August Comte

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Tokoh-tokoh Sosiologi sebelum Auguste Comte

Ada beberapa tokoh yang mengemukakan pendapat mereka tentang sosiologi


sebelum Auguste Comte. Auguste Comte dijadikan patokan karena dialah yang
pertama kali menggunakan istilah sosiologi dan dialah yang membuat beberapa
tokoh lain mengembangkan ilmu sosiologi. Berikut tokoh-tokoh sosiologi sebelum
Comte.

1. Plato (429-347 SM), seorang filusuf Romawi, menyatakan bahwa


masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan. Suatu
masyarakat akan mengalami kegoncangan.

2. Aristoteles (384-322 SM), dalam bukunya Politics, Aristoteles


mengadakan suatu analisis mendalam terhadap lembaga-lembaga politik
dalam masyarakat. Pengertian politik digunakannya dalam arti luas mencakup
juga berbagai masalah ekonomi dan sosial. Aristoteles menggarisbawahi
kenyataan bahwa basis masyarakat adalah moral (etika dalam arti sempit).

3. Ibnu Khaldun (1332-1406), mengemukakan beberapa prinsip pokok


untuk menafsirkan kejadian-kejadian sosial dan peristiwa-peristiwa dalam
sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan dapat dijumpaii bila ingin
mengadakan analisis terhadap timbul tenggelamnya negara-negara. Gejala-
gejala yang sama akan terlihat pada kehidupan masyarakat-masyarakat
pengembara dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Faktor yang
menyebabkan bersatunya manusia dalam suku-suku, klan, negara, dan
sebagainya adalah rasa solidaritas. Faktor itulah yang menyebabkan adanya
ikatan dan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan bersama antar manusia.

4. Zaman Renaissance (1200-1600), seperti Thomas More dengan


utopianya dan Campanella yang menulis City of the Sun. Mereka masih
sangat terpengaruh oleh gagasan tentang adanya masyarakat yang ideal. N
Machiavelli dengan bukunya Il Principle yang menganalisis bagaimana
mempertahankan kekuasaan mengajarkan bahwa teori-teori politik dan sosial
memusatkan perhatian mekanisme pemerintahan.

5. Hoobes (1588-1679), dengan bukunya yang berjudul The Leviathan.


Dia beranggapan bahwa secara alamiah, kehidupan manusia didasarkan
pada keinginan-keinginan yang mekanis sehingga manusia sering berkelahi.
Tapi mereka mempunyai pikiran bahwa hidup damai dan tenteram itu jauh
lebih baik. Agar keadaan damai terpelihara, orang-orang harus sepenuhnya
mematuhi pihak yang mempunyai wewenang.

6. John Locke (1632-1704), mengemukakan bahwa manusia pada


dasarnya mempunyai hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup,
kebebasan, dan hak atas harta benda.

7. J. J. Rousseau (1712-1778), berpendapat bahwa kontrak antara


pemerintah dengan yang diperintah menyebabkan tumbuhnya suatu
kolektifitas yang mempunyai keinginan-keinginan sendiri, yaitu keinginan
umum.Saint Simon (1760-1825)sia hendaknya dipelajari dalam kehidupan
berkelompok. Dalam bukunya yang berjudul Memoirs sur la de l’Home, dia
menyatakan bahwa ilmu politik merupakan suatu ilmu yang positif.

Masa Auguste Comte

Auguste Comte pertama-tama memakai istilah sosiologi adalah orang pertama


membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang linkup dan isi ilmu
pengetahuan lainnya. Dia menyusun suatu sistematika dari filsafat sejarah, dalam
kerangka tahap-tahap pemikiran yang berbeda-beda. Menurut comte ada tiga tahap
perkembangan intelektual, masing-masing merupakan perkembangan dari tahap
sebelumnya. Tahap pertama dinamakannya tahap teologis yaitu dengan kekuatan-
kekuatan yang dikendalikan oleh roh-roh dewa-dewa atau tuhan yang maha kuasa.
Penafsiran ini penting bagi manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang memusuhinya dan untuk melindungi dirinya Dari faktor-faktoryang tidak
terduga timbulnya.

Tahap kedua yang merupakan perkembangan dari tahap pertama adalah


tahap metafisik. Pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala
terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat
diungkapan. Pada tahap ini manusia masih terikat oleh cita-cita tanpa verifikasi, oleh
karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas
tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
Hal yang terakhir inilah yang merupakan tugas ilmu pengetahuan positif, yang
merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari perkembangan manusia.

Gagasan tentang adanya ketiga tahap tersebut, walaupun merupakan suatu


fiksi akan tetapi hal itu membarikan penerangan terhadap pikiran manusia, serta
secara psikologis merupakan suatu perkembangan yang penting. Ketiga tahap tadi
dapat memenuhi pikiran manusia pada saat yang bersamaan, dimana kadang-
kadang timbul pertentangan-pertentangan. Pertentangan-pertentangan tersebut
sering kali tidak didasari manusia. Secara logis, maka dalam masa industri tersebut
akan terjadi perdamaian yang kekal. Itulah asumsi comte. Oleh karena tahap-tahap
sebelumnya ditandai dengan adanya masa perbudakan dan milisterisme yang
penuh dengan pertikaian.

Menurut Comte dengan ilmu pengetahuan bersifat positif, apabila ilmu


pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata dan
konkrit, tanpa ada halangan dari pertimbangan-pertimbangan lainnya. Dengan
demikian, maka ada kemungkinan untuk memberikan penilaian terhadap berbagai
cabang ilmu pengetahuan dengan jalan mengukur isinya yang positif, serta sampai
sejauh mana ilmu tadi dapat mengungkapkan kebenaran yang positif. Hirarki atau
tingkatan ilmu-ilmu pengetahuan menurut tingkat pengurangan generilitasdan
penambahan kompleksitasnya adalah sebagai berikut :
a. matematika

b. astronomi

c. fisika

d. biologi dan

e. sosiologi

hal yang menonjol dari sistematika comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi
yang merupakan ilmu pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat sekali.
Sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan paling kompleks. Sosiologi
merupakan studi yang positif. Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis
dengan sosiologi dinamis.

Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang


menjadi dasar dari adanya masyarakat. Studi ini merupakan semacam anatomi
sosial yang mempelajari aksi-aksi dan reaksi timbal balik dari sistem-sistem sosial.
Cita- cita dasar yang menjadi latar belakang sosiologi statis adalah bahwa semua
gejala sosial saling berkaitan, yang berarti bahwa percuma untik mempelajari gejala
sosial secara tersendiri. Unit sosial yang penting bukanlah induvidu tetapi keluarga
yang bagiannya terikat oleh simpati. Agar suatu masyarakat berkembang maka
simpati harus diganti dengan kooperasi, yang hanya mungkin ada apabila terdapat
pembagian kerja.

Menurut Comte masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta obeyktif dan
dia juga menekan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara berbagai
masyarakat yang berlainan. Sedangkan sosial dinamik meneropong bagai man
lembaga-lembaga itu berkembang. Perkembangan tersebut pada hakekatnya
melewati tiga tahap adalah

1. Teologistif, yaitu tahap dimana manusia menafsirkan gejala-


gejala di sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan-
kekuatan yang dikendalikan oleh roh dewa-dewa atau Tuhan Yang
Masa Kuasa.
2. Metafisis, tahap dimana manusia menganggap bahwa di dalam
setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada
akhirnya akan dapat diungkapkan. Pada tahap ini manusia masih
terikat oleh cita-cita tanpa verifikasi karena adanya kepercayaan
bahwa setiap cita-cita terikat pada suatu realitas tertentu. Tidak ada
usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
3. Tahap ilmu pengetahuan positif, yaitu bila ilmu pengetahuan
tersebut memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata dan
konkret, tanpa ada halangan dari pertimbangan-pertimbangan lainnya.
Perubahan sosial menurut Auguste Comte

Bahwa perubahan sosial itu merupakan sembilan dari gejala yang dapat melekat dalam setiap
masyarakat yang dinamis. Dia selalu mengikuti perubahan sosial dari material maupun yang non
material merupakan suatu ide atau pemikirannya.

Perubahan sosial yang menuju kemasyarakat yang modern akan mengakibatkan masyarakat
tersebut mengalami berbagai goncangan sebab perubahan sosial yang modern mengakibatkan pola-
pola tradisi yang dimiliki masyarakat dahulu akan menjadi hilang. Contoh perubahan sosial adalah
adanya alat untuk untuk mengelola bahan bangunan jadi kegotong-royongan antar masyarakat
sangat berkurang.

Perubahan sosial dan teori sosiologi klasik.Perubahan sosial sebagai salah satu perhatian
utama dari teori sosiologi kedua ini dapat memproyeksikan manusia kedepan atau modern. Dampak
industrilisasi itu sangat berpengaruh bagi pengembangan masyarakat.

Era globalisasi karena semua arus informasi sangat cepat waktu diterima. Comte Cuma
melihat mentalitas budaya saja karena sebelumnya memberi sumbangan untuk mencapai positivis.
Mentalitas budaya ialah arti, nilai, norma, dan symbol-simbolnya. Dalam satu contoh dalam keluarga
ada yang berduka maka saudaranya jangan bergembira.

Auguste Comte membuat suatu penyajian masyarakat itu berdasarkan tiga tahap.

 Kebudayaan ideasional
 Mentalitas budaya
 Indrawi Campuran

Kebudayaan ideasional ialah kebudayaan yang menitik beratkan pada arwah atau nirwana sehingga
manusia tidak bisa memikirkan dunia yang seperti ini.

Di nirwana ada sesuatu yang kekal suatu yang kekal itu bukan materiil, ia membagi kebudayaan
ideasional. Dunia nirwana tidak memikirkan supaya orang dapat diresap pada dunia asketi
( mengurangi hal-hal yang materiil )

TEORI-TEORI SOSIOLOGI SESUDAH COMTE

Teori sosiologi sesudah Auguste Comte dibagi dalam 6 mazhab, yaitu:

1. Mazhab geografi dan lingkungan

Masyarakat hanya akan mungkin timbul dan berkembang apabila ada tempat untuk berpijak dan
tempat hidup bagi masyarakat tersebut (Edward Bukle dan Le Play).

Analisis Le play, keluagra sebagai satu unit sosial yang fundamental dari masyarakat. organisasi
keluarga ditentukan dengan cara-cara mempertahankan hidupnya, yaitu cara mereka
bermatapencaharian. Hal itu sangant tergantung pada lngkungan timbal balik antara faktor-faktor
tempat, pekerjaan dan manusia.
Pentingnya mazhab ini adalah bahwa ajaran-ajaran atau teori-teori menghubungkan faktor keadaan
alam dengan faktor-faktor struktur serta organisasi sosial.

2. Mazhab Organis dan Evolusioner

Herbet Spencer: melakukan analogi antara masyarakat manusia dengan organisme manusia.

W.G. Summer ; mengenai kebiasaan sosial yang timbul secara tak sadar dalam masyarakat
(Folkways).

3. Mazhab Formal

George Simmel: elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang


mengatur hubungan antara elemen-elemen tersebut. Lembaga di dalam masyarakat terwujud
dalam bentuk superioritas, subordinasi dan konflik.

4. Mazhab Psikologi

Gabriel Tarde; menjelaskan gejala sosial dalam kerangka reaksi psikis seseorang. Gejala sosial
mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa individu, dimana jiwa tersebut
terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan.

5. Mazhab Ekonomi

Mazhab ini akan dikemukakan ajaran-ajaran dari Karl Max (1818-1883) dan Max Weber (1864-1920).

Menuru Max selama masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah
akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan. Hukum, filsafat, agama dan kesenianmerupakan
refleksi dari status ekomomi kelas tersebut.

Weber menyatakan bahwa semua bentuk organisasi sosial harus diteliti menurut perilaku warganya,
yang memotivasinyaserasi dengan harapan-harapan warga lainnya. Kemudia Weber menggunakan
metode tipe-tipe ideal. Menurutnya suatu gejala sosial akan dapat dianalisis dengan
mempergunakan kriteria tertentu ynag terdapat dalam tipe-tipe ideal tersebut. Dengan metode
tersebut Weber menganalisis pelbagai lembaga dalam masyarakat seperti misalnya agama, birokrasi,
dan lain sebagainya.

6. Mazhab Hukum

Emile Durkheim: hukum yang dihubungkan dengan jenis-jenis solidaritas yang terdapat di dalam
masyarakat.

Menurut Max Weber, ada 4 tipe ideal hukum, yaitu sebagai berikut:

a) Hukum irasional dan meteriil, yaitu di mana pembentuk undang-undang dan hakim mendasarkan
keputusan-keputusannya semata-mata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk pada suatu
kaidahpun.

b) Hukum irasional dan formal, yaitu di mana pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman
pada kaidah-kaidah diluar akal karena didasarkan pada wahyu atau ramalan.
c) Hukum rasional dan materiil, di mana keputusan-keputusan para pembentuk undang-undang dan
hakim menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-kebijaksanaan penguasa atau ideologi.

d) Hukum rasional dan formal, yaitu di mana hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-
konsep abstrak dari ilmu hukum.

Anda mungkin juga menyukai