama viona! Tuhan gak
adil!! maafin aku ma” ucappan viola yang dengan lantang nya di hadapan sahabat-
sahabatnya dan orang tuanya “vio kita sayang sama kamu.. mungkin mama hanya shock
dan sedikkit bingung dengan apa yang terjadi saat iini kamu gak boleh nyalahin Tuhan, dan
bilang kayak gitu” ujar papa dengan lembut. dan mama hanya menangis bingung pilu
dengan keadaan viona anak kesayangannya. “enggak! Papa mama, semua nya gak sayang
sama aku! Dan itu bener!” bentak viola lalu ia lari ke taman rumah sakit. sendiri berdiam
diri, menangis, menyalahkan dirinya sendiri dan bilang tuhan itu gak adil.
“uhuh,.. semua ini salahku, aku yang salah.. tuhann kenapa enggak aku yang kena? Kenapa
harus viona? aku gak tega liat mama papa sahabat-sahabatku menangis.. lebih baik aku
yang menderita dari pada aku harus melihat orang yang kusayang menangis! Tuhan
kumohon selamatkan viona, mereka semua butuh viona. dibanding aku.” kata viola saat di
taman sambil menangis, lalu datang laki-laki yang tak asing Steffan! ya dia. duduk di kursi
taman di samping viola dan sedari tadi tanpa viola ketahui bahwa steffan berdiri di
belakangnya dan mendengarkan ocehannya tadi, steffan datang dengan menyodorkan sapu
tangannya ke viola, dengan muka bingung viola langsung berdiri dan melihat siapa yang
menyodorkan ternyata laki-laki yang ia sukai selama ini “stef, kok kamu ada disini?” Tanya
viola “emh, ambil nih” meraih tangan vio dan menaruh sapu tangannya ke atas telapak
tangannya viola yang halus, viola pun menerimanya lalu mengusap air matanya. “iya, dari
tadi aku disini, maaf. aku dari tadi dengerin kamu bicara dan nyalahin diri kamu sendiri…
itu gak baik.. ini semua udah garis yang ditentukan oleh tuhan, bukan kamu yang salah.
disini kita belajar pasrah, semua kehendak tuhan. meskipun kamu mau memukul-mukul
tubuhmu sesakit apapun ini gak akan berubah. ya inilah kehidupan. gak bisa kita pungkiri
… memang kamu mau ke masa lalu? dimasa-masa viona sehat ceria dan gak lemah seperti
ini? atau mau pergii gunain mesin waktu? haha, hanya di kartun itu semua gak ada! kita gak
perlu lihat ke belakang. sekarang yang penting kita berjalan maju bukan mundur.. kita
semangatin viona agar ia kuat dan bertahan” ujar steffan seakan akan memberi motivasi
viola.
Saat itu viola berfikir sejenak lalu ia beranjak pergi dari taman meninggalan steffan menuju
ke ruang tunggu. beberapa saat munculah dokter keluar dari UGD ia hanya memandang
sekitar dan menggelengkan kepala yang sebagai tanda bahwa viona tak terselamatkan “ya
tuhan! Dokter.. selamatkan anak saya dok!” rengek mama viola “maaf bu.. tapi viona telah
pergi.. meninggalkan kita semua” saat itu terjadi steffan baru datang ke UGD dan ia
mendengar pembicaraan dokter ia sangat shock. viola, mama, papa, sahabat-sahabatnya
dan steffann “ya allah.. :’( kenapa kau ambil kembaranku.. kenapa? Harusnya aku, aku aja.
aku..” ucap viola dengan merderai air mata lalu steffan memeluk viola ia paling tak tega
melihat wanita menangis. “vionn! Kamu cewek yang kuat! Kok ninggalin kita semua?
Disini? Kenapa vi… aku sayang sama kamu vi,” kata Stefan lalu memeluk viona. mereka
semua sangat sedih dan mennangis. tak menyangka kita meninggal tak peduli umur. semua
dapat meninggal kapan saja sesuai kehendak tuhan. Siangnya viona langsung dimakamkan
semua para sahabatnya SD, SMP berdatangan serta keluarga-keluarganya yang sangat
terpukul adalah viola. karena ia masih belum dapat menjaga kembarannya dengan baik
sampai seperti ini tapi itu hanya pikiran viola. mama dan papanya yang belum bisa
menerima kenyataan.
Setelah mengingat peristiwa itu viola yang memandangi bintang di atas hingga meneteskan
air mata. ia pun sekarang merasa kesepian setelah 1 bulan lebih ditinggal oleh
kembarannya. tapi ia berusaha untuk bisa kuat dan menggantikan viona sebagai bintang
keluarga sekaligus bintang sekolah.
Tak pernah aku mendapatkan penjelasan apapun darimu, hanya pukulan, jambakan, dan
kata-kata kasar jawaban yang aku terima darimu ayah, bahkan kau mengusirku dan tidak
menganggapku sebagai seorang anak. Apakah aku dilahirkan hanya untuk kau lupakan
ayah?
Cerpen Karangan: Chyka Nguya
Facebook: Chyka Nguya
Nama Lengkap gw Ni Wayan Siti Wibiasani.
Gw akrab dipanggil Chyka (lu bingung kan gw jg bingung nama panggilannya beda)
Gw suka baca n nulis cerpen tapi sebelumnya gw gga tau ni situs cerpenmu, sampe
akhirnya sekarang gw tau n mungkin gw bakal sering posting cerpennya disini, cerpen
yang biasa gw bwt biasanya gga jauh beda dengan kehidupan terutama kehidupan yg gw
alamin.. dengan nulis cerpen gw bisa nuangin pikiran gw, apa kata hati gw n gimana
perasaan gw.. bahkan mungkin tulisan ini bisa jadi pelampiasan buat gw
Ini Terjadi saat aku masih sekolah, kami sedang masuk di dalam kelas untuk memulai jam
pelajaran setelah selesai istirahat, kami pun masih makan cemilan sedikit karena kami
masih belum kenyang, guru pun masuk ke kelas kami nama guru itu adalah bu yani (nama
samaran), kami belajar tentang produktif komputer teknik jaringan, ibu itu sudah masuk
ke kelas kami, jadi kami langsung menghabiskan makanan dan minuman kami.
Pelajaran pun di mulai, kami tidak tahu kalo hari ini adalah ujian, karena buku ku tidak
lengkap karena sering kehilangan di kelas makanya aku mengumpulkan catatan ku dengan
tidak lengkap, kami semua mengikuti ujian, satu persatu di panggil nama nya karena
catatan pelajaran ibu itu kurang lengkap termasuk aku, jadi aku agak was was karena
catatan ku kurang lengkap, ibu itu memberitahu kami bagi yang tidak lengkap catatan nya
di suruh dilengkapi catatan nya baru di periksa, aku pun langsung meminjam buku disana
sini tapi tak ada yang mau meminjam buku catatan nya.
Sepulang sekolah aku pun pulang ke rumah, sesudah shalat dan makan aku pun mau pergi
ke rumah teman untuk meminjam catatan, tapi ayah ku tak mengizinkan ku untuk pergi
tapi aku memaksa, akhirnya ujung ujung nya rotan yang memberi tanda di kaki ku,
akhirnya aku tidak bisa pergi kemana-mana.
Keesokannya aku coba meminjam buku tapi mereka tidak membawa catatan nya karena
hari ini tidak ada pelajaran ibu yani, sabtu pun libur karena tanggal merah, itu pun pasti
tidak mengizinkan aku pergi lagi, hari senin, aku pun mencoba lagi meminjam buku pada
teman sekelas ku tapi tidak ada satu pun yang mau, ketika ibu yani masuk ke kelas ku baru
lah mereka meminjamkannya, aku tidak tahu kalo hari ini pengumpulan nilai latihan, aku
sedang membuat catatan yang di suruh oleh ibu yani, aku belum selesai karena jam ibu itu
telah habis, aku mau bilang kepada ibu yani bahwa aku ingin melanjutkan catatan ku di
rumah, tapi ibu itu menolaknya, kata nya di suruh buat latihan karena pengumpulan nilai
hari ini.
Dengan rasa kecewa paling dalam aku melampiaskan kemarahan ku di media sosial seperti
facebook, teman kelas ku yang nama nya sarah (nama samaran) memberi tahu pada ibu
yani, bagaikan petir di siang bolong menyambar ibu pun marah besar dan memberi tahu
pada wali kelas kami yang nama nya pak anto (nama samaran) dengan kemarahan besar
nya ibu yani melampiaskan nya pada pak anto.
Keesokan nya aku tak sengaja bertemu dengan pak anto dan pak anto memberi tahu pada
ku tentang status ku kemarin, dengan rasa kecewa nya akhirnya dia memarahi ku, dengan
penuh kesabaran nya aku menerima kenyataan pahit itu, dan teman kelas ku tahu juga
dengan masalah ku, mereka semua nya membenci ku tapi ada juga yang menasehati ku
karena kesalahan ku. aku pun langsung terdiam karena kesalahan ku, meratapi bagaimana
cara nya kesalahan besar ku bisa dimaafkan oleh ibu yani.
Mereka menyarankan aku untuk segera meminta maaf pada ibu yani sepulang sekolah, tapi
ibu itu sedang mengajar, aku coba untuk besok karena ibu itu mengajar pada kami pada
esok hari, keesokan hari nya aku mencoba meminta maaf pada ibu yani tapi ibu yani tidak
mau memaafkan aku, hampir semua murid di sekolah tau dengan permasalahan ku, aku
hanya bisa terdiam dengan kejadiaan ini, aku salah, salah besar. aku memang tak pantas
dimaafkan karena aku memang anak tak berguna.
Sesampainya di rumah sakit anaknya masuk UGD untuk diperiksa. Lama sekali diperiksa
dokternya memberitahukan kepada kedua orangtuanya.
“Pak saya mohon maaf,”
“Bapak anak saya kenapa Pak?” kata sang ayah sambil menangis tersedu-sedu.
“Saya mohon maaf anak Bapak tangannya harus diamputasi.”
Mendengar perkataan dokter kedua orangtuanya pun tidak lagi bisa menahan nangis.
Pembantunya pun ikut menangis. Setelah tangan anaknya diamputasi anaknya berkata
sambil menangis tersedu-sedu. “Ayah Sella minta maaf tapi kembalikan tangan Sella Ayah,
Sella janji enggak akan menggambar di mobil Ayah lagi tapi kembalikan tangan Sella Ayah
Sella janji enggak akan mengulangi perbuatan Sella lagi. Kembalikan tangan Sella Ayah.”
tapi mau dikata apa lagi. Memang penyesalan datangnya belakangan.
Teman. Teman adalah seseorang yang paling bisa membuat kita tertawa dengan hal
konyolnya. Namaku azzahra biasa dipanggil ajara, aku duduk di kelas 3 SMP. Aku punya 2
temen cowok. Mereka dulu sangat akrab kepadaku dan dinda sahabatku. Tapi semenjak
mereka mempunyai temen cewek baru yang lebih asik daripada kita. Mereka menjadi
sombong, bahkan kalau bertemu pun tidak saling sapa seperti orang tidak kenal. Mereka
seakan-akan melupakan kedekatan kita yang dulu dengan mereka.
Keesokan hari sekolah, jam ke 1 dan 2 gurunya tidak masuk, dan tidak ada tugas dari guru
tersebut. Akhirnya Aulia si ketua kelas memberikan tugas agar mengerjakan LKS saja. Yaa
kalian tau sendiri, murid murid kalau dikasih tugas bukan oleh gurunya pasti tidak benar
ngerjainnya. Kelas pun menjadi berisik karena mengerjakan tugasnya sambil ngobrol,
bercanda ataupun bergosip.
Tetapi aku dan Dinda berbeda, kita di kelas hanya murung dan sedih melihat temen cowok
kita sekarang asik dengan teman barunya itu. Aku dan dinda pun bercerita, “Din, gue sedih
deh, kesel liat mereka, seru banget bercandanya” kataku dengan lemas. “Iyaya jar, mereka
ganget apa dulu deketnya ama siapa?.” saut dinda. Aku pun menjawab “Iya, padahal dulu
apa-apa ke kita, bercanda sama kita, ngerjain tugas aja bareng kan.” “Ya udalah jar,
mungkin mereka emang udah lupa sama kita.” sambung dinda dengan muka kesal. “Gua
kangen din, kenapa sekarang berubah? kenapa jadi begini sih?” kataku dengan mata
berkaca. “Sama kali jar, gua juga kangen. Tapi ya mau gimana lagi? toh pas dia butuh juga
entar larinya ke kita.” Jawab dinda dengan kecewa.
Tak lama pun masuk jam ke-3, kita kurang bersemangat mengikutin pelajaran karena
mereka. Tapi apa daya kita tidak bisa buat apa-apa.
Waktu terus berjalan. Aku dan dinda perlahan melupakan mereka, memang sulit rasanya
melupakan teman yang dulu sangat dekat dengan kita tiba-tiba pergi begitu saja. Walaupun
kadang teringat lagi, tapi memang itu yang harus kita lakukan. Daripada kita
mengharapkan orang yang mungkin tidak akan kembali seperti dulu lagi dan juga tidak
mempedulikan kita, sebaiknya mencari teman baru yang mungkin lebih mengerti kita.