Neuritis Retrobulbar
Neuritis Retrobulbar
Neuritis Retrobulbar
PENDAHULUAN
Neuritis retrobulbaris biasanya berjalan akut yang mengenai satu atau kedua mata.
Ia dapat disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin saraf, anemia
pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi6.
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit neuritis retrobulbaris sama seperti neuritis
optikus yaitu akan terdapat kehilangan penglihatan dalam beberapa jam sampai
hari yang mengenai satu atau kedua mata, dengan usia yang khusus 18-45 tahun,
sakit pada rongga orbita terutama pada pergerakkan mata, penglihatan warna
terganggu, tanda Uhthoff (penglihatan turun setelah olah raga atau suhu tubuh
naik), dan gangguan lapangan pandang sentral atau sekosentral, akan tetapi pada
neuritis retrobulbaris gambaran fundus sama sekali normal6.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Neuritis retrobulbaris adalah suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di
belakang diskus optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus
tidak tampak dengan oftalmoskop; namun ketajaman penglihatan sangat
menurun. (“Pasien tidak melihat apa-apa, dan dokter juga tidak melihat apa-
apa”)11. Sementara neuritis optikus adalah suatu peradangan, infeksi atau
dimielinisasi saraf optikus akibat berbagai macam penyakit10,11.
2.2. Etiologi
2
5. Infeksi dan peradangan sistemik
a) Sifilis
b) Tuberkulosis
c) Triptokokosis
d) Koksidiodomikosis
e) Endokarditis infektif
f) Sarkoidosis
6. Nutrisi dan metabolik
a) Diabetes melitus
b) Difisiensi vitamin: difisiensi vitamin B12, beriberi, pelagra
7. Toksik
a) Ambliopia tembakau-alkohol
b) Logam berat: arsen, timbal, talium
c) Obat: etambutol, isoniazid, streptomisin, disulfiram, digitalis,
kloramfenikol, klorokuin, klorpropamid, hidroksikuinolin berhalogen
(mis. iodoklor-hidroksikuin)
d) Metanol
8. Atrofi optikus herediter
a) Penyakit Leber
b) Atrofi optikus dominan (juvenilis)
c) Atrofi optikus resesif (infantilis)
d) Penyakit heredodegeneratif
e) Anomali saraf optikus
9. Panyakit vaskular
a) Arteritis temporalis
b) Arteriosklerosis (neuropati optikus iskemik anterior): diabetes melitus,
hipertensi
c) Poliarteritis nodosa
d) Penyakit Takayasu
10. Penyakit neoplastik
a) Infiltrasi langsung saraf optikus, leukimik atau maligna
b) Neuropati tekanan: tumor, panyakit mata tiroid
3
c) Sindrom paraneoplastik
11. Trauma
12. Neuropati radiasi
2.3. Patofisiologi
Faktor risiko untuk neuritis optik yang timbul dari gangguan autoimun termasuk3:
1. Usia: neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun;
usia rata-rata terkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat
terkena juga tetapi frekuensinya lebih sedikit.
4
2. Jenis kelamin: wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada
laki-laki.
3. Ras: neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih daripada ras
yang lain
2.5. Epidemiologi
Studi dari Swedia dan Denmark telah melaporkan kejadian dari neuritis optikus
sekitar 4-5 per 100.000 kasus per tahun. Pasien yang tinggal di daerah beriklim
sedang lebih cenderung untuk menghidap neuritis optikus5.
The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) memastikan sebagian ciri demografik
papilitis dan neuritis optikus akut. Lebih dari 77% pasien adalah wanita; 85%
berkulit putih; dan usia rerata adalah 32 tahun. Di berbagai kelompok populasi di
dunia, neuritis retrobulbaris berkaitan dengan sklerosis multipel pada 13-85%
pasien. Persentase perkembangan menjadi sklerosis multipel setelah suatu episode
neuritis optikus cenderung lebih tinggi seiring dengan peningkatan lama tindak
lanjut pasien11.
1. Hilangnya penglihatan:
Kehilangan penglihatan akan terjadi secara akut, terjadi dalam beberapa jam
sampai hari yang mengenai satu atau kedua mata (biasanya pada anak-
anak)6,8. Tajam penglihatan akan turun maksimal dalam 2 minggu. Pada
5
sebagian besar neuritis optikus tajam penglihatan akan kembali normal
sesudah beberapa minggu6.
Hal ini sering terjadi terutama terhadap warna merah, dan lebih menonjol dari
penurunan penglihatan1,5.
Nyeri bisa diperburuk dengan pergerakan mata tertentu. Rasa sakit mungkin
mendahului hilangnya penglihatan5.
5. Tanda Uhthoff:
6. Fenomena Pulfrich:
Benda bergerak dalam garis lurus mungkin tampak memiliki lintasan
melengkung, diasumsi akibat konduksi asimetris antara saraf optik5.
6
Gambar 2-1. Defek lapangan pandang akibat berbagai lesi jalur optikus.
2.7. Diagnosis
1. Anamnesis5
Pasien mengeluh adanya pandangan berkabut atau visus yang kabur,
kesulitanmembaca, adanya bintik buta, perbedaan subjektif pada terangnya
cahaya, persepsi warna yang terganggu, hilangnya persepsi dalam atau kaburnya
visus untuk sementara. Pada anak, biasanya gejala penurunan ketajaman
7
penglihatan mendadak mengenai kedua mata. Sedangkan pada orang dewasa,
neuritis optik seringkali unilateral.
Terdapat riwayat demam atau imunisasi sebelumnya pada anak akan mendukung
diagnosis. Pada orang dewasa, terdapat faktor risiko sklerosis multipel yang
lebih besar. Rasa sakit pada mata, terutama ketika mata bergerak.
2. Pemeriksaan Fisik5
3. Pemeriksaan Penunjang
Neuritis retrobulbar adalah suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di
belakang diskus optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus
tidak tampak dengan oftalmoskop; namun ketajaman penglihatan sangat
menurun11.
Pada neuritis retrobulbar, diskus optikus dapat tetap tampak normal selama 4-6
minggu. Walaupun pada permulaan tidak terlihat kelainan fundus, lama kelamaan
akan terlihat kekaburan batas papil syaraf optik dan degenerasi syaraf optik akibat
degenerasi serabut syaraf, disertai atrofi descenden (secondary optic atrophy) akan
terlihat papil pucat dengan batas yang tegas.
8
Tes diagnostik seperti MRI, analisis cairan serebrospinal dan serologi, umumnya
dipakai dengan alasan sebagai berikut4:
9
konduksi sinyal elektrik yang lambat sebagai hasil dari kerusakan daerah nervus.
Pemeriksaan darah3
1. Papilitis
Papilitis adalah inflamasi yang mengenai nervus optikus di dalam bola mata,
merupakan salah satu tipe neuritis optikus yang sering terjadi pada anak-anak,
memiliki gejala yang sama dengan neuritis retrobulbar tetapi pada pemeriksaan
dengan opthalmoskopis dapat ditemukan pembengkakan pada diskus optikus,
hiperemi, tepi kabur dan semua pembuluh darah dilatasi.
10
klinis dapat membedakan neuritis optikus dengan nonarteritic anterior ischemic
optic neuropathy.
2.7. Penatalaksanaan4
The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) telah meneliti secara komprehensif
tentang penatalaksanaan neuritis optikus dengan menggunakan steroid. Dalam
penelitiannya ONTT melibatkan sebanyak 457 pasien, usia 18-46 tahun dengan
neuritis optikus akut unilateral. Data follow up didapatkan dari kohort ONTT
(Longitudinal Optic Neuritis Study [LONS]) menghasilkan informasi yang
penting tentang gejala klinis, penglihatan jangka panjang, penglihatan yang
berkaitan dengan kualitas hidup dan peranan MRI otak dalam memutuskan resiko
berkembang menjadi CDMS (Clinically definite Multiple Sclerosis). Pasien yang
terlibat pada penelitian ini diacak menjadi 3 kelompok perlakuan terapi, yaitu:
11
3) Mendapatkan terapi dengan placebo selama 14 hari.
Dalam penelitian ini yang dinilai terutama tajam penglihatan dan sensitifitas
terhadap kontras sedangkan berkembangnya menjadi CDMS adalah hal kedua
yang dinilai. MRI otak dan orbita dengan menggunakan gadolinium telah
dilakukan untuk semua pasien. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah:
Diantara pasien dengan resiko tinggi berkembang menjadi CDMS yang ditetapkan
dengan kriteria MRI oleh ONTT (dua atau lebih lesi white matter), telah
dilakukan penelitian 383 pasien oleh (the Controlled High-Risk Avonex MS
Prevention Study [CHAMPS]) menunjukkan terapi dengan interferon ß-1a pada
pasien acute monosymptomatic demyelinating optic neuritis berkurang secara
signifikan dalam 3 tahun dibandingkan dengan kelompok placebo, juga terdapat
12
pengurangan tingkat lesi baru pada MRI otak. Hasil yang sama juga didapatkan
pada pasien dengan neuritis optikus. Semua pasien kelompok terapi dengan
interferon ß-1a dan kelompok placebo juga mendapatkan terapi dengan metil
prednisolon IV selama 3 hari diikuti dengan prednison oral selama 11 hari sesuai
dengan protokol ONTT. Meskipun terapi dengan interferon ß-1a pada pasien
neuritis optikus dan pada pasien yang beresiko menurut pemeriksaan MRI
manfaat jangka panjangnya tidak diketahui, tetapi hasil dari CHAMPS
memberikan suatu terapi awal yang rasional. Ini didukung oleh hasil penelitian
dari Early Treatment of Multiple Sclerosis Study [ETOMS]) yang menghasilkan
selama 2 tahun follow up terjadi penurunan yang signifikan jumlah pasien yang
berkembang menjadi CDMS dengan terapi awal interferon ß-1a (34%) bila
dibandingkan dengan kelompok placebo (45%).
Jika pada pemeriksaan dengan MRI ditemukan lesi white matter dua atau lebih
(diameter 3 atau lebih) diterapi berdasarkan rekomendasi dari ONTT, CHAMPS,
dan ETOMS, yaitu:
13
dari 2, dan yang telah didiagnosis CDMS, diberikan terapi
metilprednisolon (diikuti prednison oral) dapat dipertimbangkan untuk
memulihkan penglihatan, tetapi ini tidak memperbaiki untuk jangka
panjang. Berdasarkan hasil penelitian dari ONTT, penggunaan prednison
oral saja (sebelumnya tidak diterapi dengan metilprednisolon IV ) dapat
meningkatkan resiko rekurensi.
2.9. Prognosis
Prognosis dari penglihatan baik. Sebagian besar pasien sembuh sempurna atau
mendekati sempurna setelah 6-12 minggu, sebanyak 95% pasien pulih
penglihatannya menjadi visus 20/ 40 atau lebih baik. Begitu proses pemulihan
dimulai, sebagian besar pasien mencapai perbaikan maksimal dalam 1-2 bulan,
meskipun pemulihan dalam 1 tahun juga memungkinan. Derajat keparahan
kehilangan penglihatan awal menjadi penentu terhadap prognosis penglihatan.
Meskipun penglihatan dapat pulih menjadi 20/20 atau bahkan lebih baik, banyak
pasien dengan acute demyelinating optic neuritis berlanjut menjadi kelainan pada
penglihatan yang mempengaruhi fungsi harian dan kualitas hidupnya. Kelainan
tajam penglihatan (15-30%), sensitivitas kontras (63-100%), penglihatan warna
(33-100%), lapang pandang (62-100%), stereopsis (89%), terang gelap (89–
100%), reaksi pupil afferent (55–92%), diskus optikus (60–80%), dan visual-
evoked potential (63–100%). Rekurensi dapat terjadi pada mata yang lain, kira-
kira 30% dari partisipan ONNT terdapat episode ke 2 pada mata yang lain dalam
5 tahun4.
14
BAB 3
KESIMPULAN
Neuritis retrobulbaris adalah suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di
belakang diskus optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus
tidak tampak dengan oftalmoskop; namun ketajaman penglihatan sangat
menurun. (“Pasien tidak melihat apa-apa, dan dokter juga tidak melihat apa-
apa”)11. Neuritis retrobulbaris biasanya berjalan akut yang mengenai satu atau
kedua mata. Ia dapat disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin saraf,
anemia pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi6.
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit neuritis retrobulbaris sama seperti neuritis
optikus yaitu akan terdapat kehilangan penglihatan dalam beberapa jam sampai
hari yang mengenai satu atau kedua mata, dengan usia yang khusus 18-45 tahun,
sakit pada rongga orbita terutama pada pergerakkan mata, penglihatan warna
terganggu, tanda Uhthoff (penglihatan turun setelah olah raga atau suhu tubuh
naik), dan gangguan lapangan pandang sentral atau sekosentral, akan tetapi pada
neuritis retrobulbaris gambaran fundus sama sekali normal6.
Pengobatan dibahagi dua yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Secara umum
pengobatan neuritis retrobulbaris adalah dengan kortikosteroid4.
15
16